Anda di halaman 1dari 49

VISI

Pada tahun 2025 menghasilkan Ners yang unggul dalam asuhan keperawatan lanjut usia dengan
menerapkan Ilmu dan Teknologi Keperawatan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL:
FRAKTUR

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Program Studi : Keperawatan Program Sarjana Terapan dan


Program Studi Pendidikan Profesi Ners
Mata Kuliah : Keperawatan Medikal Bedah
Dosen Pembimbing : Dr. Santa Manurung, SKM., M.Kep
Nama/NIM : Deby Fitriayuningsih (P3.73.20.3.21.010)

JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
TAHUN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN SISTEM MUSKULOSKELETAL:
FRAKTUR

A. Definisi Fraktur
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan didefinisikan menurut jenis dan luasnya.
Fraktur terjadi ketika tulang mengalami stres yang lebih besar daripada yang dapat diserapnya.
Fraktur disebabkan oleh pukulan langsung, kekuatan menghancurkan, gerakan memutar tiba-
tiba, dan bahkan kontraksi otot yang ekstrim. Ketika tulang patah, struktur yang berdekatan
juga terpengaruh, mengakibatkan edema jaringan lunak, perdarahan ke dalam otot dan sendi,
dislokasi sendi, robeknya tendon, putusnya saraf, dan rusaknya pembuluh darah. Tubuh organ
mungkin terluka oleh kekuatan yang menyebabkan patah tulang atau oleh fragmen fraktur
(Brunner and Suddarth, 2016).

B. Klasifikasi Fraktur
Fraktur lengkap melibatkan patahan di seluruh penampang tulang dan sering tergeser (posisi
abnormal). Pada fraktur tidak lengkap (misalnya, fraktur greenstick), patahan terjadi melalui
hanya sebagian dari penampang tulang. Fraktur kominutif adalah fraktur yang melibatkan
beberapa fragmen tulang. Fraktur tertutup (fraktur sederhana) adalah fraktur yang tidak
menyebabkan patahan di kulit. Fraktur terbuka (kompleks, atau kompleks, fraktur) adalah
salah satu di mana kulit atau selaput lendir luka meluas ke tulang yang patah. Fraktur terbuka
dinilai menurut kriteria berikut:
1. Derajat I adalah luka bersih dengan panjang kurang dari 1 cm.
2. Derajat II adalah luka yang lebih besar tanpa jaringan lunak yang luas kerusakan.
3. Derajat III sangat terkontaminasi, memiliki kerusakan pada jaringan lunak yang luas dan
merupakan yang paling parah.
Fraktur juga dapat digambarkan sesuai dengan anatomi penempatan fragmen, terutama jika
mereka dipindahkan atau tidak tergeser. Jenis patah tulang terdiri dari beberapa sebagai
berikut:
1. Avulsi: Fraktur dimana fragmen tulang telah ditarik oleh ligamen atau tendon dan
perlekatannya
2. Comminuted: fraktur dimana tulang telah pecah menjadi beberapa pecahan
3. Compound: fraktur dimana kerusakan juga melibatkan kulit atau membran mukosa;
disebut juga fraktur terbuka
4. Kompresi: fraktur dimana tulang telah tertindih (terlihat pada patah tulang belakang)
5. Tertekan: fraktur di mana fragmen didorong ke dalam (sering terlihat pada fraktur
tengkorak dan tulang wajah)
6. Epifisis: fraktur melalui epifisis
7. Greenstick: fraktur di mana satu sisi tulang patah dan sisi lain bengkok
8. Benturan: fraktur di mana fragmen tulang didorong ke yang lain fragmen tulang
9. Oblique: fraktur yang terjadi pada sudut melintasi tulang (kurang stabil dibandingkan
fraktur transversal)
10. Patologis: fraktur yang terjadi melalui area tulang yang sakit (misalnya, osteoporosis, kista
tulang, penyakit Paget, metastasis tulang, tumor); dapat terjadi tanpa trauma atau jatuh
11. Sederhana: fraktur yang tetap terkandung; tidak merusak kulit
12. Spiral: fraktur yang memutar di sekitar batang tulang
13. Stres: fraktur yang dihasilkan dari pembebanan berulang tanpa tulang dan pemulihan otot
14. Transversal: Fraktur yang melintang pada tulang

Sumber: (Brunner and Suddarth, 2016)


C. Menifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari fraktur adalah nyeri, kehilangan fungsi, deformitas, pemendekan
ekstremitas, krepitasi, dan pembengkakan lokal dan perubahan warna. Tidak semua
manifestasi klinis ini hadir di setiap patah tulang. Misalnya, banyak yang tidak muncul
dengan fraktur linier atau fisura atau dengan fraktur impaksi. Diagnosa fraktur didasarkan
pada gejala pasien, tanda-tanda fisik, dan hasil rontgen. Biasanya, pasien melaporkan
mengalami cedera pada area tersebut.
1. Nyeri
Rasa sakitnya terus menerus dan bertambah parah sampai ke tulang fragmen
diimobilisasi. Kejang otot yang menyerta fraktur adalah jenis belat alami yang
dirancang untuk meminimalkan lebih lanjut pergerakan fragmen fraktur.
2. Kehilangan Fungsi
Setelah patah tulang, ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik, karena fungsi
normal otot tergantung pada integritas otot tulang tempat mereka melekat. Nyeri
berkontribusi pada hilangnya fungsi. Selain itu, gerakan abnormal (gerakan palsu)
dapat muncul.
3. Kelainan Bentuk
Perpindahan, angulasi, atau rotasi fragmen pada fraktur lengan atau tungkai
menyebabkan deformitas (baik yang terlihat atau teraba) yang dapat dideteksi ketika
anggota badan dibandingkan dengan yang tidak terluka ekstremitas. Deformitas juga
terjadi akibat pembengkakan jaringan lunak.
4. Memendekkan
Pada fraktur tulang panjang, sebenarnya terjadi pemendekan ekstremitas karena
kontraksi otot-otot yang melekat di atas dan di bawah lokasi fraktur. Fragmen sering
tumpang tindih sebanyak 2,5 sampai 5 cm (1 sampai 2 inci).
5. Krepitus
Ketika ekstremitas diperiksa dengan tangan, sensasi kisi-kisi yang disebut krepitus,
dapat dirasakan. Hal ini disebabkan oleh gesekan dari fragmen tulang satu sama lain.
6. Pembengkakan Dan Perubahan Warna
Pembengkakan lokal dan perubahan warna kulit (ecchymosis) terjadi setelah patah
tulang akibat trauma dan perdarahan ke dalam jaringan. Tanda-tanda ini mungkin tidak
berkembang selama beberapa jam setelah cedera.

D. Pathway

E. Penatalaksaan Medis
Prinsip-prinsip perawatan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi, dan pemulihan fungsi dan
kekuatan normal melalui rehabilitasi.
1. Pengurangan
Pengurangan fraktur ("pengaturan" tulang) mengacu pada pemulihan fragmen fraktur
untuk keselarasan anatomi dan rotasi. Salah satu reduksi tertutup atau reduksi terbuka
dapat digunakan untuk mereduksi fraktur. Metode spesifik yang dipilih tergantung
pada sifat patah; namun, prinsip dasarnya sama. Biasanya, dokter mengurangi patah
tulang sesegera mungkin untuk mencegah kerugian elastisitas dari jaringan melalui
infiltrasi oleh edema atau pendarahan. Dalam kebanyakan kasus, pengurangan fraktur
menjadi lebih sulit karena cedera mulai sembuh. Sebelum reduksi fraktur dan
imobilisasi, pasien harus disiapkan untuk prosedur; izin untuk prosedur diperoleh, dan
analgesik diberikan sesuai resep. Anestesi dapat diberikan. Ekstremitas yang cedera
harus ditangani dengan lembut untuk menghindari kerusakan tambahan.
a. Close Reduction
Dalam kebanyakan kasus, reduksi tertutup dicapai dengan membawa fragmen
tulang ke aposisi (yaitu, menempatkan ujungnya bersentuhan) melalui manipulasi
dan traksi manual. Ekstremitas dipegang pada posisi yang diinginkan sementara
dokter menggunakan gips, bidai, atau perangkat lain. Pengurangan di bawah
anestesi dengan pin perkutan dapat digunakan. Perangkat imobilisasi
mempertahankan pengurangan dan menstabilkan ekstremitas untuk penyembuhan
tulang. Sinar-X diperoleh untuk memverifikasi bahwa fragmen tulang sejajar
dengan benar. Traksi (kulit atau tulang) dapat digunakan untuk mengurangi fraktur
dan imobilisasi. Traksi dapat digunakan sampai pasien stabil secara fisiologis dan
mampu menahan fiksasi bedah.
b. Open Reduction
Beberapa fraktur memerlukan reduksi terbuka. Melalui pendekatan bedah, fragmen
fraktur berkurang. Perangkat fiksasi internal (pin logam, kabel, sekrup, pelat, paku,
atau batang) dapat digunakan untuk menahan fragmen tulang pada posisinya
sampai tulang padat penyembuhan terjadi. Perangkat ini dapat dipasang pada sisi
tulang, atau mereka dapat dimasukkan melalui fragmen tulang atau langsung ke
dalam rongga meduler tulang. Perangkat fiksasi internal memastikan pendekatan
yang kuat dan fiksasi fragmen tulang.
2. Imobilisasi
Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi, atau ditahan dalam posisi
dan kesejajaran yang benar, sampai serikat terjadi. Imobilisasi dapat dilakukan dengan
cara eksternal atau fiksasi internal. Metode fiksasi eksternal termasuk perban, gips,
bidai, traksi kontinu, dan fiksator eksternal. Logam implan yang digunakan untuk
fiksasi internal berfungsi sebagai bidai internal untuk imobilisasi fraktur.
3. Memelihara Dan Memulihkan Fungsi
Reduksi dan imobilisasi dipertahankan seperti yang ditentukan untuk meningkatkan
penyembuhan tulang dan jaringan lunak. Pembengkakan dikendalikan dengan
mengangkat ekstremitas yang cedera dan menerapkan es seperti yang ditentukan.
Status neuro vaskular (sirkulasi, gerakan, sensasi) dipantau, dan ahli bedah ortopedi
segera diberitahu jika tanda-tanda kompromi neurovaskular diidentifikasi. Gelisah,
cemas, dan ketidaknyamanan dikendalikan dengan berbagai pendekatan, seperti
jaminan ulang, perubahan posisi, dan strategi pereda nyeri, termasuk penggunaan dari
analgesik. Latihan isometrik dan pengaturan otot dianjurkan untuk meminimalkan
atrofi yang tidak digunakan dan untuk meningkatkan sirkulasi. Partisipasi dalam
aktivitas kehidupan sehari-hari (ADL) didorong untuk mempromosikan fungsi mandiri
dan harga diri. Dimulainya kembali secara bertahap kegiatan dipromosikan dalam
resep terapeutik. Dengan fiksasi internal, ahli bedah menentukan jumlah gerakan dan
stres menahan beban ekstremitas dapat menahan dan menentukan tingkat aktivitas.

