Oleh :
IRMAYURNI
2014901416
Pengertian : adalah peradangan akibat Sekresi mukus berlebihan Peradangan pada jaringan
APENDISITIS
infeksi pada usus buntu atau umbai cacing pada Lumen
(apendiks). (Nurarif dan Kusuma, 2015).
Penatalaksanaan Apendisitis
Pre Operasi Intra operasi Post Operasi
Nyeri Akut
Dx : Ansietas Perdarahan
NOC : Gastrointestinal Jaringan kulit terbuka
fungsion NIC : Bowel
Mangement Ketidak seimbangan
Volume Cairan Dx: Nyeri Akut NOC: Pain level
Kerusakan Integritas Jaringan Pain Control Comfort level
NIC: Paint Mangement
Dx : Ketidakseimbangan
Volume cairan
NOC : Fluid balance Dx: Kerusakan Integritas Jaringan NOC: Tissue Integrity :
NIC : Fluid Mangement Skin and muccous membranes NIC: Pressure Management
52
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Pasien
Nama Pasien : Nn. Y
Umur : 24 Tahun
Suku/ Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : Guru
Alamat : Desa Panji Mulia 1, Dsn Suka Maju
Tanggal Masuk RS : 10 agustb 2021
Jam Masuk : 20:00 WIB
Tanggal Operasi : 14 agustus 2021
Tanggal Pengkajian : 15 agustus 2021
No. RM 006192
Ruangan / Kamar : Ruang Rawat Inap Bedah / Kamar Kepies 7
Diagnosa Masuk : Apendisitis Akut
3.1.2 Penanggung Jawab Pasien
Nama : Ny. J
Hubungan Dengan Pasien : Ibu Kandung
Pekejaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Desa Panji Mulia 1, Dsn Suka Maju
3.1.3 Keluhan Utama
Pasien mengeluh pada saat masuk rumah sakit dengan badan lemas, mual,
tidak nafsu makan, perut terasa perih dan terasa nyeri. Dan setelah pasca
dilakukan operasi pasien mengeluh nyeri, nyeri terasa seperti teriris-iris pada
bagian bekas luka operasinya di perut kanan bawah, timbul saat melakukan
pergerakan/ perpidahan tempat dengan skala nyeri 6 dan secara terus-menerus.
3.1.4 Riwayat Penyakit Sekarang
Setelah dilakukan pengkajian teradap pasien, pasien mengatakan nyeri
pada luka di bagian perut kanan pada bagian bawa payudara sebelah kiri dan
kanan, tetapi lebih dominan sebelah kanan. Nyeri timbul tidak menentu (tiba-
tiba), nyeri berlangsung selama ± 1 menit, seperti di tusuk-tusuk, nyeri menyebar
keseluruhan bagian dada, skala nyeri 6. Jika nyeri itu timbul hal-hal yang
memperbaiki keadaan pasien melakukan pada mengatur posisi duduk (orthopedic)
dan meminum obat.
Sebelum di rawat di Rumah Sakit pasien mengatakan nyeri pada perut
bagian kanan bawah. Hal ini dialami pasien sejak satu bulan yang lalu, nyeri
memberat sejak 3-4 hari, nyeri menjalar ke ulu hati dan kaki kanan terasa kebas,
nyeri hilang timbul serta memberat saat pasien melakukan aktivitas. Skala nyeri 6
secara terus menerus dan pasien meringis kesakitan. Oleh Keluarga, pada tanggal
10 Maret 2019 pasien di bawa ke RSUD Munyang Kute Kabupaten Bener Meriah
untuk diperiksa. Setelah di rawat di RSUD Munyang Kute Kabupaten Bener
Meriah pasien melakukan pemeriksaan USG dengan hasil (+) menderita
apendisitis akut pada tanggal 11 agustus 2011 setelah itu pada tangal 14 agustus
2021 dilakuan apendiktomi pada jam 20:00 WIB. Setelah post operasi pasien
dipindahan ke ruangan Tawar Sedenge Instalasi Rawat Inap Bedah pada kamar
Kepies 7.
3.1.5 Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Pasien mengatakan tidak pernah menderita penyakit serius yang
mengharuskannya untuk dirawat inap di Rumah Sakit. Selama ini klien hanya
menderita penyakit seperti demam, batuk, flu dan pasien hanya mengonsumsi obat
yang dibeli di warung dan apotik.
54
Orang tua pasien mengatakan bahwa tidak ada penyakit akut maupun
kronis seperti diabetes melitus, jantung, dan hipertensi yang pernah
diderita saudara nya
c. Penyakit Keturunan yang ada
Pasien mengatakan bahwa di dalam keluarganya tidak ada penyakit
keturunan dan penyakit menular lainnya.
d. Genogram :
Keterangan :
: Laki – Laki
: Perempuan
: Klien
: Meninggal
: Serumah
: Cerai
3.1.7 Riwayat Psiksosial
Pasien dalam keseharian menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Jawa,
pasien mengetahui akan penyakitnya dan pasien menerima keadaan dirinya
setelah pasien melakukan operasi, gambaran diri klien menerima dengan keadaan
sakitnya saat ini, ideal diri klien ingin segera sembuh dan pulang ke rumah agar
bisa melakukan aktivitasnya kembali, harga diri klien tidak merasa rendah diri
dengan penyakitnya, peran diri klien seorang pengajar, sedangkan identitas diri
klien berjenis kelamin perempuan dengan usia 24 tahun sedangka keadaan
emosional pasien saat pengkajian cukup baik dan tenang , perhatian terhadap
orang lain dan lawan bicara pasien sangat kooperatif dan menanggapi lawan
bicara. Pasien memiliki hubungan dengan keluarga saudara, masyarakat dan
dilingkungan sekitar dengan baik.
3.1.8 Observasi dan Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Keadaan umum pasien pada saat pengkajian terbaring lemah post operasi
apendiktomi dengan tingkat kesadaran : Compos Mentis
b. Tanda tanda vital
Suhu Tubuh : 36,7 °C Nadi : 72 x/menit
TD : 120/80 mmHg RR : 24 x/menit
TB : 160 Cm BB : 50 Kg
c. Pemerksaan Kepala dan Leher
1) Kepala dan Wajah\
Bentuk kepala normal mesocnepal, rambut hitam kulit kepala bersih ,
tidak ada nyeri tekan, tidak ada ketombe, rambut panjang,
penyebaran rambut merata, struktur wajah nomal, dan warna kulit
kuning langsat.
2) Mata
Posisi mata simetris, kelopak mata normal, pergerakan mata normal,
konjungtiva merah muda, sclera tidak ikterik, pupil isokor, konea dan
iris normal , tiak memakai kaca mata.
3) Hidung
Hidung bersih, bentuk hidung normal, posisi septum normal dan tidak
ada pernapasan cuping hidung
4) Telinga
Bentuk dan ukuran telingan normal, serumen cukup dan pasien tidak
menggunakana alat bantu pendengaran dan pungsi pendengaran positif.
