Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR

TRI EGAWATI P05120421062

POLITEKNIK KEMENTRIAN KESEHATAN BENGKULU


PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS KEPERAWATAN
BENGKULU
2021/2022

BAB I
PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang
Kebutuhan dasar manusia merupakan sesuatu yang harus dipenuhi
untuk meningkatkan derajat kesehatan. Menurut teori Maslow manusia mempunyai
lima kebutuhan dasar yang paling penting meliputi: kebutuhan fisiologis,
kebutuhan keamanan dan keselamatan, kebutuhan cinta dan rasa memiliki,
kebutuhan rasa berharga dan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri (Potter &
Perry, 2006).
Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang termasuk
kedalam kebutuhan fisiologis. Tidur terjadi secara alami dan memiliki fungsi
fisologis dan psikologis untuk proses perbaikan tubuh. Jika seseorang tidak
mendapatkan tidur yang baik maka akan mendapatkan kerusakan pada fungsi otot
dan otak karena tidak adekuatnya kebutuhan tidur (Stanley, 2006). Menurut
Potter dan Perry (2006) kebutuhan tidur sangat penting untuk kualitas hidup semua
orang.Tiap individu memiliki kebutuhan tidur yang berbeda-beda dalam kuantitas
dan kualitasnya.

BAB II

2
TINJAUAN TEORI

A. Kebutuhan Dasar Istirahat dan Tidur


a. Pengertian
Tidur adalah keadaan gangguan kesadaran yang dapat bangun
dikarakterisasikan dengan minimnya aktivitas. Sedangkan Istirahat adalah
relaksasi seluruh tubuh atau mungkin hanya melibatkan istirahat untuk
bagian tubuh tertentu (Vaughans, 2011).
Kebutuhan aktivitas atau pergerakan, istirahat dan tidur
merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan dan saling
memengaruhi. Tubuh membutuhkan aktivitas untuk kegiatn fisiologis
dan membutuhkan istirahat dan tidur untuk pemulihan. (Tarwoto, 2011).
Gangguan pola tidur adalah keadaan ketika individu mengalami
atau berisiko mengalami suatu perubahan dalam kuantitas atau kualitas
pola istirahatnya yang menyebabkan rasa tidak nyaman atau mengganggu
gaya hidup yang diinginkannya (Lynda Juall, 2012). Gangguan pola tidur
adalah gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor
eksternal.(SDKI,2016).

b. Etiologi
Tidur terjadi dalam siklus yang diselingi periode terjaga. Siklus
tidur/terjaga umumnya mengikuti irama circadian atau 24 jam dalam siklus
siang/malam. Selain siklus tidur/terjaga, tidur terjadi dalam tahapan yang
berlangsung dalam suatu kondisi siklis. Ada lima tahapan tidur.
Tahap 1 hingga tahap 4 mengacu pada tidur dengan gerakan mata tidak
cepat (NREM- Non Rapid Eye Movement) dan berkisar dari kedaan tidur
sangat ringan di tahap 1 hingga keadaan tidur nyenyak di tahap 3 dan 4.
Selama tidur NREM, seseorang biasanya mengalami penurunan suhu,
denyut, tekanan darah, pernapasan, dan ketegangan otot. Penurunan
tuntutan fungsi tubuh dianggap melakukan tindakan responsif, baik secara
fisiologi maupun psikologi. Tahap
s5 disebut tidur dengan gerak mata cepat (REM- Rapid Eye Movement).
Tahap tidur REM dikarakterisasikan dengan meningkatnya level aktivitas
dibandingkan pada tahap NREM. Manfaat tidur REM berkaitan dengan
perbaikan dalam proses mental dan kesehatan emosi. (Tarwoto dan
Wartonah,2010).

a. Non Rapid Eye Movement (NREM)


3
Terjadi kurang lebih 90 menit pertama setelah tertidur. Terbagi menjadi
empat tahapan yaitu
1) Tahap I
Merupakan tahap transisi dari keadaan sadar menjadi tidur. Berlangsung
beberapa menit saja, dan gelombang otak menjadi lambat. Tahap I ini
ditandai dengan :
a) Mata menjadi kabur dan rileks.
b) Seluruh otot menjadi lemas.
c) Kedua bola mata bergerak ke kiri dan ke kanan.
d) Tanda-tanda vital dan metabolisme menurun.
e) EEG: penurunan Voltasi gelombang-gelombang Alfa.
f) Dapat terbangun dengan mudah.
g) Bila terbangun terasa sedang bermimpi.