F. Manajemen Keperawatan
1. Pasien Dengan Fraktur Tertutup
Perawat mendorong pasien dengan fraktur tertutup (sederhana) untuk kembali ke
aktivitas biasa secepat mungkin. Perawat mengajarkan pasien bagaimana mengontrol
pembengkakan dan nyeri yang berhubungan dengan fraktur dan trauma jaringan lunak
dan mendorong mereka untuk aktif dalam batas imobilisasi fraktur. Ini penting untuk
mengajarkan latihan untuk menjaga kesehatan yang tidak terpengaruh otot dan untuk
meningkatkan kekuatan otot yang dibutuhkan untuk transfer dan untuk menggunakan
alat bantu (misalnya, kruk, alat bantu jalan, khusus peralatan makan). Perawat dan
terapis fisik mengajarkan pasien bagaimana menggunakan alat bantu dengan aman.
Rencana dibuat untuk membantu pasien memodifikasi lingkungan rumah mereka
sesuai kebutuhan dan untuk mendapatkan bantuan pribadi jika perlu. Pengajaran pasien
meliputi perawatan diri, pengobatan informasi, pemantauan potensi komplikasi, dan
kebutuhan untuk melanjutkan pengawasan perawatan kesehatan. Penyembuhan patah
tulang dan pemulihan kekuatan penuh dan mobilitas mungkin memakan waktu
berbulan-bulan.
2. Pasien Dengan Fraktur Terbuka
Pada fraktur terbuka, ada risiko osteomielitis, tetanus, dan luka ganggren. Tujuan dari
manajemen keperawatan adalah untuk mencegah infeksi luka, jaringan lunak, dan
tulang dan untuk meningkatkan penyembuhan jaringan lunak jaringan dan tulang.
Perawat memberikan profilaksis tetanus jika ada indikasi. Irigasi serial dan
debridement digunakan untuk menghilangkan organisme anaerob. Antibiotik intravena
diresepkan untuk mencegah atau mengobati infeksi. Irigasi luka yang cepat dan
menyeluruh dan debridement di ruang operasi yang diperlukan. Luka dikultur.
Devitalisasi fragmen tulang dihilangkan. Fraktur dikurangi dengan hati-hati dan
distabilkan oleh fiksasi eksternal atau intramedulla kuku. Setiap kerusakan pada
pembuluh darah, jaringan lunak, otot, saraf, dan tendon dirawat. Dengan fraktur
terbuka, penutupan luka primer biasanya tertunda. Luka yang sangat terkontaminasi
dibiarkan tidak dijahit dan dibalut dengan kasa steril untuk memungkinkan
pembengkakan dan drainase luka. Irigasi luka dan debridement dapat diulang,
menghilangkan infeksi dan devitalized jaringan dan meningkatkan vaskularisasi di
wilayah tersebut. Setelah itu telah ditentukan bahwa infeksi tidak ada, lukanya ditutup
dalam 5 hingga 7 hari, dan semua ruang mati dilenyapkan dengan mencangkok kulit
autogenous atau flap. Perawat mengangkat ekstremitas untuk meminimalkan edema.
Penting untuk sering menilai status neurovaskular. Perawat mengukur suhu pasien
secara berkala dan memantau suhu pasien untuk tanda-tanda infeksi. Dalam 4 sampai
8 minggu, pencangkokan tulang dapat diperlukan untuk menjembatani cacat tulang dan
untuk merangsang penyembuhan tulang.
Tabel Perawatan di rumah
Pernyataan Pasien Care giver
Setelah menyelesaikan instruksi perawatan di rumah, pasien atau
pengasuh akan dapat:
a. Jelaskan pendekatan untuk mengendalikan pembengkakan
dan nyeri (misalnya, tinggikan ekstremitas setinggi jantung; ✓ ✓
minum analgesik sesuai resep).
b. Laporkan nyeri yang tidak terkontrol oleh elevasi dan
✓ ✓
analgesik (mungkin merupakan indikator gangguan perfusi
jaringan atau sindrom kompartemen).
c. Jelaskan pengelolaan alat imobilisasi atau perawatan sayatan. ✓
d. Konsumsi makanan untuk meningkatkan penyembuhan ✓
tulang.
e. Menunjukkan kemampuan untuk berpindah ✓
f. Gunakan alat bantu mobilitas dengan aman. ✓
g. Hindari penggunaan ekstremitas yang cedera secara

berlebihan; amati batas menahan beban yang ditentukan.
h. Nyatakan indikator komplikasi untuk segera dilaporkan ke
dokter (misalnya, pembengkakan dan nyeri yang tidak ✓ ✓
terkontrol; jari tangan atau kaki dingin dan pucat; parestesia;
kelumpuhan; tanda-tanda infeksi lokal dan sistemik; tanda-
tanda tromboemboli; masalah dengan perangkat imobilisasi).
i. Nyatakan kemungkinan komplikasi fraktur yang tertunda ✓
(yaitu, penyatuan yang tertunda; nonunion; nekrosis
avaskular; reaksi terhadap perangkat fiksasi internal; sindrom
nyeri regional kompleks (CRPS), secara resmi disebut reflex
sindrom distrofi simpatis; osifikasi heterotrofik).
j. Jelaskan dimulainya kembali aktivitas normal secara bertahap

saat dinyatakan sembuh secara medis, dan diskusikan cara ✓
melindungi situs fraktur dari tekanan yang tidak semestinya.

G. Komplikasi
Berminggu-minggu hingga berbulan-bulan diperlukan untuk sebagian besar patah
tulang untuk sembuh. Banyak faktor yang mempengaruhi kecepatan penyembuhan patah
tulang: Faktor-faktor yang meningkatkan penyembuhan fraktur adalah imobilisasi fragmen
fraktur, kontak fragmen tulang maksimum, suplai darah yang cukup, nutrisi yang tepat,
latihan: menahan beban untuk tulang panjang, hormon: hormon pertumbuhan, tiroid,
kalsitonin, vitamin d, steroid anabolic, potensial listrik melintasi patahan. Faktor-faktor
yang menghambat penyembuhan fraktur adalah trauma lokal yang luas, pengeroposan
tulang, imobilisasi yang tidak memadai, ruang atau jaringan di antara fragmen tulang,
infeksi, keganasan local, penyakit tulang metabolik (misalnya, penyakit paget), tulang yang
terkena radiasi (nekrosis radiasi), nekrosis avascular, fraktur intra-artikular (cairan sinovial
mengandung fibrolisin, yang melisiskan bekuan awal dan menghambat pembentukan
bekuan), usia (orang lanjut usia sembuh lebih lambat) dan kortikosteroid (menghambat
tingkat perbaikan).
Pengurangan fragmen fraktur harus akurat dan dipertahankan untuk memastikan
penyembuhan. Tulang yang terkena harus memiliki cukup suplai darah. Jenis patah tulang
juga mempengaruhi waktu penyembuhan. Secara umum, patah tulang pipih (panggul,
skapula) sembuh dengan cepat. Fraktur di ujung tulang panjang, di mana tulang lebih
vaskular dan dapat bersel, sembuh lebih cepat daripada patah tulang di daerah di mana
tulang tulang padat dan kurang vaskular (poros tengah). Rangsangan menahan beban
memperlambat penyembuhan patah tulang yang stabil pada tulang panjang di bagian
bawah ekstremitas. Jika penyembuhan patah tulang terganggu, penyatuan tulang mungkin
tertunda atau berhenti sepenuhnya.
Komplikasi awal termasuk syok, emboli lemak, sindrom kompartemen, trombosis vena
dalam, tromboemboli emboli paru), koagulopati intravaskular diseminata, dan infeksi.
Komplikasi yang tertunda termasuk penyatuan yang tertunda dan nonunion, nekrosis
avaskular tulang, reaksi terhadap alat fiksasi internal, sindrom nyeri regional kompleks
(sebelumnya disebut distrofi simpatis refleks), dan osifikasi heterotrofik.
1. Syok (Awal)
Syok hipovolemik atau traumatis akibat perdarahan (keduanya kehilangan darah yang
terlihat dan tidak terlihat) dan dari kehilangan ekstraseluler cairan ke dalam jaringan
yang rusak dapat terjadi pada fraktur ekstremitas, toraks, panggul, atau tulang belakang.
Karena tulang sangat vaskular, darah dalam jumlah besar dapat hilang akibat trauma,
terutama pada fraktur femur dan panggul. Pengobatan syok terdiri dari memulihkan
volume dan sirkulasi darah, menghilangkan nyeri pasien, memberikan belat yang
memadai, dan melindungi pasien dari cedera lebih lanjut dan komplikasi lainnya.
2. Sindrom Embolisme Lemak (Awal)
Setelah patah tulang panjang atau panggul, beberapa patah tulang, atau remuk cedera,
emboli lemak dapat berkembang. Sindrom emboli lemak terjadi paling sering pada
orang dewasa muda (biasanya mereka yang berusia 20 hingga 30 tahun) dan orang
dewasa lanjut usia yang mengalami fraktur proksimal tulang paha. Pada saat fraktur,
gumpalan lemak dapat berpindah ke dalam darah karena tekanan sumsum lebih besar
dari tekanan kapiler atau karena katekolamin meningkat oleh reaksi stres pasien akan
memobilisasi asam lemak dan mempromosikan pengembangan globul lemak di aliran
darah. Gumpalan lemak (emboli) menyumbat darah kecil pembuluh darah yang
mensuplai paru-paru, otak, ginjal, dan organ lainnya. Timbulnya gejala cepat, biasanya
terjadi dalam 24 sampai 72 jam, tetapi dapat terjadi hingga seminggu setelah cedera.
3. Sindrom Kompartemen
Sindrom kompartemen adalah komplikasi yang berkembang ketika perfusi jaringan di
otot kurang dari yang dibutuhkan untuk jaringan kelangsungan hidup. Pasien mengeluh
dalam, berdenyut, tak henti-hentinya nyeri, yang tidak dikendalikan oleh opioid. Rasa
sakit ini dapat disebabkan oleh pengurangan ukuran kompartemen otot karena: fascia
otot yang menutup terlalu kencang atau gips atau balutan terlalu ketat, atau peningkatan
isi kompartemen otot karena edema atau perdarahan yang berhubungan dengan
berbagai masalah (misalnya, patah tulang, cedera remuk). Kompartemen otot lengan
bawah dan tungkai adalah paling sering terlibat. Tekanan di dalam kompartemen otot
dapat meningkat sedemikian rupa untuk mengurangi mikrosirkulasi, menyebabkan
anoksia dan nekrosis saraf dan otot. Fungsi permanen dapat hilang jika situasi anoksik
berlanjut lebih dari 6 jam.

H. Pemeriksaan Penunjang
Penilaian yang sering dari fungsi neurovaskular setelah fraktur adalah penting. Defisit
sensorik meliputi parestesia, nyeri tak henti-hentinya, dan hipoestesia. Parestesia (sensasi
terbakar atau kesemutan) dan mati rasa di sepanjang saraf yang terlibat adalah tanda-tanda
awal saraf yang terlibat. Gerakan dievaluasi dengan meminta pasien untuk menggerakkan
jari tangan atau kaki distal ke masalah potensial. Kelemahan motorik mungkin terjadi
sebagai tanda akhir dari iskemia saraf. Tidak ada gerakan (kelumpuhan) menunjukkan
kerusakan saraf. Sirkulasi perifer dievaluasi dengan menilai warna, suhu, waktu pengisian
kapiler, pembengkakan, dan denyut nadi. Pembengkakan (edema) mengurangi perfusi
jaringan. Tempat tidur kuku sianotik (berwarna biru) menyarankan kongesti vena. Jari
tangan atau kaki pucat atau kehitaman dan dingin dan waktu pengisian kapiler yang lama
menunjukkan penurunan perfusi arteri. Edema dapat mengaburkan adanya denyut arteri,
dan Doppler ultrasonografi dapat digunakan untuk memverifikasi denyut nadi.
Ketidakberdayaan adalah tanda oklusi arteri, bukan sindrom kompartemen, karena tekanan
jaringan harus di atas tekanan darah sistolik agar oklusi arteri besar terjadi. Ketika tekanan
intrakompartemen meningkat, pasien mengeluh rasa sakit yang dalam, berdenyut, tak
henti-hentinya, yang lebih besar dari yang diharapkan dan tidak dikendalikan oleh opioid.
Peregangan otot secara pasif menyebabkan nyeri akut. Dengan berlanjutnya iskemia dan
edema saraf, pasien mengalami sensasi hipoestesia (berkurangnya kepekaan terhadap
rangsangan) dan kemudian tidak adanya perasaan. Palpasi dari otot, jika mungkin, terlihat
bengkak dan keras. Tekanan jaringan yang sebenarnya dapat diukur dengan memasukkan
alat pengukur tekanan jaringan ke dalam kompartemen otot. (Tekanan normal adalah 8 mm
Hg atau kurang.) Jaringan saraf dan otot memburuk sebagai tekanan kompartemen
meningkat. Tekanan berkepanjangan lebih dari 30 mm Hg dapat mengakibatkan gangguan
mikrosirkulasi. Saraf jaringan lebih sensitif daripada otot terhadap tekanan jaringan yang
tinggi. Parestesia umumnya terjadi sebelum kelumpuhan.
a. Menurut Arif Muttaqin (2008), pemeriksaan pemeriksaan penunjang pada fraktur
yaitu:
1) Anamnesa/ pemeriksaan umum
2) Pemeriksaan radiologi. Pemeriksaan yang penting adalah pemeriksaan
menggunakan sinar Rontgen (sinar-x) untuk melihat gambaran tiga dimensi dari
keadaan dan kedudukan tulang yang sulit.
3) CT scan: pemeriksaan bidang tertentu tulang yang terkena dan dapat
memperlihatkan jaringan lunak atau cedera ligament atau tendon.
4) X - Ray: menentukan lokasi, luas, batas dan tingkat fraktur.
b. Pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium yang lazim digunakan untuk
mengetahui lebih jauh kelainan yang terjadi meliputi:
1) Kalsium serum dan fosfor serum meningkat pada tahap penyembuhan tulang.
2) Fosfatase alkali meningkat pada saat kerusakan tulang.
3) Enzim otot seperti kreatinin kinase, laktat dehydrogenase (LDH-5), aspratat
aminotransferase (AST) dan aldolase meningkat pada tahap penyembuhan tulang.
c. Pemeriksaan lain-lain:
1) Biopsi tulang dan otot: pemeriksaan ini sama dengan pemeriksaan di atas, tetapi
lebih diindikasikan bila terjadi infeksi.
2) Elekromiografi: terdapat kerusakan konduksi saraf akibat fraktur.
3) Artroskopi: didapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek karena trauma yang
berlebihan.
4) MRI: menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur.
5) Indigium Imaging: pada pemeriksaan ini didapatkan adanya infeksi pada tulang.

I. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Fraktur


1. Pengkajian Fokus
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan, untuk itu
diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah-masalah klien sehingga dapat
memberikan arah terhadap tindakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan
sangat bergantuang pada tahap ini. Tahap ini terbagi atas:
2. Pengumpulan Data
a. Anamnesa
1) Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai,
status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no.
register, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis.

2) Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri. Nyeri
tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan lamanya serangan. Untuk
memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien digunakan:
(a) Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi faktor
memperberat dan faktor yang memperingan/ mengurangi nyeri
(b) Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan
klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau menusuk.
(c) Region: radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit
menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.
(d) Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien,
bisa berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh rasa
sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.
(e) Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk
pada malam hari atau siang hari.
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari fraktur, yang
nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien. Ini bisa
berupa kronologi terjadinya penyakit tersebut sehingga nantinya bisa ditentukan
kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena. Selain itu, dengan
mengetahui mekanisme terjadinya kecelakaan bisa diketahui luka kecelakaan
yang lain
4) Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan memberi
petunjuk berapa lama tulang tersebut akan menyambung. Penyakit-penyakit
tertentu seperti kanker tulang yang menyebabkan fraktur patologis yang sering
sulit untuk menyambung. Selain itu, penyakit diabetes dengan luka di kaki
sangat beresiko terjadinya osteomyelitis akut maupun kronik dan juga diabetes
menghambat proses penyembuhan tulang
5) Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang merupakan salah
satu faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti diabetes, osteoporosis yang
sering terjadi pada beberapa keturunan, dan kanker tulang yang cenderung
diturunkan secara genetik
6) Riwayat Psikososial
Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran
klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam
kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat
7) Pola-Pola Fungsi Kesehatan
(a) Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat
Pada kasus fraktur akan timbul ketidakadekuatan akan terjadinya kecacatan
pada dirinya dan harus menjalani penatalaksanaan kesehatan untuk membantu
penyembuhan tulangnya. Selain itu, pengkajian juga meliputi kebiasaan hidup
klien seperti penggunaan obat steroid yang dapat mengganggu metabolisme
kalsium, pengkonsumsian alkohol yang bisa mengganggu keseimbangannya
dan apakah klien melakukan olahraga atau tidak
(b) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi kebutuhan sehari-
harinya seperti kalsium, zat besi, protein, vit. C dan lainnya untuk membantu
proses penyembuhan tulang. Evaluasi terhadap pola nutrisi klien bisa
membantu menentukan penyebab masalah muskuloskeletal dan mengantisipasi
komplikasi dari nutrisi yang tidak adekuat terutama kalsium atau protein dan
terpapar sinar matahari yang kurang merupakan faktor predisposisi masalah
muskuloskeletal terutama pada lansia. Selain itu juga obesitas juga
menghambat degenerasi dan mobilitas klien.
(c) Pola Eliminasi
Untuk kasus multiple fraktur, misalnya fraktur humerus dan fraktur tibia
tidak ada gangguan pada pola eliminasi, tapi walaupun begitu perlu juga
dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau feces pada pola eliminasi alvi.
Sedangkan pada pola eliminasi uri dikaji frekuensi, kepekatannya, warna,
bau, dan jumlah. Pada kedua pola ini juga dikaji ada kesulitan atau tidak.
(d) Pola Tidur dan Istirahat
Semua klien fraktur timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak, sehingga hal ini
dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien. Selain itu juga,
pengkajian dilaksanakan pada lamanya tidur, suasana lingkungan, kebiasaan
tidur, dan kesulitan tidur serta penggunaan obat tidur.
(e) Pola Aktivitas
Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk kegiatan
klien, seperti memenuhi kebutuhan sehari hari menjadi berkurang. Misalnya
makan, mandi, berjalan sehingga kebutuhan klien perlu banyak dibantu oleh
orang lain.
(f) Pola Hubungan dan Peran
Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat. Karena
klien harus menjalani rawat inap, klien biasanya merasa rendah diri terhadap
perubahan dalam penampilan, klien mengalami emosi yang tidak stabil.
(g) Pola Persepsi dan Konsep Diri
Dampak yang timbul pada klien fraktur yaitu timbul ketidakutan akan
kecacatan akibat frakturnya, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk
melakukan aktivitas secara optimal, dan gangguan citra diri.
(h) Pola Sensori dan Kognitif
Pada klien fraktur daya rabanya berkurang terutama pada bagian distal fraktur,
sedang pada indera yang lain tidak timbul gangguan. begitu juga pada
kognitifnya tidak mengalami gangguan. Selain itu juga, timbul rasa nyeri akibat
fraktur.
(i) Pola Reproduksi Seksual
Dampak pada klien fraktur yaitu, klien tidak bisa melakukan hubungan
seksual karena harus menjalani rawat inap dan keterbatasan gerak serta rasa
nyeri yang dialami klien.
(j) Pola Penanggulangan Stress
Pada klien fraktur timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya, yaitu
ketidakutan timbul kecacatan pada diri dan fungsi tubuhnya. Mekanisme
koping yang ditempuh klien bisa tidak efektif
(k) Pola Tata Nilai dan Keyakinan
Untuk klien fraktur tidak dapat melaksanakan kebutuhan beribadah dengan
baik terutama frekuensi dan konsentrasi. Hal ini bisa disebabkan karena nyeri
dan keterbatasan gerak klien.
8) Pemeriksaan Fisik
Dibagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan umum (status generalisata) untuk
mendapatkan gambaran umum dan pemeriksaan setempat (lokalis). Hal ini perlu
untuk dapat melaksanakan total care karena ada kecenderungan dimana spesialisasi
hanya memperlihatkan daerah yang lebih sempit tetapi lebih mendalam.
(a) Gambaran Umum
Perlu menyebutkan:
(1) Keadaan umum: baik atau buruknya yang dicatat adalah tanda-tanda,
seperti:
i. Kesadaran penderita:
Composmentis: berorientasi segera dengan orientasi sempurna
Apatis: terlihat mengantuk tetapi mudah dibangunkan dan
pemeriksaan penglihatan, pendengaran dan perabaan normal
Sopor: dapat dibangunkan bila dirangsang dengan kasar dan terus
menerus
Koma: tidak ada respon terhadap rangsangan
Somnolen: dapat dibangunkan bila dirangsang dapat disuruh dan
menjawab pertanyaan, bila rangsangan berhenti penderita tidur lagi.
ii. Kesakitan, keadaan penyakit: akut, kronik, ringan, sedang, berat
dan pada kasus fraktur biasanya akut, spasme otot, dan hilang rasa.
iii. Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan baik fungsi
maupun bentuk.
iv. Neurosensori, seperti kesemutan, kelemahan, dan deformitas
v. Sirkulasi, seperti hipertensi (kadang terlihat sebagai respon
nyeri/ansietas), hipotensi (respon terhadap kehilangan darah),
penurunan nadi pada bagian distal yang cidera, capilary refil
melambat, pucat pada bagian yang terkena, dan masa hematoma pada
sisi cedera.
(2) Keadaan Lokal
Pemeriksaan pada sistem muskuloskeletal adalah sebagai berikut
(a) Perhatikan apa yang dapat dilihat antara lain sebagai berikut:
i. Sikatriks (jaringan parut baik yang alami maupun buatan
seperti bekas operasi).
ii. Fistula warna kemerahan atau kebiruan (livide) atau
hyperpigmentasi.
iii. Benjolan, pembengkakan, atau cekungan dengan hal-hal yang
tidak biasa (abnormal)
iv. Posisi dan bentuk dari ekstrimitas (deformita
v. Posisi jalan (gait, waktu masuk ke kamar periksa)
(b) Feel (palpasi)
Pada waktu akan palpasi, terlebih dahulu posisi penderita diperbaiki
mulai dari posisi netral (posisi anatomi). Pada dasarnya ini merupakan
pemeriksaan yang memberikan informasi dua arah, baik pemeriksa
maupun klien.
Yang perlu dicatat adalah:
i. Perubahan suhu disekitar trauma (hangat) dan kelembaban kulit.
Capillary refill time Normal (3 – 5) detik
ii. Apabila ada pembengkakan, apakah terdapat fluktuasi atau
oedema terutama disekitar persendian
iii. Nyeri tekan (tenderness), krepitasi, catat letak kelainan (1/3
proksimal, tengah, atau distal)
iv. Otot: tonus pada waktu relaksasi atau kontraksi, benjolan yang
terdapat di permukaan atau melekat pada tulang. Selain itu juga
diperiksa status neurovaskuler. Apabila ada benjolan, maka sifat
benjolan perlu dideskripsikan permukaannya, konsistensinya,
pergerakan terhadap dasar atau permukaannya, nyeri atau tidak,
dan ukurannya.
v. Kekuatan otot: otot tidak dapat berkontraksi (1), kontraksi sedikit
dan ada tekanan waktu jatuh (2), mampu menahan gravitasi tapi
dengan sentuhan jatuh (3), kekuatan otot kurang (4), kekuatan otot
utuh
(c) Move (pergerakan terutama lingkup gerak)
Setelah melakukan pemeriksaan feel, kemudian diteruskan dengan
menggerakan ekstrimitas dan dicatat apakah terdapat keluhan nyeri pada
pergerakan. Pencatatan lingkup gerak ini perlu, agar dapat mengevaluasi
keadaan sebelum dan sesudahnya. Gerakan sendi dicatat dengan ukuran
derajat, dari tiap arah pergerakan mulai dari titik 0 (posisi netral) atau
dalam ukuran metrik. Pemeriksaan ini menentukan apakah ada gangguan
gerak (mobilitas) atau tidak. Pergerakan yang dilihat adalah gerakan aktif
dan pasif.
2. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan dan Intervensi Keperawatan Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil (SIKI)
1. Nyeri Akut (D. 0077) Setelah dilakukan Manajemen nyeri (I. Manajemen nyeri (I. 08238)
