Anda di halaman 1dari 11

Focus:

ISSN: 2620-3367 Vol. 1 No: 3 Hal: 155 - 165 Desember 2018


Jurnal Pekerjaan Sosial

PENGEMBANGAN PARIWISATA BERBASIS MASYARAKAT

Binahayati Rusyidi, Muhammad Fedryansah


Prodi Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Padjadjaran
1

binahayati@unpad.ac.id
2
Program Studi Magister Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Padjadjaran
m.fedryansyah@unpad.ac.id

ABSTRAK

Pengembangan pariwisata saat ini mulai menjadi salah satu program unggulan dalam pembangunan daerah.
Pembangunan pariwisata tersebut diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap penerimaan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan menciptakan lapangan kerja di daerah. Salah satu kabupaten yang memiliki
potensi wisata adalah Kabupaten Bangka. Kabupaten Bangka memiliki sumber daya alam yang potensial dan
menarik untuk dikembangkan sebagai tujuan wisata seperti kawasan pantai, sumber air panas, peninggalan
sejarah, serta kawasan gunung dan perbukitan. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan model
pengembangan pariwisata berbasis masyarakat di Kabupaten Bangka terutama di kawasan Pantai Rambak
dan Pantai Rebo. Adapun metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan melibatkan 20 orang
informan, dengan teknik wawancara mendalam dan focus group discussion. Hasil penelitian ini menunjukkan
adanya model pengembangan pariwisata yang diusulkan dengan menggunakan pendekatan pengembangan
masyarakat. Pengembangan pariwisata di kawasan Pantai Rambak dan Pantai Rebo pada dasarnya merupakan
potret upaya pengembangan sektor pariwisata di Kabupaten Bangka secara keseluruhan. Kajian ini dilakukan
untuk menghasilkan sebuah model alternatif yang dapat diterapkan dalam pengembangan pariwisata di
wilayah Kabupaten Bangka. Adapun model pengembangan pariwisata tersebut dapat dilihat dalam beberapa
tahapan, antara lain: tahap awal (beginning), tahap pertengahan (middle), dan tahap lanjutan (advanced).
Dari ketiga tahapan tersebut, terdapat pergeseran strategi, dari strategi direktif menuju ke strategi non-
direktif. Pendekatan direktif merupakan pembentukan budaya pariwisata di masyarakat. Sedangkan
pendekatan non-direktif merujuk pada budaya pariwisata yang telah tertanam dalam aktifitas kehidupan
masyarakat, serta kesadaran dari masyarakat untuk menjaga keberlangsungan sumber daya alam di
sekitarnya. Kedua pendekatan tersebut (direktif dan non-direktif) menekankan pada pelibatan penuh kepada
masyarakat dalam proses pengembangan pariwisata.

Keywords: pariwisata, pariwisata berbasis masyarakat, pendekatan partisipatif

PENDAHULUAN negara. Di tahun 2017, secara global industri


Industri pariwisata saat ini menjadi salah pariwisata telah mengubah kehidupan jutaan
satu industri yang mempunyai peran cukup orang melalui mendorong pertumbuhan ekonomi,
penting dalam pembangunan nasional berbagai menciptakan lapangan kerja, mengurangi

