COLITIS
OLEH
KUPANG
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya lah makalah ini dapat terselesaikan. Melalui makalah ini,kita
dapat mengetahui tentang “ Asuhan Keperawatan pada Penyakit Kolitis.” Pembuatan
makalah ini menggunakan metode data-data kami peroleh dari beberapa sumber dan
pemikiran yang kami gabungkan menjadi sebuah makalah yang semoga dapat
bermanfaat bagi pembaca. Kami menyadari akan kelemahan dan kekurangan dari
makalah ini. Oleh sebab itu,saya membutuhkan kritik dan saran y a n g s i f a t n y a
membangun,agar makalah ini akan semakin baik sajiannya.
penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
A. Latar Belakang......................................................................................................
B. Tujuan....................................................................................................................
1. Tujuan Umum............................................................................................
2. Tujuan khusus...........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi....................................................................................................................
B. Anatomi fisiologi....................................................................................................
C. Etilogi......................................................................................................................
D. Klasifikasi...............................................................................................................
E. Manifestasi klinis...................................................................................................
F. Patofisiologi............................................................................................................
G. Pemeriksaan penunjang........................................................................................
H. Pengobatan.............................................................................................................
I. Komplikasi..............................................................................................................
A. Kesimpulan.............................................................................................................
B. Saran.......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Inflammatory Bowel Disease (IBD) adalah penyakit inflamasi yang
melibatkan saluran cerna dengan penyebab pastinya sampai saat ini belum diketahui
jelas. Secara garis besar IBD teridiri dari 3 jenis, yaitu colitis ulseratif, penyakit
Crohn, dan bila sulit membedakan kedua hal tersebut, maka dimasukkan dalam
kategori indeterminate colitis (Ariestine, 2008). Colitis ulseratif merupakan salah satu
dari dua tipe Inflammatory Bowel Disease (IBD), selain Crohn disease. Tidak seperti
Crohn disease, yang dapat mengenai semua bagian dari traktus gastrointestinal, colitis
ulseratif seringnya mengenai usus besar, dan dapat terlihat dengan colonoscopy.
Colitis ulseratif merupakan penyakit seumur hidup yang memiliki dampak emosional
dan sosial yang amat sangat pada pasien yang terkena, dan ditandai dengan adanya
eksaserbasi secara intermitten dan remisinya gejala klinik (Basson, 2011).
Etiologi pasti dari colitis ulseratif masih belum diketahui, tetapi penyakit ini
multifaktorial dan polygenic. Faktor-faktor penyebabnya termasuk faktor lingkungan,
disfungsi imun, dan predisposisi genetik. Ada beberapa sugesti bahwa anak dengan
berat badan lahir di bawah rata-rata yang lahir dari ibu dengan colitis ulseratif
memiliki risiko lebih besar untuk terjadinya perkembangan penyakit (Basson, 2011).
Histocompatibility human leukocyte antigen (HLA-B27) merupakan antigen yang
sering teridentifikasi pada pasien-pasien dengan colitis ulseratif, meskipun penemuan
ini tidak berhubungan dengan kondisi pasien, dan adanya HLA-B27 tidak
menunjukkan peningkatan risiko untuk colitis ulseratif.
Colitis ulseratif bisa dipengaruhi oleh makanan, meskipun makanan hanya
sebagai faktor sekunder. Antigen makanan atau bakterial dapat berefek pada mukosa
usus yang telah rusak, sehingga meningkatkan permeabilitasnya (Basson, 2011). Di
Amerika Serikat, sekitar 1 miliar orang terkena colitis ulseratif. Insidennya 10.4-12
kasus per 100.000 orang per tahunnya. Rata-rata prevalensinya antara 35-100 kasus
per 100.000 orang (Basson, 2011).
Sementara itu, puncak kejadian penyakit tersebut adalah antara usia 15 dan 35
tahun, penyakit ini telah dilaporkan terjadi pada setiap decade kehidupan (Ariestine,
2008). Colitis ulseratif terjadi 3 kali lebih sering daripada Crohn disease. Colitis
ulseratif terjadi lebih sering pada orang kulit putih daripada orang African American
atau Hispanic. Colitis ulseratif juga lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-laki
(Basson, 2011)
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah dilakukan makalah ini diharapkan penulis dapat meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan dalam menerapkan sesuai dengan sistematis
yang bermutu
b. Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang ingin dicapai penulis setelah pelaksaan makalah adalah :
1) Mampu memahami pengertian dari colitis
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Colitis ulseratif merupakan salah satu dari dua tipe Inflammatory Bowel
Disease (IBD), selain Crohn disease. Tidak seperti Crohn disease, yang dapat
mengenai semua bagian dari traktus gastrointestinal, colitis ulseratif seringnya
mengenai usus besar, dan dapat terlihat dengan colonoscopy (Basson, 2011).
B. ANATOMI FISIOLOGI
Colitis ulseratif merupakan salah satu dari dua tipe Inflammatory Bowel
Disease (IBD), selain Crohn disease. Tidak seperti Crohn disease, yang dapat
mengenai semua bagian dari traktus gastrointestinal, colitis ulseratif seringnya
mengenai usus besar, dan dapat terlihat dengan colonoscopy (Basson, 2011).
Colitis ulseratif bisa dipengaruhi oleh makanan, meskipun makanan hanya sebagai
faktor sekunder. Antigen makanan atau bakterial dapat berefek pada mukosa usus
yang telah rusak, sehingga meningkatkan permeabilitasnya (Basson, 2011).
Sementara penyebab colitis ulseratif tetap tidak diketahui, gambaran tertentu dari
penyakit ini telah menunjukkan beberapa kemungkinan penting. Hal ini meliputi
faktor familial atau genetik, infeksi, imunologik dan psikologik. Faktor
familial/genetik Penyakit ini lebih sering dijumpai pada orang kulit putih daripada
orang kulit hitam dan orang Cina.