b.d Agen pencedera fisik asuhan keperawatan 08238) Observasi
d.d kecelakaan lalu selama .. x 24 jam, Observasi 1. Dengan mengidentifikasi
lintas, adanya fraktur nyeri akut dapat 1. Identifikasi lokasi, dapat membantu perawat
dan benturan teratasi. karakteristik, durasi, untuk berfokus pada
Kriteria Hasil: frekuensi, kualitas penyebab nyeri dan
Kontrol Nyeri dan intensitas nyeri manajemennya
(L. 08063) 2. Identifikasi skala 2. Dengan mengetaui skala
a. Kemampuan nyeri nyeri pasien dapat membantu
mengontrol 3. Identifikasi respons perawat mengetahui tingkat
nyeri meningkat nyeri non verbal nyeri pasien
b. Melaporkan 4. Identifikasi faktor 3. Dengan mengidentifikasi
nyeri terkontrol yang memperberat respon nyeri nonverbal
meningkat dan memperingan pasien dapat mengetahui
c. Kemampuan nyeri seberapa kuat nyeri yang
mengenali onset 5. Monitor dirasakan pasien
nyeri meningkat keberhasilan terapi 4. Meminimalisir perburukan
d. Kemampuan komplementer yang kondisi pasien
mengenli sudah diberikan 5. Membantu mengurangi nyeri
penyebab nyeri 6. Monitor efek tanpa pemberian obat dan
e. Kemampuan samping efek samping dari obat
menggunakan penggunaan 6. Dengan memonitor akan
teknik analgesic mencegah terjadinya efek
nonfarmakologis Terapeutik samping
f. Keluhan nyeri 7. Berikan teknik Terapeutik
menurun farmakologi 7. Mengurangi nyeri dengan
8. Control lingkungan cara kerja biologi
yang memperberat 8. Dengan dukungan
rasa nyeri lingkungan akan
mempengaruhi keamanan
9. Pertimbangkan jenis dan kenyamanan pasien
dan sumber nyeri 9. Sumber nyeri perlu dikenali
dalam pemilihan agar dapat mencegah untuk
strategi meredakan memperberat nyeri
nyeri Edukasi
Edukasi 10. Mengidentifikasi etiologi
10. Jelaskan penyebab, terjadinya nyeri yang
periode dan pemicu dirasakan
nyeri 11. Dengan menjelaskan strategi
11. Jelaskan strategi yang digunakan untuk
meredakan nyeri mengurangi nyeri dapat
12. Anjurkan memonitor memberikan pengertian serta
nyeri secara mandiri kooperatif dan tercapainya
13. Anjurkan tujuan
menggunakan 12. Membantu pasien untuk
analgesic secara mengenali tanda gejala dari
tepat nyeri yang dirasakan
14. Ajarkan teknik sehingga dapat mengurangi
nonfarmakologis nyeri yang dirasakan
untuk mengurangi 13. Pemberian analgesic dapat
rasa nyeri memblok nyeri pada susunan
Kolaborasi saraf pusat
15. Kolaborasi 14. Pemberian teknik
pemberian analgesik farmakologi dapat membantu
mengurangi kecemasan
akibat nyeri
Kolaborasi
15. Pemberian analgesic dapat
memblok nyeri pada susunan
saraf pusat
2. Gangguan Integritas Setelah dilakukan Perawatan Luka (I. Perawatan Luka (I. 14564)
Kulit (D. 0129) b.d asuhan keperawatan 14564) Observasi
faktor mekanis d.d selama … x 24 jam, Observasi 1. Agar pasien dapat mengetahui
fraktur Gangguan integritas 1. Monitor perkembangan penyembuhan
kulit dapat teratasi. karakteristik luka pada lukanya
Kriteria Hasil: 2. Monitor tanda-tanda 2. Mengetahui lebih awal untuk
Penyembuhan Luka infeksi mencegah terjadinya
(L 14130) Terapeutik perburukan pada luka
a. Penyatuan kulit 3. Lepaskan balutan Terapeutik
meningkat dan plester secara 3. Mengetahui lebih awal untuk
b. Penyatuan tepi mencegah terjadinya
perlahan
kulit meningkat perburukan pada luka
4. Bersihkan dengan
c. Jaringan 4. Nacl adalah cairan pembersih
granulasi cairan NacL atau yang bersifat isotonis sehingga
meningkat pembersih tidak mengganggu proses
d. Pembentukkan nontoksik penyembuhan luka
jaringan parut 5. Bersihkan jaringan 5. Membantu membuang jaringan
meningkat nekrotik yang sudah mati agar proses
e. Edema pada 6. Berikan salep yang penyembuhan luka atau kolagen
luka menurun, sesuai ke kulit dapat membentuk jaringan baru
peradangan luka 7. Pasang balutan 6. Membantu proses
menurun sesuai jenis luka penyembuhan luka secara
f. Nyeri menurn 8. Pertahankan teknik farmakologi
g. Bau tidak sedap 7. Perawatan luka yang tidak
steril saat
pada luka sesuai dengan jenis lukanya
melakukan
menurun akan memperlambat proses
h. Nekrosis perawatan luka penyembuhan luka bahkan akan
menurun 9. Ganti balutan sesuai memperparah
i. Infeksi menurun jumlah eksudat dan 8. Menghindari kontaminasi pada
drainage luka
10. Jadwalkan 9. Membantu proses
perubahan posisi penyembuhan luka
setiap 2 jam atau 10. Menghindari sirkulasi tidak
sesuai kondisi lancar dan akan memperburuk
pasien proses penyembuhan luka
11. Pemberian asupan nutrisi sesuai
11. Berikan diet dengan kebutuhan akan membantu
kalori 30-35 proses penyembuhan luka
kkaal/kgBB/hari 12. Pemberian asupan nutrisi sesuai
dan protein 1,25-1,5 kebutuhan akan membantu
g/kgBB/hari proses penyembuhan luka
12. Berikan suplemen 13. TENS akan merangsang system
saraf melalui permukaan kulit
vitamin dan mineral
yang telah terbukti efektif dapat
13. Berikan terapi menghilangkan nyeri
TENS (stimulasi Edukasi
saraf 14. Membantu pasien mengetahui
transcutaneous) tanda dan gejala tanda infeksi
Edukasi agar dapat segera ditangani
14. Jelaskan tanda dan 15. Pemberian asupan nutrisi sesuai
gejala infeksi kebutuhan akan membantu
15. Anjurkan proses penyembuhan luka
mengkonsimsi 16. Membantu pasien merawat luka
makanan tinggi secara mandiri
kalori dan protein Kolaborasi
16. Ajarkan prosedur 17. Membantu proses
penyemuhan luka
perawatan luka
18. Mambantu menjaga imunitas
secara mandiri
tubuh agar terhindar dari resiko
Kolaborasi infeksi
17. Kolaborasi prosedur
debridement
18. Kolaborasi
pemberian antibiotic
3. Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan Terapi Aktivitas (I. Terapi Aktivitas (I. 08248)
(D. 0056) b.d asuhan keperawatan 08248) Observasi
Kelemahan dan selam …x 24 jam, Observasi 1. Menyediakan informasi untuk
Imobilitas d.d merasa intoleransi aktivitas 1. Identifikasi deficit merumuskan kegiatan aktivitas
lemah dapat teratasi. timgkat aktivitas apa yang akan dilakukan
Kriteria hasil: 2. Identifikasi 2. Menyediakan informasi untuk
Toleransi Aktivitas kemampuan merumuskan kegiatan aktivitas
(L. 05047) berpartisipasi dalam apa yang akan dilakukan
a. Saturasi oksigen aktivitas tertentu Terapeutik
meningkat Terapeutik 3. Meningkatkan dan
b. Keluhan lelah 3. Fasilitasi fokus pda mempertahankan kemampuan
menurun kemampuan, bukan yang telah ada dahulu
c. Perasaan lemas deficit yang dialami 4. Meningkatkan kemampuan
menurun 4. Sepakti komitmen aktivitas yang dimiliki
d. Sianosis tidak untuk meningkatkan 5. Pasien dengan toleransi
ada frekuensi dan rentang aktivitas terbatas perlu
e. Frekuensi napas aktivitas memprioritaskan tugas-tugas
5. Koordinasikan penting terlebih dahulu.
pemilihan aktivitas 6. Kegiatan harus direncanakan
sesuai kondisi sebelumnya agar sesuai dengan
6. Jadwalkan aktivitas tingkat energi puncak
dalam rutinitas pasien. Jika tujuannya terlalu
sehari-hari rendah, bernegosiasi.
7. Berikan penguatan 7. Faktor penyebab dapat bersifat
positif atas partisipasi sementara atau permanen serta
dalam aktivitas fisik atau
Edukasi psikologis. Menentukan
8. Anjurkan keluarga penyebab dapat membantu
untuk memberikan memandu perawat selama
penguatan positif atas intervensi keperawatan.
partisipasi dalam Edukasi
aktivitas 8. Motivasi dan kerjasama
Kolaborasi ditingkatkan jika pasien
9. Kolaborasi dengan berpartisipasi dalam penetapan
terapis okupasi dalam tujuan.
merencanakan dan Kolaborasi
memonitor program 9. Membantu pasien dengan ADL
aktivitas, jika sesuai memungkinkan konservasi
energi. Menyeimbangkan
pemberian bantuan dengan hati-
hati; memfasilitasi ketahanan
progresif pada akhirnya akan
meningkatkan toleransi
aktivitas dan harga diri pasien.
ii.
4. Resiko Infeksi (D. Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi (L. Pencegahan Infeksi (L. 14539)
0142) d.d luka terbuka asuhan keperawatan 14539) Observasi
selama … x 24 jam, Observasi 1. Mengetahui lebih awal untuk
resiko infeksi tidak 1. Monitor tanda dan mencegah terjadinya
terjadi. gejala infeksi local dan perburukan
Kriteria Hasil: sistemik Terapeutik
Integritas Kulit (L. Terapeutik 2. Membantu proses
14125) 2. Berikan perawatan penyembuhan luka
a. Elastisitas kulit pada area edema 3. Menghindari kontaminasi pada
meningkat 3. Cuci tangan sebelum luka
b. Perfusi jaringan dan sesudah kontak 4. Menghindari kontaminasi pada
membaik dengan pasien dan luka
c. Nyeri menurun lingkungan pasien Edukasi
d. Perdarahan 4. Pertahankan teknik 5. Membantu pasien mengetahui
menurun aseptic pada pasien tanda dan gejala tanda infeksi
e. Hematoma berisiko tinggi agar dapat segera ditangani
menurun Edukasi 6. Pemberian asupan nutrisi sesuai
f. Nekrosis 5. Jelaskan tanda dan kebutuhan akan membantu
menurun gejala infeksi proses penyembuhan luka
g. Suhu kulit 6. Anjurkan 7. Pemberian asupan cairan sesuai
membaik meningkatkan asupan kebutuhan akan membantu
h. Sensesi nutrisi proses penyembuhan luka
membaik 7. Anjurkan
meningkatkan asupan
cairan
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL


FRAKTUR
DI RUANG TERATAI RS dr. CHASBULLAH ABDULMADJID KOTA BEKASI

Oleh:

Nama : Deby Fitriayuningsih


NIM : P3.73.20.3.21.010

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI


JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES JAKARTA III
TAHUN 2021
FORMAT PENGUMPULAN DATA UMUM KEPERAWATAN
Tgl. Pengkajian : 09 September 2021 No. Register : 09783681
Jam Pengkajian : 17.00 WIB Tgl. MRS : 09 September 2021
Ruang/Kelas : 305/6

A. IDENTITAS
1. Identitas Pasien 2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. Y Nama : Ny. K
Umur : 47 tahun Umur : 47 tahun
Jenis Kelamin : Kristen Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Agama : Kristen
Pendidikan :- Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pekerjaan : Karyawan Alamat : Kaliabang tengah
Gol. Darah :- Hubungan dengan Pasien : Istri
Alamat : Kaliabang tengah

B. KELUHAN UTAMA
1. Keluhan Utama Saat MRS
Kecelakaan lalu lintas motor dengan motor, pasien tidak sadarkan diri di tempat kejadian. Terdapat
bengkak di area wajah, mata raccoon, perdarahan, fraktur pada elbow sinistra dan luka insisi pada
pelipis dan metacarpal sinistra.

