Pekerjaan Pembangunan Halaman Parkir Gedung Konferensi dan Perpustakaan UNTAN yang menggunakan SBU :
SP015 ( Pekerjaan Landscape / Pertamanan ) ini memiliki spesifikasi teknis yang diharapkan :
1. Tidak mengarah kepada merk/produk tertentu, diproritaskan pada penggunaaan produksi dalam negeri;
2. Semaksimal mungkin diupayakan menggunakan standar nasional;
a. Apabila ada perbedaan antara standar yang disyaratkan dengan standar yang diajukan oleh penyedia jasa,
penyedia jasa harus menjelaskan secara tertulis kepada direksi pekerjaan, sekurang-kurangnya 28 (dua puluh
delapan) hari sebelum direksi pekerjaan menetapkan setuju atau tidak.
b. Dalam hal direksi pekerjaan menetapkan bahwa standar yang diajukan penyedia jasa tidak menjamin secara
subtansial sama atau lebih tinggi dari standar yang disyaratkan, maka penyedia jasa harus tetap memenuhi
ketentuan standar yang disyaratkan dalam dokumen lelang.
c. Dalam spesifikasi agar menggunakan sebanyak mungkin standar nasional (SNI, SII, SKSNI, dsb) untuk
barang, bahan dan jasa/pengerjaan/pabrikasi dari edisi atau revisi terakhir, atau standar internasional
(ISO,dsb)/standar Negara asing (ASTM,dsb) padanannya (equivalen) yang secara subtantif sama atau lebih
tinggi dari standar nasional yang disyaratkan. Apabila standar nasional untuk barang, bahan, dan
pengerjaan/jasa/pabrikasi tertentu belum ada, dapat dipergunakan standar internasional atau standar Negara
asing.
d. Standar satuan ukuran yang digunakan pada dasarnya adalah MKS (meter, kilogram, second), sedangkan
penggunaan standar satuan ukuran lain, dapat digunakan sepanjang hal tersebut tidak dapat dielakkan.
3. Metode pelaksanaan harus logis, realistik dan dapat dilaksanakan;
4. Jadwal waktu pelaksanaan harus sesuai dengan metoda pelaksanaan;
5. Harus mencantumkan macam, jenis, kapasitas dan jumlah peralatan utama minimal yang diperlukan dalam
pelaksanaan pekerjaan;
6. Harus mencantumkan syarat-syarat bahan yang dipergunakan dalam pelaksanaan pekerjaan;
7. Harus mencantumkan syarat-syarat pengujian bahan dan hasil produk;
8. Harus mencantumkan kritetia kinerja produk (output performance) yang diinginkan;
9. Harus mencantumkan tata cara pengukuran dan tata cara pembayaran.
10. Spesifikasi dapat terdiri dari tetapi tidak terbatas pada :
a. Lingkup Pekerjaan.
b. Pekerjaan-pekerjaan yang tidak termasuk kontrak.
c. Spesifikasi Umum.
d. Spesifikasi Khusus.
e. Spesifikasi untuk masing-masing jenis pekerjaan.
PASAL 1
PERATURAN DAN PERSYARATAN
Dalam pelaksanaan pekerjaan ini peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan sebagaimana tercantum dalam :
a. Untuk Konstruksi Beton berlaku Peraturan Konstruksi Beton Bertulang Revisi AHSP 2016.
b. Untuk Konstruksi Kayu berlaku Peraturan Konstruksi Kayu SNI 2002
c. Peraturan Daerah terkait.
d. UU/ PP tentang Galian C.
e. N0.029/T/BM/1999 Lampiran No. 6 Keputusan Direktur Jenderal Bina Marga No.76/KPTS/Db/1999 Tanggal
20 Desember 1999.
f. Peraturan Portland Cement (SII 0013-81).
g. Spesifikasi Bahan Bangunan SKSNI S-04-1989-F, SKSNI S-04-1988-F- SKSNI S-04-1989-F.4.1.
h. SNI 03-2847-2002.
i. Perhitungan Rencana Anggaran Biaya (RAB) menggunakan Analisa Harga Satuan Pekerjaan (AHSP) Sumber
Daya Air & Cipta Karya 2016.