2) Tahap II
Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun.
Berlangsung 10-20 menit, semakin rileks, mudah terjaga, dan gelombang
otak menjadi lebih lambat. Tahap II ini ditandai dengan :
a) Kedua Bola mata berhenti bergerak.
b) Suhu tubuh menurun.
c) Tonus otot perlahan-lahan berkurang.
d) Tanda-tanda vital turun dengan jelas.
e) EEG: Timbul gelombang beta Frekuensi 15-18 siklus / detik yang
disebut gelombang tidur.

3) Tahap III
Merupakan awal tahap tidur nyenyak. Tahap ini berlangsung 15-30 menit.
Tahap III ini ditandai dengan:
a) Relaksasi otot menyeluruh.
b) Tanda-tanda vital menurun tetapi tetap teratur.
c) EEG: perubahan gelombang Beta menjadi 1-2 siklus / detik.
d) Sulit dibangunkan dan digerakkan.

4) Tahap IV
Tahap Tidur Nyenyak, berlangsung sekitar 15-30 menit. Tahap ini
ditandai dengan :
a) Jarang bergerak dan sangat sulit dibangunkan.
b) Tanda-tanda vital secara signifikan lebih rendah dari pada jam
bangun pagi.
c) Tonus Otot menurun (relaksasi total).
d) Denyut jantung dan pernapasan menurun sekitar 20-30 %.
e) EEG: hanya terlihat gelombang delta yang lambat dengan frekwensi
4
1-2 siklus/detik.
f) Gerak bola mata mulai meningkat.
g) Terjadi mimpi dan terkadang tidur sambil berjalan serta enuresis
(mengompol).

b. Rapid Eye Movement (REM)

Tahap tidur yang sangat nyenyak. Pada orang dewasa REM terjadi 20-25
% dari tidurnya.

1) Tahap REM ditandai dengan:


a) Bola mata bergerak dengan kecepatan lebih tinggi dari tahap-
tahap sebelumnya.
b) Mimpi yang berwarna dan nyata muncul
c) Tahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah tidur
dimulai
d) Terjadi kejang otot kecil, otot besar imobilisasi.
e) Ditandai oleh respons otonom yaitu denyut jantung dan
pernapasan yang berfluktuasi, serta peningkatan tekanan darah
yang berfluktuasi
f) Metabolisme meningkat
g) Lebih sulit dibangunkan
h) Sekresi ambung meningkat
i) Durasi tidur REM meningkat dengan setiap siklus dan rata-rata
20 menit.

2) Karakteristik tidur REM


a) Mata : Cepat tertutup dan terbuka.
b) Otot-otot : Kejang otot kecil, otot besar immobilisasi.
c) Pernapasan : tidur teratur, kadang dengan apnea.
d) Nadi : Cepat dan ireguler.
e) Tekanan darah : Meningkat atau fluktuasi.
f) Sekresi gaster : Meningkat.
g) Metabolisme : Meningkat, temperatur tubuh naik.
h) Gelombang otak : EEG aktif.
i) Siklus tidur : Sulit dibangunkan.

c. Fisiologis

5
Tidur merupakan aktivitas yang melibatkan susunan saraf pusat, saraf
perifer, endokrin kardiovaskuler, respirasi dan muskuloskeletal. Tiap kejadian
tersebut dapat diidentifikasi atau direkam dengan electroencephalogram
(EEG) untuk aktivitas listrik otak, pengukuran tonus otot dengan
menggunakan electromiogram (EMG) dan electrooculogram (EOG) untuk
pengaturan pergerakan mata.
Pengaturan dan kontrol tidur tergantung dari hubungan antara dua
mekanisme selebral yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan pusat
otak untuk tidur dan bangun. Reticular activating system (RAS) di bagian
batang otak atas diyakini mempunyai sel – sel khusus dalam mempertahankan
kewaspadaan dan kesadaran. RAS memberikan stimulus visual, audiotori,
nyeri, dan sensori raba. Juga menerima stimulus dari korteks serebri (emosi,
proses pikir).
Pada keadaan sadar mengakibatkan neuron – neuron dalam RAS
melepaskan katekolamin, misalnya norepineprine. Saat tidur mungkin
disebabkan oleh pelepasan serum serotonin dari sel – sel spesifik di pons dan
batang otak tengah yaitu bulbar syncrhonizing regional (BSR). Bangun dan
tidurnya seseorang tergantung dari keseimbangan impuls yang diterima dari
pusat otak, reseptor sensori perifer misalnya bunyi, stimulus cahaya, dan
sistem limbiks seperti emosi.
Seseorang yang mencoba untuk tidur, mereka menutup matanya dan
berusaha dalam posisi rileks. Jika ruangan gelap dan tenang aktivitas RAS
menurun, pada saat itu BSR mengeluarkan serum serotonin.