5) Mulut dan faring
Mukosa bibir kering, tidak terdapat stomatis, tidak terdapat caries pada
gigi, keadaan lidah normal dan bersih tanpa adanya tonsillitis.
6) Leher
Tidak ada pembengkakan kelenjar thyroid dan kelenjar limfe, tidak
terdapat bendungan pada vena jugularis dan denyut nadi karotis teraba.
7) Pemeriksaan Integumen
Kulit bersih, akral hangat, warna kulit kuning lansat, turgor kulit baik
tidak ada kelainan pada kulit.
8) Pemeriksaan Thoraks/Dada
Bentuk dada normal, pernapasan 24 x/menit, pengembangan dada
kanan sama dengan dada kiri, datar tidak ada bekas luka, tidak ada
nyeri tekan, suara perkusi sonor, suara nafas vesikuler, pada jantung
ictus cordia tidak tampak, ictus cordis teraba di SIC V, bunyi jantung I-
II terdengar.
9) Pemeriksaan Abdomen
Pada abdomen terdapat luka operasi di perut kanan bawah sepanjang
kurang lebih 5 cm dan heacting dengan jumlah 9, keadaan balutan rapi
dan bersih, tidak terdapat pengeluaran darah, bising usus 7 x/menit,
suara tympani, terdapat nyeri tekan di sebelah kanan bawah.
10) Pemeriksaan Kelamin
Rambut pubis normal, lubang uretra normal, tidak ada kelainan pada
anus seperti hemoroid.
11) Pemeriksaan Muskoloskeletal
Capilary < 2 detik, tangan kanan dapat di gerakan secara bebas, tangan
kiri hanya terbatas karena terpasang infus RL 20 tetes/menit, tidak
terdapat kemerahan, bengkak dan nyeri tekan. Untuk kedua kaki masih
bisa digerakan bebas tetapi masih lemas dan tidak ada oedema.
12) Pemeriksaan Neurologi
Tingkat kesadaran GCS : 15 dengan E:4, V:5, V:6. Tidak ada tanda
meningitis, kondisi emosi normal dan stabil, pasien mengetahui waktu
dan tempat di rawat sekarang, motivasi pasien sangat kuat untuk
sembuh dan untuk komunikasi pasien menggunakan bahasa Indonesia.
3.1.9 Pola Kebiasaan sehari-hari
Tabel 3.1 Pola Kebiasaan Sehari-hari
No Pola Sebelum Sakit Sesudah Sakit
1. Tidur dan Kebiasaan Pasien tidur kurang lebih Pasien mengatakan
8 jam (21:00 – 05:00) banyak tidur karena
pasien beranggapan
dengan tidur nyeri tidak
terasa
2. Makan dan Minum Pasien mengatakan Nafsu makan pasien
makan 3 kali sehari menurun karena terasa
dengan 1 porsi habis mual dan muntah makan
dengan menu nasi, lauk, 3 kali sehari dengan
tempe dan tahu dan porsi makan Rumah
pasien jarang dan tidak Sakit dan pasien hanya
suka mengonsumsi menghabiskan ½ porsi
sayuran. Minum air makan minum kurang
putih 6-8 gelas perhari lebih 1-2 gelas perhari
3. Eliminasi Pasien mengatakan BAB Pasien mengatakan
1-2 kali perhari dengan setelah masuk Rumah
konsistensi lunak, warna Sakit hanya 1 kali BAB,
kuning, bau khas, BAK dan BAK 3 kali dengan
4-5 kali sehari bau khas warna kuning pekat
dan warna kuning jernih
4. Kebersihan Diri Pasien mandi 2 kali Pasien mandi dengan
sehari menggosok gigi bantuan keluarga dan
dan mencuci rambut 2 perawat dengan dilap
kali sehari saja. Menggosok gigi 3
hari sekali dan mencuci
rambut 2 kali sehari
5. Kegiatan dan Aktivitas Pasien dapat melakukan Aktivitasnya banyak
aktivitasnya sendiri berkurang. Dan hanya
tanpa bantuan orang lain bisa duduk di tempat
tidur dan jika ingin
berjalan dibantu dari
keluarga
3.1.10 Penatalaksanaa Medis dan Terapi
a. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang Medis
1. Hasil Pemeriksaan Laboratorium
KIMIA KLINIK
METABOLISME KARBOHIDRAT
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI
REFERENSI
Glukosa Ad Random 67 mg/dL <200
Glukosa Puasa mg/dL 70-155
Glukosa 2 Jam PP mg/dL <140
HEMOTASIS
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI
REFERENSI
Waktu Pembekuan 4 Menit 1-3/Duke
2-6/lvy
Waktu pendarahan 1 Menit 1-3/lvy
(Sumber : Hasil Laboratorium Patologi Klinik Pada RSUD Munyang
Kute Kab. Bener Meriah, Pada Tanggal 14/03/2019)
2. Pemeriksaan USG abdomen ginjal buli-buli, Appendik
Hasil Pemerisaan :
1) Liver, Ukuran, permukaan, dan echo parenkim homogen, tip tidak
tumpul, tidak tampak SOL, bile duck dan vasclar intrahepatik dalam
batas normal.
2) GB, Pancreas dan spleen echo normal
3) Kidney dextra ukuran normal, echocortex medulla normal, tak tampak
dilatasi pelvocalyceal system tak tampak batu maupun massa.
4) Kidney sinistra ukuran normal echocortex medulla normal, tak tampak
dilatasi pelvocalyceal system tak tampak batu maupun massa.
5) VU, permukaan licin, dinding tak tampak menebal, tak tampak echo
batu maupun massa.
6) Mc.Burney tampak tanda-tanda peradangan dengan penebalan dinding
(target sign).
Kesan : Appendicitis Acut
Positive
Morph.