PASAL 2
URAIAN PEKERJAAN
1. UMUM
a. Lokasi Pekerjaan
Gd. Konferensi Jl. Prof. Hadari Nawawi Pontianak
Luas pekerjaan: 2081,955 m2
Umur rencana konstruksi: 5 tahun
Jangka waktu pelaksanaan: 60 HK
b. Jenis Pekerjaan
Bangunan yang dikerjakan di lokasi tersebut terdiri :
- Pekerjaan Paving Block Pada Halaman Parkir
- Pekerjaan Saluran Terbuka dan Tertutup
- Pekerjaan Kanstin
PASAL 3
PEKERJAAN PERSIAPAN
Adapun dalam pekerjaan persiapan meliputi beberapa pekerjaan antara lain: pemasangan papan nama proyek
dan pembersihan lahan.
Beberapa pekerjaan dan pekerjaan persiapan:
a. Pemasangan papan nama proyek
Papan Nama Proyek akan dibuat dan dipasang pada awal pelaksanaan kegiatan. Papan Nama Proyek ini dibuat
dari triplek t.6 mm dengan ukuran 100 x 120 cm, ditopang kayu kaso (5/7) kelas 2 (borneo) dengan tinggi 250
cm dari permukaan tanah dan dicat dasar warna yang sesuai dan huruf cetak berwarna hitam yang berisi
informasi mengenai cakupan kegiatan yang akan dilaksanakan.
b. Pembersihan lahan
Pembersihan lahan adalah pekerjaan yang terdiri dari pembersihan lahan dari semua pohon, halangan -
halangan, semak – semak, sampah, dan bahan lainnya yang tidak dikehendaki atau menggangu keberadaannya
sesuai dengan yang diperintahkan oleh direksi Pekerjaan.
PASAL 4
PEKERJAAN PAVING BLOCK
1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini mencakup pengadaan lapisan beton yang tersusun dari agregat yang dicampur di pusat
pencampuran serta menghampar dan memadatkan. Campuran tersebut di atas suatu dasar (pondasi) yang telah
disiapkan dan sesuai dengan persyaratan ini yang memenuhi bentuk sesuai dalam Gambar dalam hal elevasi
(ketinggian), penampang memanjang dan melintangnya atau sesuai dengan yang diperintahkan Konsultan
Pengawas. Pekerjaan ini juga akan mencakup peningkatan dan perbaikan perkerasan beton halaman yang
lama, beserta penyediaan dan penghamparan konstruksi perkerasan baru untuk membuat perkerasan yang
sempurna, sesuai dengan Gambar dan instruksi Konsultan Pengawas.
2. SPESIFIKASI PEKERJAAN
Pekerjaan Paving Block terdiri atas:
• Pekerjaan beton mutu f’c = 18,68 Mpa, umumnya digunakan untuk struktur beton dengan tulangan yang
diisi adukan. Campuran beton harus dibuat dan diuji dengan rancangan campuran serta bahan yang
diusulkan sesuai dengan SNI 03-2834-2000, dengan disaksikan oleh pihak berwenang yang
menggunakan jenis instalasi dan peralatan sebagaimana yang akan digunakan dalam pelaksanaan
pekerjaan.
• Segera setelah pengecoran, beton harus dilindungi dari pengeringan dini, temperatur yang terlalu panas
dan ganguan mekanis. beton harus dijaga agar kehilangan kadar air yang terjadi seminimal mungkin dan
diperoleh temperatur yang relatif tetap dalam waktu yang diperlukan untuk menjamin hidrasi yang
sebagaimana mestinya pada semen dan pengerasan beton.