d. Gangguan Tidur
1. Insomnia
Insomnia adalah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik secara
kualitas maupun kuantitas. Gangguan tidur ini umumnya ditemui pada
individu dewasa. Penyebabnya bisa karena gangguan fisik atau karena
faktor mental seperti perasaan gundah atau gelisah.
Ada tiga jenis insomnia:

a. Insomnia inisial: Kesulitan untuk memulai tidur.


b. Insomnia intermiten: Kesulitan untuk tetap tertidur karena seringnya
terjaga.
c. Insomnia terminal: Bangun terlalu dini dan sulit untuk tidur kembali.

Beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasi insomnia antara


lain dengan mengembangkan pola tidur-istirahat yang efektif melalui
olahraga rutin, menghindari rangsangan tidur di sore hari, melakukan
relaksasi sebelum tidur (misalnya: membaca, mendengarkan musik, dan
tidur jika benar-benar mengantuk).
6
2. Parasomnia
Parasomnia adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul
saat seseorang tidur. Gangguan ini umum terjadi pada anak-anak.
Beberapa turunan parasomnia antara lain sering terjaga (misalnya: tidur
berjalan, night terror), gangguan transisi bangun-tidur (misalnya:
mengigau), parasomnia yang terkait dengan tidur REM (misalnya: mimpi
buruk), dan lainnya (misalnya: bruksisme).

3. Hipersomnia
Hipersomnia adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang
berkelebihan terutama pada siang hari. Gangguan ini dapat disebabkan
oleh kondisi tertentu, seperti kerusakan system saraf, gangguan pada hati
atau ginjal, atau karena gangguan metabolisme (misalnya:
hipertiroidisme). Pada kondisi tertentu, hipersomnia dapat digunakan
sebagai mekanisme koping untuk menghindari tanggung jawab pada siang
hari.

4. Narkolepsi
Narkolepsi adalah gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul
secara tiba-tiba pada siang hari. Gangguan ini disebut juga sebagai
“serangan tidur” atau sleep attack. Penyebab pastinya belum diketahui.
Diduga karena kerusakan genetik system saraf pusat yang menyebabkan
tidak terkendali lainnya periode tidur REM. Alternatif pencegahannya
adalah dengan obat-obatan, seperti: amfetamin atau metilpenidase,
hidroklorida, atau dengan antidepresan seperti imipramin hidroklorida.

5. Apnea Saat Tidur dan Mendengkur


Apnea saat tidur atau sleep adalah kondisi terhentinya nafas secara
periodik pada saat tidur. Kondisi ini diduga terjadi pada orang yang
mengorok dengan keras, sering terjaga di malam hari, insomnia, mengatup
berlebihan pada siang hari, sakit kepala di siang hari, iritabilitas, atau
mengalami perubahan psikologis seperti hipertensi atau aritmia jantung.
Mendengkur sendiri disebabkan oleh adanya rintangn dalam pengairan
udara di hudung dan mulut pada waktu tidur, biasanya disebabkan oleh
adenoid, amandel atau mengendurnya otot di belakang mulut.

6. Enuresa

7
Enuresa merupakan buang air kecil yang tidak disengaja pada waktu tidur,
atau biasa disebut isilah mengompol. Enuresa dibagi menjadi dua jenis:
enuresa noktural: merupakan mengompol di waktu tidur, dan enuresa
diurnal, mengompol saat bangun tidur. Enuresa noktural umumnya
merupakan gangguan pada tidur NREM.

