Anda di halaman 1dari 20

Laporan Praktikum Kebakaran

Nama Kelompok :

1. Yoriska Noventi Putri 17030194023


2. Anisatul Masumah 17030194044
3. Calvin Andana Y. 17030194073

Universitas Negeri Surabaya


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Jurusan Kimia
2018
1. Dasar Teori
Api sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia mulai dari untuk memasak,
meleburkan benda logam, api unggun dan sebagainya. Tetapi api dapat menjadi
bencana bila sudah diluar kendali manusia yakni bencana kebakaran. Sehingga
ancaman bahaya kebakaran tergantung dari terkendali atau tidaknya api yang
menyala. Seringkali manusia menganggap remeh potensi bahaya karena api. Padahal
kebakaran bisa menimbulkan kerugian harta benda, luka dan penderitaan yang luar
biasa, bahkan kematian.
Kebakaran perusahaan adalah sesuatu hal yang tidak diinginkan oleh semua
pihak. Bagi tenaga kerja kebakaran perusahaan dapat merupakan penderitaan dan
malapetaka karena bisa mengalami cedera atau kehilangan pekerjaan. Bagi
perusahaan kebakaran merupakan salah satu penguras sumber daya industri bahkan
dapat menjadi penyebab utama perusahaan berhenti berbisnis. Kebakaran dapat
merenggut kemampuan berproduksi perusahaan dan perusahaan akan kehilangan
pelanggan. Tidak ada pelanggan tidak ada bisnis. Dengan kebakaran jerih payah
bertahun-tahun dapat hilang dalam waktu beberapa jam saja. Untuk itulah pencegahan
kebakaran memainkan peranan penting dalam menjaga kelangsungan hidup
perusahaan.
Kebakaran tidak terjadi begitu saja. Kebakaran adalah reaksi kimia yang
berlangsung cepat dan memancarkan panas dan sinar. Kebakaran adalah salah satu
bencana yang disebabkan oleh api yang sifatnya terjadi tidak pada tempatnya dan
sulit dikendalikan manusia. Agar terjadi kebakaran diperlukan 3 unsur yang disebut
segitiga api (fire triangle). Gambar segitiga api ditunjukkan dalam diagram di Gambar
4.1.

Gambar 4.1. Segitiga Api.


Agar api bisa menyala, tiga unsur tersebut harus ada pada saat yang sama dan
pada proporsi yang tepat. Salah satu unsur tidak ada maka kebakaran tidak akan
terjadi. Unsur pertama dari teori segitiga api adalah bahan bakar yaitu semua bahan
apa saja yang mudah terbakar. Bahan yang lebih mudah terbakar berarti mempunyai
titik nyala yang lebih rendah. Titik nyala adalah suatu temperatur terendah dari suatu
bahan untuk dapat mengubah bentuk menjadi uap dan akan menyala bila tersentuh
api. Semakin rendah titik nyala suatu bahan, maka bahan tersebut akan semakin
mudah terbakar.

Dilihat dari wujudnya, bahan bakar dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu:

a. Bahan bakar dalam bentuk padat seperti arang, kayu, kertas, kain,
plastik dan sebagainya. Dalam bentuk padat semakin kecil bentuknya
semakin mudah bahan tersebut menyala.
b. Bahan bakar dalam bentuk cair seperti minyak tanah, minyak diesel,
solar, bensin, spiritus dan sebagainya. Dalam bentuk cair semakin
rendah titik nyalanya semakin mudahlah bahan tersebut menyala.
c. Bahan bakar dalam bentuk gas seperti elpiji, acetylene, butane dan
sebagainya. Dalam bentuk gas dengan konsentrasi yang diperlukan
dalam batas penyalaannya.