2. Keluhan Utama Saat Pengkajian


Kesadaran kompos mentis, keadaan umum pasien sedang, pasien mengeluh nyeri pada elbow
sinistra, sulit digerakkan, kepala berat,
P: Pasien mengatakan nyeri jika elbow sinistra digerakkan, terasa nyeri jika kepala dimiringkan
Q: Pasien mengatakan nyeri seperti tertekan benda berat
R: Pasien mengatak nyeri bagian kepala tengah dan smping, pundak sinistra sampai dengan elbow
sinistra
S: Skala nyeri pasien 4 (1-10)
T: Pasien mengatakan nyerinya datang tiba-tiba
Tanda-tanda vital: TD 132/72 mmHg, Suhu 36, RR 20x/m, N 90x/m, Saturasi O2 99%

C. DIAGNOSIS MEDIS
Fraktur elbow sinistra

D. RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Tanggal 28 Agustus 2021 pasien mengalami kecelakaan lalu lintas di daerah Sumarecon
Bekasi. Pasien menaiki motor saling menabrak dengan motor, pasien menggunakan helm,
pasien tidak sadarkan diri di tempat dengan posisi tengkurap, terdapat benturan pada kepala
sehingga ada bengkak di area kepala dan wajah, tedapat mata raccoon, luka robekan di
pelipis, luka robekan di meta karpal sinistra dan terdapat fraktur elbow sinistra. Pasien
langsung dibawa ke IGD RS CAM Bekasi untuk diberikan penangan pertama, dipindahkan
ke ruang rawat pada tanggal 31 Agustus di ruang Bougenville, mendapatkan obat nyeri
katerolac 2 x 1g dan antibiotic ceftriaxone 1 x 1g, fraktur di elbow sinistra dibalut, belum
ada penanganan untuk frakturnya karena konsidi belum stabil sehingga harus menunggu
satu minggu untuk datang ke RS CAM Bekasi lagi untuk mendapatkan perawatan. Tanggal
09 September 2021 pukul 17.00 WIB pasien datang ke ruang teratai gedung D RS CAM
Bekasi untuk rencana operasi menggunakan kursi roda, terdapat keluhan nyeri pada elbow
sinistra.
P: Pasien mengatakan nyeri jika elbow sinistra digerakkan,
Q: Pasien mengatakan nyeri seperti tertekan benda berat
R: Pasien mengatak nyeri bagian pundak sinistra sampai dengan elbow sinistra
S: Skala nyeri pasien 4 (1-10)
T: Pasien mengatakan nyerinya datang tiba-tiba
Tanda-tanda vital: TD 132/72 mmHg, Suhu 36, RR 20x/m, N 90x/m, Saturasi O2 99%

2. Riwayat Kesehatan Yang Lalu


Pasien mengatakan tidak memiliki masalah kesehatan sebelumnya.

3. Riwayat Kesehatan Keluarga


Pasien mengatakan keluarga tidak memiliki penyakit menurun maupun penyakit menular

E. RIWAYAT KEPERAWATAN PASIEN


1. Pola Aktifitas Sehari-hari (ADL)
ADL Di Rumah Di Rumah Sakit
Pola pemenuhan Pasien makan 3x dalam sehari. Makan Pasien makan 3x sehari, minum air
kebutuhan nutrisi dan nasi, sayur-sayuran, ayam, ikan dan putih 1 botol aqua. Pasien tidak
cairan (Makan dan rajin minum air putih sebanyak 8 mengalami kesulitan dalam makan
Minum) gelasperhari. Pasien tidak mengalami maupun minum
kesulitan dalam makan maupun minum
Pola Eliminasi Pasien BAK 6-9x dalam sehari, warna Pasien tidak ada hambatan dalam
BAK : kuning jernih, tidak ada bau, dan tidak melakukan BAK dan BAB, hanya saja
BAB : mengalami kesulitan dalam BAK. perlu dibantu keluarga untuk ke kamar
Pasien BAB 1x dalam sehari, warna mandinya.
kuning kecoklatan, bau normal,
konsistensi padat dan tidak ada masalah
dalam melakukan BAB.
Pola Istirahat Tidur Pasien tidak ada kesulitan tidur, sehabis Pasien mengatakan waspada jika tidur
pulang kerja pasien istirahat. Pasien karena rasa nyeri pada lengan kirinya,
tidur kurang lebih 7 jam perhari namun tidak ada masalah pada pola
tidurnya, pasien tidur ± 7 jam
Pola KebersihanDiri Mandi 2 kali sehari, keramas 2 hari Pasien mandi dengan di lap kain basah,
(Personal Hygiene) sekali, gosok gigi 2 kali sehari, keadaan tidak keramas dan gosok gigi sehari 1
kuku bersih, ganti baju 2-3 kali sehari, kali.
dilakukan secara mandiri
Aktivitas Lain Pasien bekerja dan dapat beraktivitas Berbaring di tempat tidur, namun dapat
lainnya bermobilisasi dengan bantuan keluarga
2. Riwayat Psikologi
a. Status Emosi
Pasien mengatakan tabah dengan penyakitnya, hanya dapat berpasrah dan berusaha.
Pasien yakin akan dapat melakukan aktivitas seperti sedia kala.
b. Gaya Komunikasi
Pasien sangat kooperatif bila ditanya perawat, pola komunikasi spontan dan memiliki
kepribadian terbuka
c. Pola Pertahanan
Mekanismen koping pasien adalah berdoa
d. Dampak dirawat di Rumah Sakit
Secara fisik pasien mengalami kelemahan, namun pasien tetap berusaha melakukan
mobilitas dan melakukan aktivitas seperti ke kamar mandi dibantu dengan keluarga.
e. Kondisi Emosi
Secara objektif pasien senang namun sempat mengatakan ingin pulang ke rumah
karena tidak betah menunggu jadwal operasi di rumah sakit
3. Riwayat Sosial
Pasien berespon jika ditanya oleh keluarga maupun perawat dengan spontan, Pasien juga
berbincang dengan pasien lainnya
4. Riwayat Spiritual
Sebelum sakit, pasien melaksanakan ibadah setiap minggu. Namun setelah di rumah sakit,
pasien kesulitan untuk datang ibadah.

F. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Pasien tampak lemas, kesadaran kompos mentis, nyeri skala 4, dapat melakukan mobilisasi
dengan bantuan minimal dari perawat atau keluarga.
2. Pemeriksaan Tanda-tanda Vital
SAAT SEBELUM SAKIT SAAT PENGKAJIAN
TD: 120/80 mmHg TD: 132/72 mmHg
HR: 85 x/mnt HR: 90 x/mnt
RR: 18 x/mnt RR: 20 x/mnt
SUHU: 36,5ºC SUHU: 36ºC
3. Pemeriksaan Wajah
a. Mata
Kelengkapan dan kesimetrisan mata (+), Kelopak mata/palpebra oedem atau edema (-),
mata tetap membuka (+), peradangan (-), luka (+), benjolan (-), Bulu mata tidak rontok,
Konjunctiva tidak anemis dan sclera putih dan ada bercak merak, Warna iris hitam.
Reaksi pupil terhadap cahaya (+), Pupil isokor, terdapat tanda racoon, luka pada pelipis
dan post hecting 3 jahitan di sinistra.
b. Hidung
Inspeksi dan palpasi: Hidung simetris, terdapat septum nasal, tidak ada kotoran, tidak
ada pembengkakan atau pembesaran pada hidung.
c. Mulut
Inspeksi: tidak ada kelainan kongenital, warna bibir merah muda, lesi (-), bibir pecah (),
caries (-), kotoran (-), gigi palsu (-), gingivitis (-), warna lidah merah muda, perdarahan
(-) dan abses (-), bau mulu (-)
d. Telinga
Bentuk simetris kanan dan kiri, tidak ada pembesaran salah satu/keuda telinga, lesi (-),
nyeri tekan (-), peradangan(-), penumpukan serumen(-), tidak ada gangguan
pendengaran.
4. Pemeriksaan Kepala Dan Leher
a. Kepala
Inspeksi: bentuk kepala normal, kesimetrisan (+), Luka (+), darah (-), bengkak pada pipi sebelah
kiri, dan memar
Palpasi: Nyeri tekan (+), tidak ada massa atau pembesaran
b. Leher
Inspeksi: Bentuk leher seimetris peradangan (-), jaringan parut (-), perubahan warna (-), massa
(-)
Palpasi: pembesaran kelenjar limfe (-), pembesaran kelenjar tiroid (-), posisi trakea simetris,
pembesaran Vena jugularis (-)
5. Pemeriksaan Thoraks/dada
a. Pemeriksaan Paru
INSPEKSI
1) Bentuk torak Normal chest
2) Susunan ruas tulang belakang normal
3) Bentuk dada simetris
4) Keadaan kulit tidak sianosis
5) Retrasksi otot bantu pernafasan: Retraksi suprasternal (+), Sternomastoid (-), pernafasan
cuping hidung (-).
6) Pola nafas: teratur, tidak ada sianosis, batuk (-)
PALPASI
Tidak teraba nyeri tekan, tidak ada pembengkakkan
PERKUSI
Area paru: sonor
AUSKULTASI
Suara nafas Area Vesikuler: bersih, tidak ada sumbatan jalan napas, tidak ada
tambahan suara napas.
b. Pemeriksaan Jantung
INSPEKSI
Ictus cordis (-)
PALPASI
Pulsasi pada dinding torak teraba: kuat
PERKUSI
1) Batas atas: ICS II
2) Batas bawah : ICS V
3) Batas Kiri: ICS V Mid Clavikula Sinistra
4) Batas Kanan: ICS IV Mid Sternalis Dextra
AUSKULTASI
1) BJ I terdengar tunggal, keras dan reguler
2) Bunyi jantung tambahan tidak ada
6. Pemeriksaan Abdomen
INSPEKSI
1) Bentuk abdomen: bulat simetris, tidak ada massa/benjolan, tidak terdapat lesi
2) Bayangan pembuluh darah vena (+)
AUSKULTASI
Frekuensi peristaltic usus 10x/menit (N = 5 – 35 x/menit), Borborygmi (-)
PALPASI
1) Palpasi Hepar: Nyeri tekan (-), pembesaran (-)
2) Palpasi Appendik: Nyeri tekan
3) Palpasi Ginjal: nyeri tekan (-), pembesaran (-)
PERKUSI
Suara abdomen timpani
7. Pemeriksaan Genetalia dan Rektal
INSPEKSI
Rambut pubis bersih, lesi (-), benjolan (-), Lubang uretra penyumbatan (-), Hipospadia (-
), Epispadia (-)
PALPASI
Penis: nyeri tekan (-), benjolan (-),
Scrotum dan testis: beniolan (-), nyeri tekan (-), Scrotal Hernia (-), Spermatochele (-),
Epididimal Mass/Nodulary (-), Epididimitis (-), Torsi pada saluran sperma (-),
Tumortestiscular (-)
Inspeksi dan palpasi Hernia:
Inguinal hernia (-), femoral hernia (-), pembengkakan (-)
8. Pemeriksaan Punggung Dan Tulang Belakang
Simetris, tidak terdapat lesi, tidak ada bengkak
9. Pemeriksaan Ektremitas/Muskuloskeletal
INSPEKSI
Otot antarsisi kanan dan kiri simetris, fraktur elbow sinistra (+), ektermitas atas sinistra
masih lemah, masih sulit digerakkan, terpasang RL 20 tmp di ektermitas kanan.
PALPASI
Terdapat nyeri tekan pada ektermitas atas sinistra, CRT <2 detik.
Lovetts Scale:
5555 4333
5555 5555
10. Pemeriksaan Fungsi Pendengaran / Penghidu / tengorokan
Tidak ada masalah pendengaran, tidak ada masalah fungsi penghidu, tidak ada nyeri telan
pada temggorokan
11. Pemeriksaan Fungsi Penglihatan
Tidak ada diplopia, lapang pandang normal dan tidak ada tekanan pada bola mata
12. Pemeriksaan Fungsi Neurologis
a. Menguji tingkat kesadaran dengan GCS (Glasgow Coma Scale)= E4 M6 V5 = 15
Compos Mentis
b. Memeriksa tanda-tanda rangsangan otak
c. Penigkatan suhu tubuh (-), nyeri kepala (+), kaku kuduk (-), mual dan muntah (-),
kejang(-), penurunan tingkat kesadaran(-)
d. Memeriksa nervus cranialis
Nerveus Hasil Pemeriksaan
1) Nervus I : Baik, tidak ada gangguan penciuman
Olfaktorius (pembau)
2) Nervus II: Opticus Baik, tidak ada gangguan penglihatan
(penglihatan)
3) Nervus III: Pergerakan bola mata tidak terganggu
Ocumulatorius
4) Nervus IV: Pergerakan bola mata tidak terganggu
Throclearis
5) Nervus V: Pergerakan mata tidak terganggu
Thrigeminus
6) Nervus VI: Abdusen Reaksi sentuhan baik, pergerakan rahang tidak
terganggu
7) Nervus VII: Facialis Tidak ada gangguan pengecapan
8) Nervus VIII: Tidak ada gangguan pendengaran
Auditorius
9) Nervus IX: Tidak ada gangguan pengecapan
Glosopharingeal
10) Nervus X: Vagus Tidak ada gangguan
11) Nervus XI: Tidak ada gangguan pada pergerakan kepala
Accessorius
12) Nervus XII: Tidak ada gangguan pada pergerakan lidah
Hypoglosal