e. Manifestasi Klinis
Beberapa gangguan tidur yang perlu diperhatikan adalah :
1.) Perubahan kepribadian dan perilaku, seperti depresi, menarik diri.
2.) Rasa capek meningkat
3.) Halusinasi pandangan dan pendengaran
4.) Bingung dan disorientasi terhadap ruang dan waktu
5.) Gangguan persepsi
6.) Koordinasi menurun
7.) Bicara tak jelas

f. Kebutuhan Istirahat Tidur Per Hari


1. Bayi baru lahir : Lama tidur 14-18 jam/hari dengan 50%
REM dan 1 siklus tidur rata-rata 45-60 menit.
2. Bayi (s/d 1 thn) : 1 siklus tidur rata2 12-14 jam/hari dengan
20-30% REM dan tidur sepanjang malam.
3. Todler (1-3 thn): Lama tidur 11-12 jam/hari dengan 25%
REM dan tidur sepanjang malam + tidur siang.
4. Pra sekolah : ± 11 jam/hari dengan 20% REM
5. Usia sekolah : ± 10 jam/hari dengan 18,5% REM.
6. Adolescent : ± 8,5 jam/hari dengan 20% REM.
7. Dewasa muda : 7-8 jam/hari dengan 20-25% REM.
8. Dewasa menengah : ± 7 jam/hari dengan 20% REM dan
sering sulit tidur.
9. Dewasa tua : ± 6 jam/hari dengan 20-25% REM dan sering
sulit tidur.

g. Tanda dan gejala


1. Perasaan Lelah.
2. Gelisah.
3. Emosi.
4. Apetis.
5. Adanya kehitaman di daerah sekitar mata
6. Konjungtiva merah dan mata perih.
7. Perhatian tidak fokus.
8. Sakit kepala.
8
9. mata sayu
10. konjungtiva merah
11. kelopak mata bengkak

h. Penatalaksanaan
1. Mengobservasi TTV
2. Mengobservasi pola waktu istirahat dan tidur
3. Memberikan lingkungan yang nyaman dan tenang
4. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antipiretik.

i Pemeriksaan penunjang
Tidur dapat diukur secara objektif dengan menggunakan alat yang
disebut polisomnografi. Alat ini dapat merekam elektroensefalogram (EEG),
elektromiogram (EMG), dan elektro-okulogram (EOG) sekaligus. Dengan alat
ini kita dapat mengkaji aktivitas klien selama tidur. Aktivitas yang klien
lakukan tanpa sadar tersebut bisa jadi merupakan penyebab seringnya klien
terjaga di malam hari. The Multiple Sleep Latency Test (MSLT) memberikan
informasi yang objektif tentang kantuk dan aspek-aspek tertentu dari struktur
tidur dan mengukur gerakan mata menggunakan EOG, perubahan tonus otot
menggunakan EMG, dan aktivitas listrik otak menggunakan EEG. Klien dapat
memekai Actigraph pada pergelangan tangan untuk mengukur pola tidur
selama jangka waktu tertentu. Data Actigraphy memberika informasi waktu
tidur, efisiensi tidur, jumlah durasi waktu jaga, serta tingkat aktivitas dan
istirahat

B. Tinjauan Asuhan Keperawatan

1 . Pengkajian

a. Anamnesa
Riwayat keperawatan

1) Kebiasaan pola tidur bangun, apakah ada perubahan :


Waktu tidur, jumlah jam tidur, kualitas tidur, apakah mengalami
kesulitan tidur, sering bangun pada saat tidur, apakah mengalami
mimpi yang mengancam.
2) Dampak pola tidur terhadap fungsi sehari – hari :
Apakah merasa segar saat bangun, apa yang terjadi jika kurang tidur.
3) Adakah alat bantu tidur :
Apa yang lakukan sebelum tidur, apakah menggunakan obat – obatan
untuk membantu tidur.

9
4) Gangguan tidur / faktor – faktor kontribusi :
Jenis gangguan tidur, kapan masalah itu terjadi.

b. Pemeriksaan Fisik
1. Observasi penampilan wajah, perilaku, dan tingkat energi pasien.
2. Adanya lingkaran hitam di sekitar mata, mata sayu dan konjungtiva
merah.
3. Perilaku
Iretabel, kurang perhatian, pergerakan lambat, bicara lambat, postur
tubuh tidak stabil, tangan tremor, sering menguap, mata tampak
lengket, menarik diri, bingung, dan kurang koordinasi.

