Pemeriksaan Penunjang
Foto Rontgen
Kesan :
- Hematopneumothoraks dekstra (batas caudal pneumothoraks di costae 5
dekstra aspek lateral) + bronchitis
- Tip distal WSD di proyeksi setinggi processus spinossus corpus vth 4 dekstra
- Besar cor tidak valid dinilai
- Frakture os costae 9-10 dekstra aspek posterior
Diagnosa
Laki-laki, 14 tahun, dengan Hematopneumothoraks
Tata Laksana
IVFD NS 10 tpm
INJ CEFTRIAXONE 2 x 750 mg
INJ METRONIDAZOLE 3x 500 mg
INJ ANTRAIN 3x750 mg
pasang Chest Tube on WSD
observasi di IGD
Daftar Pustaka
1. American College for Surgeons Committee on Trauma. Advanced Trauma Life
Support : Student Course Manual. 9th ed. New Jersey: American College of
Surgeons; 2012.
Hasil Pembelajaran
1. Menentukan diagnosis Hematopneumothoraks
2. Tata laksana awal dan lanjut Hematopneumothoraks
Subjektif
Pasien datang dengan rujukan dari puskesmas Siso. Pasien dengan keluhan tertusuk
ranting pohon, sebelum nya pasien memanjat pohon dan terjatuh kemudian tertusuk ranting
pohon pada sisi dada sebelah kanan. Os mengeluhkan sesak napas dan nyeri pada dada
sebelah kanan, pusing (+) , mual (+), perdarahan aktif (+). Riwayat demam, muntah , pingsan
disangkal. Riwayat terbentur kepala , keluar darah dari telinga , keluar darah dari hidung
disangkal.
Objekif
Berdasarkan pemeriksaan fisik yang dilakukan di IGD, diagnosis STEMI diperoleh dari :
Tanda vital :
- Tekanan darah : 100/80 mmHg
- Laju nadi : 98 kali/menit
- Laju pernapasan : 38 kali/menit
- Suhu : 36.5 ˚C
- SpO2 : 98% tanpa O2
Foto rontgen :
Kesan :
- Hematopneumothoraks dekstra (batas caudal pneumothoraks di costae 5 dekstra
aspek lateral) + bronchitis
- Tip distal WSD di proyeksi setinggi processus spinossus corpus vth 4 dekstra
- Besar cor tidak valid dinilai
- Frakture os costae 9-10 dekstra aspek posterior
Assessment (Penalaran)
Planning
Diagnosis :
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang, yaitu Foto Rontgen
Penanganan :
Tatalaksana awal pneumotoraks selalu diawali dengan primary survey:
a. Airway. Pemeriksaan jalan napas pasien apakah terdapat sumbatan? Pasien yang
dapat berbicara diagnggap memiliki jalan napas baik.Jaga jalan napas dengan jaw
thrust, chin lift.
b. Breathing. Cara bernapas pasien dinilai apakah spontan atau tidak, menghitung
frekuensi napas pasien dan memonitor saturasi oksigen pasien. Pada pneumotoraks
gerakan dada tidak simetris, trakea bergeser kea rah kontralateral, vena jugularis
mengalami distensi.
c. Circulation. Mengukur sirkulasi pasien dengan mengukur tekanan darah dan frekuensi
nadi pasien. Pasien pneumotoraks akan mengalami takikardi dan hipotensi.
d. Disability. Melihat GCS pasien dari eye, movement, dan verbal.
Setelah dilakukan pemeriksaan ABC, dapat diberikan oksigen 3-4L dengan nasal
kanul. Apabila pneumotoraks <15% dan pasien asimtomatis, maka pilihan terapi
adalah dengan observasi dan pemberian oksigen. Apabila pneumotoraks >15% atau
luas, udara perlu dikeluarkan dengan water sealed drainage (WSD).
Pendidikan :
Kondisi ini gawat darurat dan harus segera dilakukan tindakan segera untuk mencegah
kerusakan yang lebih luas atau komplikasi lainnya.
Konsultasi :
Konsultasi dengan spesialis Bedah untuk penangan lebih lanjut.