e. Memeriksa fungsi motorik


Ukuran otot simetris, atropi (-), gerakan-gerakan yang tidak disadar oleh pasien (-)
f. Memeriksa fungsi sensorik
Kepekaan saraf perifer: benda tumpul dan benda tajam normal. Tidak ada masalah
dalam mengenali sensasi panas/ dingin, halus/ kasar
g. Memeriksa reflek kedalaman tendon
Reflek fisiologis: R. Bisep (+), R. Trisep (+), R. Brachioradialis (+)
13. Pemeriksaan Kulit/Integument
a. Integument/Kulit
INSPEKSI
Terdapat lesi pada ekstermitas sinistra, luka 3 jahitan pelipis tampak besih dan jahitan
rapi, 4 jahitan pada metacarpal tampak bersih dan jahitan rapi, pembidaian pada
elbow sinistra
PALPASI
Tekstur halus, turgor elastis normal, lemak subcutan tebal, nyeri tekan (+)
ekstermitas atas sinistra
b. Pemeriksaan Rambut
INSPEKSI PALPASI
Rambut berwarna hitam, penyebaran merata, tipis, berminyak, tidak rontok dan
tidak berbau
c. Pemeriksaan Kuku
Warna kuku putih, tidak sianosis, kebersihan kuku baik, tidak ada nyeri tekan
14. Pemeriksaan Penunjang/ Diagnostik Medik
a. Radiologi
1) Tanggal 1 September 2021 pemeriksaan Thorax PA, hasil Normal
2) Tanggal 3 September 2021 pemeriksaan Bone Extermitas (3D) terdapat fraktur
elbow sinistra
b. Pemeriksaan Patologi Klinik
Tanggal 09 September 2021
Pemeriksaan Hasil Unit Nilai Rujukan
HEMATOLOGI
Darah Rutin DHF
Leukosit 14.9* Ribu/Ul 5-10
Hemoglobin 16.6 g/dl 13-17.5
Hematokrit 47.2 % 40-54
Trombosit 428* Ribu/Ul 150-400

G. TINDAKAN DAN TERAPI


1. Tindakan
a. Melepas hecting dan perawatan luka
b. Pemeriksaan laboratorium
c. Pemasangan infus RL 20 tpm di metacarpal dextra
d. Mobilisasi kanan-kiri, duduk dan jalan
e. Jenis diit bebas
f. Balut elbow sinistra
2. Terapi
a. Ceftriaxone 1 x 1g
b. Katerolax 1 x 30mg

Preceptee

(Deby Fitriayuningsih)
ANALISA DATA
No. Data Etiologi Masalah Keperawatan
1. Data Subjektif Kecelakaan lalu lintas Nyeri akut (D. 0077) b.d
Pasien mengatakan pasca ꜜ Agen pencedera fisik d.d
kecelakaan lalu linta dengan saling Trauma langsung pada kecelakaan lalu lintas,
adu tabrak motor vs motor, nyeri tulang adanya fraktur pada elbow
pada ektermitas atas kirinya, sulit ꜜ sinistra
digerakkan, nyeri jika digerakkan Fraktur

Data Objektif Kerusakan bagian-bagian
a. Tampak meringis tualng dan syaraf
b. Perilaku waspada pada area ꜜ
ekstermitas atas sinsitra Menurunnya fungsi
c. Kaji Nyeri jaringan syaraf
P: Pasien mengatakan nyeri ꜜ
Impuls nyeri dibawa ke
jika elbow sinistra digerakkan,
otak
Q: Pasien mengatakan nyeri

seperti tertekan benda berat Otak menerjemahkan
R: Pasien mengatak nyeri impuls nyeri
bagian pundak sinistra sampai ꜜ
dengan elbow sinistra Nyeri akut
S: Skala nyeri pasien 4 (1-10)
T: Pasien mengatakan
nyerinya datang tiba-tiba
d. Tanda-tanda vital: TD 132/72
mmHg, Suhu 36, RR 20x/m, N
90x/m, Saturasi O2 99%
e. Hasil pemeriksaan bone
extermitas (3D) adanya fraktur
elbow sinistra
2. Data Subjektif Kecelakaan lalu lintas Gangguan Integritas Kulit
Pasien mengatakan banyak luka ꜜ (D. 0129) b.d faktor
setelah kecelakaan lalu linta tersebut Trauma langsung pada mekanis d.d fraktur
tulang
Data Objektif ꜜ
a. Luka tertutup fraktur elbow Fraktur
sinistra ꜜ
b. Perdarahan sudah tidak ada Luka
c. Bengkak pada ekstermitas ꜜ
sinistra Gangguan Integritas
Kulit
3. Data Subjektif Kecelakaan lalu lintas Resiko Infeksi (D. 0142)
Pasien mengatakan sudah 2 minggu ꜜ d.d fraktur yang belum
fraktur pada tangannya tidak Trauma langsung pada dilakukan tindakan
dilakukan tindakan tulang

