Nama Kelompok :
a. Bahan bakar dalam bentuk padat seperti arang, kayu, kertas, kain,
plastik dan sebagainya. Dalam bentuk padat semakin kecil bentuknya
semakin mudah bahan tersebut menyala.
b. Bahan bakar dalam bentuk cair seperti minyak tanah, minyak diesel,
solar, bensin, spiritus dan sebagainya. Dalam bentuk cair semakin
rendah titik nyalanya semakin mudahlah bahan tersebut menyala.
c. Bahan bakar dalam bentuk gas seperti elpiji, acetylene, butane dan
sebagainya. Dalam bentuk gas dengan konsentrasi yang diperlukan
dalam batas penyalaannya.
Unsur kedua adalah oksigen yang terkandung dalam udara normal sebanyak
21%. Oksigen pada umumnya terdapat dimana-mana. Oksigen juga dapat dilepaskan
oleh zat kimia pengoksidasi seperti pupuk nitrat. Karena oksigen sebenarnya adalah
suatu gas pembakar maka sangat menentukan kadar atau keaktifan pembakaran.
Dalam keadaan normal bahan bakar mudah bergabung dengan oksigen. Suatu tempat
dinyatakan masih mempunyai keaktifan pembakaran bila kadar oksigennya adalah
15% sedangkan pembakaran tidak akan terjadi bila kadar oksigen di udara kurang
dari 12%.
Unsur ketiga yang dapat menimbulkan kebakaran adalah panas. Suhu benda
akan naik karena panas sehingga akhirnya mencapai titik nyala. Proses oksidasi juga
berlangsung lebih cepat. Sumber panas merupakan penyulut awal terjadinya
kebakaran. Menurut Zaini (1998) secara garis besar sumber panas dibedakan
menjadi 4 yaitu :
a. Mekanis : gesekan.
b. Elektris : aliran listrik, busur listrik, listrik statis dan petir.
c. Panas : matahari, nyala api, dan pemampatan.
d. Kimia : penyalaan spontan, reaksi kimia dan rekasi nuklir.
Jenis- jenis panas dan kejadian yang dapat dijumpai dapat dilihat pada Tabel 4.1
berikut.
Table 4.1. Jenis-jenis Sumber Panas dan Kejadian yang Dapat Dijumpai
Penyebab Kebakaran
Peristiwa kebakaran terjadi karena bermacam-macam sebab antara lain:
a. Kebakaran yang terjadi karena kelalaian
Kelalaian adalah suatu tindakan yang tidak disengaja. Hampir setiap
peristiwa kebakaran besar terjadi karena faktor kelalaian. Sebab-sebab
kelalaian antara lain karena kurangnya pengertian pencegahan bahaya
kebakaran, kurang berhati-hati dalam menggunakan alat atau bahan yang
dapat menimbulkan api dan kurangnya kesadaran pribadi atau tidak disiplin.
Beberapa contoh perbuatan seperti merokok sambil tidur-tiduran, mengisi
minyak pada kompor yang sedang menyala, mengganti kawat sekering dengan
menggunakan kawat sembarangan dan lain-lain.
b. Kebakaran yang terjadi karena peristiwa alam
Banyak peristiwa alam yang dapat menimbulkan bahaya kebakaran.
Contohnya adalah sinar matahari dapat menyebabkan kebakaran gudang yang
mudah terbakar atau mudah meledak, letusan gunung berapi dapat
mengakibatkan kebakaran hutan atau tempat-tempat yang dilalui lava panas,
gempa bumi dapat mengakibatkan konsleting listrik, petir dapat menyebabkan
kebakaran hutan atau rumah, angin topan dapat menyebabkan konsleting
kabel-kabel tegangan tinggi dan lain-lain.
c. Kebakaran yang terjadi karena penyalaan sendiri
Penyalaan sendiri sering terjadi pada gudang-gudang kimia atau tempat
penyimpanan kopra.
d. Kebakaran yang disebabkan oleh unsur kesengajaan
Peristiwa kebakaran yang disengaja pada umumnya mempunyai tujuan
tertentu seperti sabotase, mencari keuntungan pribadi, untuk menghilangkan
jejak kejahatan dan lain-lain.
