Tahapan dalam perlombaan debat dimulai dengan babak penyisihan dengan skema
penilaiannya berdasarkan video berdurasi 16 menit yang berisikan argumentasi terhadap mosi
berjudul, “Pemberlakuan Sistem Kuota Perempuan dalam Direksi Perusahaan Terbuka di
Indonesia, SDGS 5: Gender Equality”. Delegasi UGM berhasil masuk ke babak semifinal yang
hanya menyisakan 4 (empat) tim terbaik dan memperdebatkan secara langsung mosi berjudul,
“Pelaksanaan Program Food Estate oleh Pemerintah Indonesia, SDGS 2: Zero Hunger”. Sebagai
tim kontra, argumentasi terbesar delegasi UGM untuk tidak menyetujui mosi tersebut didasarkan
pada 3(tiga) hal yakni, konsep food estate tidak komprehensif, praktik food estate masih
problematik dan food estate tidak dapat memenuhi pilar ketahanan pangan yang menjadi tujuan
utama penyelenggaraannya. Argumentasi tersebut berhasil membawa delegasi UGM menuju
babak final untuk kembali memperdebatkan secara langsung mosi lainnya berkaitan dengan
SDGS yang berjudul, “Pelaksanaan Kebijakan Pajak atas Karbon (Carbon Tax) di Indonesia,
SDGS 13: Climate Action”. Pada babak final, delegasi UGM bertindak sebagai tim pro yang
menjunjung tinggi perlindungan terhadap lingkungan dengan mengupayakan carbon tax sebagai
eksternalitas negatif yang akan mendorong dan memaksa produsen karbon diberbagai sektor
untuk secara perlahan beralih kepada energi terbarukan. Selain itu, carbon tax dari kacamata pro
merupakan bukti nyata upaya pemerintah dalam memenuhi komitmen Indonesia untuk
mengurangi emisi karbon nasional maupun internasional. Argumentasi dengan fakta dan teori
yang berhasil menunjukkan efektivitas dari carbon tax tersebutlah yang kemudian membawa
delegasi UGM mengalahkan lawannya di babak final dan menjadi juara pertama.