Unsur kedua adalah oksigen yang terkandung dalam udara normal sebanyak
21%. Oksigen pada umumnya terdapat dimana-mana. Oksigen juga dapat dilepaskan
oleh zat kimia pengoksidasi seperti pupuk nitrat. Karena oksigen sebenarnya adalah
suatu gas pembakar maka sangat menentukan kadar atau keaktifan pembakaran.
Dalam keadaan normal bahan bakar mudah bergabung dengan oksigen. Suatu tempat
dinyatakan masih mempunyai keaktifan pembakaran bila kadar oksigennya adalah
15% sedangkan pembakaran tidak akan terjadi bila kadar oksigen di udara kurang
dari 12%.

Unsur ketiga yang dapat menimbulkan kebakaran adalah panas. Suhu benda
akan naik karena panas sehingga akhirnya mencapai titik nyala. Proses oksidasi juga
berlangsung lebih cepat. Sumber panas merupakan penyulut awal terjadinya
kebakaran. Menurut Zaini (1998) secara garis besar sumber panas dibedakan
menjadi 4 yaitu :
a. Mekanis : gesekan.
b. Elektris : aliran listrik, busur listrik, listrik statis dan petir.
c. Panas : matahari, nyala api, dan pemampatan.
d. Kimia : penyalaan spontan, reaksi kimia dan rekasi nuklir.

Jenis- jenis panas dan kejadian yang dapat dijumpai dapat dilihat pada Tabel 4.1
berikut.

Table 4.1. Jenis-jenis Sumber Panas dan Kejadian yang Dapat Dijumpai

Jenis Panas Contoh Pemakaian

Gesekan Benturan 2 logam, Tabrakan mobil

Aliran Listrik Hubung singkat, Kabel dilalui arus listrik lebih

Busur Listrik Las listrik, Peleburan logam

Listrik Statis Saat mengisi bensin ke tangki

Petir Lompatan listrik awan-bumi

Matahari Dapat membakar tumbuhan kering

Nyala api Korek api

Pemampatan Terjadi dalam ruang bakar mesin disel

Penyalaa api Bensin menyala sendiri pada suhu 253 C

Reaksi kimia Reaksi yang bersifat menimbulkan panas

Rekasi Nuklir Reactor nuklir, bom atom

Penyebab Kebakaran
Peristiwa kebakaran terjadi karena bermacam-macam sebab antara lain:
a. Kebakaran yang terjadi karena kelalaian
Kelalaian adalah suatu tindakan yang tidak disengaja. Hampir setiap
peristiwa kebakaran besar terjadi karena faktor kelalaian. Sebab-sebab
kelalaian antara lain karena kurangnya pengertian pencegahan bahaya
kebakaran, kurang berhati-hati dalam menggunakan alat atau bahan yang
dapat menimbulkan api dan kurangnya kesadaran pribadi atau tidak disiplin.
Beberapa contoh perbuatan seperti merokok sambil tidur-tiduran, mengisi
minyak pada kompor yang sedang menyala, mengganti kawat sekering dengan
menggunakan kawat sembarangan dan lain-lain.
b. Kebakaran yang terjadi karena peristiwa alam
Banyak peristiwa alam yang dapat menimbulkan bahaya kebakaran.
Contohnya adalah sinar matahari dapat menyebabkan kebakaran gudang yang
mudah terbakar atau mudah meledak, letusan gunung berapi dapat
mengakibatkan kebakaran hutan atau tempat-tempat yang dilalui lava panas,
gempa bumi dapat mengakibatkan konsleting listrik, petir dapat menyebabkan
kebakaran hutan atau rumah, angin topan dapat menyebabkan konsleting
kabel-kabel tegangan tinggi dan lain-lain.
c. Kebakaran yang terjadi karena penyalaan sendiri
Penyalaan sendiri sering terjadi pada gudang-gudang kimia atau tempat
penyimpanan kopra.
d. Kebakaran yang disebabkan oleh unsur kesengajaan
Peristiwa kebakaran yang disengaja pada umumnya mempunyai tujuan
tertentu seperti sabotase, mencari keuntungan pribadi, untuk menghilangkan
jejak kejahatan dan lain-lain.
Von Schwartz dalam Zaini (1998), seorang ahli fisika mengajukan daftar
penyebab kebakaran. Beliau mengelompokan menjadi 11 penyebab kebakaran yaitu :
a. Kontak langsung dengan bahan yang sedang terbakar
b. Pemakaian panas untuk waktu yang lama
c. Panas atau terbakar spontan
d. Ledakan atau penjalaran cepat
e. Petir
f. Debu yang dapat meledak
g. Bunga api ( listrik )
h. Reaksi kimia
i. Gesekan, tekanan, kejutan, atau gocangan
j. Sinar yang terfokus
k. Listrik statis
Sedangkan dinas pemadaman kebakaran di Indonesia mengelompokkan
penyebab kebakaran menjadi lima yaitu :
a. Hubung singkat listrik
b. Kompor minyak tanah
c. Rokok
d. Lampu
e. Lain-lain