155
Focus:
ISSN: 2620-3367 Vol. 1 No: 3 Hal: 155 - 165 Desember 2018
Jurnal Pekerjaan Sosial

kemiskinan, dan mempercepat pembangunan Kabupaten Bangka juga menunjukkan


serta penguatan toleransi (Crotti & Misrahi, peningkatan tiap tahunnya. Di tahun 2014
2017). Kondisi yang sama juga terjadi di terdapat 9 orang wisatawan mancanegara,
Indonesia di mana sektor pariwisata pada tahun kemudian berturut-turut di tahun 2015 dan 2016
2016 menunjukkan perkembangan dan kontribusi jumlah tersebut menjadi 48 orang dan 71 orang
yang terus meningkat dan semakin signifikan wisatawan mancanegara. Di sisi lain, jumlah
terhadap Product Domestic Brutto (PDB) nasional tenaga kerja di sektor pariwisata mengalami
sebesar 4,03% atau senilai Rp. 500,19 triliun, penurunan. Di tahun 2013 jumlah tenaga kerja di
dengan peningkatan devisa yang dihasilkan sektor pariwisata mencapai 501 orang, dan di
mencapai Rp. 176-184 triliun dan tenaga kerja tahun 2014 dan 2015 menurun menjadi 396
pariwisata sebanyak 12 juta orang (Kementrian orang dan 393 orang. Selain itu, pendapatan di
Pariwisata, 2016). sektor pariwisata di tahun 2016 yang tercatat
Melihat pada potensi tersebut, hanya sebesar Rp. 240 juta (Badan Pusat Statistik
pengembangan pariwisata mulai menjadi salah Kabupaten Bangka, 2017). Hal ini menjadi dasar
satu program unggulan dalam pembangunan diperlukannya suatu rencana pengembangan
daerah. Pembangunan pariwisata yang pariwisata yang sesuai dengan karakteristik
direncanakan dan dikelola secara berkelanjutan masyarakat di Kabupaten Bangka. Dengan kata
dengan berbasis pada masyarakat akan mampu lain, pariwisata yang dapat meningkatkan
memberikan kontribusi terhadap penerimaan pendapatan daerah sekaligus dapat membuka
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat.
lapangan kerja. Di samping itu, pembangunan Terkait dengan pengembangan pariwisata,
pariwisata juga dapat menciptakan pendapatan Page (2009)4 menyebutkan setidaknya terdapat 5
yang dapat digunakan untuk melindungi dan (lima) pendekatan dalam pengembangan
melestarikan budaya dan lingkungan dan secara pariwisata yaitu:
langsung menyentuh masyarakat setempat. 1) Boostern approach. Pendekatan ini
Salah satu daerah yang sedang giat dalam merupakan pendekatan sederhana yang
mengembangkan pariwisata adalah Kabupaten menjelaskan bahwa pariwisata sebagai
Bangka. Kabupaten Bangka memiliki sumber suatu akibat yang positif bagi suatu tempat
daya alam yang potensial dan menarik untuk berikut penghuninya. Namun demikian,
dikembangkan sebagai tujuan wisata seperti pendekatan ini tidak melihat adanya
kawasan pantai, sumber air panas, peninggalan pelibatan masyarakat dalam proses
sejarah, serta kawasan gunung dan perbukitan. perencanaan dan daya dukung wilayah tidak
Lebih lanjut, Kabupaten Bangka telah memiliki dipertimbangkan secara matang.
fasilitas yang mendukung sektor pariwisata 2) The economic industry approach.
seperti 21 hotel, dengan 6 hotel diantaranya Pendekatan pengembangan pariwisata lebih
merupakan hotel berbintang. Selain itu, jumlah menekankan pada tujuan ekonomi daripada
kunjungan wisatawan mancanegara ke tujuan sosial dan lingkungan, serta

156
Focus:
ISSN: 2620-3367 Vol. 1 No: 3 Hal: 155 - 165 Desember 2018
Jurnal Pekerjaan Sosial

menjadikan pengalaman dari pengunjung komponen seperti ekonomi, ekologi, politik, sosial,
dan tingkat kepuasan pengunjung sebagai budaya dan seterusnya. Ketika pariwisata
sasaran utama. dipandang sebagai sebuah sistem, maka analisis
3) The physical spatial approach. Pendekatan tentang kepariwisataan tidak bisa dilepaskan dari
pengembangan pariwisata ini mengacu pada subsistem yang lain, seperti politik, sosial ekonomi,
penggunaan lahan geografis dengan strategi budaya dan seterusnya. Subsistem tersebut
pengembangan berdasarkan prinsip memiliki hubungan saling ketergantungan dan
keruangan (spasial). Misalnya pembagian saling terkait (interconnectedness). Hal ini
kelompok pengunjung untuk menghidari menunjukkan bahwa perubahan pada salah satu
konflik antar pengunjung. subsistem akan menyebabkan juga terjadinya
4) The community approach. Pendekatan perubahan pada subsistem yang lainnya, sampai
pengembangan pariwisata yang akhirnya kembali ditemukan harmoni yang baru.
menekankan pada pelibatan masyarakat Pariwisata adalah sistem dari berbagai elemen
secara maksimal dalam proses yang tersusun seperti sarang laba-laba : “like a
pengembangan pariwisata. spider’s web- touch one part of it and
5) Sustainable approach. Pengembangan reverberations will be felt throughout” (Mill &
pariwisata dengan mempertimbangkan Marrison, 1985:19 dalam Philips and Pittman,
aspek keberlanjutan atau kepentingan masa 2009).
depan atas sumber daya serta dampak Pemahaman mengenai pariwisata sebagai
pembangunan ekonomi terhadap suatu sistem tersebut menunjukkan bahwa
lingkungan. terdapat banyak aktor yang terlibat serta memiliki
Penelitian ini bertujuan merumuskan model peran dalam menggerakkan sistem pariwisata.
pengembangan pariwisata berbasis masyarakat Aktor-aktor tersebut, baik individu maupun
di Kabupaten Bangka. Hal ini mengacu pada kelompok, disebut pula sebagai insan-insan
masih rendahnya keterlibatan masyarakat dalam pariwisata yang ada pada berbagai sektor yang
pengembangan pariwisata di Kabupaten Bangka. terkait dengan pariwisata. Secara umum, insan-
Dengan pendekatan berbasis masyarakat ini insan pariwisata dikelompokkan dalam tiga pilar
diharapkan munculnya sense of belonging utama, yaitu: (1) masyarakat, (2) swasta, dan (3)
masyarakat dalam sektor pariwisata di Kabupaten pemerintah. Pilar masyarakat merujuk pada
Bangka yang pada akhirnya memacu partisipasi masyarakat umum yang ada pada destinasi atau
masyarakat dalam pengembangan sector lokasi wisata, sebagai pemilik sah dari berbagai
pariwisata. sumber daya yang merupakan modal pariwisata
seperti kebudayaan. Termasuk didalamnya tokoh-
TINJAUAN PUSTAKA tokoh masyarakat, intelektual, Lembga Swadaya
Pariwisata merupakan suatu aktivitas yang Masyarakat, dan media massa. Pilar selanjutnya
kompleks yang dapat dipandang sebagai suatu adalah pilar swasta yaitu asosiasi usaha pariwisata
sistem yang besar, yang terdiri dari beragam dan para pengusaha yang terkait secara langsung