PASAL 5
PEKERJAAN SALURAN TERBUKA DAN TERTUTUP
1. PEKERJAAN TANAH
a. Pekerjaan galian tanah setempat
• Galian tanah harus pada ketentuan yang ditunjukkan dalam gambar yang telah disetujui oleh Direksi,
termasuk pemindahan ketentuan pembuangan atau penimbunan apabila galian tersebut digunakan
kembali. Apabila tidak ditunjukkan pada gambar, galian tanah harus diukur untuk mendapatkan gambaran
pasti atau menggunakan ketentuan lain yang paling baik tingkat dan ukurannya dan disetujui Direksi.
• Sisa tanah hasil galian yang tidak dipakai harus disingkirkan dan dibuang kelokasi yang telah ditentukan.
Pembuangan tanah ini harus segera dilakukan setelah pekerjaan galian agar tidak terjadi penumpukan
tanah disekitar lokasi pekerjaan.
2. PEKERJAAN STRUKTUR
a. Pekerjaan pondasi
• Pekerjaan cerucuk
Pondasi cerucuk yaitu salah satu jenis pondasi yang biasanya digunakan pada didaerah dengan kondisi
tanah yang kurang stabil seperti jenis tanah lembek ataupun tanah gambut dengan elevasi muka air yang
cukup tingggi. Ketinggian pondasi cerucuk dapat dipengaruhi oleh muka air pasang surut. Untuk
perencanaan kedalaman dan jarak anatara tiang pancang harus dilakukan berdasarkan pemeriksaan tanah.
• Pekerjaan Bekisting
Bekisting adalah suatu konstruksi bantu yang bersifat sementara yang digunakan untuk mencetak beton
yang akan di cor, di dalamnya atau diatasnya.
• Pekerjaan beton
Kualitas/mutu beton tergantung dari kualitas bahan-bahan pembuat beton dan perbandingannya. Bahan-
bahan harus diperiksa dulu sebelum dipakai membuat beton dengan maksud menguji apakah syarat-syarat
mutu dipenuhi. Setelah bahan material sudah tercampur dalam keadaan kering kemudian tambahkan air
secukupnya sampai merata, maka material tersebut berubah dalam bentuk pasta, setelah menjadi pasta
tuangkan sedikit demi sedikit kedalam galian yang sudah diletakan tulangan dan setelah pasta masuk
kedalam galian pondasi pasta tersebut yang diratakan dengan sendok spesi/cetok sesuai dengan
kemiringan dari bentuk pondasi
Pekerjaan ini dilaksanakan sesuai dengan standar spesifikasi dari bahan yang digunakan sesuai dengan
petunjuk dari direksi.
Pekerjaan dapat dilaksanakan bilamana bidang yang akan dikerjakan telah disetujui oleh direksi. Dan
dalam melaksanakan pekerjaan ini harus mengikuti pula semua petunjuk dalam gambar terutama pada
gambar detail dan gambar potongan mengenai ukutan teba/tinggi peil dan bentuk profilnya.
3. PEKERJAAN ARSITEKTUR
a. Pekerjaan pengecatan
• Pekerjaan pengecatan baru boleh dilaksanakan setelah :
- Dinding/bagian yang akan dicat selesai diperiksa dan disetujui oleh Direksi.
- Bagian yang retak sudah diperbaiki dan yang kotor sudah dibersihkan.
- Dinding/bagian yang akan dicat harus kering dan tidak berdebu.
- Didahului dengan membuat percobaan pengecatan pada dinding/bagian yang akan dicat.
- Pekerjaan pengecatan harus dikerjakan oleh tenaga ahli dengan mengikuti semua petunjuk dari pabrik
cat yang bersangkutan. Cat yang digunakan harus berada di dalam kaleng-kaleng yang masih disegel,
tidak pecah/bocor dan mendapat persetujuan Direksi.