WBC 10,51 [10^3/µl] 4,0-11,0
RBC 4,89 [10^6/µl] 4,0-5,40
HGB 13,9 [g/dL] 12-16
HCT 40,6 - [%] 36,0-48,0
MCV 83,0 [fL] 80,0-97,0
MCH 28,4 [pg] 27,0-33,0
MCHC 34,2 [g/dL] 31,5-35,0
PLT 304 [10^3/µl] 150-400
RDW-SD 40,4 [fL] 35-47
RDW-CV 13,0 [%] 10,0-15,0
PDW 8,4 - [fL] 10,0-18,0
MPV 8,4 - [fL] 6,5-11,0
P-LCR 13,0 [%] 15,0-25,0
PCT 0,25 [%] 0,2-0,5
Differenial
NEUT 5,21 * [10^3/µl] 5,0-7,0 NEUT% 64,8* % 50-70
LYMPH 0,70 * [10^3/µl] 1,0-4,0 LYMPH% 38,9* % 20,0-70,0
MONO 0,43 * [10^3/µl] 0,10-0,80 MONO% 4,5* % 2,0-8,0
EO 0,014 [10^3/µl] 0,00-0,50 EO% 1,5 % 0,0-0,5
BASO 0,03 [10^3/µl] 0,00-0,10 BASO% 0,3 % 0,0-0,5
IG 0,01 * [10^3/µl] 0,1* %
WBC IP Message : Blasts/Abn Lympho, Atypical Lympho
(Sumber : Hasil Laboratorium Patologi Klinik Pada RSUD Munyang Kute
Kab. Bener Meriah, Pada Tanggal 14/03/2019 15:30 WIB)
a. Pasien tampak
lemas
b. Pasien terbaring
ditempat tidur
3.2.2 Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri Akut
b. Gangguan Integritas Jaringan
c. Hambatan Mobilitas Fisik
3.2.3 Intervensi Keperawatan
65
lebih dari satu
12. Tentukan pilihan anlgesik tergantung tipe
dan berat nyerinya
13. Tentukan anlgesik pilihan, rute
pemberian dan dosis optimal,
14. Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian anlgesik pertama kali
15. Berikan analgesic tepat waktu terutama
ketika nyeri.
16. Evaluasi efektivitas analgesic, tanda dan
gejala.
2. Kerusakan integritas jaringan NOC NIC
Batasan Karakteristik: c. Tissue integrity: skin and a. Pressure ulcer prevention wound care
c. Kerusakan jaringan (Misal: kornea, muccous 13. Anjurkan pasien untuk memakai pakaian
membrane mukosa, integument, dan d. Wound healing: Primary and longgar
subkutan) secondary intention. 14. Jaga kulit agar tetap kering dan bersih
d. Kerusakan jaringan Kriteria Hasil: 15. Mobilisasi pasien setap 2 jam sekali
f. Perfusi jaringan normal 16. leskan lotion atau minyak/baby oil pada
g. Tidak ada tanda-tanda infeksi daerah yang tertekan
h. Ketebalan dan tekstur jaringan 17. Monitor kulit adanya kemerahan atau
normal tidak
i. Menunjukan pemahaman dalam 18. Monitor status nutrisi pasien
proses perbaikan kulit dan 19. Observasi luka
mencegah terjadinya cedere 20. Ajarkan keluarga tentang luka dan
j. Menunjukan proses perawatan luka
penyembuhan luka 21. Cegah kontaminasi feses dan urin
22. Lakukan tekhik perawatan luka dengan
prinsip steril
23. Berikan posisi yang mengurangi tekanan
pada luka
24. Hindari kerutan pada tempat tidur
Mandikan pasien dengan air hangat.
NOC : NIC :
3. Gangguan mobilitas fisik Exercise therapy : ambulation
Joint Movement : Active
11. Monitoring vital sign sebelm/sesudah latihan
Berhubungan dengan :
Mobility Level dan lihat
u. Gangguan metabolisme sel
12. respon pasien saat latihan
v. Keterlembatan perkembangan Self care : ADLs 13. Konsultasikan dengan terapi fisik tentang
w. Pengobatan
rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan
x. Kurang support lingkungan Transfer
y. Keterbatasan ketahan kardiovaskuler Kriteria hasil: 14. Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat
z. Kehilangan integritas struktur tulang e. Klien meningkat dalam berjalan dan cegah terhadap cedera
aa. Terapi pembatasan gerak aktivitas fisik 15. Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain
bb.Kurang pengetahuan tentang f. Mengerti tujuan dari tentang teknik ambulasi
kegunaan pergerakan fisik peningkatan mobilitas 16. Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
cc. Indeks massa tubuh diatas 75 tahun g. Memverbalisasikan perasaan 17. Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan
percentil sesuai dengan usia dalam meningkatkan kekuatan ADLs secara mandiri sesuai kemampuan
dd.Kerusakan persepsi sensori dan kemampuan berpindah 18. Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi
ee. Tidak nyaman, nyeri h. Memperagakan penggunaan alat dan bantu penuhi kebutuhan ADLs ps.
ff. Kerusakan musculoskeletal dan Bantu untuk mobilisasi (walker) 19. Berikan alat Bantu jika klien memerlukan.
neuromuskuler 20. Ajarkan pasien bagaimana merubah
gg.Intoleransi aktivitas/penurunan posisi dan berikan bantuan jika diperlukan
hh.kekuatan dan stamina
ii. Depresi mood atau cemas
jj. Kerusakan kognitif
kk.Penurunan kekuatan otot, kontrol dan
atau masa
ll. Keengganan untuk memulai gerak
mm. Gaya hidup yang menetap, tidak
digunakan, deconditioning
nn.Malnutrisi selektif atau umum
3.2.4 Implementasi dan Evaluasi
Apendisitis Klasifikasi
Etiologi Apendisitis Akut
Hiperplasi folikel limpoid, benda asing, Peradangan pada apendiks karena tersumbatnya lumen oleh fekalith, gliferplasi jaringan limfoid
Apendisitis Kronik
erosi mukosa apendiks dan tumor
apendiks
Penatalaksanaan Pembedahan Komplikasi
Penanggulangan konservatif (terapi (Apendiktomi) Abses
antibiotik), operasi (apendiktomi) dan Perforasi
pencegahan tersier peritonitis
Luka Insisi
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium, Radiologi,
Pelepasan mediator Terputusnya kontiuitas jaringan Ujung Saraf Putus Aktivasi reseptor nyeri
Pemeriksaan foto polos abdomen,
USG Kimia
Manifestasi Klinis
Merangsang Hipotalamus Kerusakan jaringan
1. Adanya nyeri pada Lemah Sulit Beraktivitas
kuadran bawah terasa dan
umumnya disertai demam Stimulus Korteks Serebri
ringan, mual, muntah dan
hilang nafsu makan. Kerusakan Integritas Jaringan Hambatan Mobilitas Fisik
Dipersepsikan Nyeri
2. Adanya nyeri tekan lokal
pada titikMcBurney
3. Adanya Nyeri bekas post Nyeri Akut
operasi Dx : Kerusakan Integritas Dx : Hambatan Mobilitas
Jaringan NOC : Tissue Integrity : Fisik NOC : Joint Movement :
Skin and muccous Active
Dx : Nyeri Akut membranes NIC : Pressure Mobility Level
NOC : Pain level Management Self care : ADLs and
Pain Control Transfer NIC : Exercise therapy :
Comfort level 82
NIC : Paint Mangement
BAB 4
4.1 Hasil
Bab ini berisi tentang asuhan keperawatan yang terdiri dari pengkajian,
diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi dan evaluasi
keperawatan. Data yang dapatkan pada kasus ini berasal dari pasien, keluarga
pasien, catatan keperawatan dan tim keperawatan.