157
Focus:
ISSN: 2620-3367 Vol. 1 No: 3 Hal: 155 - 165 Desember 2018
Jurnal Pekerjaan Sosial

maupun tidak langsung dengan pariwisata. Pilar berbasis masyarakat. Seperti yang telah
terakhir adalah pemerintah yang memiliki disampaikan sebelumnya bahwa terdapat lima
wewenang pada berbagai wilayah administrasi, pendekatan dalam pengembangan pariwisata,
mulai dari pemerintah pusat, negara bagian, salah satunya adalah the community approach
provinsi, kabupaten, dan seterusnya (Pitana & atau pendekatan kemasyarakatan atau komunitas.
Gayatri, 2005). Untuk memahami pendekatan komunitas ini akan
Mengacu pada pandangan tersebut, maka digunakan pemahaman mengenai pengembangan
dapat disimpulkan bahwa pengembangan masyarakat atau community development.
pariwisata sepantasnya melibatkan ketiga pilar Diskusi tentang pengembangan
tersebut. Pengembangan pariwisata tidak hanya masyarakat telah menjadi isu yang berkembang
mengandalkan kemampuan bisnis dari pihak dalam kajian-kajian pembangunan. Beragam
swasta. Tanpa adanya dukungan dari pemerintah pendapat telah dikemukakan oleh para ahli untuk
maupun masyarakat, maka pengembangan bisnis menjelaskan tentang pengembangan masyarakat
pariwisata yang dijalankan oleh pihak swasta tidak ini, mulai dari definisi, sejarah, prinsip, hingga
dapat berjalan lancar. Begitupula pengembangan strategi dalam pengembangan masyarakat. Dari
pariwisata yang hanya dikelola oleh pemerintah, sekian banyak pandangan tersebut, untuk
tanpa melibatkan pilar lainnya. Pemerintah akan menjelaskan keterkaitan antara pengembangan
mengalami kesulitan dalam peningkatan investasi masyarakat dengan pengembangan pariwisata
dan modal dalam pengembangan pariwisata dapat dilihat dari pandangan Dunham tentang
tersebut. Namun, hal yang paling penting adalah fokus pada pengembangan masyarakat. Dunham
keterlibatan dari pilar masyarakat yang selama ini (dalam Adi, 2007)7 menyebutkan bahwa
sering kali diabaikan dalam pengembangan community development lebih memfokuskan diri
pariwisata. Akibatnya masyarakat, terutama pada pengembangan kehidupan ekonomi,
mereka yang tinggal di wilayah atau destinasi prasarana fisik, pembangunan di bidang kesehatan
wisata sering kali tidak ikut merasakan manfaat dan kesejahteraan dalam arti sempit. Dengan
dari pengembangan pariwisata di sekitar mereka. demikian, berdasarkan pandangan Dunham
Jikapun terlibat maka peran yang mereka jalankan tersebut, maka sektor pariwisata termasuk dalam
sangat minimal sehingga tidak berdampak fokus kajian pengembangan masyarakat. Seperti
signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa sektor
local. Pada beberapa kasus, masyarakat local di pariwisata dipandang sebagai sebuah sistem yang
sekitar destinasi wisata hanya menjadi penonton di dalamnya terdapat subsistem-subsistem lain,
sementara pada saat yang sama mereka terkena yang salah satunya adalah bidang ekonomi.
berbagai dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan Pemahaman lain mengenai
yang negative akibat dari pengembangan wisata pengembangan masyarakat, dapat dilihat dari
di daerah mereka (Anuar & Sood, 2017). pendapat Sanders (1970)8 yang menyebutkan
Kondisi tersebut memunculkan pandangan terdapat empat cara pandang terhadap
tentang pentingnya pengembangan pariwisata pengembangan masyarakat. Empat cara tersebut