Bahan:
Produk = Untuk Cat setara Nippon Sportkote
Warna = Ditentukan kemudian
Kualitas = Baik
PASAL 6
PEKERJAAN KANSTIN
1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan ini mencakup pengadaan lapisan beton yang tersusun dari agregat yang dicampur di pusat
pencampuran serta menghampar dan memadatkan. Campuran tersebut di atas suatu dasar (pondasi) yang telah
disiapkan dan sesuai dengan persyaratan ini yang memenuhi bentuk sesuai dalam Gambar dalam hal elevasi
(ketinggian), penampang memanjang dan melintangnya atau sesuai dengan yang diperintahkan Konsultan
Pengawas. Pekerjaan ini juga akan mencakup peningkatan dan perbaikan perkerasan beton halaman yang
lama, beserta penyediaan dan penghamparan konstruksi perkerasan baru untuk membuat perkerasan yang
sempurna, sesuai dengan Gambar dan instruksi Konsultan Pengawas.
2. SPESIFIKASI PEKERJAAN
Pekerjaan Kanstin terdiri atas:
• Pekerjaan beton mutu f’c = 18,68 Mpa, umumnya digunakan untuk struktur beton dengan tulangan yang
diisi adukan. Campuran beton harus dibuat dan diuji dengan rancangan campuran serta bahan yang
diusulkan sesuai dengan SNI 03-2834-2000, dengan disaksikan oleh pihak berwenang yang
menggunakan jenis instalasi dan peralatan sebagaimana yang akan digunakan dalam pelaksanaan
pekerjaan.
• Pekerjaan penulangan, untuk kanstin ini perakitan tulangan dilakukan di luar tempat pengecoran di lokasi
proyek agar setelah dirakit dapat langsung dipasang dan proses pembuatan kanstin dapat berjalan lebih
cepat. Setelah merakit tulangan kanstin maka untuk pemasangan tulangan dilakukan dengan cara manual
karena tulangan untuk kanstin ini tidak terlalu berat.
• Pekerjaan Bekisting, bekisting adalah suatu konstruksi bantu yang bersifat sementara yang digunakan
untuk mencetak beton yang akan di cor, di dalamnya atau diatasnya. Diasumsikan yang akan dibuat
bekisting adalah bagian tiangnya untuk penyambungan kolom sedangkan untuk pondasinya hanya
diratakan dengan cetok (sendok spesi).
• Segera setelah pengecoran, beton harus dilindungi dari pengeringan dini, temperatur yang terlalu panas
dan ganguan mekanis. beton harus dijaga agar kehilangan kadar air yang terjadi seminimal mungkin dan
diperoleh temperatur yang relatif tetap dalam waktu yang diperlukan untuk menjamin hidrasi yang
sebagaimana mestinya pada semen dan pengerasan beton.
PASAL 7
PEKERJAAN AKHIR
1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan akhir untuk semua item pekerjaan, antara lain:
a. Pembersihan Material
b. Pembuangan material tidak terpakai
PASAL 8
PENJELASAN RKS DAN GAMBAR
1. Kontraktor wajib meneliti semua Gambar dan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) termasuk tambahan dan
perubahannya yang dicantumkan dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing) bila ada.
2. Bila gambar tidak sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS), maka yang mengikat / berlaku adalah
ketentuan yang ada dalam RKS. Bila suatu gambar tidak cocok dengan gambar yang lain, maka gambar yang
mempunyai skala yang besar yang berlaku.
3. Bila perbedaan-perbedaan tersebut menimbulkan keragu-raguan sehingga dalam pelaksanaan dikhawatirkan
menimbulkan kesalahan, maka kontraktor wajib menanyakan kepada Konsultan Pengawas.
PASAL 9
RENCANA KERJA
1. Sebelum memulai pekerjaan yang nyata di lapangan, kontraktor wajib membuat rencana pekerjaan pelaksanaan
dan bagian-bagian pekerjaan berupa Barchart dan Kurva S yang telah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari
Direksi/ Konsultan Pengawas.