4.1.1 Pengkajian
a. Identitas Pasien dan Penanggung Jawab
Pengkajian dilakukan pada tanggal 15 Agustus tus dengan metode
alloanamnesa dan autoanamnesa. Data yang diperoleh dari pengkajian ini
adalah nama klien Nn. Y umur 24 tahun, jenis kelamin perempuan, agama
Islam Suku Jawa, pendidikan Sarjana, alamat Desa Panji Mulia 1 Dusun Suka
Maju, klien masuk Rumah Sakit pada tanggal 10 agustus 2021, dengan
Nomor Rekam Medik 006192 dengan diagnosa medis post appendictomy.
Penanggung jawab terhadap klien adalah Ny. J, hubungan dengan pasien
adalah Anak, pekerjaan ibu rumah tangga dengan alamat di Desa Panji Mulia
1 Dusun Suka Maju.
b. Riwayat Kesehatan
Keluhan utama : setelah operasi hari ke -1 klien mengatakan
nyerikarena pasca operasi, nyeri seperti di iris-iris dan timbul saat
pergerakan/perpindahan tempat, nyeri dibagian perut kanan bawah, skala 6
dan secara terus menerus.
Riwayat kesehatan sekarang bahwa sebelum di rawat di Rumah Sakit
pasien mengatakan nyeri pada perut bagian kanan bawah. Hal ini dialami
pasien sejak satu bulan yang lalu, nyeri memberat sejak 3-4 hari, nyeri
menjalar ke ulu hati dan kaki kanan terasa kebas, nyeri hilang timbul serta
memberat saat pasien melakukan aktivitas. Skala nyeri 6 secara terus menerus
83
dan pasien meringis kesakitan. Oleh Keluarga, pada tanggal 10 agustus 202-
pasien di bawa ke RSUD Munyang Kute Kabupaten Bener Meriah untuk
diperiksa. Setelah di rawat di RSUD Munyang Kute Kabupaten Bener Meriah
pasien melakukan pemeriksaan USG dengan hasil (+) menderita apendisitis
akut pada tanggal 11 agustus setelah itu pada tangal 14 Agustus dilakuan
apendiktomi pada jam 20:00 WIB. Setelah post operasi pasien dipindahan ke
ruangan Tawar Sedenge Instalasi Rawat Inap Bedah pada kamar Kepies 7.
Pada hari pertama klien mengatakan gatal pada luka operasi.
Riwayat Kesehatan Masa Lalu pasien mengatakan tidak pernah
menderita penyakit serius yang mengharuskannya untuk dirawat inap di
Rumah Sakit. Selama ini klien hanya menderita penyakit seperti demam,
batuk, flu dan pasien hanya mengonsumsi obat yang dibeli di warung dan
apotik denga riwayat kesehatan keluarga yaitu orang tua pasien mengatakan
bahwa tidak ada penyakit seperti diabetes melitus, jantung, dan hipertensi.
Riwayat kesehatan lingkungan, klien mengatakan lingkungan rumahnya
bersih, terdapat ventilasi, ada tempat pembuangan sampah, jauh dari sungai
atau pabrik. Orang tua pasien mengatakan bahwa tidak ada penyakit akut
maupun kronis seperti diabetes melitus, jantung, dan hipertensi yang pernah
diderita saudara nya, pasien mengatakan bahwa di dalam keluarganya tidak
ada penyakit keturunan dan penyakit menular lainnya.
Pada pengkajian fungsional didapatkan pola persepsi dan manajemen
kesehatan sebelum sakit : klien mengatakan bahwa ksehatan tu mahal
biayanya sehingga harus menjaga kesehatan, selama sakit : klien mengatakan
bahwa kondisi sakit merupakan suatu yang tidak menyenangkan dan pasien
berharap agar cepat sembuh dari penyakitnya. pola nutrisi sebelum sakit :
Pasien mengatakan makan 3 kali sehari dengan 1 porsi habis dengan menu
nasi, lauk, tempe dan tahu dan pasien jarang dan tidak suka mengonsumsi
sayuran. Minum air putih 6-8 gelas perhari, sesudah sakit : Nafsu makan
pasien menurun karena terasa mual dan muntah makan 3 kali sehari dengan
porsi makan Rumah Sakit dan pasien hanya menghabiskan ½ porsi makan
minum kurang lebih 1-2 gelas perhari. Pola eliminasi sebelum sakit : Pasien
mengatakan BAB 1-2 kali perhari dengan konsistensi lunak, warna kuning,
bau khas, BAK 4-5 kali sehari bau khas dan warna kuning jernih, sesudah
sakit : Pasien mengatakan setelah masuk Rumah Sakit hanya 1 kali BAB, dan
BAK 3 kali dengan warna kuning pekat.
Pola aktivitas dan latihan sebelum sakit : Pasien dapat melakukan
aktivitasnya sendiri tanpa bantuan orang lain dimana pasien beraktivitas rutin
sebagai guru di salah satu sekolah yang berada di Kabupaten Bener Meriah,
sesudah sakit : Aktivitasnya banyak berkurang. Dan hanya bisa duduk di
tempat tidur dan jika ingin berjalan dibantu dari keluarga.
Pola istirahat tidur sebelum sakit : pasien tidur kurang lebih 8 jam
(21:00 – 05:00), setelah sakit: Pasien mengatakan banyak tidur karena pasien
beranggapan dengan tidur nyeri tidak terasa. Pola persepsi dan konsep diri
pada pasien mengetahui akan penyakitnya dan pasien menerima keadaan
dirinya setelah pasien melakukan operasi, gambaran diri klien menerima
dengan keadaan sakitnya saat ini, ideal diri klien ingin segera sembuh dan
pulang ke rumah agar bisa melakukan aktivitasnya kembali, harga diri klien
tidak merasa rendah diri dengan penyakitnya, peran diri klien seorang
pengajar, sedangkan identitas diri klien berjenis kelamin perempuan dengan
usia 24 tahun sedangka keadaan emosional pasien saat pengkajian cukup baik
dan tenang.
Pola pesan dan hubungan perhatian terhadap orang lain dan lawan
bicara pasien sangat kooperatif dan menanggapi lawan bicara. Pasien
memiliki hubungan dengan keluarga saudara, masyarakat dan dilingkungan
sekitar dengan baik. Pada pemeriksaan fisik pada Ny. Y didapatkan keadaan
umum pasien pada saat pengkajian terbaring lemah post operasi apendiktomi
dengan tingkat kesadaran : Compos Mentis. Tanda tanda vital Suhu Tubuh :
36,7 °C, Nadi : 72 x/menit, tekanan darah : 120/80 mmHg, pernapasan 24
x/menit, tinggi badan : 160 Cm dan berat badan klien: 50 Kg. Pada
pemeriksaan fisik : kepala dan wajah : bentuk kepala normal mesocnepal,
rambut hitam kulit kepala bersih , tidak ada nyeri tekan, tidak ada ketombe,
rambut panjang, penyebaran rambut merata, struktur wajah nomal, dan warna
kulit kuning langsat. Mata : posisi mata simetris, kelopak mata normal,
pergerakan mata normal, konjungtiva merah muda, sclera tidak ikterik, pupil
isokor, konea dan iris normal , tiak memakai kaca mata. Hidung : hidung
bersih, bentuk hidung normal, posisi septum normal dan tidak ada pernapasan
cuping hidung. Telinga: bentuk dan ukuran telingan normal, serumen cukup
dan pasien tidak menggunakana alat bantu pendengaran dan pungsi
pendengaran positif. Mulut dan faring: mukosa bibir kering, tidak terdapat
stomatis, tidak terdapat caries pada gigi, keadaan lidah normal dan bersih
tanpa adanya tonsillitis. Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar thyroid dan
kelenjar limfe, tidak terdapat bendungan pada vena jugularis dan denyut nadi
karotis teraba. Pemeriksaan Integumen : Kulit bersih, akral hangat, warna
kulit kuning lansat, turgor kulit baik tidak ada kelainan pada kulit.