TINJAUAN PUSTAKA
HEMATOPNEUMOTHORAKS
PNEUMOTHORAKS
Defenisi Pneumothoraks
Pneumotoraks adalah suatu keadaan dimana terdapat akumulasi udara di dalam
rongga pleura sehingga membuat paru menjadi kolaps dan kehilangan daya regangnya. Hal
ini dapat terjadi karena adanya cedera pada jaringan paru, robekan pada bronkus, atau pun
cedera dinding dada yang memungkinkan udara luar terhisap masuk.
Patofisiologi
Pneumotoraks trauma adalah pneumotoraks yang disebabkan oleh trauma yang secara
langsung mengenai dinding dada, bisa disebabkan oleh benda tajam seperti pisau,atau
pedang, dan juga bisa disebabkan oleh benda tumpul. Mekanisme terjadinya pneumotoraks
trauma tumpul, akibat terjadinya peningkatan tekanan pada alveolar secara mendadak,
sehingga menyebabkan alveolar menjadi ruptur akibat kompresi yang ditimbulkan oleh
trauma tumpul tersebut, pecahnya alveolar akan menyebabkan udara menumpuk pada
pleura visceral, menumpuknya udara terus menerus akan menyebabkan pleura visceral
rupture atau robek sehingga menimbulkan pneumotoraks.
Klasifikasi
1. Berdasarkan terjadinya
a. Artifisial
Pneumothoraks artifisial ialah pneumothoraks yang disebabkan tindakan tertentu atau
memang disengaja untuk tujuan tertentu.
b. Traumatik
Pneumothoraks jenis ini disebabkan oleh jejas yang mengenai dada.
1. Terjadi pada waktu perang :
- Peluru menembus dada dan paru
- Ledakan yang menyebabkan peningkatan tekanan udara dan terjadi tekanan
pada dada yang mendadak, menyebabkan tekanan di dalam paru meningkat.
2. Kecelakaan
Kecelakaan lalu lintas biasanya menyebabkan trauma tumpul pada dada. Sebagai
penyebab kecelakaan lalu lintas yang tersering adalah kendaraan bermotor.
c. Spontan
Pneumothoraks terjadi secara spontan tanpa didahului oleh kecelakaan atau trauma
seringkali didapatkan penyakit dasar berupa :
- Tuberkulosis paru yang prosesnya sudah lama, dengan multiple caverty,
fibrosis, emfisema, TB milier.
- Bronkitis kronis, dengan kekambuhan akut.
- Emfisema
2. Berdasarkan lokasi
Diagnosis
a. Anamnesis
Diagnosis awal pada tension pneumothorax adalah dengan anamnesis. Pasien
biasanya mengeluhkan nyeri dada hebat yang makin memberat, dispnue, cemas dan
terdapat riwayat trauma. Pada keadaan pasien trauma. Pasien bisa mengalami pingsan
dan terdapat mual. Pada beberapa kasus pasien tension pneumothoraks tidak sempat
dilakukan pemeriksaan penunjang seperti foto thorax. Karena pasien sudah
mengalami sesak napas yang memberat sehingga perlu dilakukan dekompresi
secepatnya.
b. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dilakukan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi pada
daerah thoraks. Pada inspeksi pasien tampak takipnue karena kompensasi dari dispnue
yang dialami pasien yang dilihat dari peningkatan frekuensi napas. Terdapat pula
peningkatan volume tidal, serta takikardi. Pada palpasi didapatkan deviasi trakea
kearah kontralateral. Pada inspeksi, dinding thoraks yang mengalami pneumothoraks
terlihat lebih besar dibandingkan yang normal. Dinding dada yang abnormal akan
tertinggal saat ekspirasi.Palpasi dilakukan untuk menilai fremitus, pada sisi yang
mengalami penumothoraks fremitus akan melemah. Pasien penumothoraks sering
mengalami krepitasi akibat emfisema subkutis. Jika dilakukan perkusi pada bagian
penumothoraks akan ditemukan hipersonor. Suara napas akan berkurang pada sisi
yang mengalami pneumothoraks.