2. Konsultan Pengawas/Direksi akan menilai prestasi pekerjaan kontraktor berdasarkan rencana kerja tersebut.
PASAL 10
KUASA KONTRAKTOR DI LAPANGAN
1. Di lapangan, kontraktor wajib menunjuk seorang kuasa kontraktor atau biasa disebut PELAKSANA LAPANGAN
yang cakap untuk memimpin pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan di lapangan dan mendapat kuasa penuh dari
kontraktor, berpendidikan minimal STM Bangunan berpengalaman 3 tahun. Penunjukan atau penugasan
pelaksana lapangan ditujukan kepada Pemberi Tugas serta Direksi sebagai tembusan.
2. Dengan adanya pelaksana lapangan tidak berarti bahwa kontraktor lepas tanggung jawab sebagian maupun
keseluruahan kewajibannya.
3. Kontraktor wajib memberi tahu secara tertulis kepada Direksi, nama dan jabatan pelaksana lapangan untuk
mendapat persetujuan.
4. Bila kemudian hari menurut Direksi ternyata pelaksana lapangan kurang mampu atau kurang cakap memimpin
pekerjaan, maka akan diberitahukan kepada kontraktor secara tertulis untuk mengganti pelaksana lapangan
tersebut.
PASAL 11
TEMPAT TINGGAL / DOMISILI KONTRAKTOR
1. Untuk menjaga kemungkinan diperlukannya kerja diluar jam kerja (lembur) apabila terjadi hal-hal yang
mendesak, kontraktor wajib memberitahukan secara tertulis kepada Direksi.
2. Alamat kontraktor diharapkan tidak berpindah-pindah selama pekerjaan. Bila terjadi perubahan alamat, kontraktor
wajib segera memberitahukan secara tertulis paling lambat dalam waktu 1 x 24 jam kepada Direksi.
PASAL 12
PENJAGAAN KEAMANAN LAPANGAN PEKERJAAN
PASAL 13
JAMINAN DAN KESELAMATAN KERJA
1. Kontraktor diwajibkan menyediakan obat-obatan menurut syarat-syarat pertolongan pertama pada kecelakaan
(P3K) yang selalu dalam keadaan siap digunakan di lapangan untuk mengatasi segala kemungkinan musibah bagi
semua petugas dan pekerja lapangan.
2. Segala sesuatu yang menyangkut jaminan sosial dan keselamatan para pekerja wajib diberikan oleh kontraktor
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
PASAL 14
SITUASI DAN UKURAN
1. Situasi
a. Kontraktor wajib meneliti situasi tapak, terutama keadaan bangunan, sifat dan luasnya pekerjaan dan hal-hal
lain yang dapat mempengaruhi harga penawaran.
b. Kesalahan atau kekurangtelitian kontraktor dalam hal ini tidak dapat dijadikan alasan untuk mengajukan
tuntutan.
2. Ukuran
a. Ukuran satuan yang digunakan disini semuanya dinyatakan dalam cm, kecuali ukuran untuk baja yang
dinyatakan dalam inch dan mm.
b. Pedoman titik duga lantai +0,00 sesuai dengan gambar rencana.
PASAL 15
SYARAT-SYARAT PEMERIKSAAN BAHAN BANGUNAN
1. Semua bahan bangunan yang didatangkan harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan.
2. Bahan bangunan yang telah didatangkan kontraktor di lapangan pekerjaan tetapi ditolak pemakaiannya oleh
Direksi karena tidak memenuhi syarat yang ditentukan harus segera dikeluarkan dari lokasi lapangan dalam waktu
selambatnya 2 x 24 jam terhitung dari jam penolakan.
3. Pekerjaan atau bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan kontraktor tetapi ditolak oleh Direksi karena tidak
memenuhi syarat maka pekerjaan tersebut harus segera dihentikan dan yang sudah terpasang segera dibongkar
atas biaya kontraktor.