Klasi!ikasi Kebakaran
Kebakaran dapat dipadamkan menggunakan bahan atau media pemadaman
yang cocok. Agar tidak salah memilih media pemadaman orang berusaha
mengelompokkan jenis kebakaran yang disebut Klasifikasi kebakaran. Klasifikasi
dibuat berdasarkan jenis bahan yang terbakar. Dengan mengetahui adanya klasifikasi
kebakaran maka diharapkan pemadaman akan lebih mudah, lebih tepat menggunakan
APAR yang sesuai dengan klasifikasinya. Klasifikasi yang sudah dibuat antara lain :
klasifikasi U.L, klasifikasi Eropa, klasifikasi National Fire Protection Assosiation
(NFPA) dan klasifikasi US Coast Guard. Negara lain boleh mengikuti salah satu
klasifikasi diatas dan memberlakukannya.

Di Indonesia, klasifikasi kebakaran ditetapkan melalui peraturan Menteri


Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 04/MEN/1980 tanggal 14 April 1980 tentang
syarat –syarat pemasangan dan pemeliharaan alat pemadam api ringan. Klasifikasinya
adalah

a. Kelas A, untuk bahan padat non logam. Kebakaran yang melibatkan benda
padat, api yang ditimbulkan bisa berbentuk bara. Benda padat tersebut biasanya
berasal dari bahan organik seperti: kertas, kayu, tekstil, plastik dan lain-lain.
b. Kelas B, untuk bahan cair dan gas seperti bensin, solar, minyak tanah dan lain-
lain.
c. Kelas C, untuk instalasi listrik
d. Kelas D, untuk bahan logam, kebakaran yang melibatkan logam, magnesium,
sodium, titanium, zirconium.

Bila dibadingkan dengan klasifikasi yang telah ada, ternyata klasifikasi


Indonesia berafiliasi ke klasifikasi NFPA. Dengan mengetahui adanya klasifikasi
kebakaran maka nantinya diharapkan pemadaman akan lebih mudah.

Pencegahan Bahaya Kebakaran


Pencegahan bahaya kebakaran berarti segala usaha yang dilakukan agar tidak
terjadi penyalaan api yang tidak terkendali. Untuk penyalaan api yang belum ada
maka diusahakan tidak terjadi penyalaan api terutama ditempat tertentu yang
dianggap penting seperti di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU).
Sedangkan penyalaan api yang sudah ada maka harus diusahakan jangan sampai api
tersebut berkembang menjadi tidak terkendali. Beberapa tindakan pencegahan
kebakaran antara lain berupa pengadaan penyuluhan, pendidikan dan pelatihan,
mematuhi peraturan, menempatkan bahan yang mudah terbakar harus aman/jauh dari
ancaman api, pengadaan sarana pemadam kebakaran, pengadaan sarana penyelamatan
dan evakuasi, pengawasan terhadap peralatan yang menimbulkan api dan sebagainya.
No Penyebab Tindakan pencegahan
Kebakaran
1. Kebersihan tidak  pembersihan teratur perlu dilakukan dengan
terjaga membuang sampah ke tempat yang sesuai
2. Kelistrikan  jangan membebani sirkuit melebihi batas,
pastikan sekering beroperasi pada arus yang
tepat
 menyediakan sistem pendingin yang
memadai
 jangan biarkan debu menumpuk pada
perlengkapan listrik
 pastikan kontak listrik terjaga kebersihannya
3. Pipa pemanas  pastikan seluruh material yang mudah
terbatas disimpan jauh dari pipa
4. Pengelasan dan  pindahkan material yang mudah terbakar
pemotongan dari area kerja
dengan gas  memiliki alat pemadam api yang sesuai di
dekatnya
 menempatkan petugas pemadam kebakaran
selama jam kerja dan setengah jam
sesudahnya
5. Merokok  melarang atau menyediakan ruang khusus
merokok dengan asbak dan alat pemadam
api di dekatnya
6. Minyak dan zat  di simpan di luar ruang.
pelarut  digunakan secukupnya untuk keperluan
sehari atau satu giliran kerja
 menggunakan wadah anti tumpah pada
waktu pemindahannya
Sedangkan menurut Ridley (2008), beberapa contoh penyebab kebakaran dan
tindakan pencegahannya adalah sebagai berikut:

Tujuan utama tindakan pencegahan kebakaran pertama-tama adalah menyelamatkan


nyawa dengan mencegah munculnya api, namun jika api memang muncul prioritas
berikutnya adalah memastikan tata ruang gedung diatur sedemikian rupa sehingga
memudahkan penghuninya untuk menyelamatkan diri, menghentikan penyebaran api
dan karenanya meminimalkan kerusakan dan kehancuran.

Pada setiap kejadian kebakaran, tindakan awal adalah sangat menentukan


karena pada saat api masih kecil dan masih mudah dikendalikan. Keterlambatan
maupun kesalahan bertindak dapat mengakibatkan hal-hal yang fatal. Untuk dapat
bertindak cepat dan tepat diperlukan pengetahuan tentang cara-cara pencegahan dan
penanggulangan bahaya kebakaran.

Prinsip Pemadaman Kebakaran

Prinsip pemadaman dengan cara menghilangkan salah satu unsur atau merusak
keseimbangan campuran dari unsur-unsur segitiga api. Menurut Zaini (1998), pada
prinsipnya ada tiga cara pemadaman kebakaran dan satu cara tambahan.

a. Membatasi bahan bakar


Membatasi bahan bakar berarti menggurangi hingga habis, mengambil atau
memindahkan.Contoh : kebakaran pada pipa minyak (kebakaran kelas B). tutup
keran (valve) sehingga minyak tidak mengalir lagi melalui pipa yang terbakar. Api
padam karena tidak ada bahan bakar.
b. Mengurangi konsentrasi oksigen
Kebakaran bisa dipadamkan dengan cara mengurangi, memisahkan atau
menghilangkan oksigen dari lokasi kebakaran.Contoh : pemadaman memakai
tabung gas asam arang (CO2), jumlah oksigen dikurangi dengan cara diusir dari
lokasi kebakaran. Api padam karena tidak ada oksigen. Cara lain yang masih
mirip dengan cara ini adalah menyelimuti bahan bakar atau smothering. Dengan
adanya penyelimutan bahan bakar tidak dapat disentuh oleh oksigen.
c. Mendinginkan
Mendinginkan adalah menurunkan panas. Akibatnya suhu benda terbakar
turun sampai di bawah titik nyala.Contoh : kebakaran kelas A dan B pada
umumnya bisa dipadamkan dengan air. Butir- butir air menyerap panas api dan
sanggup menurunkan suhu bahan bakar sampai dibawah titik nyala. Panas
berkurang dan api padam.
d. Pemadaman tuntas
Memadamkan kebakaran harus sampai tuntas. Adanya kepulan asap
menandakan masih ada bara, hal ini bisa menimbulkan kebakaran lagi. Jangan
beri kesempatan sedikitpun pada api.
Media Pemadaman dan Teknik pemadamannya
Menurut Zaini (1998), media pemadaman adalah bahan yang dapat dipakai
untuk memadamkan kebakaran yaitu bisa berupa:
a. Media padat: pasir, tanah, tepung kimia.
b. Media cair: air, busa
c. Media gas: gas karbon dioksida, gas nitrogen.
Media pemadaman tertentu hanya cocok untuk kelas kebakaran tertentu. Setiap media
pemadaman menuntut teknik pemadaman yang berbeda agar pemadaman berhasil.