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk pneumotoraks adalah analisa gas darah serta
pemeriksaan foto rontgen inisal dan serial. Analisa gas darah dilakukan untuk mengetahui
adanya hipoksia, hiperkapnea, dan asidosis respiratorik. Sementara pemeriksaan rontgen
bertujuan untuk menyingkirkan diagnosis pneumotoraks desak sebab pneumotoraks desak
memerlukan tindakan segera. Pencitraan radiografi rontgen juga penting untuk mengetahui
berat pneumotoraks, serta sebagai panduan untuk pemasangan pungsi toraks.
Komplikasi
1. Tension Pneumotoraks
2. Fistula bronkopleura
3. Re-expansion pulmonary edema (REPE)
Tatalaksana
HEMATOTHORAKS
Hematothoraks adalah suatu keadaan dimana terdapat akumulasi darah pada ruang
intrapleura. Keadaan ini paling banyak disebabkan oleh trauma dada, baik tajam maupun
tumpul, yang menyebabkan robeknya pembuluh darah yang terdapat pada rongga toraks
seperti arteri intercostalis dan arteri mammaria internal. Pada hematothoraks, tekanan
intrapleura menjadi positif sehingga mendesak paru dan mengurangi volume paru. Akibat
proses ventilasi yang terganggu, pasien akan merasa sesak.3,5
Hematothoraks masif terjadi akibat akumulasi darah dengan cepat sebanyak 1500 mL
atau lebih dalam rongga pleura. Penyebab tersering adalah luka tembus yang merusak
pembuluh darah sistemik atau pembuluh darah pada hilus paru. Hematothoraks masif harus
dipikirkan menjadi penyebab syok yang disertai dengan hilangnya suara napas atau perkusi
yang redup pada hemitoraks. 3,5
Defenisi
WSD merupakan tindakan invasif yang dilakukan untuk mengeluarkan udara, cairan
(darah,pus) dari rongga pleura, rongga thorax; dan mediastinum dengan menggunakan pipa
penghubung.
Indikasi
a. Pneumothoraks :
- Robekan pleura
- Kelebihan antikoagulan
c. Thorakotomy :
- Lobektomy
- Pneumoktomy
d. Efusi pleura
e. Empiema :
- Kondisi inflamasi
Tujuan
• Mengeluarkan cairan atau darah, dan udara dari rongga pleura dan rongga thorak
Jenis-jenis WSD
-Sistem yang paling sederhana dan sering digunakan pada pasien simple
pneumothoraks
- Terdiri dari botol dengan penutup segel yang mempunyai 2 lubang selang
yaitu 1 untuk ventilasi dan 1 lagi masuk ke dalam botol
- Air steril dimasukan ke dalam botol sampai ujung selang terendam 2cm untuk
mencegah masuknya udara ke dalam tabung yang menyebabkan kolaps paru
- Selang untuk ventilasi dalam botol dibiarkan terbuka untuk memfasilitasi
udara dari rongga pleura keluar
- Drainage tergantung dari mekanisme pernafasan dan gravitasi
- Undulasi pada selang cairan mengikuti irama pernafasan :
• Inspirasi akan meningkat
• Ekpirasi menurun
b. WSD dengan sistem 2 botol
-Digunakan 2 botol ; 1 botol mengumpulkan cairan drainage dan botol ke-2
botol water seal
- Botol 1 dihubungkan dengan selang drainage yang awalnya kosong dan hampa
udara, selang pendek pada botol 1 dihubungkan dengan selang di botol 2 yang
berisi water seal
- Cairan drainase dari rongga pleura masuk ke botol 1 dan udara dari rongga
pleura masuk ke water seal botol 2
- Prinsip kerjasama dengan sistem 1 botol yaitu udara dan cairan mengalir dari
rongga pleura ke botol WSD dan udara dipompakan keluar melalui selang
masuk ke WSD
- Bisasanya digunakan untuk mengatasi hemothoraks, hemopneumothoraks,
efusi pleural
c. WSD dengan sistem 3 botol