C. ETIOLOGI
pasti dari colitis ulseratif masih belum diketahui, tetapi penyakit ini
multifaktorial dan polygenic. Faktor-faktor penyebabnya termasuk faktor lingkungan,
disfungsi imun, dan predisposisi genetik. Ada beberapa sugesti bahwa anak dengan
berat badan lahir di bawah rata-rata yang lahir dari ibu dengan colitis ulseratif
memiliki risiko lebih besar untuk terjadinya perkembangan penyakit (Basson, 2011).
Histocompatibility human leukocyte antigen (HLA-B27) merupakan antigen yang
sering teridentifikasi pada pasien-pasien dengan colitis ulseratif, meskipun penemuan
ini tidak berhubungan dengan kondisi pasien, dan adanya HLA-B27 tidak
menunjukkan peningkatan risiko untuk colitis ulseratif. Colitis ulseratif bisa
dipengaruhi oleh makanan, meskipun makanan hanya sebagai faktor sekunder.
Antigen makanan atau bakterial dapat berefek pada mukosa usus yang telah rusak,
sehingga meningkatkan permeabilitasnya (Basson, 2011).
Hipotesis yang kedua adalah bahwa dietary antigen atau agen mikroba non
pathogen yang normal mengaktivasi respon imun yang abnormal. Hasilnya suatu
mekanisme penghambat yang gagal. Pada tikus, defek genetik pada fungsi sel T atau
produksi sitokin menghasilkan respon imun yang tidak terkontrol pada flora normal
kolon. Hipotesis ketiga adalah bahwa pencetus IBD adalah suatu autoantigen yang
dihasilkan oleh epitel intestinal. Pada teori ini, pasien menghasilkan respon imun
inisial melawan antigen luminal, yang tetap dan diperkuat karna kesamaan antara
antigen luminal dan protein tuan rumah. Hipotesis autoimun ini meliputi pengrusakan
sel-sel epithelial oleh sitotoksisitas seluler antibody-dependent atau sitotoksisitas cell-
mediated secara langsung. Imun respon cell-mediated juga terlibat dalam
pathogenesis IBD. Ada peningkatan sekresi antibody oleh sel mononuclear intestinal,
terutama IgG dan IgM yang melengkapi komplemen. Colitis ulseratif dihubungkan
dengan meningktanya produksi IgG1 (oleh limfosit Th2) dan IgG3, sub tipe yang
respon terhadap protein dan antigen T-cell dependent.
D. KLASIFIKASI
E. MANIFESTASI KLINIS
Gejala utama colitis ulseratif adalah diare berdarah dan nyeri abdomen,
seringkali dengan demam dan penurunan berat badan pada kasus berat. Pada penyakit
ringan, bisa terdapat satu atau dua feses yang setengah berbentuk yang mengandung
sedikit darah dan tanpa manifestasi sistemik. Derajat klinik colitis ulseratif dapat
dibagi atas berat, sedang dan ringan, berdasarkan frekuensi diare, ada/tidaknya
demam, derajat beratnya anemia yang terjadi dan laju endap darah (klasifikasi
Truelove). Perjalanan penyakit colitis ulseratif dapat dimulai dengan serangan
pertama yang berat ataupun dimulai ringan yang bertambah berat secara gradual
setiap minggu. Berat ringannya serangan pertama sesuai dengan panjangnya kolon
yang terlibat. Pada colitis ulseratif, terdapat reksi radang yang secara primer mengenai
mukosa kolon. Secara makroskopik,, kolon tampak berulserasi, hiperemik, dan
biasanya hemoragik. Gambaran mencolok dari radang adalah bahwa sifatnya seragam
dan kontinu dengan tidak ada daerah tersisa mukosa yang normal.
Pemeriksaan kultur feses (pathogen usus dan bila diperlukan, Escherichia coli
(O157:H7), ova, parasit dan toksin Clostridium difficile negative. Pemeriksaan
antibody p-ANCA dan ASCA (antibody Saccharomyces cerevisae mannan) berguna
untuk membedakan penyakit colitis ulseratif dengan penyakit Crohn (Ariestine,
2008). Gambaran Radiologi
F. PATOFISIOLOGI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Colitis ulseratif bisa dipengaruhi oleh makanan, meskipun makanan hanya
sebagai faktor sekunder. Antigen makanan atau bakterial dapat berefek pada mukosa
usus yang telah rusak, sehingga meningkatkan permeabilitasnya (Basson, 2011). Di
Amerika Serikat, sekitar 1 miliar orang terkena colitis ulseratif. Insidennya 10.4-12
kasus per 100.000 orang per tahunnya. Rata-rata prevalensinya antara 35-100 kasus
per 100.000 orang (Basson, 2011).
Sementara itu, puncak kejadian penyakit tersebut adalah antara usia 15 dan 35
tahun, penyakit ini telah dilaporkan terjadi pada setiap decade kehidupan (Ariestine,
2008). Colitis ulseratif terjadi 3 kali lebih sering daripada Crohn disease. Colitis
ulseratif terjadi lebih sering pada orang kulit putih daripada orang African American
atau Hispanic. Colitis ulseratif juga lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-laki
(Basson, 2011)
B. Saran
Demikian makalah ini saya buat, apabila ada kesalahah saya mohon maaf dan
saya harap dari makalah yang saya buat dapat bermanfaat untuk yang membacanya.
Sekian dan terima kasih
DAFTAR PUSTAKA
Arisetine, Dina Aprilia. 2008. Kolitis Ulseratif Ditinjau dari Aspek Etiologi, Klinik
dan Patogenesa.