Sebelum melaksanakan pemadaman, hal-hal berikut ini perlu diperhatikan :

a. Mengetahui arah angin bertiup


Dalam setiap aksi pemadaman usahakan mencari posisi diatas angin. Posisi ini
lebih aman karena api tidak akan mengarah ke tempat kita. Posisi dibawah
angin lebih panas dan mengganggu tindakan pemadaman.
b. Bahan yang terbakar
Jenis bahan yang terbakar biasanya bisa dilihat dengan jelas. Disini yang
dipentingkan bukan penyebab kebakaran tetapi bahan apa yang sedang
terbakar.
c. Kemungkinan berkembangnya kebakaran
Kebakaran kecil masih bisa berlanjut menjadi kebakaran besar. Ledakan bisa
terjadi bila api merembet ke tabung elpiji. Tiupan angin menyebabkan api
semakin berkobar dan menjalar ke bangunan lain.
d. Situasi kebakaran
Situasi yang buruk membuat semakin parah korban kebakaran. Mobil
pemadam kebakaran tidak bisa menjangkau karena lokasi sempit. Kerumunan
orang yang ingin melihat merupakan penghalang bagi petugas pemadam
Sarana Pemadam Kebakaran

Sarana pemadam kebakaran adalah alat yang telah dipersiapkan untuk


memadamkan kebakaran dan dibedakan menjadi tiga

a) Alat Pemadam Api Ringan (APAR)


Sebagian besar kebakaran berawal dari api yang sangat kecil. Pada kondisi ini
kebakaran masih dapat ditangani dan dipadamkan dengan mudah. Saat seperti
itulah dibutuhkan alat pemadam yang ringan dan praktis dipakai. Alat pemadam
api ringan (APAR) adalah alat pemadam yang dapat dibawa dan mampu dipakai
oleh satu orang. APAR berguna sekali untuk pemadaman awal dari segala
situasi.

1). Jenis-jenis Apar

Apar dibuat amat beragam sehingga jenis APAR bisa ditinjau dari segi
apa saja. Jenis APAR berdasarkan beratnya dibedakan 2 yaitu :
a. APAR dengan berat kurang dari 25 kg sehingga mudah diangkat
b. APAR dengan berat lebih dari 25kg, dilengkapi dengan roda seperti
ditunjukkan dalam Gambar 4.2.

Gambar 4.2. Jenis-jenis APAR


Sedangkan jenis APAR ditinjau dari tenaga dorongnya yaitu :
a. Storage pressure, media disimpan dalam tabung dengan diberi
tekanan.
b. Gas Cartridge, ke dalam tabung ditambahkan gas bertekanan untuk
mendorong media bila APAR dipakai. Gas yang dipakai umumnya
CO2.
Keberadaan tenaga dorong ini bisa didalam tabung atau diluar tabung
sehingga konstruksi APAR juga berbeda-beda.

2). Teknik Pemadaman dengan APAR

Untuk menjamin pengamanan terhadap kebakaran, pengetahuan cara


pemakaian atau penerapan APAR sangat diperlukan. Berikut ini adalah
teknik pemadaman dengan APAR:
a. Turunkan APAR dari tempatnya
b. Cabut/lepaskan pen pengaman dan bebaskan selang
c. Uji di tempat dengan mengarahkan semburan ke atas agar tidak
membahayakan orang lain. Langkah ini tidak perlu dilakukan bila anda
sudah dekat sekali dengan tempat kebakaran
d. Menuju lokasi kebakaran. Ambil posisi di atas angin dan jarak sekitar 3
meter dari api
e. Sikap posisi kuda-kuda. Arahkan alat penyembur ke pangkal api. Tekan
tuas penyemprot (handle) semprotkan APAR dengan cara dikibas-
kibaskan/disapukan ke arah kiri dan kanan sampai apinya padam seperti
ditunjukkan dalam Gambar 4.3.

