pemahaman akan fungsi dan peran nutrisi dapat menjadi pendukung dalam perawatan klinis yang
diberikan dokter gigi Status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk
variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertente. Status gizi
dipengaruhi oleh 2 faktor penyebab yaitu faktor penyebab langsung dan faktor penyebab tidak
langsung. Faktor penyebab tidak langsung meliputi persediaan makanan di rumah, perawatan
anak dan ibu hamil, dan pelayanan kesehatan. Sedangkan faktor yang menjadi penyabab
langsung meliputi asupan makan dan penyakit infeksi, Kedua faktor tersebut sangat terkait dan
saling mempengaruhi satu dengan yang lain, sehingga keduanya tidak dapat dipisahkan.
Terjadinya ketidak seimbangan antara asupan dengan penggunaan zat gizi akan
mempengaruhi status gizi seseorang. Asupan yang baik ialah asupan yang memenuhi angka
kecukupan gizi (AKG) individu per hari termasuk didalamnya energi, protein, lemak,
karbohidrat, vitamin dan mineral. Untuk itu, diperlukan keanekaragaman asupan setiap hari.
Asupan yang beraneka ragam akan lebih mudah mencukupi kebutuhan gizi individu. Namun hal
ini agak sulit diterapkan, terutama kepada anak – anak. Pada dasarnya usia anak – anak
mempunyai kecenderungan untuk menyukai makanan kariogenik atau makanan manis. Makanan
kariogenik adalah makanan yang mengandung fermentasi karbohidrat sehingga menyebabkan
penurunan pH plak menjadi 5,5 atau kurang dan menstimulasi terjadinya 2 proses karies.
Apabila anak menyukai makanan manis dan tidak diimbangi dengan menjaga kebersihan gigi
dan mulut maka akan menyebabkan gangguan pada gigi
Gigi mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pencernaan makanan, gigi
berfungsi sebagai pemotong, pengoyak dan penggiling makanan menjadi partikel yang lebih
kecil sehingga memudahkan untuk proses penyerapan zat gizi (Almatsier, 2009). Dari fungsi
yang sedemikian kompleks, apabila kesehatan rongga mulut terganggu, maka proses perjalanan
zat gizi selanjutnya akan terganggu pula. Namun kebanyakan dari masyarakat Indonesia kurang
menanggapi kesehatan gigi dan mulut, padahal gigi dan mulut merupakan portal utama jalannya
zat – zat gizi yang nantinya akan diperlukan oleh tubuh (Almatsier, 2009). Sehingga bisa
memicu terjadinya defisiensi suatu zat gizi dan dalam jangka yang lama akan mempengaruhi
status gizi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kartikasari dan Nuryanto (2013) bahwa ada
hubungan kejadian karies gigi dengan status gizi. Ahli gizi dalam hal ini juga mempunyai
peranan yang komplek mulai dari mengedukasi masyarakat mengenai perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS) termasuk di dalamnya edukasi tentang kebersihan gigi dan mulut, serta
penyuluhan tentang pola makan gizi seimbang, tentang penggolongan makanan, takaran yang
sesuai serta cara pengolahan yang baik, agar zat gizi yang terkandung dalam suatu makanan
tidak mengalami penurunan mutu yang berlebih. Sehingga diharapkan hal ini akan membantu
menormalkan status gizi masyarakat.
a. Memberi Energi
Zat-zat gizi yang dapat memberikan energi adalah karbohidrat, lemak, dan protein.
Oksidasi zat-zat gizi ini menghasilkan energi yang diperlukan tubuh untuk
beraktivitas.
Untuk mendapatkan gigi yang sehat, memang dianjurkan menjaga kebersihan dan
kesehatan gigi serta rongga mulut sejak dini. Misalnya, menyikat gigi minimal dua
kali sehari, sehabis makan dan sebelum tidur. Selain menyikat gigi minimal dua kali
sehari, sehabis makan dan sebelum tidur. Selain itu makan buah yang mengandung
asam dan gula alami juga dianjurkan untuk melindungi gigi. Asam dalam makanan,
seperti yang terkandung dalam cuka, yogurt, dan lemon, dapat mengikis email atau
lapisan keras pada gigi, secara perlahan-lahan. Lama-kelamaan, serangan asam dapat
membuat gigi berlubang. Begitu juga dengan gula yang bila bercampur bakteri dalam
mulut dapat menyebabkan timbulnya plak pada gigi. Gigi manusia terbukti mampu
melawan asam dan gula yang berasal dari buah, apalagi mengonsumsi banyak buah,
dapat menambah volume air ludah. Kondisi ini berguna untuk melindungi gigi.
WHO telah mencanangkan konsep sekolah sehat atau Health Promoting School, melalui upaya
promotif dan preventif didukung oleh upaya kuratif dan rehabilitatif yang berkualitas adalah :
Kebutuhan nutrisi dalam tubuh setiap individu sangat penting untuk diupayakan.
Upaya untuk melakukan peningkatan kebutuhan nutrisi dapat dilakukan dengan cara makan
makanan yang seimbang 4 sehat 5 sempurna dengan diimbangi keadaan hidup bersih untuk
setiap individu. Hal tersebut harus dilakukan setiap hari, karena tanpa setiap hari maka tubuh
manusia bisa terserang penyakit akibat imun tubuh yang menurun. Upaya meningkatkan gizi
anak usia sekolah dapat dengan lebih memperhatikan hal-hal sebagai berikut (Beck, 2014) :
a) Meningkatkan ketahanan pangan, yakni kemampuan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan pangan seluruh anggota keluarga dalam jumlah yang cukup dan baik mutunya.
b) Meningkatkan mutu pola pengasuhan, yakni kemampuan keluarga untuk menyediakan
waktunya, perhatian dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh dan berkembang
secara optimal baik fisik, mental maupun sosial.
c) Meningkatkan pendidikan, pengetahuan dan keterampilan keluarga. Semakin tinggi
tingkat ketahanan pangan keluarga, maka semakin baik pula pengasuhan anak dan
keluarga, sehingga semakin banyak memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.
Pada masa anak usia sekolah, anak menggunakan fungsi biologis untuk menemukan
berbagai hal dalam hidupnya. Pada masa ini bisa disebutkan sebagai masa oral (mulut),
karena mulut dipandang sebagai sumber kenikmatan dan merupakan alat untuk melakukan
eksplorasi dan belajar. Pada usia 7-9 tahun, pertumbuhan akan terus berjalan meskipun tidak
secepat saat masih bayi. Jadwal makan harus disesuaikan dengan saat anak berada di sekolah.
Sebaiknya anak dibekali roti atau makanan lain untuk dimakan saat jam istirahat. Anak
membutuhkan porsi makan besar disebabkan kebutuhannya lebih banyak, karena
bertambahnya berat badan dan aktivitas yang dilakukan. Makanan yang dapat disajikan
sehari-hari terdiri dari (Beck, 2014) :