Pemeriksaan thoraks/dada : bentuk dada normal, pernapasan 24 x/menit,
pengembangan dada kanan sama dengan dada kiri, datar tidak ada bekas luka,
tidak ada nyeri tekan, suara perkusi sonor, suara nafas vesikuler, pada jantung
ictus cordia tidak tampak, ictus cordis teraba di SIC V, bunyi jantung I-II
terdengar. Pemeriksaan abdomen : pada abdomen terdapat luka operasi di
perut kanan bawah sepanjang kurang lebih 5 cm dan heacting dengan jumlah
9, keadaan balutan rapi dan bersih, tidak terdapat pengeluaran darah, bising
usus 7 x/menit, suara tympani, terdapat nyeri tekan di sebelah kanan bawah.
Pemeriksaan kelamin : rambut pubis normal, lubang uretra normal, tidak ada
kelainan pada anus seperti hemoroid. Pemeriksaan muskoloskeletal : capilary
< 2 detik, tangan kanan dapat di gerakan secara bebas, tangan kiri hanya
terbatas karena terpasang infus RL 20 tetes/menit, tidak terdapat kemerahan,
bengkak dan nyeri tekan. Untuk kedua kaki masih bisa digerakan bebas tetapi
masih lemas dan tidak ada oedema.
Pemeriksaan neurologi : tingkat kesadaran GCS : 15 dengan E:4, V:5, V:6.
Tidak ada tanda meningitis, kondisi emosi normal dan stabil, pasien
mengetahui waktu dan tempat di rawat sekarang, motivasi pasien sangat kuat
untuk sembuh dan untuk komunikasi pasien menggunakan bahasa Indonesia.
Diagnosa ini ditegakan karena ditemukan data subjektif pasien dengan hasil
pengkajian pasien mengatakan gatal pada luka insisi karena pada saat peroses operasi
dilakukan proses pemotongan saraf-saraf dan ketika mulai terhubung kembali maka
akan menimbulkan rasa gatal yang dialami didaerah luka bekas operasi. Data objektif
yang didapatkan luka bekas operasi dibagian perut sebelah kanan bawah, sepanjang
kurang lebih 5 cm dan 9 heacting. Sayatan dilakukan pada garis yang tegak lurus
pada garis yang menghubungkan pada spina iliaka anterior superior dengan umbilicus
pada batas sepertiga lateral (titik Mc Burney). Tujuan yang diharapkan setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam integritas jaringan kembali utuh,
dalam hal ini tidak beresiko mengalami perubahan kulit yang buruk.
Tindakan yang dilakukan yaitu memonitor tanda dan gejala infeksi seperti
nyeri (dolor) dimana Ny.Y mengatakan adanya nyeri pada bagian perut kanan bahwa
pasca operasi, adanya rasa panas (kalor) dibagian perut kanan bawah pasien
mengatakan tidak terdapat rasa panas hanya terasa gatal, merah (rubor) tidak terdapat
kemerahan karena balutan boleh dibuka, pembengkakan (tumor) pada luka di perut
kanan bawah tidak tampak terjadi pembengkakan yang terjadi. Pada reaksi tersebut
disebabkan trauma atau kerusakan jaringan yang menyebabkan darah mengalir lebih
banyak ke daerah yang mengalami cidera (Sjamsuhidajat. 2010). Menginstruksikan
untuk selalu cuci tangan dan membeikan perawatan luka apabila tidak dilakukan
tindakan tersebut dapat terjadi pembusukan dan pernanahan yang disebabkan mikroba
pada luka. Menganjurkan pasien untuk menjaga area insisi agar tetap besih dan
kering, melakukan perawatan luka untuk meningkatkan proses penyembuhan
jaringan, mencegah infeksi dan mempercepat penyembuhan luka itu sendiri.
Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotik Ceftriaxone 1gr/12
jam.
Kekuatan dari pelaksanaan tindakan keperawatan yaitu tesedianya alat steril
yang digunakan untuk perawatan luka. Kelemahannya adalah meskipun dirumah sakit
sudah disediakan alat sterilisator, namun rumah sakit tidak memungkinkan untuk
menyediakan satu set alat medikasi untuk satu orang pasien sehingga alat yang
digunakan untuk satu pasien digunakan lagi untuk pasien lain.
Evaluasi yang dicapai setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam
masalah teratasi sebagian karena sudah sesuai program dengan data subjektif yaitu
pasien mengatakan sudah tidak merasakn gatal pada luka bekas operasi, data objektif
terdapat luka bekas operasi bersih serta luka tampak sudah mengering dan jaringan
mulai mengering tidak ada kemerahan, tidak ada pembengkakan, tidak ada edema dan
tidak ada pus dengan tanda – tanda vital dalam batas normal. Data yang didapatkan
sudah sesuai dengan kriteria hasil masalah kerusakan integritas kulit teratasi sebagian
dan intervensi di hentikan.
c. Hambatan mobilitas fisik
Mobilisasi dini bertujuan untuk mengurangi komplikasi pasca bedah, terutama
atelektasis dan pneumoniahipostasis, mempercepat terjadinya buang air besar dan
buang air kecil secara rasa nyeri pasca operasi (Sjamsuhidajat, 2010). Mobilisasi
yang dilakukan untuk meningkatkan ventilasi, mencegah stasis darah dengan
meningkatkan kecepatan sirkulasi pada ekstremitas dan kecepatan pemulihan pada
luka abdomen (Sjamsuhidajat, 2010). Untuk diagnosa ketiga ini sudah sesuai dengan
perencanaan. Sedangkan, mobilitas fisik adalah keterbatasan dalam pergerakan fisik
secara mandiri dan terarah pada tubuh atau satu ekstremitas atau lebih
(Sjamsuhidajat, 2010).
Batasan karakteristik hambatan mobilitas fisik menurut (Rahayuningsih,
2010) yaitu perilaku meliputi : kesulitan membolak-balik posisi, keterbatasan rentang
gerak sendi, keterbatasan kemampuan untuk melakukan keterampilan motorik kasar.
