Anda di halaman 1dari 47

TEKNIK BUDIDAYA IKAN KERAPU CANTANG (Ephinephelus sp.

DI BALAI PERBENIHAN DAN BUDIDAYA IKAN AIR PAYAU DAN


LAUT KARIMUNJAWA

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

Oleh :

Abdullah Sa’ad Khulaimi

NIM 174010059

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMARANG
2020

i
LEMBARAN PENGESAHAN

TEKNIK BUDIDAYA IKAN KERAPU CANTANG (Ephinephelus sp.)


DI BALAI PERBENIHAN DAN BUDIDAYA IKAN AIR PAYAU DAN
LAUT KARIMUNJAWA

Laporan Praktik Kerja Lapangan ini telah disetujui oleh pembimbing

Pada tanggal : .................................................................

Oleh :

Abdullah Sa’ad Khulaimi

NIM : 174010059

Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian Dosen Pembimbing
Universitas Wahid Hasyim Semarang

Lutfi Aris Sasongko., S.TP., M.Si. Hilmi Arija Fachriyan, S.Pi., M.Si
(NPP : 06.02.1.0074) (NPP : 06.15.1.0317)

ii
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat

menyelesaikan laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang berjudul Teknik

Budidaya Ikan Kerapu Cantang (Ephinephelus sp.) di Balai Perbenihan dan

Budidaya Ikan Air Payau dan Laut Karimunjawa. Pelaksanaan dan penyelesaian

laporan praktek kerja lapangan ini, tidak lepas dari dukungan, bimbingan,

semangat dari berbagai pihak. Sebagai rasa syukur kehadiran Allah SWT, penulis

mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Hilmi Arija Fachriyan, S.pi., M.Si selaku Dosen Pembimbing yang

telah berkenan meluangkan waktu untuk senantiasa memberikan

bimbingan, arahan, dorongan dan motivasi selama penyusunan dan

pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan.

2. Bapak Firman Hidayat selaku pimpinan/koordinator yang telah memberi

bimbingan selama pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan di Balai

Perbenihan dan Budidaya Ikan Air Payau dan Laut Karimunjawa

3. Bapak Fachrul, Mas Uli, Mas Taufik, Mas Amin, Mas Wiwit, selaku

pendamping lapangan yang telah memberikan pendampingan, pengarahan

dan bimbingan selama pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan.

4. Bapak Kaslan dan Ibu Siti Nurjannah selaku orang tua dari saudara

Muhammad sahal Mahfudz yang telah berkenan memberi tempat untuk

menginap dan merawat selama Praktik Kerja Lapangan.

iii
5. Bapak dan Ibuku tersayang yang telah mendidik, merawat, membesarkan,

memberi bantuan moral dan material serta jasa dan kebaikan mereka yang

tidak terhitung nilainya.

6. Kelompok Praktek Kerja Lapangan ( Sahal, Helmy, Dhiva) yang telah

menemani dan bekerjasama selama kegiatan ini.

7. Wanita – wanita hebat dibelakangku (Salsabila, Hanis, Amila, Aqbila)

yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.

8. Teman-teman satu angkatan Fakultas Pertanian Universitas Wahid Hasyim

Semarang.

Laporan telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari

berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan proposal ini, untuk itu

kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah

berkontribusi dalam pembuatan laporan ini.

Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan

kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki laporan Praktik Kerja Lapangan

ini.

Semarang, 23 Maret 2020

Penyusun

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ ii

KATA PENGANTAR.................................................................................... iii

DAFTAR ISI................................................................................................... v

DAFTAR TABEL........................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR...................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1

1.1.........................................................................................................

Latar Belakang................................................................................ 1

1.2.........................................................................................................

Rumusan Masalah........................................................................... 2

1.3.........................................................................................................

Tujuan............................................................................................. 3

1.4.........................................................................................................

Manfaat........................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 4

2.1. Klasifikasi...................................................................................... 4

2.2. Morfologi dan Anatomi................................................................. 6

2.3. Habitat Atau Tempat Hidup........................................................... 8

2.4. Kebiasaan Makan........................................................................... 8

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN............................................... 10

3.1. Waktu dan Tempat Praktik Keja Lapangan................................. 10

v
3.2. Metode Pelaksanaan.................................................................... 10

3.2.1. Metode Dasar............................................................................ 10

3.2.2.Metode Pengumpulan Data....................................................... 10

3.3. Rencana Jadwal Kegiatan............................................................ 11

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................ 12

4.1. Budidaya Ikan kerapu cantang.................................................... 12

4.1.1. Persiapan Tempat dan Alat....................................................... 12

4.1.2. Pemeliharaan Benih Kerapu Cantang....................................... 13

4.1.3. Pembesaran kerapu cantang...................................................... 18

4.2. Hama dan Penyakit...................................................................... 21

BAB V PENUTUP.......................................................................................... 31

5.1. Kesimpulan.................................................................................. 31

5.2. Saran............................................................................................ 32

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 33

LAMPIRAN....................................................................................................

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Morfologi dan Anatomi kerapu Macan, Cantang, da kertang......... 7

Tabel 3.1. Rencana kegiatan Praktik Kerja lapangan....................................... 11

Tabel 4.1. Pengukuran Kualitas Air benih Kerapu Cantang............................ 16

Tabel 4.2. Standar pemberian Pakan Ikan Kerapu cantang.............................. 17

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerapu Cantang........................................................................... 5

Gambar 4.1. Bak Penampungan Air Laut......................................................... 13

Gambar 4.2. Bak Pemeliharaan Benih.............................................................. 13

Gambar 4.3. Penyiponan................................................................................... 15

Gambar 4.4. Pergantian Air.............................................................................. 16

Gambar 4.5. Merthylin Blue............................................................................. 17

Gambar 4.6. Grading Benih.............................................................................. 18

Gambar 4.7. Pemberian Pakkan........................................................................ 19

Gambar 4.8. Proses Pencucican Ikan Kerapu Cantang .................................... 20

viii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tidak dapat dipungkiri bahwa ikan kerapu merupakan salah satu jenis

ikan yang laris dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Bahkan, saat ini

Indonesia akan mendapati bahwa ada banyak negara di luar sana yang

menginginkan untuk impor ikan ini, alhasil ikan ini diekspor ke negara

tersebut dengan permintaan yang tidak sedikit. Berkat semakin tingginya

permintaan pasar, maka memiliki peluang untuk dapat melakukan budidaya

dari ikan yang satu ini.