158
Focus:
ISSN: 2620-3367 Vol. 1 No: 3 Hal: 155 - 165 Desember 2018
Jurnal Pekerjaan Sosial

antara lain pengembangan masyarakat sebagai pembuat analisis, sehingga mereka memiliki
sebuah proses, metode, program, dan gerakan. kesempatan yang luas untuk mencapai tujuan yang
Pengembangan masyarakat sebagai sebuah diharapkan dengan cara-cara yang paling sesuai
proses, menunjukkan bahwa pengembangan dengan mereka.
masyarakat dilihat sebagai suatu proses yang
bergerak dari satu tahap ke tahap yang lain, atau METODE
dari satu kondisi kepada kondisi selanjutnya; yang Penelitian menggunakan pendekatan
berarti pergerakan yang progresif dengan kriteria deskriptif kualitatif untuk mendapatkan gambaran
yang spesifik. Kemudian sebagai sebuah metode, secara mendalam mengenai pengalaman individu-
pengembangan masyarakat dipandang sebagai individu dalam pengembangan pariwisata berbasis
alat untuk mencapai tujuan. Pengembangan masyarakat. Hal ini sejalan dengan pendapat Rubin
masyarakat dipandang sebagai sebuah program and Babbie (2008) : “qualitative research methods
ketika pengembangan masyarakat tersebut attempt to tap deeper meanings of particular
memiliki seperangkat prosedur dan sederet human experiences and are intended to generate
aktifitas. Selanjutnya pengembangan masyarakat qualitative data: theoritically richer observations
dipandang sebagai sebuah gerakan ketika that are not easily reduced to numbers”.
pengembangan masyarakat diarahkan sebagai Pengumpulan data dalam kegiatan ini
penjabaran dari nilai-nilai dan tujuan. terdiri dari data sekunder dan data primer. Data
Selain dari pandangan Sanders, dapat sekunder berupa dokumen-dokumen terkait
dilihat pula pendapat lain yang menjelaskan dengan kebijakan dan program pengembangan
tentang pendekatan dalam pengembangan pariwisata yang diterapkan oleh Pemerintah
masyarakat. Batten (dalam Adi, 2012) Kabupaten Bangka. Sedangkan data primer
menyebutkan setidaknya terdapat dua pendekatan diarahkan untuk menggali informasi secara
dalam pengembangan masyarakat, yaitu langsung di lapangan terkait dengan
pendekatan yang direktif (instruktif), dan pengembangan pariwisata berbasis masyarakat,
pendekatan yang non-direktif (partisipatif). Pada yang dilakukan dengan cara menggunakan
pendekatan direktif, biasanya efektif untuk wawancara mendalam serta melakukan Focused
mencapai tujuan-tujuan jangka pendek dan Group Discussion. Informan penelitian berjumlah
bersifat pada pencapaian penyelesaian masalah 20 orang yang dipandang memiliki pengetahuan
yang substantif. Pendekatan direktif ini dirasakan dan informasi mengenai pengembangan pariwisata
kurang efektif ketika sasarannya adalah perubahan di kawasan Pantai Rambak dan Pantai Rebo,
yang mendasar seperti pengetahuan, keyakinan, kecamatan Sungailiat. Informan tersebut terdiri
sikap, dan niat individu. Di sisi lain, pendekatan dari aparat pemerintahan Kabupaten Bangka,
non-direktif lebih menekankan pada penempatan aparat Kecamatan Sungai Liat, aparat
masyarakat sebagai pelaku utama dalam upaya pemerintahan desa, tokoh masyarakat, serta
perubahan yang terjadi dalam diri mereka. Pada masyarakat local yang ada di kawasan Pantai
pendekatan ini masyarakat menjadi penentu dan Rambak dan Pantai Rebo. Lokasi penelitian