Penulis mencantumkan diagnosa hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan
penurunan kendali otot dengan alasan mengacu pada pengkajian yaitu data
subyektif pasien mengatakan sulit untuk bergerak, sulit untuk memposisikan miring
kanan, miring kiri, data obyektif pasien tampak lemas, sulit untuk bergerak, aktivitas
dan latian dibantu oleh keluraga. Penulis mengangkat diagnosa keperawatan
hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kendali otot karena antara
teori dan data pengkajian yang ditemukan penulis telah sesuai, sehingga diagnosa
tersebut sudah tepat untuk diangkat diagnosa.
Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah,
mengurangi, dan mengatasi masalh-masalah yang telah diidentifikasi dalam diagnosis
keperawatan. Desain perencanaan menggambarkan sejauh mana perawat mampu
menetapkan cara menyelesaikan masalah dengan efektif dan efisien, menurut lebih
(Rahayuningsih, 2010)
Intervensi atau rencana yang akan dilakukan oleh penulis disesuaikan dengan
kondisi pasien dan fasilitas yang ada, sehingga rencan tindakan dapat
dilaksanakan dengan SMART, spesifik, Measurable, Acceptance, Rasional dan
Timing lebih (Sjamsuhidajat, 2010).
Pembahasan dari intervensi yang meliputi tujuan, kriteria hasil dan tindakan
yaitu pada diagnosa keperawatan : Hambatan mobilitas fisik . Pada kasus Nn. Y
penulis melakukan rencana tindakan selama 3x24 jam diharapkan pasien mampu
melakukan aktifitas dan latian secara mandiri dengan kriteria hasil pasien mampu
memenuhi kebutuhan secara mandiri, pasien mampi melakukan aktifitas dan latihan
secara mandiri (Rahayuningsih, 2010).
Intervensi yang dilakukan adalah kaji TTV dan derajat mobilisasi, bantu klien untuk
melakukan latihan gerak dimulai dari duduk, instruksikan klien tidur kembali jika
saat duduk terasa nyeri, anjurkan klien berubah posisi tiap 2 jam sekali, bantu pasien
melakukan mobilisasi dini ditempat tidur (Sjamsuhidajat, 2010).
Pelaksanaan implementasi adalah realisasi rencana tindakan untuk mencari
tujuan yang telah di tetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi
pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah
pelaksana tindakan, serta menilai data yang baru. Hambatan mobilitas fisik Tindakan
keperawatan yang dilakukan yaitu mengajarkan mobilisasi dini ROM dan
miring kanan, miring kiri untuk mengembalikan fungsi-fungsi otot dan
meningkatkan kekuatan otot. Latihan rentang gerak merupakan gerakan yang
mungkin dilakukan sendi pada salah satu dari tiga potongan tubuh yaitu, sagital,
frontal, dan transversal (Potter dan Perry, 2006).
Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis selama melakukan asuhan
keperawatan di rumah sakit adalah kaji TTV dan derajat mobilisasi, bantu klien
untuk melakukan latihan gerak dimulai dari duduk, instruksikan klien tidur
kembali jika saat duduk terasa nyeri, anjurkan klien berubah posisi tiap 2 jam sekali,
bantu pasien melakukan mobilisasi dini ditempat tidur.
Kekuatan dari implementasi ini adalahklien kooperatif pada saat dilakukan
tindakan keperawatan sehingga tindakan dapat dilakukan dengan lancar.
Kelemahan dari implementasi ini adalah klian masih takuttakut apabila dilatih
mobilitas dan kadang mengeluh sakit sehingga dalam melakukan latihan harus pelan-
pelan. Solusi untuk mengatasi kelemahan implementasi adalah memotifasi klien
untuk berlatih mobilisasi.
Mobilisasi dini bertujuan untuk mengurangi komplikasi pasca bedah,
terutama atelektasis dan pneumoniahipostasis, mempercepat terjadinya buang air
besar dan buang air kecil secara rasa nyeri pasca operasi. Mobilisasi yang dilakukan
untuk meningkatkan ventilasi, mencegah stasis darah dengan meningkatkan
kecepatan sirkulasi pada ekstremitas dan kecepatan pemulihan pada luka abdomen
(Suzanne, 2005).Untuk diagnosa ketiga ini sudah sesuai dengan perencanaan.
Evaluasi yang di lakukan oleh penulis di sesuaikan dengan kondisi pasien
dan fasilitas yang ada, sehingga rencana tindakan dapat dilaksanakan dengan SOAP
(subyective, obyective, analisa, planning). (Dermawan, 2010). didapatkan hasil
bahwa ada pengaruh pemberian mobilisasi dini untuk mempersingkat waktu
penyembuhan pasca operasi appendiktomi. Dari hasil evaluasi penulis terlihat kasus
Nn. Y setelah diberikan mobilisasi dini intesitas luka mulai perlahan kering
tidak ada kemerahan tidak ada pus, jahitan terlihat bagus.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada tahap pengkajian penulis mendapatkan kerja sama yang baik yaitu
dengan cara berkomunikasi langsung dengan pasien, keluarga dan perawat ruangan
demi memperoleh pengumpulan data yang menyeluruh dan akurat. Pada tahap ini
penulis menemukan adanya kesenjangan antara tinjauan teoritis dengan data yang aa
di tinjauan kasus.
Pada tahap diagnosa keperawatan pada tinjauan teoritis penulis menemukan
delapan diagnosa dengan mengangkat tiga diagnosa pada tinjauan kasus dan pada
tinjauan kasus ada lima diagnosa yan tidak ditemukan pada tinjauan teoritis. Pada
tahap perencanaan semua intervensi yang telah direncanakan disesuaikan dengan
kebutuhan pasien. Pada tahap pelaksanaan semua implementasi disesuaikan dengan
intervensi yang dibutuhkan pasien dapat dilakukan oleh penulis. Pada tahap evaluasi
yang telah dilakukan selama tiga hari menunjukan respon yang cukup baik. Dari hasil
evaluasi dapat diketahui bahwa semua diagnosa keperawatan teratasi.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 volume
2. Jakarta EGC.
Lippicon dan Williams & Wilkins. 2011. Nursing : Memahami Berbagai Macam
Penyakit. Jakarta: Jurnal Nursing
Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep Proses dann
Praktik. Jakarta : EGC
Potter dan Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep Proses dann
Praktik edisi 4 vol 1. Jakarta : EGC
Sjamsuhidajat, R dan Jong. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC
Wartonah, Tarwoto. 2010. Kebutuhan Dasar manusia dan Proses Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika.