Ikan kerapu juga memiliki banyak jenis. Setiap jenis sudah pasti akan

memiliki detail yang berbeda-beda. Budidaya ikan kerapu harus mampu

untuk mengenali variasi dan masing-masing ciri-ciri tersebut. Hal ini akan

berpengaruh dari harga penjual dan bibit dari ikan tersebut. Bahkan, ikan ini

juga tidak hanya ditemukan di wilayah perairan Indonesia saja, kerapu juga

bisa ditemukan di belahan dunia lainnya. Kerapu memiliki banyak jenis

diantaranya adalah kerapu macan, kerapu kerang, kerapu kertang, kerapu

sunuk, kerapu lumpur, kerapu batik, kerapu tikus, kerapu cantang.

Kerapu cantang merupakan salah satu sumber daya perikanan yang

pemanfaatannya berasal dari hasil tangkapan dan budidaya. Kerapu cantang

memiliki beberapa keunggulan selain dagingnya yang lezat, kerapu cantang

1
2

jika dikonsumsi secara teratur juga mampu mengurangi resiko penyakit jantung

coroner karena ikan kerapu ini mengandung omega 3 (salah satu lemak tak

jenuh yang sangat baik bagi tubuh). Selain itu ikan kerapu cantang juga

mimiliki nilai ekonomis yang tinggi.

Pengembangan budidaya kerapu cantang mempunyai peluang yang

sangat besar karena didukung oleh potensi perairan kita yang cukup luas baik

perairan laut, payau, maupun perairan tawar. Adapun sifat-sifat biologi yang

dimiliki kerapu cantang menguntungkan untuk dibudidayakan karena memiliki

sifat yang dapat mentolerir perubahan salinitas (euryhaline), selain itu ikan ini

mampu tumbuh dan berkembang dengan baik dan cepat apabila dipelihara

dalam lingkungan yang cocok.

Sedikitnya ada tiga alasan mengapa ikan kerapu cantang perlu

dikembangkan sebagai komoditas unggulan di Indonesia yaitu :

1. Kerapu cantang merupakan komoditi perikanan yang memiliki peluang

ekspor yang sangat menarik yang selama ini belum dimanfaatkan secara

penuh.

2. Pertumbuhan bisnis kerapu secara keseluruhan diharapkan akan membawa

dampak peningkatan devisa Negara dan kesejahteraan lapisan bawah

masyarakat yang hidup dengan mata pencarian bidang perikanan.

3. Modernisasi penangkapan dan budidaya ikan kerapu akan mengurangi

dampak negatif terhadap lingkungan laut khususnya rusaknya terumbu

karang.
3

Balai Perbenihan dan Budidaya Ikan Air Payau dan Laut

Karimunjawa terletak di Pulau Karimunjawa Kabupaten Jepara, memiliki luas

lahan sebesar 10.000 m² dan luas bangunan sebesar 150 m². Karena lahan

yang cukup luas juga sangat dekat dengan laut merupakan lokasi yang tepat

untuk budidaya ikan air laut dan fasilitas yang cukup lengkap, maka dari itu

saya tertarik untuk melakukan Praktek Kerja Lapangan di tempat tersebut.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasakan latar belakang di atas maka didapatkan rumusan masalah sebagai

berikut :

1. Bagaimana teknik budidaya ikan kerapu cantang di Balai Perbenihan dan

Budidaya Ikan Air Payau dan Laut Karimunjawa ?

2. Bagaimana kendala budidaya ikan kerapu cantang di Balai Perbenihan dan

Budidaya Ikan Air Payau dan Laut Karimunjawa ?

1.3. Tujuan

Adapun tujuan yang didapat dari rumusan masalah adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui teknik budidaya ikan kerapu cantang di Balai Perbenihan dan

Budidaya ikan Air Payau dan Laut Karimunjawa.

2. Mengetahui kendala budidaya ikan krapu cantang di Balai Perbenihan dan

Budidaya Ikan Air Payau dan Laut Karimunjawa.

1.4. Manfaat

Manfaat dari kegiatan tersebut adalah :

1. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang dunia perikanan.

2. Sebagai bahan untuk mengetahui teknik budidaya ikan kerapu cantang.


4

3. Sebagai bahan masukan untuk peningkatan dan perkembangan ilmu dan

teknologi dibidang budidaya pada umumnya, dan perbenihan ikan kerapu

cantang khususnya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi

Kerapu Cantang (Ephinephleus sp.) merupakan benih hybrid hasil

rekayasa perkawinan silang antara induk betina ikan Kerapu Macan

(Epinephelus fuscoguttatus) dengan induk jantan ikan Kerapu Kertang

(Epinephelus lanceolatus). Klasifikasi Ikan kerapu macan digolongkan

menjadi:

Kelas : Chondrichthyes

Sub kelas : Ellasmobranchii

Ordo : Percomorphi

Divisi : Perciformes

Famili : Serranidae

Genus : Epinephelus

Spesies : Epinephelus fuscoguttatus

Sedangkan klasifikasi ikan Kerapu Kertang sebagai berikut:

Kelas : Chondrichthyes

Sub kelas : Ellasmobranchii

Ordo : Percomorphi

Divisi : Perciformes

Famili : Serranidae

Genus : Epinephelus

Spesies : Epinephelus lanceolatus

5
6

Klasifikasi ikan kerapu cantang adalah sebagai berikut:

Filum               : Chordata

Subfilum         : Vertebrata

Kelas : Chondrichthyes

Subkelas : Ellasmobranchii

Ordo : Percomorphi

Subordo : Percoidea

Famili  : Serranidae

Genus : Epinephelus

Spesies : Epinephelus sp.

Gambar 2.1. Kerapu Cantang

Hibridisasi adalah salah satu metode pemuliaan dalam upaya

mendapatkan strain baru yang mewarisi sifat-sifat genetik dan morfologis dari

kedua tetuanya dan untuk meningkatkan heterozigositas. Semakin tinggi

heterozigositas suatu populasi, semakin baik sifat-sifat yang dimilikinya.

Hibridisasi pada ikan relatif mudah dan dapat menghasilkan kombinasi

taksonomi yang bermacam-macam dan luas.

6
7

Dengan metode hibridisasi ini diharapkan dapat menghasilkan benih

yang unggul pada sifat-sifat genetik dan morfologis. Rekayasa hibridisasi

ikan kerapu di BBAP Situbondo dilaksanakan berdasarkan SK Dirjen No.

6375/DPB.1/PB.110.D1/XII/03, tanggal 23 Desember 2003, tentang

Penetapan Pusat Pengembangan Induk dan Bibit Ikan (Udang, Nila, Rumput

Laut dan Kerapu), sedangkan BBAP Situbondo dalam hal ini sebagai anggota

Jaringan Pemuliaan Ikan Kerapu. Kegiatan ini bertujuan untuk menghasilkan

benih ikan kerapu varietas baru berupa ikan hibrida yang unggul.