PASAL 16
PEMERIKSAAN PEKERJAAN
1. Sebelum memulai pekerjaan lanjutannya yang apabila pekerjaan sebelumnya telah selesai, akan tetapi belum
diperiksa oleh Direksi maka kontraktor wajib meminta persetujuan kepada Direksi dan apabila disetujui maka
pekerjaan tersebut dapat dilanjutkan.
2. Bila permohonan pemeriksaan itu dalam waktu 2 x 24 jam tidak dipenuhi Direksi, kontraktor dapat meneruskan
pekerjaannya dan bagian yang seharusnya diperiksa dianggap telah disetujui Direksi.
3. Bila kontraktor melanggar pasal 1 ayat ini, Direksi berhak menyuruh bongkar bagian pekerjaan untuk diperbaiki.
Biaya pembongkaran dan pemasangan kembali menjadi tanggung jawab kontraktor.
PASAL 17
PEKERJAAN TAMBAH KURANG
1. Tugas mengerjakan pekerjaan tambah/kurang diberitahukan secara tertulis oleh Direksi/Konsultan Pengawas serta
persetujuan Pemberi Tugas.
2. Pekerjaan tambah/kurang hanya berlaku bila memang nyata-nyata ada perintah tertulis dari Direksi/Konsultan
Pengawas atau atas persetujuan Pemberi Tugas.
3. Biaya pekerjaan tambah/kurang akan diperhitungkan berdasarkan pemeriksaan bersama dan nilai kontrak yang
pembayarannya diperhitungkan bersama dengan pembayaran terakhir.
4. Untuk pekerjaan tambah/kurang yang harga satuannya tidak tercantum dalam harga satuan pekerjaan dalam
penawaran, harga satuannya akan ditentukan lebih lanjut oleh Direksi/Konsultan Pengawas bersama-sama
kontraktor dengan persetujuan Pemberi Tugas.
5. Adanya pekerjaan tambah tidak dapat dijadikan alasan penyebab keterlambatan penyerahan pekerjaan, tetapi
Direksi/Konsultan Pengawas dapat mempertimbangkan perpanjangan waktu karena adanya pekerjaan tambah
tersebut.
PASAL 18
KETENTUAN TAMBAHAN DAN PENUTUP
1. Segala sesuatu yang belum tercantum dalam rencana kerja dan syarat teknis ini bila dipandang perlu dapat
disempurnakan pada saat penjelasan pekerjaan (aanwijzing) dan setelah menjadi risalah merupakan bagian yang
tak terpisahkan dari Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini.
2. Kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan harus melengkapi dan menyediakan peralatan tambahan yang
diperlukan, walaupun tidak digambarkan atau disebutkan dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat ini sehingga
dapat bekerja dengan baik dan dapat dipertanggung jawabkan.
3. Setiap item pekerjaan baru yang akan dimulai, Kontraktor wajib memberitahukan seminggu sebelum pelaksanaan
pekerjaan tersebut dan telah mendapat persetujuan dari pengawas lapangan/direksi tentang metode kerja dan bahan
serta peralatan yang akan digunakan.
4. Permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan dan diperlukan penyelesaian di lapangan akan dibicarakan bersama
semua pihak yang terkait untuk mendapatkan kesepakatan bersama demi kesempurnaan pekerjaan. Bila terjadi
perubahan dari pekerjaan harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Direksi Proyek sebelum dapat
dilaksanakan.
5. Segala kerusakan yang timbul akibat adanya pelaksanaan pekerjaan, misalnya kerusakan jalan akibat mobilisasi
maupun kerusakan lainnya yang nyata-nyata akibat pelaksanaan pekerjaan ini, maka Kontraktor wajib mengadakan
perbaikan atas beban biaya Kontraktor.
6. Tenaga dan Peralatan
Tenaga Ahli dan peralatan yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan :