BAB I
PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang
Kebutuhan dasar manusia merupakan sesuatu yang harus dipenuhi
untuk meningkatkan derajat kesehatan. Menurut teori Maslow manusia mempunyai
lima kebutuhan dasar yang paling penting meliputi: kebutuhan fisiologis,
kebutuhan keamanan dan keselamatan, kebutuhan cinta dan rasa memiliki,
kebutuhan rasa berharga dan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri (Potter &
Perry, 2006).
Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang termasuk
kedalam kebutuhan fisiologis. Tidur terjadi secara alami dan memiliki fungsi
fisologis dan psikologis untuk proses perbaikan tubuh. Jika seseorang tidak
mendapatkan tidur yang baik maka akan mendapatkan kerusakan pada fungsi otot
dan otak karena tidak adekuatnya kebutuhan tidur (Stanley, 2006). Menurut
Potter dan Perry (2006) kebutuhan tidur sangat penting untuk kualitas hidup semua
orang.Tiap individu memiliki kebutuhan tidur yang berbeda-beda dalam kuantitas
dan kualitasnya.
BAB II
2
TINJAUAN TEORI
b. Etiologi
Tidur terjadi dalam siklus yang diselingi periode terjaga. Siklus
tidur/terjaga umumnya mengikuti irama circadian atau 24 jam dalam siklus
siang/malam. Selain siklus tidur/terjaga, tidur terjadi dalam tahapan yang
berlangsung dalam suatu kondisi siklis. Ada lima tahapan tidur.
Tahap 1 hingga tahap 4 mengacu pada tidur dengan gerakan mata tidak
cepat (NREM- Non Rapid Eye Movement) dan berkisar dari kedaan tidur
sangat ringan di tahap 1 hingga keadaan tidur nyenyak di tahap 3 dan 4.
Selama tidur NREM, seseorang biasanya mengalami penurunan suhu,
denyut, tekanan darah, pernapasan, dan ketegangan otot. Penurunan
tuntutan fungsi tubuh dianggap melakukan tindakan responsif, baik secara
fisiologi maupun psikologi. Tahap
s5 disebut tidur dengan gerak mata cepat (REM- Rapid Eye Movement).
Tahap tidur REM dikarakterisasikan dengan meningkatnya level aktivitas
dibandingkan pada tahap NREM. Manfaat tidur REM berkaitan dengan
perbaikan dalam proses mental dan kesehatan emosi. (Tarwoto dan
Wartonah,2010).
2) Tahap II
Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun.
Berlangsung 10-20 menit, semakin rileks, mudah terjaga, dan gelombang
otak menjadi lebih lambat. Tahap II ini ditandai dengan :
a) Kedua Bola mata berhenti bergerak.
b) Suhu tubuh menurun.
c) Tonus otot perlahan-lahan berkurang.
d) Tanda-tanda vital turun dengan jelas.
e) EEG: Timbul gelombang beta Frekuensi 15-18 siklus / detik yang
disebut gelombang tidur.
3) Tahap III
Merupakan awal tahap tidur nyenyak. Tahap ini berlangsung 15-30 menit.
Tahap III ini ditandai dengan:
a) Relaksasi otot menyeluruh.
b) Tanda-tanda vital menurun tetapi tetap teratur.
c) EEG: perubahan gelombang Beta menjadi 1-2 siklus / detik.
d) Sulit dibangunkan dan digerakkan.
4) Tahap IV
Tahap Tidur Nyenyak, berlangsung sekitar 15-30 menit. Tahap ini
ditandai dengan :
a) Jarang bergerak dan sangat sulit dibangunkan.
b) Tanda-tanda vital secara signifikan lebih rendah dari pada jam
bangun pagi.
c) Tonus Otot menurun (relaksasi total).
d) Denyut jantung dan pernapasan menurun sekitar 20-30 %.
e) EEG: hanya terlihat gelombang delta yang lambat dengan frekwensi
4
1-2 siklus/detik.
f) Gerak bola mata mulai meningkat.
g) Terjadi mimpi dan terkadang tidur sambil berjalan serta enuresis
(mengompol).
Tahap tidur yang sangat nyenyak. Pada orang dewasa REM terjadi 20-25
% dari tidurnya.
c. Fisiologis
5
Tidur merupakan aktivitas yang melibatkan susunan saraf pusat, saraf
perifer, endokrin kardiovaskuler, respirasi dan muskuloskeletal. Tiap kejadian
tersebut dapat diidentifikasi atau direkam dengan electroencephalogram
(EEG) untuk aktivitas listrik otak, pengukuran tonus otot dengan
menggunakan electromiogram (EMG) dan electrooculogram (EOG) untuk
pengaturan pergerakan mata.
Pengaturan dan kontrol tidur tergantung dari hubungan antara dua
mekanisme selebral yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan pusat
otak untuk tidur dan bangun. Reticular activating system (RAS) di bagian
batang otak atas diyakini mempunyai sel – sel khusus dalam mempertahankan
kewaspadaan dan kesadaran. RAS memberikan stimulus visual, audiotori,
nyeri, dan sensori raba. Juga menerima stimulus dari korteks serebri (emosi,
proses pikir).
Pada keadaan sadar mengakibatkan neuron – neuron dalam RAS
melepaskan katekolamin, misalnya norepineprine. Saat tidur mungkin
disebabkan oleh pelepasan serum serotonin dari sel – sel spesifik di pons dan
batang otak tengah yaitu bulbar syncrhonizing regional (BSR). Bangun dan
tidurnya seseorang tergantung dari keseimbangan impuls yang diterima dari
pusat otak, reseptor sensori perifer misalnya bunyi, stimulus cahaya, dan
sistem limbiks seperti emosi.
Seseorang yang mencoba untuk tidur, mereka menutup matanya dan
berusaha dalam posisi rileks. Jika ruangan gelap dan tenang aktivitas RAS
menurun, pada saat itu BSR mengeluarkan serum serotonin.
d. Gangguan Tidur
1. Insomnia
Insomnia adalah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik secara
kualitas maupun kuantitas. Gangguan tidur ini umumnya ditemui pada
individu dewasa. Penyebabnya bisa karena gangguan fisik atau karena
faktor mental seperti perasaan gundah atau gelisah.
Ada tiga jenis insomnia:
3. Hipersomnia
Hipersomnia adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang
berkelebihan terutama pada siang hari. Gangguan ini dapat disebabkan
oleh kondisi tertentu, seperti kerusakan system saraf, gangguan pada hati
atau ginjal, atau karena gangguan metabolisme (misalnya:
hipertiroidisme). Pada kondisi tertentu, hipersomnia dapat digunakan
sebagai mekanisme koping untuk menghindari tanggung jawab pada siang
hari.
4. Narkolepsi
Narkolepsi adalah gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul
secara tiba-tiba pada siang hari. Gangguan ini disebut juga sebagai
“serangan tidur” atau sleep attack. Penyebab pastinya belum diketahui.
Diduga karena kerusakan genetik system saraf pusat yang menyebabkan
tidak terkendali lainnya periode tidur REM. Alternatif pencegahannya
adalah dengan obat-obatan, seperti: amfetamin atau metilpenidase,
hidroklorida, atau dengan antidepresan seperti imipramin hidroklorida.
6. Enuresa
7
Enuresa merupakan buang air kecil yang tidak disengaja pada waktu tidur,
atau biasa disebut isilah mengompol. Enuresa dibagi menjadi dua jenis:
enuresa noktural: merupakan mengompol di waktu tidur, dan enuresa
diurnal, mengompol saat bangun tidur. Enuresa noktural umumnya
merupakan gangguan pada tidur NREM.
e. Manifestasi Klinis
Beberapa gangguan tidur yang perlu diperhatikan adalah :
1.) Perubahan kepribadian dan perilaku, seperti depresi, menarik diri.
2.) Rasa capek meningkat
3.) Halusinasi pandangan dan pendengaran
4.) Bingung dan disorientasi terhadap ruang dan waktu
5.) Gangguan persepsi
6.) Koordinasi menurun
7.) Bicara tak jelas
h. Penatalaksanaan
1. Mengobservasi TTV
2. Mengobservasi pola waktu istirahat dan tidur
3. Memberikan lingkungan yang nyaman dan tenang
4. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antipiretik.
i Pemeriksaan penunjang
Tidur dapat diukur secara objektif dengan menggunakan alat yang
disebut polisomnografi. Alat ini dapat merekam elektroensefalogram (EEG),
elektromiogram (EMG), dan elektro-okulogram (EOG) sekaligus. Dengan alat
ini kita dapat mengkaji aktivitas klien selama tidur. Aktivitas yang klien
lakukan tanpa sadar tersebut bisa jadi merupakan penyebab seringnya klien
terjaga di malam hari. The Multiple Sleep Latency Test (MSLT) memberikan
informasi yang objektif tentang kantuk dan aspek-aspek tertentu dari struktur
tidur dan mengukur gerakan mata menggunakan EOG, perubahan tonus otot
menggunakan EMG, dan aktivitas listrik otak menggunakan EEG. Klien dapat
memekai Actigraph pada pergelangan tangan untuk mengukur pola tidur
selama jangka waktu tertentu. Data Actigraphy memberika informasi waktu
tidur, efisiensi tidur, jumlah durasi waktu jaga, serta tingkat aktivitas dan
istirahat
1 . Pengkajian
a. Anamnesa
Riwayat keperawatan
9
4) Gangguan tidur / faktor – faktor kontribusi :
Jenis gangguan tidur, kapan masalah itu terjadi.
b. Pemeriksaan Fisik
1. Observasi penampilan wajah, perilaku, dan tingkat energi pasien.
2. Adanya lingkaran hitam di sekitar mata, mata sayu dan konjungtiva
merah.