Perekayasaan hibridisasi ikan kerapu antara ikan kerapu macan betina

dan kerapu kertang jantan telah menghasilkan satu varietas baru yang secara

morfologis mirip dengan kedua spesies induknya, sedangkan

partumbuhannya lebih baik daripada ikan kerapu macan dan kerapu kertang

itu sendiri.

Dengan lahirnya benih jenis baru ini terbukti dapat membantu

produksi benih dan ikan konsumsi secara Nasional untuk mendukung

pencapaian target produksi perikanan budidaya, Kementerian Kelautan dan

Perikanan. Benih kerapu hibrida menunjukkan kinerja lebih unggul jika

dibandingkan dengan kedua induknya baik dari segi kecepatan pertumbuhan

maupun survival rate yang dihasilkan mulai dari produksi benih.

2.2. Morfologi dan Anatomi

Morfologi atau bentuk tubuh kerapu cantang merupakan kombinasi

antara kerapu macan dengan kerapu kertang. Kerapu macan memiliki bentuk

7
8

badan kerapu macan memanjang silindris tubuhnya lebih tinggi, kulit

tubuhnya dipenui dengan bintik-bintik gelap yang rapat, sirip dadanya

berwarna kemerahan, sedangkan sirip-sirip yang lain mempunyai tepi cokelat

kemerahan. Pada garis rusuknya terdapat 110 - 114 buah sisik.dan gepeng

(compressed), tetapi kadang ada juga yang agak bulat.

Mulutnya kerapu cantang lebar serong ke atas, rahang bawah dan atas

dilengkapi gigi-gigi yang berderet dua baris, ujungnya lancip dan kuat.

Sementara itu, ujung luar bagian depan dari gigi baris luar adalah gigi-gigi

yang besar. Badan kerapu macan ditutupi oleh sisik kecil yang mengilap dan

bercak loreng mirip bulu macan. (Subyakto dan Cahyaningsih (2005)).

Sedangkan kerapu kertang mempunyai tubuh memanjang dan agak pipih

dengan warna hitam atau cokelat keabu-abuan.

Perbedaan morfologi dan anatomi ikan kerapu macan, cantang, dan

kertang untuk lebih detail dapat dilihat di tabel berikut ini:

Tabel 2.1. Morfologi dan Anatomi Kerapu Macan, Cantang dan Ketang

No Macan Cantang Kertang


1 Bentuk tubuh compres Bentuk tubuh compres dan Bentuk tubuh compres

sedikit membulat relative membulat dengan dan sedikit membulat

ukuran lebar kepala sedikit

atau hampir sama dengan

lebar badannya

2 Warna kulit Warna kulit coklat Warna tubuh abu-abu

kecoklatan dengan 5 kehitaman dengan 5 garis kehitaman dengan 4

8
9

garis melintang hitam melintang di bagian garis melintang yang

dibagian tubuhnya tubuhnya kurang begitu jelas

(samar-samar)
3 Bintik hitam melebar Bintik hitam juga banyak Bintik hitam juga

dihampir semua tersebar di kepala dan banyak tersebar di

bagian tubuh. didekat sirip pectoral kepala dan didekat

dengan jumlah yang sirip.

berlainan pada setiap

individu
4 Sirip punggung Sirip punggung semakin Sirip punggung

semakin melebar melebar kearah belakang semakin melebar kearah

kearah belakang belakang


5 Sirip punggung Sirip punggung menyatu Sirip punggung

menyatu yang terdiri yang terdiri atas 11 jari- menyatu yang terdiri

atas 11 jari-jari keras jari keras dan 15 jari-jari atas 11 jari-jari keras

dan 14 jari-jari lunak, lunak, sirip pectoral terdiri dan 15 jari-jari lunak,

sirip pectoral terdiri atas 17 jari-jari lunak, sirip sirip pectoral terdiri

atas 16 jari-jari lunak, ventral terdiri dari 1 jari- atas 17 jari-jari lunak,

sirip ventral terdiri jari keras dan 5 jari-jari sirip ventral terdiri dari

dari 1 jari-jari keras lunak, sirip anal terdiri 1 jari-jari keras dan 5

dan 5 jari-jari lunak, dari 2 jari-jari keras dan 8 jari-jari lunak, sirip anal

sirip anal terdiri dari 2 jari-jari lunak, sedangkan terdiri dari 2 jari-jari

jari-jari keras dan 9 sirip caudal terdiri atas 13 keras dan 8 jari-jari

jari-jari lunak, jari-jari lunak. lunak, sedangkan sirip

sedangkan sirip caudal caudal terdiri atas 13

9
10

terdiri atas 18 jari-jari

lunak. jari-jari lunak.


6 Bentuk ekor rounded Bentuk ekor rounded Bentuk ekor rounded
Bentuk mulut lebar, Bentuk mulut lebar,

superior (bibir bawah Bentuk mulut lebar, superior (bibir bawah

lebih panjang dari superior (bibir bawah lebih lebih panjang dari bibir

7 bibir atas) panjang dari bibir atas) atas)


Tipe sisik stenoid Tipe sisik stenoid Tipe sisik stenoid

8 (bergerigi) (bergerigi) (bergerigi)


Bentuk gigi runcing Bentuk gigi runcing Bentuk gigi runcing

9 (canine) (canine) (canine)


10 Panjang ikan 25 cm Panjang ikan 48 cm Panjang ikan 32 cm
11 Panjang usus 34 cm Panjang usus 63 cm Panjang usus 55 cm
Sumber: BBAP Situbondo (2012)

2.3. Habitat atau Tempat Hidup

Ikan kerapu Cantang di Indonesia, tersebar di perairan Padang,

Bengkulu, Kepulauan Seribu, Karimunjawa, Bawean, Flores, Kalimantan

Timur, dan Sulawesi Selatan. Kerapu macan hidup di habitat berkarang

sehingga popular juga dengan sebutan kerapu karang. parameter kualitas air

yang cocok untuk pertumbuhan ikan kerapu yaitu temperatur antara 24 - 31

°C, salinitas antara 30 - 33 ‰, kandungan oksigen terlarut lebih besar dari 3,5

ppm dan pH antara 7,8 - 8,0.