PENDAHULUAN
Angka kejadian appendicitis cukup
Appendisitis adalah peradangan dari tinggi di dunia. Berdasarkan Word Health
apendiks vermiformis dan merupakan Organisation (2010) yang dikutip oleh
penyebab abdomen akut yang paling sering Naulibasa (2011), angka mortalitas akibat
(Mansjoer 2000, p. 307). Appendicitis appendicitis adalah 21.000 jiwa, di mana
ditemukan pada semua umur, hanya pada populasi laki-laki lebih banyak
anak kurang dari satu tahun jarang dibandingkan perempuan. Angka mortalitas
dilaporkan. Insiden tertinggi pada appendicitis sekitar 12.000 jiwa pada laki-
kelompok umur 20-30 tahun, setelah itu laki dan sekitar 10.000 jiwa pada
menurun. Insiden laki-laki dan perempuan perempuan. di Amerika Serikat terdapat
umunya sebanding, kecuali pada umur 20-
70.000 kasus appendicitis setiap tahunnya.
30 tahun, insiden lelaki lebih tinggi,
namun pada tiga-empat dasawarsa ini Sementara untuk Indonesia sendiri
menurun secara bermakna (Sjamsuhidayat appendicitis merupakan penyakit dengan
urutan keempat terbanyak pada tahun 2006.
2005, p. 640) Data yang diliris oleh Departemen
Kesehatan RI pada tahun 2008 jumlah
penderita appendicitis di Indonesia
mencapai 591.819 orang dan meningkat Pasca pembedahan (pasca operasi)
pada tahun 2009 meningkat mencapai pasien merasakan nyeri hebat dan 75%
penderita mempunyai pengalaman yang
596.132 orang(Eylin, 2009 : Andika, 2016). kurang menyenangkan akibat nyeri yang
Berdasarkan data Dinas Kesehatan tidak adekuat (Sutanto, 2004, Novarizki,
Sumatera Barat menyebutkan bahwa pada 2009). Bila pasien mengeluh nyeri maka
tahun 2014 jumlah kasus appendisitis hanya satu yang mereka inginkan yaitu
sebanyak 5.980 penderita, dan 177 mengurangi rasa nyeri. Hal itu wajar,
penderita diantaranya menyebabkan karena nyeri dapat menjadi pengalaman
kematian. Dari data di RSUD Achmad yang kurang menyenangkan akibat
Mochtar pada tahun 2014 angka kejadian pengelolaan nyeri yang tidak adekuat
appendiksitis sebanyak 493 pasien dengan (Zulaik, 2008). Teknik farmakologi adalah
rincian 221 pria dan 272 wanita, dan pada cara yang paling efektif untuk
tahun 2015 angka kejadian appendiksitis menghilangkan nyeri terutama untuk nyeri
sebanyak 521 pasien dengan perincian 204 yang sangat hebat yang berlangsung selama
pria dan 317 wanita dan 2 tahun berturut- berjam-jam atau bahkan berhari-hari
turut ada 7 pasien yang meninggal dunia. (Smeltzer and Bare,
Appendiktomi adalah pembedahan 2002).
untuk mengangkat apendiks
pembedahandiindikasikan bila diagnosa Pemberian analgesic biasanya
apendiksitis telah ditegakkan. Hal ini dilakukan untuk mengurangi nyeri. Selain
dilakukan sesegera mungkin untuk itu, untuk mengurangi nyeri umumnya
menurunkan resiko perforasi. Pilihan dilakukan dengan memakai obat tidur.
appendiktomi dapat Cito (segera) untuk Namun pemakaian yang berlebihan
apendiksitis akut, abses, dan perforasi. membawa efek samping kecanduan, bila
Pilihan appendiktomi elektif untuk overdosis dapat membahayakan
appendicitis kronik (Suratun dkk pemakainya (Coates, 2001 : Pinandita
D
e
l
i
S
e
m
a
r
a
n
g
L
u
b
u
k
P
a
k
a
m
d
e
n
g
a
n
h
adalah 0,000 < a 0,05 berarti ada
asil perbedaan statistic dengan
yang signifikan antara
meng menggunakan uji
genggam
gunak jari
T atau paired
an adalah sebesar
T atau
1,400, dengan sample t test
paired
nilai standar menunjukkan
deviasi sebesar bahwa reratai
0,699. ntensitas nyeri
Nyeri tentang Pengaruh
Berdasarkan hasil sebelum dan
Teknik Relaksasi
uji normalitas sesudah teknik
Genggam Jari
dengan relaksasi
terhadap Penurunan
Berdasar menggunakan uji genggam jari
Intensitas Nyeri
kan tabel 5.3 di Shapiro wilk yaitu 2,917
atas terlihat Pasien Post didapatkan nilai p dengan standar
statistik Operasi > 0,05 maka data deviasi 0,669.
deskriptif berupa Apendiktomy berdistribusi Hal tersebut
rata-rata dan didapatkan hasil normal dan uji menunjukkan
standar deviasi bahwa dilihat hipotesis yang
intensitasnyeri perbedaan digunakan adalah
sebelum dan intensitas nyeri uji parametric
sesudah sebelum dan yaitu uji paired t-
perlakuan. Rata- sesudah teknik test. Hasil uji
rata intensitas statistik (paired t-
nyeri sebelum test ) didapatkan
perlakuan adalah nilai p value
0,000 (p<0,05)
4,80 dengan
berarti terdapat
standar deviasi
pengaruh teknik
0,689. Pada
genggam jari
pengukuran
terhadap
intensitas nyeri
penurunan
sesudah
intensitas nyeri
pelakuan
pada pasien post
didapatkan rata-
operasi
rata intensitas
apendiktomy di
nyeri sesudah
RS Dr.
adalah 3,87
Reksodiwiryo
dengan standar
Padang Tahun
deviasi 0,652.
2016. nyeri
sebelum dan
sesudah
Penelitian ini
sejalan dengan dilakukan teknik
penelitian yang relaksasi
dilakukan oleh genggam jari
Andika & pada pasien post
Mustafa (2016) operasi
yang meneliti laparatomi.
Berdasarkan uji
bahwa terdapat pengaruh yang positif sesudah diberikan Intervensi Teknik
antara sebelum dan sesudah teknik Relaksasi Genggam Jari adalah 3,87
dengan standar deviasi 0,652. Nilai minimal
relaksasi genggam jari.
3 dan nilai maksimal 5. Ada pengaruh
Menurut asumsi peneliti, semua responden teknik relaksasi genggam jari terhadap
mengalami penurunan intensitas nyeri intensitas nyeri pada pasien - pasien post
sebelum dan sesudah teknik relaksasi appendiktomi di ruangan bedah RSUD Dr.
