ORGANIK
Dosen Pengampu
Puji dan syukur senantiasa kami ucapkan kepada Tuhan YME atas rida dan rahmat-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah
Biokimia Kelautan, dengan judul : “Organisme yang Berperan dalam Dekomposisi Bahan
Organik”.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang dengan tulus memberikan do’a, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan. Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahka kritik yang membangun dari berbagai
pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahan organik berperan sangat penting di dalam tanah. Disamping mengatur aliran
energi dan hara dalam tanah, bahan organik juga berperan untuk memperbaiki struktur tanah.
Bahan organik (BO) bertindak sebagai perekat antar fraksi mineral primer (Sanchez, 1992).
Bahan organik merupakan sumber makanan atau energi bagi organisme tanah. Semakin
banyak bahan organik dalam tanah maka semakin tinggi aktifitas organik tanah semakin
intensif. Hasil dekomposisi bahan organik dan gum yang dihasilkan mikroba berperan
sebagai perekat butir-butir tanah dan agregat mikro.
Di dalam ekosistem, organisme perombak bahan organik memegang peranan penting
karena sisa organik yang telah mati diurai menjadi unsur-unsur yang dikembalikan ke dalam
tanah (N, P, K, Ca, Mg, dan lain-lain) dan atmosfer (CH4 atau CO2) sebagai hara yang dapat
digunakan kembali oleh tanaman sehingga siklus hara berjalan sebagai-mana mestinya dan
proses kehidupan di muka bumi dapat berlangsung.
Bahan organik yang terkandung di dalam tanah sangat dipengaruhi oleh pengelolaan
yang diterapkan pada lahan. Hal ini disebabkan karena bahan organik bersifat dinamis yang
dapat berubah dengan waktu, iklim, dan kondisi lingkungan. Pada ekosisten alami, laju
kehilangan bahan organik akibat oksidasi biologi akan terimbangi oleh bahan organik yang
terakumulasi dari sisa tanaman dan makhluk hidup di atasnya.
Adanya aktivitas organisme perombak bahan organik seperti mikroba dan mesofauna
(hewan invertebrata) saling mendukung keberlangsungan proses siklus hara dalam tanah.
Belakangan ini, mikroorganisme perombak bahan organik digunakan sebagai strategi untuk
mempercepat proses dekomposisi sisa-sisa tanaman yang mengandung lignin dan selulosa,
selain untuk meningkatkan biomassa dan aktivitas mikroba tanah, mengurangi penyakit,
larva insek, biji gulma, volume bahan buangan, sehingga pemanfaatannya dapat
meningkatkan kesuburan dan kesehatan tanah yang pada gilirannya merupakan kebutuhan
pokok untuk meningkat-kan kandungan bahan organik dalam tanah.
B. Tujuan
1. Mengetahui peran organisme dalam dekomposisi bahan organik.
2. Mengidentifikasi organisme yang berperan dalam dekomposisi bahan organik.
3. Mengetahui perombakan bahan organik terdiri atas perombak primer dan perombak
sekunder.
C. Manfaat
1. Memahami peran organisme dalam dekomposisi bahan organik.
2. Mampu menganalisa organisme yang berperan dalam dekomposisi bahan organik.
3. Memahami perombakan bahan organik terdiri atas perombak perimer dan perombak
sekunder.
BAB II
PEMBAHASAN
2. Organisme Dekomposisi
2.1 Bakteri
Bakteri perombak bahan organik dapat ditemukan di tempat yang mengandung senyawa
organik berasal dari sisa-sisa tanaman yang telah mati, baik di laut maupun di darat. Berbagai
bentuk bakteri dari bentuk yang sederhana (bulat, batang, koma, dan lengkung), tunggal
sampai bentuk koloni seperti filamen/spiral mendekomposisi sisa tumbuhan maupun hewan.
Sebagian bakteri hidup secara aerob dan sebagian lagi anaerob, sel berukuran 1 µm - ≤ 1.000
µm. Dalam merombak bahan organik, biasanya bakteri hidup bebas di luar organisme lain,
tetapi ada sebagian kecil yang hidup dalam saluran pencernaan hewan (mamalia, rayap, dan
lain-lain).
Bakteri yang berkemampuan tinggi dalam memutus ikatan rantai C penyusun senyawa
lignin (pada bahan yang berkayu), selulosa (pada bahan yang berserat) dan hemiselulosa
yang merupakan komponen penyusun bahan organik sisa tanaman, secara alami merombak
lebih lambat dibandingkan pada senyawa polisakarida yang lebih sederhana (amilum,
disakarida, dan monosakarida). Demikian pula proses peruraian senyawa organik yang
banyak mengandung protein (misal daging), secara alami berjalan relatif cepat.
PENUTUP
1. Kesimpulan
1.) Bakteri perombak bahan organik merupakan tehnik yang dapat mengurangi
penggunaan input yang tidak dapat diperbaharui dan mengurangi energi yang
hilang.
2.) Bakteri perombak bahan organik dapat membuat keseimbangan ekologi dalam
suatu lingkungan pertanian, hama, penyakit dan gulma dapat hidup bersama
dalam satu lingkungan pertanian dalam kondisi masing-masing memberi
kontribusi dalam keseimbangan ekologi.
3.) Bakteri perombak bahan organik menekan biaya produksi pertanian dengan input
berasal dari lingkungan sendiri
4.) Mikroba-mikroba yang hidup pada bakteri perombakan organik dapat
memperbaiki kondisi lingkungan fisik, kimia dan biologi tanah serta menekan
pertumbuhan hama dan penyakit .
5.) Potensi mikroba-mikroba yang ada di dalam bakteri perombakan organik dapat
terus dikembangkan dengan mengembangkan juga metode perbanyakannya yang
sederhana sehingga kita dapat melakukannya tanpa tekan toologi yang rumit.
2. Saran
Penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. sehingga perlu di lakukan
kajian yang lebih mendalam untuk memahami organisme perombak bahan organik dan
organisme dekomposisi seperti bakteri dan fungi.
DAFTAR PUSTAKA
Johnson TW, Sparrow FK. 1961. Fungi in oceans and estuaries, p 668. J.Cramer, Weinheim.
Kohlmeyer J, Kohlmeyer E. 1979. Marine mycology: the higher fungi. Academic Press, New
York, NY.
Montagne C. 1846. Flore d’Algérie. Classis I. Acotyledoneae Juss. Ordo I. Phyceae Fries. In
Bory de Saint-Vincent JBGM, Durieu De Maisonneuve MC (ed), Exploration
scientifique de l’Algérie pendant les années 1840, 1841, 1842. Sciences physiques.
Botanique. Vol. 1, Paris, Imprimerie Royale p 197, plates 1-16.
Jones EBG. 2011. Fifty years of marine mycology. Fungal Diversity 50:73–112.
https://doi.org/10.1007/s13225-011-0119-8.
Gutiérrez MH, Pantoja S, Tejos E, Quiñones RA. 2011. The role of fungi in processing
marine organic matter in the upwelling ecosystem off Chile. Mar Biol 158:205–219.
https://doi.org/10.1007/s00227-010-1552-z.
Kagami M, de Bruin A, Ibelings BW, Van Donk E. 2007. Parasitic chytrids: their effects on
phytoplankton communities and food-web dynamics. Hydrobiologia 578:113–129.
https://doi.org/10.1007/s10750-006-0438-z.