159
Focus:
ISSN: 2620-3367 Vol. 1 No: 3 Hal: 155 - 165 Desember 2018
Jurnal Pekerjaan Sosial

difokuskan pada kawasan Pantai Rambak dan yang juga terkait dengan pariwisata itu sendiri.
kawasan Pantai Rebo mengingat pengembangan Misalnya usaha pengembangan makanan olahan
kedua pantai tersebut masih sangat minimal hasil laut, kerajinan tangan, dan lainnya. Industri
meskipun sangat berpotensi menjadi tujuan wisata kuliner sebagai salah satu faktor yang dapat
nasional dan mancanegara. mempengaruhi pertumbuhan industri pariwisata
juga semakin berkembang dengan semakin
HASIL DAN PEMBAHASAN meningkatnya partisipasi masyarakat di dalamnya.
Pengembangan pariwisata di kawasan Kabupaten Bangka saat ini telah dikenal sebagai
Pantai Rambak dan Pantai Rebo pada dasarnya salah satu pusat kuliner olahan laut, dimulai dari
merupakan potret upaya pengembangan sektor beragam makanan laut segar (seafood) sampai
pariwisata di Kabupaten Bangka secara dengan hasil olahan seperti krupuk, kemplang,
keseluruhan. Kajian ini dilakukan untuk empek-empek, otak-otak, tekwan, mie koba, dan
menghasilkan sebuah model alternatif yang dapat lainnya. Selain industri kuliner, sektor transportasi
diterapkan dalam pengembangan pariwisata di juga mengalami perkembangan, seiring dengan
wilayah Kabupaten Bangka. Salah satu unsur masuknya Kabupaten Bangka sebagai salah satu
penting dalam pengembangan pariwisata adalah destinasi wisata nasional. Penerbangan dari
pelibatan masyarakat dalam pelaksanaan Jakarta ke Pangkal Pinang juga mengalami
pengembangan pariwisata. Hal ini dilakukan peningkatan di mana hampir semua maskapai
dengan tujuan agar masyarakat tidak hanya jadi besar nasional membuka jalur penerbangan ini
penonton, namun dapat turut menjadi aktor dalam dengan frekuensi penerbangan dari Jakarta
pengembangan pariwisata di wilayahnya. minimal 7 kali sehari, belum termasuk
Dari hasil temuan lapangan diketahui penerbangan dari dan ke Palembang, Tanjung
gambaran mengenai pertumbuhan industri Pandan, dan sebagainya. Tentunya hal ini akan
pariwisata di Kabupaten Bangka. Dalam kurun menjadi salah satu faktor yang dapat mendorong
waktu sepuluh tahun terakhir, industri pariwisata semakin banyaknya wisatawan yang datang ke
menjadi salah satu ujung tombak dalam kegiatan Kabupaten Bangka.
ekonomi masyarakat seiring dengan menurunnya Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten
mata pencaharian masyarakat pada sektor Bangka tersebut juga tidak lepas dari
pertambangan timah. Pembatasan area dan pembangunan infrastruktur yang terus berjalan di
aktivitas tambang timah rakyat yang diterapkan Kabupaten Bangka. Penyelesaian jalur lintas
oleh pemerintah telah mempersempit kesematan (bypass) dari Kota Pangkal Pinang menuju Sungai
kerja di bidang tersebut sehingga masyarakat Liat misalnya, selain dapat mengurangi jarak
berusaha mencari sector alternative. tempuh juga dapat membuka akses-akses
Bidang kerja sector parawisata yang pemukiman baru. Pembangunan infrastruktur ini
dimasuki oleh masyarakat tidak hanya terbatas juga mendorong sektor properti untuk
pada bidang pekerjaan langsung seperti pekerja mengembangkan pemukiman-pemukiman baru di
hotel, akan tetapi juga pada bidang pekerjaan lain Kabupaten Bangka. Selain pembangunan jalan,