Von Schwartz dalam Zaini (1998), seorang ahli fisika mengajukan daftar
penyebab kebakaran. Beliau mengelompokan menjadi 11 penyebab kebakaran yaitu :
a. Kontak langsung dengan bahan yang sedang terbakar
b. Pemakaian panas untuk waktu yang lama
c. Panas atau terbakar spontan
d. Ledakan atau penjalaran cepat
e. Petir
f. Debu yang dapat meledak
g. Bunga api ( listrik )
h. Reaksi kimia
i. Gesekan, tekanan, kejutan, atau gocangan
j. Sinar yang terfokus
k. Listrik statis
Sedangkan dinas pemadaman kebakaran di Indonesia mengelompokkan
penyebab kebakaran menjadi lima yaitu :
a. Hubung singkat listrik
b. Kompor minyak tanah
c. Rokok
d. Lampu
e. Lain-lain
Klasi!ikasi Kebakaran
Kebakaran dapat dipadamkan menggunakan bahan atau media pemadaman
yang cocok. Agar tidak salah memilih media pemadaman orang berusaha
mengelompokkan jenis kebakaran yang disebut Klasifikasi kebakaran. Klasifikasi
dibuat berdasarkan jenis bahan yang terbakar. Dengan mengetahui adanya klasifikasi
kebakaran maka diharapkan pemadaman akan lebih mudah, lebih tepat menggunakan
APAR yang sesuai dengan klasifikasinya. Klasifikasi yang sudah dibuat antara lain :
klasifikasi U.L, klasifikasi Eropa, klasifikasi National Fire Protection Assosiation
(NFPA) dan klasifikasi US Coast Guard. Negara lain boleh mengikuti salah satu
klasifikasi diatas dan memberlakukannya.
a. Kelas A, untuk bahan padat non logam. Kebakaran yang melibatkan benda
padat, api yang ditimbulkan bisa berbentuk bara. Benda padat tersebut biasanya
berasal dari bahan organik seperti: kertas, kayu, tekstil, plastik dan lain-lain.
b. Kelas B, untuk bahan cair dan gas seperti bensin, solar, minyak tanah dan lain-
lain.
c. Kelas C, untuk instalasi listrik
d. Kelas D, untuk bahan logam, kebakaran yang melibatkan logam, magnesium,
sodium, titanium, zirconium.
Prinsip pemadaman dengan cara menghilangkan salah satu unsur atau merusak
keseimbangan campuran dari unsur-unsur segitiga api. Menurut Zaini (1998), pada
prinsipnya ada tiga cara pemadaman kebakaran dan satu cara tambahan.
Apar dibuat amat beragam sehingga jenis APAR bisa ditinjau dari segi
apa saja. Jenis APAR berdasarkan beratnya dibedakan 2 yaitu :
a. APAR dengan berat kurang dari 25 kg sehingga mudah diangkat
b. APAR dengan berat lebih dari 25kg, dilengkapi dengan roda seperti
ditunjukkan dalam Gambar 4.2.
Analisis
Pada video yang diperlihatkan, praktik pemadaman dilakukan di tanah lapang yang luas.
Hal ini dikarenakan ditakutkan api akan menjalar jika di lakukan praktik didekat gedung atau
tempat-tempat yang memicu api membesar. Klasifikasi dari api tersebut adalah kelas A
dengan bahan padat nonlogam yakni kayu. Cara pemadaman yang dapat digunakan pada
praktik tersebut adalah pemadaman tuntas yaitu dengan menuntaskan pemadaman tanpa
memberi kesempatan api untuk timbul lagi yang ditandai dengan hilangnya asap secara
keseluruhan. Selain itu telah dipersiapkan juga beberapa tong air untuk berjaga-jaga jika api
berkembang dan tidak terkendali. Sebelum dilakukan pemadaman api, harus memperhatikan
hal-hal tertentu seperti :
Pada saat praktik, mahasiswa masih melakukan beberapa kesalahan seperti posisi
berdirinya yang terlalu dekat dengan api serta menghentikan semprotan sebelum asap
menghilang sehingga api kembali muncul.
DAFTAR PUSTAKA
Atas, D. P. (2011). Panduan Teknis Perawatan Laboratorium Kompute dan Multimedia. Jakarta :
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Mitarlis, Azizah Utiya, Amaria. (2017). Organisasi dan Management laboratorium Pendidikan Kimia.
Surabaya.
LAMPIRAN