Gambar 4.3. Pemadaman dengan APAR

3). Cara Menempatkan APAR

Posisi meletakkan APAR sangat menentukan kecepatan pemadaman


awal. Menyimpan APAR ditempat tersembunyi akan sangat merugikan.
Cara menempatkan APAR yang benar adalah :
a. Tempatkan APAR pada tempat yang bisa cepat diambil bila terjadi
kebakaran. Bisa diletakkan dekat pintu atau tangga darurat.
b. Tempatkan APAR pada lokasi yang akan dilindungi
c. Tempatkan APAR sehingga mudah dilihat dari jauh oleh orang yang
lewat. Warna APAR yang menyolok juga membantu mempercepat
menemukan APAR.
d. Usahakan kondisi sekitar tidak bersifat merusak sehingga APAR bisa
tahan lama. Jika terdapat kondisi luar yang bisa merusak seperti
tetesan air, hujan, debu, sinar matahari dan suhu panas, masukkan
APAR ke dalam kotak tembus pandang yang dirancang khusus sesuai
dengan APAR yang bersangkutan.
e. Apabila lokasi yang dilindungi cukup luas, tempatkan APAR secara
merata.
f. APAR bisa dipasang pada dinding atau tiang dengan ketentuan:
o Setinggi 120 cm dari puncak APAR ke lantai atau
o Setinggi 15 cm dari alas APAR ke lantai seperti dalam Gambar
4.4.

Gambar 4.4. Cara Menempatkan APAR

Contoh menempatkan APAR dapat dilihat pada tabel 4.3

Tabel 4.3 Contoh Menempatkan APAR

LOKASI PENEMPATAN YANG BENAR


Dapur, Garasi Dekat pintu
Mobil Mudah dijangkau sopir, dibawah bangku
Kapal boat Dekat pintu dan dekat sopir

4). Memilih APAR

APAR banyak dijual dengan bermacam- macam bentuk dan


keampuhannya. Dasar untuk memilih APAR :
a. Sesuai dengan kelas kebakaran yang akan dipadamkan
b. Tingkat keparahan yang mungkin terjadi
c. Orang yang akan memakai APAR
d. Kondisi daerah yang dilinmdungi datar atau bertingkat. Daerah yang
datar dan tersedia jalan sesuai untuk APAR beroda. Gedung bertingkat
bisa memakai APAR tanpa roda.

5). Kemampuan APAR

APAR mempuyai kemampuan yang berbeda dalam pemadaman.


Kemampuan APAR antara lain jarak semprot dan waktu semprot. Adanya
tenaga dorong dalam APAR menyebabkan media yang tersimpan bisa
disemprotkan pada jarak yang cukup jauh. APAR yang sudah lama sekali
tidak dipakai tenaga dorongnya akan semakin berkurang. Sedangkan
waktu semprot adalah lamanya APAR dipakai untuk pemadaman sampai
habis medianya. Lama semprotan ini tergantung dari kapasitas APAR itu
sendiri.

Analisis
Pada video yang diperlihatkan, praktik pemadaman dilakukan di tanah lapang yang luas.
Hal ini dikarenakan ditakutkan api akan menjalar jika di lakukan praktik didekat gedung atau
tempat-tempat yang memicu api membesar. Klasifikasi dari api tersebut adalah kelas A
dengan bahan padat nonlogam yakni kayu. Cara pemadaman yang dapat digunakan pada
praktik tersebut adalah pemadaman tuntas yaitu dengan menuntaskan pemadaman tanpa
memberi kesempatan api untuk timbul lagi yang ditandai dengan hilangnya asap secara
keseluruhan. Selain itu telah dipersiapkan juga beberapa tong air untuk berjaga-jaga jika api
berkembang dan tidak terkendali. Sebelum dilakukan pemadaman api, harus memperhatikan
hal-hal tertentu seperti :