2.4. Kebiasaan Makan

Kerapu dikenal sebagai ikan pemangsa (predator) yang memangsa

berbagai jenis ikan kecil, plankton hewani, udang-udangan, cumi-cumi dan

10
11

hewan-hewan kecil lainnya. Ikan kerapu dikenal sebagai pemakan

hewan/daging atau karnivor (carnivorous) yang rakus atau piskivor

(piscivorous).

Berdasarkan pengamatan isi perut kerapu ukuran kecil / kerapu muda,

diketahui kandungan di dalam perutnya didominasi oleh golongan krustase

(udang-udangan dan kepiting) sebanyak 83% dan ikan-ikanan sebesar 17%.

Namun, semakin besar ukuran kerapu, komposisi isi perutnya didominasi

oleh ikan-ikanan. Jenis udang-udangan yang banyak dijumpai dalam isi perut

kerapu adalah jenis udang krosok (parapeneus sp.), udang dogol

(metapenaeus sp.) dan udang jerbung (panaeus merguiensis). Sementara dari

kelompok ikan-ikanan yang ditemui pada umumnya adalah ikan teri

(stelopterus sp.), beronang (siganus sp.), tembang (sardinella sp.), belanak

(mugil sp.), jenaha (lutjanus sp.), sotong (sepia sp.), gurita (octopus sp.), dan

cumi-cumi (loligo sp.) dalam jumlah kecil. Karena itu, kandungan protein

dalam makanan ikan kerapu cukup tunggi.

11
BAB III

METODOLOGI PELAKSANAAN

3.1. Waktu dan Tempat Praktik Kerja Lapangan

Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan pada 7

Februari-25 Februari 2020 di Balai Perbenihan dan Budidaya Ikan Air Payau

dan Laut Karimunjawa. Tepatnya Jalan Pelabuhan Perikanan No.1

Karimunjawa Kabupaten Jepara.

3.2. Metode Pelaksanaan

3.2.1. Metode Dasar

Metode yang digunakan dalam kegiatan praktik Kerja Lapangan

(PKL) ini dengan menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif yaitu

metode yang memusatkan perhatian pada pemecahan masalah yang ada

pada saat ini. Berdasarkan pengamatan tersebut mahasiswa mendeskripsikan

kondisi dan kegitan selama Praktik Kerja Lapangan serta mengambarkan

kegiatan budidaya ikan kerapu di Balai Perbenihan dan Budidaya Ikan Air

Payau dan Laut Karimunjawa

3.2.2. Metode Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi secara langsung dilakukan dengan melakukan pengamatan

langsung di Lokasi Praktik Kerja Lapangan selama kegiatan praktik

dilakukan, antara lain mengenai permasalahan yang dihadapi, solusi

12
13

dalam pemecahan masalah tersebut dan hal-hal yang relevan dengan

tujuan pelaksanaan kegiatan praktik.

b. Wawancara

Wawancara yaitu pengumpulan data yang dilakukan kepada narasumber

melalui pertanyaan yang berkaitan dengan aspek yang dikaji.

c. Tindakan

Tindakan yaitu mahasiswa secara aktif mengikuti langsung kegiatan

yang ada di Balai Perbenihan Dan Budidaya Ikan Air Payau Dan Laut

Karimunjawa. Mahasiswa mengikuti semua untuk aktifitas, memahami

dan mempraktikkan seluruh kegiatan budidaya ikan di Balai

Perbenihan dan Budidaya Ikan Air Payau dan Laut Karimunjawa.

d. Pencatatan

Mahasiswa melakuan pencatatan data yang berupa informasi yang

berasal dan sumber-sumber yang relevan dan dapat dipercaya.

e. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan dengan pengambilan gambar terhadap kegiatan

budidaya, panen dan pasca panen tanaman melon serta kegiatan yang

terlibat pada kegiatan Praktik Kerja Lapangan.

f. Kajian pustaka

Mahasiswa mengumpulkan sumber pustaka atau penelitian terdahulu

dengan tujuan menguatkan data Praktik Kerja Lapangan.


14

3.3. Rencana Jadwal Kegiatan

Kegiatan yang akan direncanakan dan dilakukan bulan Februari 2020.

Adapun jadwal kegiatan sebagai berikut :

Tabel 3.1. Rencana Kegiatan Praktik Kerja Lapangan

No. Jenis Kegiatan Waktu


1. Survei Lapangan 17 September 2019
2. Penyusunan Proposal 30 September 2019 – Januari 2020
3. Perizinan Oktober 2019

4. Pelaksanaan 7 Februari - 25 Februari 2020


5. Penyusunan Laporan 7 Februari 2020 – Selesai
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Budidaya Ikan Kerapu Cantang

Budidaya ikan Kerapu merupakan salah satu jenis usaha yang masih

terbatas dan belum banyak di kembangkan masyarakat . Berdasarkan hasil

Praktik Kerja Lapangan yang saya laksanakan pada tanggal 7 februari s.d. 25

februari 2020, Balai Perbenihan dan Budidaya Ikan Air Payau dan Laut

Karimunjawa memulai kegiatan budidaya dengan Pendederan hingga panen.

Sayangnya ketika kegiatan dilaksanakan umur ikan belum sampai siap panen.

4.1.1. Persiapan Tempat Dan Alat

Ikan kerapu cantang merupakan jenis ikan yang hidup di media air

laut, maka budidaya yang bisa dipilih dengan menggunakan keramba

jaring apung. Lokasi yang bisa dipilih untuk melakukan budidaya ikan

kerapu cantang ini diantaranya yaitu:

 Pilih lokasi yang tenang dengan arus air tidak terlalu bergelombang dan

bukan area pelayaran.

 Kedalaman air surut minimal sekitar 3 meter.

 Sebaiknya dasar perairan berupa batu yang berpasir.

 Air laut memiliki salitasi sekitar 29-32 ppt.

Adapun lokasi yang lebih baik digunakan untuk budidaya ikan

kerapu adalah batu yang berpasir karena dengan lokasi seperti itu ikan

dengan sendirinya bisa menghilangkan lendir maupun parasit yang

15
16

menempel pada tubuh ikan dengan cara mengesekkan tubuhnya pada batu

atau pasir. Selain itu ada juga bak penampungan air laut yang berfungsi

mengalirkan air laut yang sudah ditampung ke bak pemeliharaan benih

ikan kerapu cantang.

Selain tempat, adapun alat alat yang digunakan sebagai penunjang

budidaya ikan kerapu cantang adalah jaring. Jaring yang baik untuk

melakukan budidaya ikan kerapu cantang ini yaitu jaring dengan bahan

polyethylene. Selain itu siapkan pula perlengkapan budidaya diantaranya

yaitu perahu, freezer dan kulkas, generator, aerator, serok, timbangan,

tangki, sikat, ember dan lain sebagainya.