Achmad Mochtar Bukittinggi tahun 2017
genggam jari. Hal ini terjadi karena teknik
dengan nilai p=0,000. Agar rumah sakit
relaksasi genggam jari memberikan suatu dapat menerapkan pelaksanaan terapi non
tindakan untuk membebaskan mental dan farmakologis pada pasien post operasi
fisik dari ketegangan dan stress, sehingga apendiktomi berupa teknik relaksasi
dapat meningkatkan toleransi terhadap genggam jari. Diharapkan penelitian ini
dapat dikembangkan lebih lanjut dengan
nyeri. Menggenggam jari sambil menarik
nafas dalam dapat mengurangi dan meneliti faktor-faktor yang
menyembuhkan ketegangan fisik dan mempengaruhi nyeri pada pasien post
emosi, karena genggaman jari akan apendiktomi dengan menggunakan metode
menghangatkan titik-titik keluar dan penelitian yang berbeda dan menggunakan
masuknya energy pada meridian yang teknik non farmakologis lainnya seperti
terletak pada meridian yang terletak pada faktor usia, jenis kelamin dan pengalaman
jari tangan kita. Sehinggan intensitas nyeri masa lalu
akan berubah atau mengalami modlasi
DAFTAR PUSTAKA
akibat stimulasi relaksasi genggam jari
Asmita Dahlan, T. V. S. (2017). Pengaruh
yang lebih dahulu dan lebih banyak Terapi Kompres Hangat Terhadap
mencapai otak. Genggam jari dapat Nyeri Haid (Dismenorea) Pada Siswi
dilakukan sendiri dan sangat membantu SMK Perbankan Simpang Haru
dapat dilakukan sendiri dan sangat Padang Asmita. Endurance, Journal,
membantu dalam kehidupan sehari- hari 2 (February), 37–44. Http://Doi.Org/:
untuk merilekskan ketegangan fisik. Jadi, Http://Dx.Doi.Org/10.22216/Jen.V2i
ada pengaruh teknik relaksasi genggam jari 1.278
terhadap intensitas nyeri terhadap pada
Yuliastuti, C. (2015). Effect Of Handheld
pasien post appendiktomi di ruangan bedah Finger Relaxation On Reduction Of
RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi Pain Intensity In Patients With Post-
tahun 2017. Appendectomy At Inpatient Ward ,
RSUD Sidoarjo, 5(3), 53–58.
A. Tujuan
1.1 Tujuan umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan klien mampu melakukan
mobilisasi secara mandiri dan dapat memahami pentingnya mobilisasi
pasif dan aktif
Tujuan khusus
Setelah dilakukan penyuluhan, klien mampu :
1. Menyebutkan kembali pengertian mobilisasi
2. Menjelaskan jenis-jenis mobilisasi
3. Menyebutkan kembali manfaat mobilisasi
4. Menjelaskan kembali hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mobilisasi
5. Mampu menggerakan kembali gerakan mobilisasi
kegiatan :
Kegiatan
Waktu Tahap Kegiatan Penyuluh Sasaran
1. Membuka acara dan 1. Membalas salam
mengucapkan salam
2 menit Pembukaan
2. Menyampaikan tujuan 2. Memperhatikan
Penkes kepada sasaran
3. Kontrak waktu untuk 3. Menyetujui
kesepakatan kesepakatan
penyelenggaraan Penkes waktu
69
1. Apersepsi kepada klien 1. Menyampaikan
post operasi pengetahuannya
10 menit Isi Kegiatan Inti
prostatektomi tentang tentang materi
materi penyuluhan penyuluhan
2. Menjelaskan materi 2. Mendengarkan
tentang mobilisasi penyuluh
kepada klien post operasi menyampaikan
prostatektomi dengan materi
menggunakan media 3. Memberikan
leaflet pertanyaan
3. Memberikan kesempatan
bertanya atau feedback
kepada klien
1. Mengklarifikasi kembali 1. Memperhatikan
materi
3 menit Penutup
2. Menyampaikan 2. Memahami
kesimpulan
3. Mengucapkan salam 3. Menjawab salam
Evaluasi :
- Jenis : Sumatif
- Daftar pertanyaan :
1. Jelaskan tentang pengertian mobilisasi
2. Jelaskan jenis-jenis mobilisasi
3. Sebutkan manfaat mobilisasi
4. Jelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mobilisasi
5. Demonstrasikan menggerakan kembali gerakan mobilisasi
lampiran 4
MATERI MOBILISASI
1. Pengertian Mobilisasi
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara
bebas, teratur untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat menuju kemandirian.
Yaitu latihan pada tulang dan sendi yang dapat dilakukan sendiri tanpa
bantuan perawata atau keluarga.
- Pasif
Mobilisasi pasif adalah latihan yang diberikan pada klien yang mengalami
kelemahan otot lengan maupun otot kaki berupa latihan pada tulang dan
sendi dimana klien tidak dapat melakukannya sendiri, sehingga klien
memerlukan bantuan perawat atau keluarga. Mobilisasi Pasif ini sebaiknya
dilakukan sejak hari pertama klien tidak diperkenankan meninggalkan
tempat tidur atau klien yang jarang bergerak sehingga terjadi kekakuan
pada otot, maka dalam hal ini dilakukan mobilisasi pasif.
3. Manfaat Mobilisasi
a. Memelihara fleksibilitas dari tulang dan sendi
b. Menjaga agar tidak terjadi kerapuhan tulang
c. Meningkatkan kekuatan otot
4. Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam Mobilisasi
a. Perhatikan keadaan umum penderita, apakah merasa kelelahan, pusing
atau kecapaian
b. Pastikan cincin dan perhiasan dilepas untuk menghindari terjadinya
pembengkakan dan luka
c. pastikan pakaian dalam keadaan longgar
d. Jangan lakukan pada penderita patah tulang
e. Jangan lakukan latihan fisik segera setelah penderita makan
f. Gunakan gerakan badan yang benar untuk menghindari
ketegangan atau luka pada penderita
g. Gunakan kekuatan dengan pegangan yang nyaman ketika melakukan
latihan
h. Gerakan bagian tubuh dengan lancar, pelan dan berirama
i. Hindari gerakan yang terlalu sulit
j. Jika kejang pada saat latihan, hentikan
k. Jika terjadi kekakuan tekan pada daerah yang kaku, teruskan latihan
dengan perlahan
5. Gerakan – gerakan Mobilisasi
Pergerakan Leher
a. Pegang pipi pasien lalu gerakan kekiri dan kekanan
b. Gerakan leher menekuk kedepan dan kebelakang
Pergerakan bahu
a. Pegang pergerakan tangan dan siku penderita, lalu angkat selebar
bahu, putar ke luar dan ke dalam
b. Angkat tangan gerakan ke atas kepala dengan di bengkokan, lalu
kembali ke posisi awal
c. Gerakan tangan dengan mendekatkan lengan kearah badan, hingga
menjangkau tangan yang lain
Pergerakan siku
a. Buat sudut 90 0 pada siku lalu gerakan lengan keatas dan ke bawah
dengan membuat gerakan setengah lingkaran
b. Gerakan lengan dengan menekuk siku sampai ke dekat dagu
Pergerakan tangan
a. Pegang tangan pasien seperti bersalaman, lalu putar pergelangan
tangan
DAFTAR PUSTAKA