C. Rencana Asuhan Keperawatan


1. Diagnosa Keperawatan

SDKI
Gangguan Pola Tidur D.0055
Kategori: fisiologis
Subkategori: aktivitas/istirahat
Definisi
Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal
Penyebab
1. Hambatan lingkungan (mis, kelembapan lingkungan sekitar, suhu
lingkungan, pencahayaan, kebisingan, bau tidak sedap, jadwal
pemantauan/pemeriksaan/tindakan
2. Kurang kontrol tidur
3. Kurang privasi
4. Restraint fisik
5. Ketiadaan teman tidur
6. Tidak familiar dengan peralatan tidur

Gejala dan tanda mayor


Subjektif Objektif

1. Mengeluh sulit tidur Tidak tersedia

2. Mengeluh sering terjaga

3. Mengeluh tidak puas tidur

4. Megeluh pola tidur berubah

5. Mengeluh istirahat tidak cukup


10
Gejala dan tanda minor
Subjektif Objektif
1.Mengeluh kemampuan aktivitas menurun Tidak tersedia
Kondisi klinis terkait

1. Nyeri/kolik
2. Hipertiroidisme
3. Kecemasan
4. Penyalit paru obstruktif kronis
5. Kehamilan
6. Periode pasca partum
7. Kondisi pasca operasi

Perencanaan Keperawatan

NO Diagnosa SDKI Tujuan dan kriteria Intervensi SIKI


hasil SLKI
1. Gangguan pola tidur Setelah di berikan Dukungan Tidur
Definisi : Gangguan kualitas dan kuantitas wakt tidur asuhan keperawatan Observasi :
akibat faktor eksternal selama..diharapkan Identifikasi pola
Penyebab : pola tidur membaik aktifitas dan
1. Hambatan lingkungan (misal kelembapan dengan kriteria hasil tidur
lingkungan sekitar,suhu ( L.05045 ) : Identifikasi
lingkungan,pencahayaan,kebisingan,bau tidak  Keluhan sulit faktor
sedap,jadwal tidur pengganggu
pemantauan/pemeriksaan/tindakan menurun tidur (mis
2. Kurang kontrol tidur  Keluhan dan/ata
3. Kurang privasi sering terjaga psikologis)
4. Restraint fisik menurun Identifikasi
5. Ketiadaan teman tidur  Keluhan makanan dan
6. Tidak familiar dengan peralatan tidur tidak puas minuman yang
tidur mengganggu
Gejala dan tanda mayor menurun tidur (mis
Subjektif :  Keluhan pola kopi,teh,alkohol,
1.Mengeluh sulit tidur tidur makan
2.Mengeluh sering terjaga berubah mendekati waktu
3.Mengeluh tidak puas tidur menurun tidur,minum
4.Mengeluh pola tidur berubah  Keluhan banyak air
5.Mengeluh istirahat tidak cukup istirahat sebelum tidur)

tidak cukup Identifikasi obat

menurun tidur yang di


Gejala dan tanda minor  Kemampuan konsumsi
Subjektif :
11
Mengeluh kemampuan beraktifitas menurun beraktivitas Terapeutik
membaik a.Modifikasi
Kondisi klinis terkait : lingkungan (mis
1.Nyeri/kolik pencahayaan,keb
2.hipertiroidisme isingan,suhu,mat
3.Kecemasan rasd dan tempat
4.Penyakit par obstruktif kronis tidur
5.Kehamilan b.Batasi waktu
6.Periode pasca partum tidur siang (jika
7.Kondisi pasca operasi perl)
c.Fasilitas
menghilangkan
stres sebelm
tidur
c.Tetapkan
jadwal tidur
rutin
d.Lakukan
prosedur untuk
meningkatkan
kenyamanan
(mis,pijat,pengat
uran posisi,trafi
akupresur)
e.Sesuaikan
jadwal
pemberian
obat/dan atau
tindakan untuk
menunjang
siklus tidur
terjaga

Edukasi
a.Jelaskan
pentingnya tidur
cukup selama
sakit
b.Anjurkan
menepati
kebiasaan waktu
tidur
12
c.Anjurkan
menghindari
makana/minuma
n yang
mengganggu
tidur
d.Anjurkan
penggunaan obat
tidr yang tidak
mengandung
supresor
terhadap tidur
REM
e.Ajarkan faktor
faktor yang
berkontribusi
terhadap
gangguan pola
tidur (mis
psikologis,gaya
hidp,sering
berubah ship
bekerja)
f.Ajarkan
relaksasi otot
autogenik atau
cara non
farmakologi lain
nya