4.1.2. Pemeliharaan Benih Kerapu Cantang

A. Persiapan Bak Pemeliharaan Benih

Bak yang digunakan untuk pemeliharaan benih terbuat dari beton

yang berbentuk persegi panjang berukuran 2,5 m x 3 m x 1,25 m dengan

kapasitas 10 ton. Volume awal pengisian air laut ke dalam bak

pemeliharaan benih adalah 5000 liter. Dinding dan dasar bak dicat dengan

warna biru muda. Setiap sudut bak dibuat agak melengkung dengan

bertujuan menghindari penumpukan kotoran dan juga untuk

mempermudah sirkulasi air.


17

Gambar 4.1. Bak penampungan air laut Gambar 4.2. Bak pemeliharaan benih

Bak dan peralatan yang akan digunakan dalam kegiatan

pemeliharaan benih harus disterilisasi terlebih dahulu. Sterilisasi dilakukan

dengan cara dinding dan dasar bak, selang aerasi batu aerasi, serta pipa

saringan outlet dicuci dan disikat sehigga lumut yang menempel hilang,

kemudian bak dibilas hingga bersih. Setelah itu bak dan peralatan yang

sudah dicuci disiram dengan clorin sebanyak 50 ppm dan dibiarkan selama

1 hari kemudian setelah itu bak dan peralatan dicuci dengan deterjen dan

di bilas lagi dengan air tawar sehingga bau clorin hilang dan dikeringkan.

Hal ini sesuai dengan yang dikemukaan oleh (Subyakto dan Cahyaningsih.

(2002)).

Bak yang sudah siap kemudian diisi air. Air yang di alirkan ke

dalam bak pemeliharaan benih adalah air yang sudah ditritment

menggunakan hi-clone 70 sebanyak 10 ppm selama 5 jam dan sudah

dinetralisir tio sulfat sebanyak 5 ppm selama 15-30 menit. Pengisian air ke
18

dalam bak pemeliharaan benih dilkukan dengan cara disaring

menggunakan filter bag, dengan tujuan agar mencegah masuknya

organisme lain ke dalam bak pemeliharaan benih.

B. Pengelolaan Kualitas Air

Dalam pemeliharaan benih ikan kerapu cantang, pengelolaan air

sangat perlu diperhatikan karena air merupakan salah satu faktor yang dpat

mempengaruhi keberhasilan dalam kegiatan budidaya khususnya

khususnya pemeliharaan benih kerapu cantang. Selain itu pengelolaan

kualitas air juga bertujuan untuk mencegah ikan agar tidak terinfeksi yang

diakibatkan akibat buruknya kualitas air media pemeliharaan benih.

Pengelolaan kualitas air pemeliharaan benih kerapu cantang di PBIAL

Karimunjawa meliputi penyiponan, penggantian air, dan pengukuran

kualitas air.

 Penyiponan

Selama pemeliharaan benih dilakukan pengamatan pada media

pemeliharaan secara terus menerus. Untuk menjaga agar air tetap

optimal maka bak diusahakan dalam keadaan bersih, oleh karena itu

perlu dilakukan penyiponan pdasar bak. Penyiponan pada dasar bak

adalah salah satu upaya untuk menjaga ait agar tetap stabil.

Penyiponan dilakukan ketika bak air sudah mulai kotor karena

disebabkan sisa pakan an kotoran ikan. Biasanya penyiponan ikan

dilakukan setiap hari pada pagi hari pukul 06.30. Penyiponan

dilakukan dengan menggunakan pipa PVC berdiameter ¾ inch


19

sepanjang 3 meter yang mana pada ujungnya dipasang paralon T yang

dilapisi spon sebagai pembersih. Pada saat penyiponan alat sipon

(pipa) disambung dengan selang sepanjang 3 meter untuk mengalirkan

air dan kotoran yang terbawa dari dasar bak.

Gambar 4.3. Penyiponan

 Pergantian Air

Pergantian air dilakukan setiap hari pada pagi hari setelah

melakukan penyiponan. Pergantian air dilakukan agar kualitas air

tatap terjaga baik. kegiatan tambahan saat pergantian air adalah

mencuci benih ikan kerapu cantang menggunakan air tawar yang

berfungsi untuk menghilangkan lendir dan parasit yang menempel

pada tubuh ikan maupun pada bak.

Ikan kerapu cantang dicuci dengan cara disemprotkan ai tawar

saja mengenai ikan dan bagian dalam bak. Semprotkan air secukupnya

jangan terlalu kencang karena dapat membuat ikan stress, bahkan sisik
20

ikan mengelupas. kemudian air tawar dan kotoran yang ada pada bak

ikut terbuang pada pipa output.

Gambar 4.4. Pergantian air

 Pengukuran Kualitas Air

Pengamatan kualitas air dilakukan untuk mengantisipasi agar

tidak terjadi perubahan secara mendadak. Selama masa pemeliharaan

dilakukan cek kualitas air yang meliputi beberapa parameter kualitas

air yaitu salinitas, suhu, dan pH.

Tabel 4.1. Pengukuran Kualitas Air Benih Kerapu Cantang

Parameter Kualitas Air Nilai Alat Pengukur


Suhu air 29-30℃ Termometer
Salinitas 33 ‰ Refraktometer
21

pH 8,3 pH meter
Sumber : BBAP Situbondo (2013)

C. Pemberian Pakan

Pada proses pembesaran benih, untuk benih yang berukuran 9-10

cm hanya diberi pakan pelet EP, dimana ukuran pelet yang menyesuaikan

ukuran mulut ikan. Pemberian pakan pada benih ikan diberikan sebanyak

3 kali sehari. Adapun jadwal pemebrian pakan adalah pada pukul 09.00 ,

pukul 11.00, pukul 14.00, dan pukul 16.00.

Tabel 4.2. Standar Pemberian Pakan Ikan Kerapu Cantang

Ukuran ikan (gram)


No. Dosis dan Jenis pakan 15 – 25 50 - 75 400-500
1. Ikan mean segar (%) 10 – 15 7,5 - 10 5 - 7,5
2. Pellet (%) 7,5 – 10 5 - 7,5 3-5
Sumber : Kumpulan SNI Bidang Pembudidayaan, Ditjen Perikanan
Budidaya, 2002
D. Pemberian Mulitivitamin

Kegunaan penambahan multivitamin dapat menambah kekebalan

tubuh ikan sehingga dapat tumbuh secara normal, di samping itu dapat

mencegah terjadinya lordosis dan scoliosis atau tubuh bengkok karena

perkembangan tulang belakang yang tidak sempurna. Manfaat lain adalah

dapat meningkatkan sintasan ikan, atau menurunkan tingkat kematian,

berpengaruh terhadap kinerja ikan, warna tubuh menjadi lebih cerah dan

agresif. Dapat juga diberikan tambahan vitamin C sebanyak 2 gram/kg

berat pakan yang diberikan 2 kali per minggu.