160
Focus:
ISSN: 2620-3367 Vol. 1 No: 3 Hal: 155 - 165 Desember 2018
Jurnal Pekerjaan Sosial

ketersediaan fasilitas umum seperti Rumah Sakit pencaharian penduduk. Masyarakat Kabupaten
Daerah yang dibangun pemerintah Provinsi Bangka Bangka, pada umumnya merupakan masyarakat
Belitung juga dapat dikatakan sebagai salah satu petani perkebunan lada atau tanaman keras
indikator yang menunjukkan pertumbuhan lainnya dan nelayan. Hanya sebagian kecil
ekonomi di Kabupaten Bangka. masyarakat yang bekerja sebagai pegawai di
Lebih lanjut, untuk memahami kondisi perusahaan timah. Namun, seiring dengan
sosial ekonomi masyarakat di Kabupaten Bangka meningkatnya kebutuhan masyarakat, terjadi
juga tidak dapat dilepaskan dari industri perubahan pola mata pencaharian. Masyarakat
pertambangan timah. Pertambangan timah sudah yang tadinya berprofesi sebagai petani dan nelayan
menjadi bagian dari aktifitas masyarakat banyak yang meninggalkan profesi tersebut,
Kabupaten Bangka sejak jaman kolonial. Bahkan, mereka beralih profesi menjadi penambang liar.
sisa-sisa kejayaan pertambangan timah pada Aktivitas penambangan timah dirasakan
jaman kolonial tersebut masih dapat dilihat baik masyarakat lebih menjanjikan dibandingkan
dari bangunan (perumahan bergaya kolonial, dengan berprofesi sebagai petani dan nelayan. Jika
pergudangan, maupun smelter), maupun dari dilihat dari segi pendapatan, penambangan timah
koleksi Museum Timah. Kabupaten Bangka seolah- memang jauh lebih baik dibandingkan dengan
olah sudah ditakdirkan sebagai penghasil timah nelayan atau petani. Namun, jika dilihat dari
terbesar di Indonesia, di mana pasir timah dapat keberlanjutan, penambangan timah cenderung
dengan mudah ditemukan baik di darat maupun di lebih rentan dibandingkan dengan nelayan dan
laut. Pengelolaan tambang timah, di jaman kolonial petani. Masyarakat saat ini juga sudah mulai
dilakukan oleh perusahaan-perusahaan tambang menyadari akan hal tersebut, sehingga kurang
milik Belanda. Kemudian, sejak jaman lebih sejak tahun 2010 banyak masyarakat asli
kemerdekaan, pengelolaan timah di Kabupaten Kabupaten Bangka yang kemudian kembali
Bangka dipegang oleh PN Timah (selanjutnya menjadi petani dan nelayan.
dikenal sebagai PT Timah) sebagai perusahaan Melihat pada fenomena tersebut, dapat
milik negara yang mendapatkan mandat untuk dikatakan bahwa masyarakat Kabupaten Bangka
melakukan pertambangan timah. Namun, merupakan masyarakat yang mudah beradaptasi
semenjak era reformasi, penambangan timah tidak dengan perubahan yang terjadi. Hal ini menjadi
lagi didominasi oleh perusahaan resmi. Banyak faktor penguat bagi pemerintah daerah apabila
penambangan-penambangan yang dikelola ingin mengembangkan industri pariwisata di
langsung oleh masyarakat. kondisi ini mendorong Kabupaten Bangka. Kebijakan ini dirasakan akan
banyaknya tenaga kerja di pertambangan timah didukung oleh masyarakat, karena masyarakat
yang berasal dari luar Kabupaten Bangka. akan mudah beradaptasi dengan perubahan yang
Pertambangan timah di Kabupaten Bangka terjadi. Kesiapan masyarakat juga dapat menjadi
juga mempengaruhi jenis pekerjaan masyarakat. faktor yang memperkuat kebijakan pemerintah
Dari hasil penelitian juga menunjukkan bahwa daerah tersebut. Masyarakat sudah siap apabila
pasca reformasi telah terjadi pergeseran mata sektor pariwisata dikembangkan di daerah mereka.

161
Focus:
ISSN: 2620-3367 Vol. 1 No: 3 Hal: 155 - 165 Desember 2018
Jurnal Pekerjaan Sosial

Dalam artian profesi atau mata pencaharian masyarakat menyebutkan adanya prasyarat yang
masyarakat; yang sebelumnya didominasi oleh harus diperhatikan untuk mengelola pantai
petani, nelayan, dan penambang timah; akan Rambak dan Rebo. Prasyarat penting antara lain
menyesuaikan dengan arah kebijakan menyangkut keterlibatan masyarakat dalam
pengembangan pembangunan yang dikeluarkan pengelolaan tersebut. Selama ini masyarakat
oleh pemerintah daerah tersebut. belum terlibat dalam pengelolaan pariwisata secara
Sektor pariwisata juga dipandang terintegrasi dengan konsep kepariwisataan di
masyarakat sebagai salah satu potensi yang Kabupaten Bangka. Selama ini pengelolaan wisata
dimiliki Kabupaten Bangka. Oleh karena itu, pantai yang dikelola secara ekslusif oleh beberapa
masyarakat mendukung dengan kebijakan investor, dinilai belum memberikan dampak yang
pemerintah yang akan mengelola objek-objek signifikan terhadap perekonomian masyarakat.
wisata yang ada di wilayahnya. Masyarakat berpikir Masyarakat mengharapkan potensi-potensi dalam
bahwa selama ini mereka memiliki pontensi pengelolaan bahan makanan laut, keterampilan
sumberdaya alam maupun keterampilan yang yang mereka miliki, maupun keseharian mereka
dapat mendukung dalam upaya peningkatan sektor sebagai masyarakat dapat menjadi bagian dalam
pariwisata di Kabupaten Bangka. Secara khusus, wisata itu sendiri.
masyarakat di wilayah Pantai Rambak dan Pantai Selain itu masyarakat memandang bahwa
Rebo juga menyatakan siap untuk mendukung budaya beorientasi melayani (service oriented)
kebijakan pemerintah daerah dalam mengelola yang diperlukan dalam pengembangan sector jasa
objek wisata di wilayah mereka. Mereka parawisata masih cukup asing di kalangan
menekankan kepada pengelolaan potensi sumber masyarakat. Padahal pengembangan wisata, selain
daya alam Kabupaten Bangka, yang didukung oleh keberadaan sumber tujuan wisata
memperhatikan kepentingan masyarakat serta yang indah dan menarik juga harus didukung
tetap mengedepankan nilai dan budaya dengan keberadaan sumber daya dan masyarakat
masyarakat. yang ramah, peduli, melayani, dan sebagainya.
Masyarakat sangat menyadari kawasan Perubahan orientasi ini harus menjadi prasyarat
pantai yang dimiliki oleh Kabupaten Bangka sangat jika pengembangan wisata akan dijadikan sebagai
indah dan memiliki potensi untuk dikembangkan sector strategis yang melibatkan masyarakat. Hal
serta membawa dampak yang positif bagi ini juga diakui oleh pemerintah daerah yang
perekonomian masyarakat. Masyarakat akan menegaskan urgensi rekayasa sosial di dalam
sangat antusias dengan bentuk pengelolaan pantai membangun tatanan dan kapasitas masyarakat
yang lebih baik. Arti “baik” dalam kacamata berserta pelaku usaha wisata lainnya.
masyarakat adalah memberikan dampak positif Melihat pada hasil temuan lapangan
bagi perkembangan perekonomian masyarakat mengenai kondisi sosial budaya masyarakat,
setempat. kondisi lingkungan serta sumber daya alam yang
Belajar dari pengelolaan wisata pantai ada, dapat dilakukan analisis mengenai potensi dan
yang selama ini telah berdiri di Kabupaten Bangka, ancaman terkait dengan industri pariwisata di