e. Mengetahui arah angin bertiup


Dalam setiap aksi pemadaman usahakan mencari posisi diatas angin. Posisi ini lebih
aman karena api tidak akan mengarah ke tempat kita. Posisi dibawah angin lebih panas
dan mengganggu tindakan pemadaman.
f. Bahan yang terbakar
Jenis bahan yang terbakar biasanya bisa dilihat dengan jelas. Disini yang dipentingkan
bukan penyebab kebakaran tetapi bahan apa yang sedang terbakar.
g. Kemungkinan berkembangnya kebakaran
Kebakaran kecil masih bisa berlanjut menjadi kebakaran besar. Ledakan bisa terjadi bila
api merembet ke tabung elpiji. Tiupan angin menyebabkan api semakin berkobar dan
menjalar ke bangunan lain.
h. Situasi kebakaran
Situasi yang buruk membuat semakin parah korban kebakaran. Mobil pemadam
kebakaran tidak bisa menjangkau karena lokasi sempit. Kerumunan orang yang ingin
melihat merupakan penghalang bagi petugas pemadam.
Pada praktik yang dilakukan, mahasiswa masih belum terlalu memperhatikan arah
mata angin dan belum bisa menggunakan APAR dengan baik. Siswa justru berkerumun
melingkar tanpa mempehatikan arah angin pada saat pemadaman api sehingga asap mengepul
kearah mahasiswa yang berkerumun.
Alat pemadam api ringan (APAR) adalah alat pemadam yang dapat dibawa dan
mampu dipakai oleh satu orang. Untuk menjamin pengamanan terhadap kebakaran,
pengetahuan cara pemakaian atau penerapan APAR sangat diperlukan. Berikut ini adalah
teknik pemadaman dengan APAR:
a. Turunkan APAR dari tempatnya.
b. Cabut/lepaskan pen pengaman dan bebaskan selang.
c. Uji di tempat dengan mengarahkan semburan ke atas agar tidak membahayakan orang
lain. Langkah ini tidak perlu dilakukan bila anda sudah dekat sekali dengan tempat
kebakaran.
d. Menuju lokasi kebakaran. Ambil posisi di atas angin dan jarak sekitar 3 meter dari api.
e. Sikap posisi kuda-kuda. Arahkan alat penyembur ke pangkal api. Tekan tuas penyemprot
(handle) semprotkan APAR dengan cara dikibas-kibaskan/disapukan ke arah kiri dan
kanan sampai apinya padam.

Pada saat praktik, mahasiswa masih melakukan beberapa kesalahan seperti posisi
berdirinya yang terlalu dekat dengan api serta menghentikan semprotan sebelum asap
menghilang sehingga api kembali muncul.

DAFTAR PUSTAKA
Atas, D. P. (2011). Panduan Teknis Perawatan Laboratorium Kompute dan Multimedia. Jakarta :
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Ismail, d. (2001). Prinsip-Prinsip Dasar Keselamatan Kerja. Tembagapura: Departemen K3 PT


FREEPORT INDONESIA.

Mitarlis, Azizah Utiya, Amaria. (2017). Organisasi dan Management laboratorium Pendidikan Kimia.
Surabaya.
LAMPIRAN

APAR yang terdapat di Kampus


UNESA Jurusan Kimia

APAR yang terdapat di Kampus


UNESA Jurusan Kimia

APAR yang terdapat di Kampus


UNESA Jurusan Kimia
APAR yang terdapat di Kampus
UNESA Jurusan Kimia

APAR yang terdapat di Kampus


UNESA Jurusan Kimia

APAR yang terdapat di Kampus


UNESA Jurusan Kimia

APAR yang terdapat di Kampus


UNESA Jurusan Kimia
APAR yang terdapat di Kampus
UNESA Jurusan Kimia

Anda mungkin juga menyukai