22

Gambar 4.5. Methilyne Blue

E. Grading Benih

Kerapu cantang termasuk ikan buas dan memiliki sifat kanibal.

Oleh sebab itu kegiatan pemilahan atau penyeragaman ukuran harus

secara rutin dilakukan. Hal ini dilakukan agar setiap bak pembesaran

benih hanya diisi ikan yang berukuran sama, bila ada perbedaan ukuran

maka ikan yang lebih kecil akan kalah bersaing dengan ikan yang lebih

besar dalam memperoleh makanan, hal ini bisa menyebabkan

penghambat pertumbuhan dan banyak kematian.

Penyeragaman ukuran dilakukan mulai dari awal pembenihan dan

selanjutnya diteruskan minimal setiap dua minggu sekali, terutama kalau

terdapat variasi ukuran. Pemilahan ukuran dilakukan dengan cara ikan

diambil menggunakan serok dan ditampung dalam ember plastik yang

terdapat lubang-lubang, kemudian ikan diseleksi berdasarkan ukuran dan

dimasukan kembali dalam wadah pemeliharaan.


23

Gambar 4.6. Grading Benih

4.1.3. Pembesaran Kerapu Cantang

Setelah melalui grading, selanjutnya adalah pembesaran. Ikan yang

sudah mencapai ukuran maka ditebarkan kedalam KJA. Biasanya untuk

usia kerapu cantang yang siap tebar di KJA adalah ikan yang berusia 1

bulan setelah pendederan, yaitu panjang ikan sudah mencapai 15-20 cm.

Untuk kepadatan tebar setiap petak KJA adalah 200-250 ekor ikan.

Pada proses pembesaran ini, ikan kerapu cantang baiknya diberi

makan sebanyak 2 kali sehari, yaitu pada pagi hari dan sore hari. Adapun

pakannya adalah ikan rucah, ikan dipotong kecil-kecil menyesuaikan

mulut ikan. Tetapi kendala yang dialami di PBIAL Karimunjawa adalah

susahnya mendapatkan ikan rucah sebagai pakan dan harga pakan yang

cukup mahal. Untuk mendapatkan pakan rucah, PBIAL Karimunjawa

harus memesannya terlebih dahulu dari nelayan yang berasal dari Jepara,

kemudian ikan rucah itu dikirimkan menggunakan kapal bisa juga nelayan

secara langsung mengantarkan pesanan ke Karimunjawa. Hal tersebutlah


24

yang menjadikan kendala dan harga pakan mahal. Akibatnya ikan kerapu

hanya diberi pakan dengan menyesuaikan stok pakan. Jika stok pakan

banyak maka ikan kerapu akan diberi makan 2 kali sehari, tetapi jika stok

pakah sedikit ikan kerapu akan diberi makan 1 kali sehari.

Gambar 4.7. Pemberian Pakan

Perawatan kerapu cantang cukup mudah, hanya dicuci

menggunakan air tawar setiap hari. Tujuannya adalah menghilangkan

parasit dan meminimalisir penyakit yang terjadi pada ikan akibat

gelombang lepas air laut. Selain itu tujuan mencuci ikan menggunakan air

tawar adalah menghilangkan lendir pada ikan. Cara mencuci kerapu

menggunakan air tawar adalah menangkap ikan dari KJA lalu dimasukkan

ke dalam ember yang sudah terisi air tawar. Masukkan 10-20 ekor ikan

setiap ember, kemudian pegang ikan satu persatu lalu cek pada seluruh

tubuh ikan. Usap dan bersihkan sisik ikan dari arah kepala hingga ekor,
25

karena jika terbalik akan membuat sisik ikan terkelupas dan akibatnya

daya tahan tubuh ikan melemah yang membuat ikan mudah mati. Ikan

yang suda dicuci bersih langsung dimasukkan ke dalam KJA, lakukan

sampai ikan yang terdapat dalam KJA tercuci bersih semua.

Gambar 4.8. Proses Pencucian Ikan Kerapu Cantang


26

4.2. Kendala Budidaya Ikan Kerapu cantang

Budidaya tidak akan lepas dari kendala berupa hama dan penyakit.

Sebagai pembudidaya, alangkah baiknya untuk mengetahui cara pencegahan

daripada pengobatannya karena lebih efektif.

Kerapu juga bisa mengalami gangguan, baik dari lingkungan maupun

parasit. Interaksi yang tidak seimbang antara makhluk hidup (inang),

lingkungan, dan parasite akan menimbulkan penyakit. Kenyamanan dalam

budi daya kerapu akan terganggu apabila ikan diserang hama dan penyakit

karena kegagalan dan kerugian yang akan didapat. Jadi, alangkah baiknya

untuk mengetahui dahulu hama dan penyakit yang biasa ditemui pada budi

daya kerapu.

4.2.1 Ancaman

Hama adalah organisme yang sengaja maupun tidak sengaja dan

langsung maupun tidak langsung mengganggu, membunuh, dan

memangsa ikan. Macam-macam hama dapat dikategorikan ke dalam jenis

competitor (pesaing), predator (pemangsa), dan pencuri.

1. Kompetitor (pesaing)

Kompetitor adalah organisme yang menimbulkan persaingan

dengan kerapu yang dipelihara dalam hal mendapatkan makanan,

oksigen, dan ruang gerak. Organisme pesaing bisa berupa alga, kerang-

kerangan, tertitip, dan lumut yang semuanya biasa menempel pada jaring.

Sementara itu, siput dan kepiting biasa ditemui sebagai pesaing di

tambak.
27

Untuk menanggulangi hama di KJA, bisa mengganti jaring yang

telah ditempeli alga, lumut, teritip, dan kerang-kerangan. Dengan de

mikian, sirkulasi oksigen dan sinar matahari tidak akan terhalang oleh

organisme tersebut. Untuk jaring yang memiliki mata jaring 1 inci,

dibutuhkan waktu untuk ganti jaring sekitar 2 minggu, sedangkan untuk

mata jaring berukuran 2 inci dibutuhkan waktu ganti sekitar 3-4 minggu..