3. Perilaku
Iretabel, kurang perhatian, pergerakan lambat, bicara lambat, postur
tubuh tidak stabil, tangan tremor, sering menguap, mata tampak
lengket, menarik diri, bingung, dan kurang koordinasi.
SDKI
Gangguan Pola Tidur D.0055
Kategori: fisiologis
Subkategori: aktivitas/istirahat
Definisi
Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal
Penyebab
1. Hambatan lingkungan (mis, kelembapan lingkungan sekitar, suhu
lingkungan, pencahayaan, kebisingan, bau tidak sedap, jadwal
pemantauan/pemeriksaan/tindakan
2. Kurang kontrol tidur
3. Kurang privasi
4. Restraint fisik
5. Ketiadaan teman tidur
6. Tidak familiar dengan peralatan tidur
1. Nyeri/kolik
2. Hipertiroidisme
3. Kecemasan
4. Penyalit paru obstruktif kronis
5. Kehamilan
6. Periode pasca partum
7. Kondisi pasca operasi
Perencanaan Keperawatan
Edukasi
a.Jelaskan
pentingnya tidur
cukup selama
sakit
b.Anjurkan
menepati
kebiasaan waktu
tidur
12
c.Anjurkan
menghindari
makana/minuma
n yang
mengganggu
tidur
d.Anjurkan
penggunaan obat
tidr yang tidak
mengandung
supresor
terhadap tidur
REM
e.Ajarkan faktor
faktor yang
berkontribusi
terhadap
gangguan pola
tidur (mis
psikologis,gaya
hidp,sering
berubah ship
bekerja)
f.Ajarkan
relaksasi otot
autogenik atau
cara non
farmakologi lain
nya
13
MIND MAPPING GANGGUAN POLA TIDUR
Pengkajian
Anamnesa
Riwaat keperawatan
- Kebiasaan pola tidur
- Dampak pola tidur
- Adakah alat bantu tidur
- Gangguan tidur/faktor
faktor kontribusi
Pemeriksaan fisik
- Observasi penampilan
wajah perilaku dan
tingkat energi
- Adanya lingkaran itam
di sekitar mata,mata
sayu,dan konjungtifa
merah
Diagnosa
SDKI Gangguan pola tidur D.0055
Definisi :
Gangguan kualitas dan kuantitas waktu Penyebab :
tidur akibat faktor eksternal 1. Hambatan lingkungan (mis
kelembapan lingkungan
sekitar
,suhu,lingkungan,pencahayan
kebisingan,bau
tidaksedap,jadwal
pemantauan,pemeriksaan )
2. Kurang kontrol tidur
3. Kurang privasi
4. Restraint fisik
5. Ketiadaan terman tidur
SIKI
Dukungan Tidur
Observasi
Identifikasi pola aktivitas dan tidur
Identifikasi faktor pengganggu
tidur (fisik,dan/atau fsikologis)
Identifikasi makanan dan minuman
yang mengganggu
tidur(mis,kopi,teh,alkohol,makan
mendekati waktu tidur,minum
banyak air sebelum tidur )
Identifikasi obat tidur yang di
konsumsi
Terapeutik
Modikasi lingkungan
(mis,pencahayaan,,suhu,matras
,dan tempat tidur )
Batasi waktu tidur siang (jika
perlu )
Fasilitasi menghilangkan stres
sebelum tidur
Tetapkan jadwal tidur rutin
Lakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyaman
(mis,pijat,pengatran
posisi,terafi akupresrur )
Sesuaikan jadwal pemberian
Obat dan/atau tindakan untuk
menunjang siklus tidur terjaga
Edukasi
Jelaskan penting nya tidur
cukup selama sakit
Anjurkan menepati kebiasaan
waktu tidur
Anjrkan mmengindari
makanan minuman ang
mengganggu tidur
Anjurkan penggunaan obat
tidur yang tidak mengandung
Supresor terhadap tidur REM
Ajarkan faktor faktor yang
berkontribusi terhadap
gangguan pola tidur (mis,
psikologis,gaya hidup,sering
berubah ship bekerja
Ajarkan relaksasi otot atogenik
ata cara non farmakologi
lainnya
Evaluasi
SLKI
Pola tidur : membaik
Kriteria hasil :
Keluhan sulit tidur menurun
Keluhan sering terjaga menurun
Keluhan tidak puas tidur menurun
Keluhan pola tidur berubah menurun
Keluhan istirahat tidak cukup menurun
Kemampuan beraktifitasmembaik
DAFTAR
PUSTAKA
Jakarta:EGC