Data Objektif Fraktur
a. Fraktur elbow sinistra ꜜ
b. Leukosit 14.9 ribu/Ul Luka
c. Hemoglobin 16.6 g/dl ꜜ
d. Hematocrit 47.2% Leukosit meningkat
e. Trombosit 428 ribu/Ul ꜜ
Resiko Infeksi
RENCANA KEPERAWATAN
No. Diagnosa Tujuan dan Intervensi Keperawatan Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil (SIKI)
1. Nyeri Akut (D. 0077) Setelah dilakukan Manajemen nyeri (I. Manajemen nyeri (I. 08238)
b.d Agen pencedera fisik asuhan keperawatan 08238) Observasi
d.d kecelakaan lalu selama 3 x 24 jam, Observasi 1. Dengan mengidentifikasi
lintas, adanya fraktur nyeri akut dapat 1. Identifikasi lokasi, dapat membantu perawat
dan benturan teratasi. karakteristik, durasi, untuk berfokus pada
Kriteria Hasil: frekuensi, kualitas penyebab nyeri dan
Kontrol Nyeri (L. dan intensitas nyeri manajemennya
08063) 2. Identifikasi skala 2. Dengan mengetaui skala
a. Kemampuan nyeri nyeri pasien dapat
mengontrol 3. Identifikasi respons membantu perawat
nyeri meningkat nyeri non verbal mengetahui tingkat nyeri
b. Melaporkan 4. Identifikasi faktor pasien
nyeri terkontrol yang memperberat 3. Dengan mengidentifikasi
meningkat dan memperingan respon nyeri nonverbal
c. Kemampuan nyeri pasien dapat mengetahui
mengenali onset 5. Monitor seberapa kuat nyeri yang
nyeri meningkat keberhasilan terapi dirasakan pasien
d. Kemampuan komplementer yang 4. Meminimalisir perburukan
mengenli sudah diberikan kondisi pasien
penyebab nyeri 6. Monitor efek 5. Membantu mengurangi
e. Kemampuan samping nyeri tanpa pemberian obat
menggunakan penggunaan dan efek samping dari obat
teknik analgesic 6. Dengan memonitor akan
nonfarmakologis Terapeutik mencegah terjadinya efek
f. Keluhan nyeri 7. Berikan teknik samping
menurun farmakologi Terapeutik
8. Control lingkungan 7. Mengurangi nyeri dengan
yang memperberat cara kerja biologi
rasa nyeri 8. Dengan dukungan
lingkungan akan
9. Pertimbangkan jenis mempengaruhi keamanan
dan sumber nyeri dan kenyamanan pasien
dalam pemilihan 9. Sumber nyeri perlu dikenali
strategi meredakan agar dapat mencegah untuk
nyeri memperberat nyeri
Edukasi Edukasi
10. Jelaskan penyebab, 10. Mengidentifikasi etiologi
periode dan pemicu terjadinya nyeri yang
nyeri dirasakan
11. Jelaskan strategi 11. Dengan menjelaskan strategi
meredakan nyeri yang digunakan untuk
12. Anjurkan memonitor mengurangi nyeri dapat
nyeri secara mandiri memberikan pengertian serta
13. Anjurkan kooperatif dan tercapainya
menggunakan tujuan
analgesic secara 12. Membantu pasien untuk
tepat mengenali tanda gejala dari
14. Ajarkan teknik nyeri yang dirasakan
nonfarmakologis sehingga dapat mengurangi
untuk mengurangi nyeri yang dirasakan
rasa nyeri 13. Pemberian analgesic dapat
Kolaborasi memblok nyeri pada susunan
15. Kolaborasi saraf pusat
pemberian analgesik 14. Pemberian teknik
farmakologi dapat membantu
mengurangi kecemasan
akibat nyeri
Kolaborasi
15. Pemberian analgesic dapat
memblok nyeri pada susunan
saraf pusat
2. Gangguan Integritas Setelah dilakukan Perawatan Luka (I. Perawatan Luka (I. 14564)
Kulit (D. 0129) b.d asuhan keperawatan 14564) Observasi
faktor mekanis d.d selama 3 x 24 jam, Observasi 1. Agar pasien dapat mengetahui
fraktur Gangguan integritas 1. Monitor perkembangan penyembuhan
kulit dapat teratasi. karakteristik luka pada lukanya
Kriteria Hasil: 2. Monitor tanda-tanda 2. Mengetahui lebih awal untuk
Penyembuhan Luka infeksi mencegah terjadinya
(L 14130) Terapeutik perburukan pada luka
a. Penyatuan kulit 3. Lepaskan balutan Terapeutik
meningkat dan plester secara 3. Mengetahui lebih awal untuk
b. Penyatuan tepi mencegah terjadinya
perlahan
kulit meningkat perburukan pada luka
4. Bersihkan dengan
c. Jaringan 4. Nacl adalah cairan pembersih
granulasi cairan NacL atau yang bersifat isotonis sehingga
meningkat pembersih tidak mengganggu proses
d. Pembentukkan nontoksik penyembuhan luka
jaringan parut 5. Bersihkan jaringan 5. Membantu membuang
meningkat nekrotik jaringan yang sudah mati agar
e. Edema pada luka 6. Berikan salep yang proses penyembuhan luka atau
menurun, sesuai ke kulit kolagen dapat membentuk
peradangan luka 7. Pasang balutan jaringan baru
menurun sesuai jenis luka 6. Membantu proses
f. Nyeri menurn 8. Pertahankan teknik penyembuhan luka secara
g. Bau tidak sedap farmakologi
steril saat
pada luka 7. Perawatan luka yang tidak
melakukan
menurun sesuai dengan jenis lukanya
h. Nekrosis perawatan luka akan memperlambat proses
menurun 9. Ganti balutan sesuai penyembuhan luka bahkan
i. Infeksi menurun jumlah eksudat dan akan memperparah
drainage 8. Menghindari kontaminasi pada
10. Jadwalkan luka
perubahan posisi 9. Membantu proses
setiap 2 jam atau penyembuhan luka
sesuai kondisi 10. Menghindari sirkulasi tidak
pasien lancar dan akan memperburuk
11. Berikan diet dengan proses penyembuhan luka
kalori 30-35 11. Pemberian asupan nutrisi
kkaal/kgBB/hari sesuai kebutuhan akan
dan protein 1,25-1,5 membantu proses
g/kgBB/hari penyembuhan luka
12. Berikan suplemen 12. Pemberian asupan nutrisi
sesuai kebutuhan akan
vitamin dan mineral
membantu proses
13. Berikan terapi penyembuhan luka
TENS (stimulasi 13. TENS akan merangsang system
saraf saraf melalui permukaan kulit
transcutaneous) yang telah terbukti efektif dapat
Edukasi menghilangkan nyeri
14. Jelaskan tanda dan Edukasi
gejala infeksi 14. Membantu pasien mengetahui
15. Anjurkan tanda dan gejala tanda infeksi
mengkonsimsi agar dapat segera ditangani
makanan tinggi 15. Pemberian asupan nutrisi sesuai
kalori dan protein kebutuhan akan membantu
16. Ajarkan prosedur proses penyembuhan luka
16. Membantu pasien merawat luka
perawatan luka
secara mandiri
secara mandiri
Kolaborasi
Kolaborasi 17. Membantu proses
17. Kolaborasi prosedur penyemuhan luka
debridement 18. Mambantu menjaga imunitas
18. Kolaborasi tubuh agar terhindar dari resiko
pemberian antibiotic infeksi
3. Resiko Infeksi (D. Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi (L. Pencegahan Infeksi (L. 14539)
0142) d.d luka terbuka asuhan keperawatan 14539) Observasi
selama … x 24 jam, Observasi 1. Mengetahui lebih awal untuk
resiko infeksi tidak 1. Monitor tanda dan mencegah terjadinya
terjadi. gejala infeksi local dan perburukan
Kriteria Hasil: sistemik Terapeutik
Integritas Kulit (L. Terapeutik 2. Membantu proses
14125) 2. Berikan perawatan penyembuhan luka
a. Elastisitas kulit pada area edema 3. Menghindari kontaminasi pada
meningkat 3. Cuci tangan sebelum luka
b. Perfusi jaringan dan sesudah kontak 4. Menghindari kontaminasi pada
membaik dengan pasien dan luka
c. Nyeri menurun lingkungan pasien Edukasi
d. Perdarahan 4. Pertahankan teknik 5. Membantu pasien mengetahui
menurun aseptic pada pasien tanda dan gejala tanda infeksi
e. Hematoma berisiko tinggi agar dapat segera ditangani
menurun Edukasi 6. Pemberian asupan nutrisi sesuai
f. Nekrosis 5. Jelaskan tanda dan kebutuhan akan membantu
menurun gejala infeksi proses penyembuhan luka
g. Suhu kulit 6. Anjurkan 7. Pemberian asupan cairan sesuai
membaik meningkatkan asupan kebutuhan akan membantu
h. Sensesi nutrisi proses penyembuhan luka
membaik 7. Anjurkan
meningkatkan asupan
cairan
CATATAN KEPERAWATAN
No. Jam No. Tindakan Keperawatan & Respon Pasien Paraf
Dx
Kamis, 09 September 2021
1. 17.00 1 Mengkaji tanda-tanda vital
Rs: Pasien mengatakan tidak ada lemas, tidak ada sesak, tidak ada demam
Ro: TD 132/72 mmHg, Suhu 36, RR 20x/m, N 90x/m, Saturasi O2 99%, tidak ada sianosis, tidak
ada retraksi dinding dada, sesak -
2. 17.10 1 Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kuantitas dan intensitas nyeri
Rs: Pasien mengatakan nyeri pada lengan kirinya, sulit digerakkan dan tidak dapat
beraktivitas dengan tangan kirinya
Ro: Perilaku waspada pada area ekstermitas atas sinsitra, lengan kiri dibalut bidai, tidak ada
gangguan perfusi di ekstermitas atas sisnitra, CRT <2 detik, hasil pemeriksaan bone extermitas
(3D) terdapat fraktir elbow sinistra,
Tanda-tanda vital: TD 132/72 mmHg, Suhu 36‫ﹾ‬C, RR 20x/m, N 90x/m, Saturasi O2 99%
Kaji Nyeri
P: Pasien mengatakan nyeri jika elbow sinistra digerakkan,
Q: Pasien mengatakan nyeri seperti tertekan benda berat
R: Pasien mengatak nyeri bagian pundak sinistra sampai dengan elbow sinistra
S: Skala nyeri pasien 4 (1-10)
T: Pasien mengatakan nyerinya datang tiba-tiba
3. 17.15 1 Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam
Rs: Pasien mengatakan dapat melakukan teknik relaksasi nafas dalam
Ro: Skala nyeri 3, pasien kooperatif melakukan teknik relaksasi nafas dalam
4. 17.20 2 Menganjurkan memonitor nyeri secara mandiri
Rs: Pasien megatakan dapat mengetahui tanda jika nyerinya akan datang, pasien
mengatakan melakukan teknik relaksasi nafas dalam
Ro: tampak melakukan relaksasi napas dalam
5. 17.25 2 Menjadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam
Rs: Pasien mengatakn dapat miring kanan-kiri, duduk atau jalan sendiri
Ro: Dapat melakukan perubahan posisi serta jalan, namun untuk melakukan aktivitas yang
menggunakan tangan kiri perlu dibantu
6. 17.30 3 Memonitor tanda dan gejala infeksi
Rs: Pasien mengatakan tidak demam
Ro: Suhu 36‫ﹾ‬C, luka tertutup, adanya bengkak kemerahan disekitar ektermitas atas sinistra,
luka tusukan infus di meta karpal dextra tidak ada edema, phlebitis -, tidak rembes dan
tidak bengkak, leukosit 14.9* ribu/uL
7. 17.35 Menjelaskan tanda dan gejala infeksi
Rs: Pssien mengatakan memahami penjelasan terebut
Ro: Pasien kooperatif dan tampak paham
8. 17.35 3 Memantau hasil laboratorium
Rs: -
Ro: leukosit 14.9* Ribu/Ul, Hb 16.6 g/dl, hematocrit 47.2%, trombosit 428 ribu/uL
9. 17.50 3 Menganjurkan meningkatkan asupan nutrisi
Rs: Pasien mengatakan tidak ada gangguan makan, muntah tidak ada, mual tidak ada, nafsu
makan baik
Ro: mual -, muntah -, makan habis 1 porsi
10. 21.00 1, 2, Kolaborasi pemberian analgetik dan antibiotik
3 Rs: Pasien mengatakan nyeri berkurang setelah pemberian obat antinyeri dan teknik
relaksasi napas dalam
Ro:Pemberian obat Ceftriaxone 1 x 1g, Katerolax 1 x 30mg, Omz 2 x 40mg, mual -, muntah
-, tampak tenang dan sapat tertidur
Jumat, 10 September 2021
11. 12.00 1 Mengkaji tanda-tanda vital
Rs: Pasien mengatakan tidak ada lemas, tidak ada sesak, tidak ada demam
Ro: TD 120/70 mmHg, Suhu 36, RR 20x/m, N 80x/m, Saturasi O2 99%, tidak ada sianosis, tidak
ada retraksi dinding dada, sesak -
12. 12.10 1 Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kuantitas dan intensitas nyeri
Rs: Pasien mengatakan nyeri pada lengan kirinya namun sudah dapat mengontrol nyeri
dengan mandiri, masih sulit digerakkan dan tidak dapat beraktivitas dengan tangan kirinya
(harus dibantu keluarga)
Ro: Perilaku waspada pada area ekstermitas atas sinsitra, lengan kiri dibalut bidai, tidak ada
gangguan perfusi di ekstermitas atas sisnitra, suhu ekstermitas atas sisnistra hangat, CRT <2 detik
Tanda-tanda vital: TD 120/70 mmHg, Suhu 36, RR 20x/m, N 80x/m, Saturasi O2 99%
Kaji Nyeri
P: Pasien mengatakan nyeri jika elbow sinistra digerakkan
Q: Pasien mengatakan nyeri seperti tertekan benda berat
R: Pasien mengatak nyeri bagian pundak sinistra sampai dengan elbow sinistra
S: Skala nyeri pasien 3 (1-10)
T: Pasien mengatakan nyerinya datang tiba-tiba
13. 12.20 1 Menganjurkan teknik relaksasi nafas dalam