162
Focus:
ISSN: 2620-3367 Vol. 1 No: 3 Hal: 155 - 165 Desember 2018
Jurnal Pekerjaan Sosial

Kabupaten Bangka. Selanjutnya hasil analisis akan Masyarakat masih harus diarahkan untuk bertindak
menjadi fondasi dalam pembentukan suatu model dan berperilaku yang mendukung pariwisata. Hal
pengembangan pariwisata yang memberikan ini akan menjadi lebih mudah ketika memahami
manfaat secara optimal bagi seluruh pihak yang karakter masyarakat yang cenderung adaptif
terlibat di dalamnya, antara lain pemerintah, terhadap perubahan.
swasta, maupun masyarakat. Pemerintah dan swasta harus bekerjasama
Model pengembangan pariwisata dengan dalam pengembangan pariwisata. Kerjasama ini
menggunakan pendekatan pengembangan akan menumbuhkan jaminan keberlanjutan
masyarakat merupakan salah satu alternatif yang (sustainability) program dan secara tidak langsung
dapat dilaksanakan di Kabupaten Bangka juga akan menciptakan kepercayaan di mata
berdasarkan hasil kajian lapangan yang telah masyarakat. Sebab pada tahap ini masyarakat
dilakukan. Di dalam model ini juga akan melibatkan sudah mulai merasakan manfaat dari industri
aktor-aktor yaitu pemerintah, swasta, dan pariwisata yang ada di tempat tinggal mereka.
masyarakat. Masing-masing aktor tersebut Kondisi ini akan menumbuhkan kesadaran untuk
diharapkan melakukan suatu tindakan bersama terus mempertahankan ataupun memperkuat
sesuai dengan peranannya masing-masing. Pada posisi mereka melalui serangkaian aktivitas dalam
model ini juga memberikan penekanan pada dunia pariwisata. Ketika masyarakat merasakan
pemberian peran kepada masyarakat yang manfaat dari keberadaan industri pariwisata
semakin besar pada akhirnya. tersebut, maka akan muncul sense of belonging
Model pengembangan pariwisata dengan atau rasa memiliki terhadap industri pariwisata
pendekatan pengembangan masyarakat tersebut sebagai bagian dari diri dan hidupnya.
dapat dilihat dalam beberapa tahapan, antara lain: Selanjutnya, pada tahap lanjutan
tahap awal (beginning), tahap pertengahan (advanced) sudah mulai terlihat adanya
(middle), dan tahap lanjutan (advanced). Tahapan keseimbangan peran antara aktor-aktor yang
tersebut menunjukkan adanya pergeseran dalam terlibat dalam industri pariwisata. Hubungan
proses pengembangan pariwisata. Pada tahap awal antara pemerintah, swasta, dan masyarakat
(beginning), peran pemerintah menjadi sangat semakin erat dan seimbang antara satu dan
sentral. Mengingat pemerintah memiliki visi dan lainnya. Pada kondisi ini, industri pariwisata
misi dalam pembangunan daerah, sehingga diharapkan tidak saja menguntungkan bagi pihak
komitmen pemerintah dalam pengembangan swasta, ataupun peningkatan Pendapatan Asli
pariwisata sudah tercantum dalam misi Daerah (PAD) semata. Akan tetapi, di tahap ini
pembangunan daerah. Selain itu, pada tahap awal sektor pariwisata juga sudah memberikan manfaat
ini, peran dan partisipasi masyarakat masih belum bagi masyarakat umum. Budaya pariwisata juga
terlihat. Pendekatan pengembangan masyarakat telah tertanam dalam aktifitas kehidupan
masih menggunakan strategi direktif (instruktif). masyarakat, serta kesadaran dari masyarakat
Pendekatan direktif ini akan diarahkan untuk untuk menjaga keberlangsungan sumber daya
pembentukan budaya pariwisata di masyarakat. alam di sekitarnya. Pada tahap ini, pendekatan