13
MIND MAPPING GANGGUAN POLA TIDUR

Pengkajian
 Anamnesa
 Riwaat keperawatan
- Kebiasaan pola tidur
- Dampak pola tidur
- Adakah alat bantu tidur
- Gangguan tidur/faktor
faktor kontribusi

 Pemeriksaan fisik
- Observasi penampilan
wajah perilaku dan
tingkat energi
- Adanya lingkaran itam
di sekitar mata,mata
sayu,dan konjungtifa
merah

Diagnosa
SDKI Gangguan pola tidur D.0055
Definisi :
Gangguan kualitas dan kuantitas waktu Penyebab :
tidur akibat faktor eksternal 1. Hambatan lingkungan (mis
kelembapan lingkungan
sekitar
,suhu,lingkungan,pencahayan
kebisingan,bau
tidaksedap,jadwal
pemantauan,pemeriksaan )
2. Kurang kontrol tidur
3. Kurang privasi
4. Restraint fisik
5. Ketiadaan terman tidur

Gejala dan tanda mayor


Subjektif :
1. Mengeluh sulit tidur
2. Mengeluh sering terjaga
3. Mengeluh tidak puas tidur
4. Mengeluh pola tidur berubah
5. Mengeluh istirahat istirahat tidak
cukup

Gejala dan tanda minor :


1. Mengeluh kemampuan beraktifitas
Menurun

Kondisi klinis terkait


1.Nyeri kronik
2.Hipertiroidisme
3.Kecemasan
4.penyakit paru obstruksi
kronis
5.Kehamilan
6.periode pasca partum
7.Kondisi pasca operasi

SIKI
Dukungan Tidur
 Observasi
 Identifikasi pola aktivitas dan tidur
 Identifikasi faktor pengganggu
tidur (fisik,dan/atau fsikologis)
 Identifikasi makanan dan minuman
yang mengganggu
tidur(mis,kopi,teh,alkohol,makan
mendekati waktu tidur,minum
banyak air sebelum tidur )
 Identifikasi obat tidur yang di
konsumsi

 Terapeutik
 Modikasi lingkungan
(mis,pencahayaan,,suhu,matras
,dan tempat tidur )
 Batasi waktu tidur siang (jika
perlu )
 Fasilitasi menghilangkan stres
sebelum tidur
 Tetapkan jadwal tidur rutin
 Lakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyaman
(mis,pijat,pengatran
posisi,terafi akupresrur )
 Sesuaikan jadwal pemberian
Obat dan/atau tindakan untuk
menunjang siklus tidur terjaga

 Edukasi
 Jelaskan penting nya tidur
cukup selama sakit
 Anjurkan menepati kebiasaan
waktu tidur
 Anjrkan mmengindari
makanan minuman ang
mengganggu tidur
 Anjurkan penggunaan obat
tidur yang tidak mengandung
Supresor terhadap tidur REM
 Ajarkan faktor faktor yang
berkontribusi terhadap
gangguan pola tidur (mis,
psikologis,gaya hidup,sering
berubah ship bekerja
 Ajarkan relaksasi otot atogenik
ata cara non farmakologi
lainnya

Evaluasi
SLKI
Pola tidur : membaik
Kriteria hasil :
 Keluhan sulit tidur menurun
 Keluhan sering terjaga menurun
 Keluhan tidak puas tidur menurun
 Keluhan pola tidur berubah menurun
 Keluhan istirahat tidak cukup menurun
 Kemampuan beraktifitasmembaik
DAFTAR
PUSTAKA

Carpenito-Moyet, Lynda Juall. 2012. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi


13.

Jakarta:EGC

Kasiati Dan Ni Wayan. 2016. Kebutuhan Dasar Manusia 1 .Jakarta:


Kementrian

Kesehatan Republik Indonesia

NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi


2012-

2014. Jakarta: EGC

PPNI, 2017. Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan


Indikator

Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

PPNI, 2019. Standart Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Criteria


Hasil

Keperawatan Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

PPNI, 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan


Tindakan

Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

Tarwoto, Wartonah. 2011.kebutuhan dasar manusia dan dan proses


keperawatan.

Edisi 4. Jakarta: Selemba Medika.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI.2016. Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia definisi dan indikator diagnostik. Jakarta:PPNI

Vaughans, Bennita W. 2011. Keperawatan Dasar. Yogyakarta : Rapha Publishing.

Anda mungkin juga menyukai