2. Predator (pemangsa)

Predator atau pemangsa adalah organisme yang memangsa ikan

peliharaan. Pemangsa kerapu biasanya berupa ikan hiu dan jenis burung

seperti camar dan pelican. Namun, untuk predator seperti itu hiu biasanya

tidak akan menyerang jika memang lokasi budi daya bukan merupakan

daerah teritorial hiu. Bisa pula dengan membuat jaring rangkap supaya

ruang gerak ikan buas bisa dipersulit sehingga tidak bisa menembus

jarring.

Untuk menanggulangi hama burung, bisa menggunakan tutup

pada permukaan KJA agar tidak menyambar ikan, sedangkan untuk

ditambak bisa dengan memperdalam ketinggian air. Kontrol terhadap

lingkungan budi daya juga harus dilakukan untuk mencegah hama tersebut

masuk.

3. Pencuri

Manusia biasanya bertindak sebagai pelaku pencurian dan bisa

menguras ikan dalam waktu yang singkat. Cara penanggulangannya adalah


28

dengan mengontrol area lahan secara kontinu dan dijaga secara bergantian.

Buatlah rumah jaga di areal budi daya sehingga keamanan selalu terjaga.

4.2.2. Penyakit

Penyakit timbul karena adanya interaksi yang tidak seimbang

antara ikan (inang), patogen, dan lingkungan. Penyakit menimbulkan

gangguan fungsi atau struktur dari tubuh, baik langsung atau tidak

langsung. Organisme patogen masuk ke dalam lingkungan budi daya

sehingga mengganggu metabolism ikan.

Pencegahan lebih baik daripada mengobati. Hanya mengandalkan

pengobatan tidak akan menjamin ikan sembuh total. Pengobatan juga

membutuhkan biaya, waktu, dan tenaga yang tidak sedikit. Gejala klinis

ikan yang tidak sehat antara lain nafsu makan hilang dan tingkah laku

tidak normal. Tingkah laku yang tidak normal ini di antaranya ikan diam

di dasar (pasif) atau berenang dengan posisi kepala di bawah sambil

menggosok-gosokkan badan di bak.

Untuk tanda-tanda di luar tubuh ikan (eksternal) antara lain

perubahan warna tubuh, sirip, dan ekor; badan kurus dan perut

membengkak; kerusakan dan banyak lendir di insang; serta mata

keputihan. Sementara itu, indikasi ikan tidak sehat secara internal (di

dalam tubuh) adalah adanya gejala pendarahan di organ dalam (hati,

limpa, usus) yang berwarna pucat, terdapat cairan pada rongga perut,

pembesaran gelembung renang, serta terdapat bintik-bintik putih dan


29

benjolan pada rongga dalam. Penyakit yang menyerang kerapu dapat

dibagi 2, yaitu penyakit non-infeksi, penyakit infeksi.

A. Penyakit non-infeksi

Penyakit non-infeksi merupakan penyakit tidak menular yang bukan

disebabkan parasite. Beberapa hal yang dapat mengganggu kehidupan kerapu

sebagai berikut:

1. Curah hujan

Kehidupan ikan dapat dipengaruhi melalui perubahan suhu dan

salinitas ekstrim yang disebabkan oleh curah hujan. Curah hujan yang

terlalu tinggi bisa menyebabkan berlimpahnya air dan menurunkan

salinitas sehingga ikan akan stress karena penurunan salinitas yang

terlalu drastis. Untuk pemiliharaan di tambak, lapisan insang dapat

tertutup oleh lumpur dari endapan sedimentasi. Curah hujan juga dapat

menyebabkan naik-turunnya suhu mempengaruhi metabolism tubuh dan

tingkat stress pada ikan.

2. Parameter air

Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas air adalah salinitas, suhu,

pH, dan oksigen terlarut. Apabila semua faktor ini tidak terkondisikan

dengan baik bisa menimbulkan stress pada ikan. Penempatan KJA

sebaiknya di lokasi yang kondisi airnya jernih dan terbebas

dari upwelling (arus balik).
30

3. Kondisi pakan

Pakan yang diberikan berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan

dan kekebalan tubuh ikan dari berbagai penyakit. Pemberiannya harus

tepat waktu dan tidak berlebihan. Namun, jika pakan yang diberikan

sudah kadaluarsa, sebaliknya dapat menjadi racun, lalu menimbulkan

penyakit pada ikan.

B. Penyakit Infeksi

Penyakit infeksi disebut penyakit parasiter. Penyakit ini bisa disebabkan

oleh protozoa dan penyakit. Semuanya bisa menginfeksi ikan serta menular.

a.) Protozoa

Gejala ikan yang terserang protozoa ini adalah pembusukan pada

sirip, sisik mudah lepas, ikan menjadi lesu, peningkatan produksi lender,

mata buram, perdarahan kulit (haemorage), serta terdapat bintik putih

pada insang dan kulit permukaan.

b.) Parasit

Berikut adalah beberapa parasit penyebab penyakit pada kerapu yang

menempel di luar maupun di dalam tubuh ikan.

1. Flatworm (Platyhelmynthes)

Jenis yang sering menyerang kerapu adalah Diplectenum sp.

Ciri-ciri dari kerapu yang terserang parasit ini adalah warna tubuh

pucat, nafsu makan berkurang, selalu berenang di permukaan, lendir

berlebihan, suka menggosok-gosokkan tubuhnya di dinding, dan jika


31

berenang tampak megap-megap dengan tutup insang terbuka. Parasit

jenis ini menyerang organ dalam seperti usus, gonad (kantung telur),

serta insang.

2. Krustasea (Nerocilla sp. Lepeophtheirus, dan Caligus)

Gejala yang ditimbulkan dari serangan parasite ini antara lain

selera makan ikan menurun, insang rusak dan berwarna cokelat, serta

ikan cenderung mendekati saluran air masuk (inlet). Terjadinya

serangan parasite diawali dengan menetasnya telur Nerocilla dan

berkembang dalam perut ikan bagian bawah. Selanjutnya, telur akan

keluar, menetas, dan berenang, lalu masuk ke dalam ikan lain.

Parasit Nerocilla  sp. memiliki bentuk pipih seperti kecoa dan

sebagian besar hidup bebas memakan bangkai (scavenger). Parasit ini

termasuk protrandus atau melalui fase jantan sewaktu muda.

Ukurannya 3-8 mm, sedangkan yang dewasa berukuran 2-3 cm.

parasit yang berukuran 1,4-2 cm dapat menghasilkan telur sebanyak

100-125 butir. Parasit ini biasa menyerang kerapu yang bobotnya >50

g. Penyakit yang disebabkan oleh Nerocilla disebut nerocilliasis serta

sering menempel pada insang dan kulit dengan kerusakan yang serius.