163
Focus:
ISSN: 2620-3367 Vol. 1 No: 3 Hal: 155 - 165 Desember 2018
Jurnal Pekerjaan Sosial

pengembangan masyarakat telah bergeser, dari 3. Model pengembangan pariwisata


direktif (instruktif) menjadi non-direktif dengan pendekatan pengembangan
(partisipatif). masyarakat dapat dilakukan dengan
Secara sederhana pergeseran dari masing- melalui tiga tahapan yaitu tahap awal,
masing tahapan tersebut dapat dilihat pada skema tahap pertengahan, dan tahap lanjutan.
di bawah ini. Di tahap awal, strategi yang dilakukan
adalah strategi direktif (instruktif).
Gambar 1. Model Pengembangan Pariwisata Strategi ini kemudian bergeser menjadi
dengan Pendekatan Pengembangan Masyarakat setengah direktif dan setengah non-
direktif di tahap pertengahan.
Kemudian di tahap lanjutan, strategi
yang dilakukan adalah strategi non-
direktif (partisipatif).

DAFTAR PUSTAKA
Adi, I.R. (2012). Intervensi Komunitas dan
Pengembangan Masyarakat. Jakarta :
Raja Grafindo Persada.
Sumber : Diolah dari Hasil Penelitian, 2015

Adi, I.R. (2017). Perencanaan Partisipatoris


KESIMPULAN
Berbasis Aset Komunitas : Dari Pemikiran
Kesimpulan yang dapat ditarik dari
Menuju Penerapan. Jakarta : FISIP UI
hasil penelitian mengenai pengembangan
Press.
pariwisata berbasis masyarakat di Kabupaten
Bangka ini antara lain :
Anuar, A.N.A. & Sood, N.A.A. (2017). Community
1. Pengembangan pariwisata dapat
based tourism: Understanding, benefits
dilakukan dengan menggunakan
and challenges. Journal of Tourism and
pendekatan masyarakat (the
Hospitality, 6(1). DOI: 10.4172/2167-
community approach). Pendekatan ini
0269.1000263.
menekankan pada pelibatan penuh
kepada masyarakat dalam proses
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bangka. 2017.
pengembangan pariwisata.
Kabupaten Bangka Dalam Angka 2017.
2. Pendekatan pengembangan
masyarakat (community development)
Crotti, R. & Mirashi, T. (Eds.). (2017). The Travel
dapat digunakan untuk membangun
and Tourism Competitiveness Report.
model pengembangan pariwisata di
Genewa : World Economic Forum.
kawasan Pantai Rambak dan Pantai
Rebo Kabupaten Bangka.

164
Focus:
ISSN: 2620-3367 Vol. 1 No: 3 Hal: 155 - 165 Desember 2018
Jurnal Pekerjaan Sosial

Fennel, D.A (1999). Ecotourism : An Introduction.


United Kingdom : Routledge.

Kementrian Pariwisata. (2017). Laporan


Akuntabilitas Kinerja Kementerian
Pariwisata Tahun 2016. Jakarta: Biro
Perencanaan dan Keuangan Sekretariat
Kementerian.

Page, S. (2009). Tourism Management : Managing


for Change. Burlington, MA: Elsevier Ltd.

Phillips, R. & Pittman, R. (2009). An Introduction to


Community Development. Routledge.

Pitana, I.G. & Gayatri, P.G. (2005). Sosiologi


Pariwisata. Yogyakarta: Andi Offset.

Rubin, A. & Babbie, E. (2008). Research Methods


for Social Work. Belmont,CA :
Brooks/Cole.

Sanders, I.T. (1970). The Concept of Community


Development. Dalam Community
Development as a Process. Leo J. Cary.
(Ed.).

Columbia, MO: University of Missouri Press.

165

Anda mungkin juga menyukai