Rs: Pasien mengatakan dapat melakukan teknik relaksasi nafas dalam
Ro: Skala nyeri 2, pasien kooperatif melakukan teknik relaksasi nafas dalam secara mandiri
14. 13.20 2 Menjadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam
Rs: Pasien mengatakan dapat miring kanan-kiri, duduk atau jalan sendiri
Ro: Dapat melakukan perubahan posisi serta jalan, namun untuk melakukan aktivitas yang
menggunakan tangan kiri perlu dibantu keluarga
15. 13.45 3 Memonitor tanda dan gejala infeksi
Rs: Pasien mengatakan tidak ada demam
Ro: Suhu 36‫ﹾ‬C, luka tertutup elbow sinistra, adanya bengkak kemerahan disekitar
ektermitas atas sinistra, luka tusukan infus di meta karpal dextra tidak ada edema, phlebitis
-, tidak rembes dan tidak bengkak, leukosit 14.9* ribu/uL
16. 15.00 3 Memantau hasil laboratorium
Rs: -
Ro: leukosit 14.9* Ribu/Ul, Hb 16.6 g/dl, hematocrit 47.2%, trombosit 428 ribu/uL (tanggal
09 September 2021)
17. 15.10 3 Menganjurkan meningkatkan asupan nutrisi
Rs: Pasien mengatakan tidak ada gangguan makan, muntah tidak ada, mual tidak ada, nafsu
makan baik
Ro: mual -, muntah -, makan habis 1 porsi, diit bebas
18. 16.00 1, 2, Kolaborasi pemberian analgetik dan antibiotik
3 Rs: Pasien mengatakan nyeri berkurang setelah pemberian obat antinyeri dan teknik
relaksasi napas dalam
Ro:Pemberian obat Ceftriaxone 1 x 1g, Katerolax 1 x 30mg, Omz 2 x 40mg, mual -, muntah
-, tampak tenang dan sapat tertidur
Sabtu, 11 September 2021
19. 12.00 1 Mengkaji tanda-tanda vital
Rs: Pasien mengatakan tidak ada lemas, tidak ada sesak, tidak ada demam
Ro: TD 145/85 mmHg, Suhu 36,4‫ﹾ‬C, RR 20x/m, N 80x/m, Saturasi O2 99%, tidak ada sianosis,
tidak ada retraksi dinding dada, sesak -
20. 12.10 1 Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kuantitas dan intensitas nyeri
Rs: Pasien mengatakan nyeri pada lengan kirinya namun sudah dapat mengontrol nyeri
dengan mandiri, masih sulit digerakkan dan tidak dapat beraktivitas dengan tangan kirinya
(harus dibantu keluarga)
Ro: Perilaku waspada pada area ekstermitas atas sinsitra, lengan kiri dibalut bidai, tidak ada
gangguan perfusi di ekstermitas atas sisnitra, suhu ekstermitas atas sisnistra hangat, CRT <2 detik
Tanda-tanda vital: TD 145/85 mmHg, Suhu 36,4‫ﹾ‬C, RR 20x/m, N 80x/m, Saturasi O2 99%, Kaji
Nyeri
P: Pasien mengatakan nyeri jika elbow sinistra digerakkan
Q: Pasien mengatakan nyeri seperti tertekan benda berat
R: Pasien mengatak nyeri bagian pundak sinistra sampai dengan elbow sinistra
S: Skala nyeri pasien 2 (1-10)
T: Pasien mengatakan nyerinya datang tiba-tiba
21. 13.20 1 Menganjurkan teknik relaksasi nafas dalam
Rs: Pasien mengatakan dapat melakukan teknik relaksasi nafas dalam
Ro: Skala nyeri 2, pasien kooperatif melakukan teknik relaksasi nafas dalam secara mandiri
22. 14.00 2 Menjadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam
Rs: Pasien mengatakan dapat miring kanan-kiri, duduk atau jalan sendiri
Ro: Dapat melakukan perubahan posisi serta jalan, namun untuk melakukan aktivitas yang
menggunakan tangan kiri perlu dibantu keluarga
23. 14.10 3 Memonitor tanda dan gejala infeksi
Rs: Pasien mengatakan tidak ada demam
Ro: Suhu 36.4‫ﹾ‬C, luka tertutup elbow sinistra, adanya bengkak kemerahan disekitar
ektermitas atas sinistra, luka tusukan infus di meta karpal dextra tidak ada edema, phlebitis
-, tidak rembes dan tidak bengkak, leukosit 14.9* ribu/uL
24. 15.00 3 Memantau hasil laboratorium
Rs: -
Ro: leukosit 14.9* Ribu/Ul, Hb 16.6 g/dl, hematocrit 47.2%, trombosit 428 ribu/uL (tanggal
09 September 2021)
25. 15.10 3 Menganjurkan meningkatkan asupan nutrisi
Rs: Pasien mengatakan tidak ada gangguan makan, muntah tidak ada, mual tidak ada, nafsu
makan baik
Ro: mual -, muntah -, makan habis 1 porsi, diit bebas
26. 15.20 1, 2 Menganjurkan perawatan luka secara mandiri
Rs: Pasien dan keluarga mengatakan mamahami penjelasan
Ro: Tampak paham dan kooperatif
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal Jam Dx Perkemabangan Pasien (SOAP) Tanda Tangan
09 18.00 1 S: Pasien mengatakan nyeri pada lengan kirinya,
September sulit digerakkan dan tidak dapat beraktivitas
2021 dengan tangan kirinya, Pasien mengatakan tidak
lemas, tidak ada sesak, tidak ada demam, tidak
berdebar-debat, mual dan muntah tidak ada
O: Perilaku waspada pada area ekstermitas atas
sinsitra, lengan kiri dibalut bidai, tidak ada gangguan
perfusi di ekstermitas atas sisnitra, CRT <2 detik,
hasil pemeriksaan bone extermitas (3D) terdapat
fraktir elbow sinistra, TD 132/72 mmHg, Suhu 36,
RR 20x/m, N 90x/m, Saturasi O2 99%, tidak ada
sianosis, tidak ada retraksi dinding dada, sesak -
, dapat melakukan relaksasi napas dalam
Kaji Nyeri
P: Pasien mengatakan nyeri jika elbow sinistra
digerakkan,
Q: Pasien mengatakan nyeri seperti tertekan
benda berat
R: Pasien mengatak nyeri bagian pundak
sinistra sampai dengan elbow sinistra
S: Skala nyeri pasien 4 (1-10)
T: Pasien mengatakan nyerinya datang tiba-tiba
A: Nyeri akut dapat teratasi sebagian
P: Melanjutkan intervensi
- Pantau nyeri pasien
- Lakukan teknik napas dalam
- Kaji TTV
- Kolaborasi pemberian analgesik
18.00 2 S: Pasien mengatakan pasca kecelakaan lalu
lintas, lengan kirinya patah namun luka tidak
terbuka, memar
O: balut bidai ekstermitas elbow sinistra, terdapat
memar, CRT <2 detik, suhu kulit hangat, sianosis -,
nekrotik -, luka tertutup fraktur elbow sinistra,
rencana operasi namun belum dapat jadwal dari
dokter
A: Gangguan integritas kulit belum teratasi
P: Melanjutkan intervensi
- Monitor karakteristik luka
- Ganti balutan sesuai luka
- Jadwalkan erubahan posisi
- Mengajarkan perawatan luka sevara
mandiri
- Kolaborasi pemberian antibiotik
18.00 3 S: Pasien mengatakan tidak ada demam
O: Suhu 36‫ﹾ‬C, luka tertutup, adanya bengkak
kemerahan disekitar ektermitas atas sinistra,
luka tusukan infus di meta karpal dextra tidak
ada edema, phlebitis -, tidak rembes dan tidak
bengkak, leukosit 14.9* ribu/uL¸ Hb 16.6 g/dl,
hematocrit 47.2%, trombosit 428 ribu/uL
A: Resiko infeksi belum teratasi
P: Melanjutkan intervensi
- Pemantauan tanda-tanda infeksi pada luka
- Tingkatkan asupan nutrisi
- Jelaskan tanda dan gejaka infeksi
- Lakukan pemeriksaan penunjang
- Pantau hasil laboratorium
10 18.00 1 S: Pasien mengatakan nyeri pada lengan kirinya
September namun sudah dapat mengontrol nyeri dengan
2021 mandiri, masih sulit digerakkan dan tidak dapat
beraktivitas dengan tangan kirinya (harus
dibantu keluarga), Pasien mengatakan tidak
lemas, tidak ada sesak, tidak ada demam, tidak
berdebar-debar, mual dan muntah tidak ada
O: Perilaku waspada pada area ekstermitas atas
sinsitra, lengan kiri dibalut bidai, tidak ada gangguan
perfusi di ekstermitas atas sisnitra, CRT <2 detik,
hasil pemeriksaan bone extermitas (3D) terdapat
fraktir elbow sinistra, Perilaku waspada pada area
ekstermitas atas sinsitra, lengan kiri dibalut bidai,
tidak ada gangguan perfusi di ekstermitas atas
sisnitra, suhu ekstermitas atas sisnistra hangat, CRT
<2 detik, Pemberian obat Ceftriaxone 1 x 1g,
Katerolax 1 x 30mg, Omz 2 x 40mg, mual -,
muntah -, tampak tenang dan sapat tertidur,
Tanda-tanda vital: TD 120/70 mmHg, Suhu 36, RR
20x/m, N 80x/m, Saturasi O2 99%, sudah dapat
melakukan relaksasi napas dalam secara mandiri
Kaji Nyeri
P: Pasien mengatakan nyeri jika elbow sinistra
digerakkan,
Q: Pasien mengatakan nyeri seperti tertekan
benda berat
R: Pasien mengatak nyeri bagian pundak
sinistra sampai dengan elbow sinistra
S: Skala nyeri pasien 3 (1-10)
T: Pasien mengatakan nyerinya datang tiba-tiba
A: Nyeri akut dapat teratasi sebagian
P: Melanjutkan intervensi
- Pantau nyeri pasien
- Lakukan teknik napas dalam
- Kaji TTV
- Kolaborasi pemberian analgesik
18.00 2 S: Pasien mengatakan pasca kecelakaan lalu
lintas, lengan kirinya patah namun luka tidak
terbuka, memar
O: balut bidai ekstermitas elbow sinistra, terdapat
memar, CRT <2 detik, suhu kulit hangat, sianosis -,
nekrotik -, luka tertutup fraktur elbow sinistra,
rencana operasi namun belum dapat jadwal dari
dokter
A: Gangguan integritas kulit teratasi sebagian
P: Melanjutkan intervensi
- Monitor karakteristik luka
- Ganti balutan sesuai luka
- Jadwalkan erubahan posisi
- Mengajarkan perawatan luka sevara
mandiri
- Kolaborasi pemberian antibiotik
18.00 3 S: Pasien mengatakan tidak ada demam
O: Suhu 36‫ﹾ‬C, luka tertutup, adanya bengkak
kemerahan disekitar ektermitas atas sinistra,
luka tusukan infus di meta karpal dextra tidak
ada edema, phlebitis -, tidak rembes dan tidak
bengkak, mual -, muntah -, makan habis 1 porsi,
diit bebas, leukosit 14.9* ribu/uL¸ Hb 16.6 g/dl,
hematocrit 47.2%, trombosit 428 ribu/Ul
(tanggal 09 September 2021)
A: Resiko infeksi teratasi sebagian
P: Melanjutkan intervensi
- Pemantauan tanda-tanda infeksi pada luka
- Tingkatkan asupan nutrisi
- Jelaskan tanda dan gejaka infeksi
- Lakukan pemeriksaan penunjang
- Pantau hasil laboratorium
11 18.00 1 S: Pasien mengatakan nyeri pada lengan kirinya
September namun sudah dapat mengontrol nyeri dengan
2021 mandiri, masih sulit digerakkan dan tidak dapat
beraktivitas dengan tangan kirinya (harus
dibantu keluarga), Pasien mengatakan tidak
lemas, tidak ada sesak, tidak ada demam, tidak
berdebar-debat
O: Perilaku waspada pada area ekstermitas atas
sinsitra, lengan kiri dibalut bidai, tidak ada gangguan
perfusi di ekstermitas atas sisnitra, suhu ekstermitas
atas sisnistra hangat, CRT <2 detik, mual -, muntah
-
Tanda-tanda vital: TD 145/85 mmHg, Suhu 36,4‫ﹾ‬C,
RR 20x/m, N 80x/m, Saturasi O2 99%, tidak ada
sianosis, tidak ada retraksi dinding dada, sesak,
dapat melakukan relaksasi napas dalam secara
mandiri
Kaji Nyeri
P: Pasien mengatakan nyeri jika elbow sinistra
digerakkan,
Q: Pasien mengatakan nyeri seperti tertekan
benda berat
R: Pasien mengatak nyeri bagian pundak
sinistra sampai dengan elbow sinistra
S: Skala nyeri pasien 2 (1-10)
T: Pasien mengatakan nyerinya datang tiba-tiba
A: Nyeri akut dapat teratasi sebagian
P: Melanjutkan intervensi
- Pantau nyeri pasien
- Lakukan teknik napas dalam
- Kaji TTV
- Kolaborasi pemberian analgesik
18.00 2 S: Pasien mengatakan pasca kecelakaan lalu
lintas, lengan kirinya patah namun luka tidak
terbuka, memar
O: balut bidai ekstermitas elbow sinistra, terdapat
memar, CRT <2 detik, suhu kulit hangat, sianosis -,
nekrotik -, luka tertutup fraktur elbow sinistra,
rencana operasi namun belum dapat jadwal dari
dokter, pasien pulang dan kontrol hari selasa 14
September 2021
A: Gangguan integritas kulit teratasi sebagian
P: Melanjutkan intervensi
- Monitor karakteristik luka
- Ganti balutan sesuai luka
- Jadwalkan erubahan posisi
- Mengajarkan perawatan luka sevara
mandiri
- Kolaborasi pemberian antibiotik
18.00 3 S: Pasien mengatakan tidak ada demam
O: Suhu 36‫ﹾ‬C, luka tertutup, adanya bengkak
kemerahan disekitar ektermitas atas sinistra,
luka tusukan infus di meta karpal dextra tidak
ada edema, phlebitis -, tidak rembes dan tidak
bengkak, leukosit 14.9* ribu/uL¸ Hb 16.6 g/dl,
hematocrit 47.2%, trombosit 428 ribu/Ul
(tanggal 09 September 2021)
A: Resiko infeksi teratasi sebagian
P: Melanjutkan intervensi
- Pemantauan tanda-tanda infeksi pada luka
- Tingkatkan asupan nutrisi
- Jelaskan tanda dan gejaka infeksi
- Lakukan pemeriksaan penunjang
- Pantau hasil laboratorium

Anda mungkin juga menyukai