Parasit Caligus dan Leophtheirus ditemukan menyerang kulit

dan insang. Ikan yang terserang parasit ini akan mengalami kerusakan

di kedua organ tersebut. Insang menjadi pucat serta sisik kerapu akan

terkelupas.
32

3. Skin monogenic trematodes

Parasit ini menyerang kulit hingga mengakibatkan borok atau

nekrotik sehingga memudahkan penyakit sekunder menyerang ikan,

baik bakteri atau jamur. Mata yang terserang akan menjadi putih

keruh serta dapat menyebabkan kebutaan.

4.2.3. Pengendalian Penyakit

Upaya pengendalian harus dilakukan sehingga penyakit tidak

berkembang dan merugikan. Berikut adalah cara pengendalian untuk

berbagai macam sebab.

1. Serangan protozoa

a. Merendam ikan ke dalam larutan formalin 50 ppm dan acriflavin 10

ppm selama 1 jam.

b. Merendam ikan ke dalam larutan formalin 100 ppm selama 1 jam.

c. Merendam ikan ke dalam larutan formalin 25 ppm dan malachite

green 0,15 ppm.

d. Jika gejala terlalu parah, dapat direndam dengan air tawar selama 10-

15 menit.

2. Serangan parasite

Parasite flatworm dari jenis platyhelmynthes dapat dikendalikan

dengan cara berikut.

a. Merendam ikan ke dalam larutan formalin 100 – 150 ppm selama 15

– 30 menit dan diulangi selama 3 hari berturut-turut.


33

b. Jika terdapat luka, rendam ikan ke dalam larutan acriflavin 10 ppm

selama 1 jam.

c. Merendam ikan ke dalam larutan formalin 25 ppm selama 2 jam atau

merendam ikan ke dalam air tawar selama 10 – 20 menit.

Spesies yang termasuk skin monogenic treamatodes adalah jenis Benedia sp.

dan dapat dicegah dengan merendam ikan ke dalam air tawar selama 15

menit.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kegiatan Praktik kerja Lapangan di Balai perbenihan dan Budidaya Ikan Air

Payau dan Laut Karimunjawa dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Proses budidaya ikan kerapu cantang di Balai Perbenihan dan Budidaya

Ikan Air Payau dan Laut Karimunjawa dimulai dari persiapan alat dan

tempat, kemudian penebaran benih di bak pemeliharaan benih. Adapun

perawatannya dengan membersihkan dan menguras air setiap hari setelah

itu diberi pakan 3-4 kali sehari. Grading dilakukan 14 hari setelah benih

berada di bak pemeliharaan sejak awal penebaran. Setelah mencapai

ukuran budidaya dilanjutkan dengan pembesaran. Pembesaran dilakukan

di Keramba Jaring Apung (KJA). Perawatan ikan kerapu cantang saat

proses pembesaran meliputi pemberian pakan sebanyak 2 kali sehari,

pada pagi dan sore hari dengan menggunakan pakan ikan rucah.

Kemudian perawatan lain yang dilakukan adalah mencuci ikan dengan

air tawar yang bertujuan untuk menghilangkan lendir pada ikan.

2. Kendala yang terdapat saat budidaya ikan kerapu cantang adalah susah

mendapatkan stok pakan. Kendala lain adalah hama dan penyakit yang

menggangu proses budidaya dan pertumbuhan ikan antara lain ikan yang

memiliki ukuran lebih besar sehingga menjadi kompetitor, kutu yang

bersarang pada insang ikan, dan cacing yang menepel pada tubuh ikan.

34
35

5.2 Saran

Dalam proses kegiatan Praktik Kerja Lapangan di balai Perbenihan Dan

Budidaya Ikan Air Payau Dan Laut Karimunjawa, saran yang dapat penulis

berikan antara lain :

a) Teknologi dan sarana prasarana yang ada harus dimanfaatkan

semaksimal mungkin agar kegiatan budidaya mendapat hasil yang

maksimal.

b) Memanfaatkan sumberdaya alam Karimunjawa yang melimpah seperti

ikan untuk pakan kerapu cantang.

c) Penambahan tenaga kerja tetap oleh pihak Dinas Kelautan dan Perikanan

Provinsi Jawa Tengah.

d) Memberikan multivitamin untuk mempercepat dan menjaga ikan dari

hama dan penyakit.


DAFTAR PUSTAKA

Choo Wei Jiet, Nadirah M, 2018, Teknik Budidaya Kerapu Cantang Pada
keramba Jaring Apung di BBAP Situbondo Jawa Timur, Jurnal Ilmiah
Perikanan dan Kelautan Vol: 10. No. 2 98-103

Fadhilyatud diniyyah, Choo Wei Jiet, 2018, jurnal ilmiah Perikanan Dan Kelautan
Vol: 10. No. 2

http://eprints.umm.ac.id/45978/3/BAB%20ii.pdf (akses 23 Februari 2020)

http://digilib.unila.ac.id/8058/15/BAB%20ii.pdf ( akses 23 Februari 2020)

http://www.oseanografi.lipi.go.id/dokumen/oseana_ix(1)3-10.pdf (akses 23
Februari 2020

Ghufron M, H.K. Kordi, 2011, Buku Pintar Budidaya Ikan Air Laut Ekonomis,
LILY PUBLISHER, Yogyakarta.

Imam Prayogo, 2014, Washil Isfanji, Technical Maintenance Larva Cantang


Grouper (Ephinephelus Fuscoguttatus Lanceolatus), Jurnal Ilmu
Perikanan Vol: 5. No. 1

Kumpulan SNI Bidang Pembudidayaan, Ditjen Perikanan Budidaya, 2002

Ratu Siti Aliah, M. Husni Amarullah dan Suhendar, 2007, Karakteristik


Lingkungan Perairan Habitan Benih dan Induk Ikan Kerapu di Perairan
Pangkep Sulawesi selatan, Vol: 2. No.3, Jakarta.

SK Dirjen No. 6375/DPB.1/PB.110.D1/XII/03, tanggal 23 Desember 2003,


tentang Penetapan Pusat Pengembangan Induk dan Bibit Ikan (Udang,
Nila, Rumput Laut dan Kerapu)

Subyakto, S. dan S. Cahyaningsih. 2005. Pembenihan Kerapu Skala rumah


Tangga. PT Agromedia Pustaka, Jakarta.

36
LAMPIRAN

Pembersihan Bak Penampungan Air Laut

Benih Kerapu Cantang


Proses Grading

PProses Grading
Kerapu Cantang Usia 5 bulan

Anda mungkin juga menyukai