Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PARASITOLOGI – I

CACING GELANG ( Ascaris lumbricoides )

DOSEN MATA KULIAH

Liza Mutia, SKM, M. Biomed

DISUSUN OLEH

Khoirunnisa Suganda

P07534020058

TLM Tingkat II – B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN MEDAN

JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah memberikan kesempatan
waktu dan kesempatan fisik pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Cacing Gelang (
Ascaris lumbricoides ) ” tepat waktu.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Ibu Liza Mutia, SKM, M. Biomed selaku
dosen mata kuliah Parasitologi-I di Poltekkes Kemenkes Medan. Selain itu, penulis juga
berharap makalah ini dapat menambah wawasan bagi saya sebagai penulis dan bagi para
pembaca.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Liza Mutia, SKM,
M. Biomed selaku dosen Patofisiologi-I di Poltekkes Kemenkes Medan. Karena, tugas yang
telah diberika ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang dipelajari.
Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari, makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan diterima demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, 19 Agustus 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ 2


DAFTAR ISI........................................................................................................................................... 3
BAB I ...................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 4
A. LATAR BELAKANG MASALAH............................................................................................ 4
B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................................................ 4
C. TUJUAN PEMBAHASAN......................................................................................................... 4
BAB II..................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 5
A. Cacing Gelang ( Ascaris lumbricoides ) ..................................................................................... 5
B. Klasifkasi dan Morfologi Cacing Gelang ( Ascaris lumbricoides ) ............................................ 5
C. Siklus Hidup Cacing Gelang ( Ascaris lumbricoides ) ............................................................... 7
D. Patologi dan Gambaran Klinis Cacing Gelang (Ascaris lumbricoides) ...................................... 8
E. Diagnosis Cacing Gelang ( Ascaris lumbricoides ) .................................................................... 9
F. Pencegahan dan Pengobatan Cacing Gelang ( Ascaris lumbricoides ) ....................................... 9
G. Epidemiologi dan Patofisiologi Cacing Gelang ( Ascaris lumbricoides )................................. 10
BAB III ................................................................................................................................................. 12
PENUTUP ............................................................................................................................................ 12
A. KESIMPULAN ......................................................................................................................... 12
B. SARAN ..................................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 13
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Ascaris lumbricoides adalah nama latin dari cacing gelang yang hidup di perut atau
usus manusia. Cacing gelang adalah penyebab penyakit ascariasis alias cacingan pada
manusia. Cacing gelang termasuk parasit dalam tubuh manusia dari jenis roundworms.
Cacing ini umumnya berada pada lingkungan yang tidak bersih dan tinggal di wilayah
yang beriklim hangat.

Panjang cacing gelang dewasa yang berkembang biak di usus manusia bisa lebih dari
30 sentimeter (cm). Itu sebabnya, cacing gelang besar ini dapat dilihat dengan mata
telanjang. Apabila tidak segera diobati, penyakit cacingan atau ascariasis dapat
menyebabkan gangguan kesehatan yang serius, seperti penyumbatan serta luka pada usus.

Ascaris lumbricoides termasuk dalam kelompok soil transmitted helminth dalam usus
manusia yang masih menjadi masalah di Indonesia. Prevalensi infeksi cacing yang terjadi
melalui media tanah adalah sebesar 8,7 80%. Ascaris lumbricoides ditemukan di daerah
beriklim panas dengan kelembaban yang tinggi, sanitasi yang jelek dan dapat ditemukan
pada semua umur tetapi lebih sering pada anak-anak usia 5 sampai 10 tahun.

Terdapatnya cacing Ascaris dewasa dalam jumlah yang besar di usus halus dapat
menyebabkan abdominal distension dan rasa sakit. Keadaan ini dapat menyebabkan
lactose intolerance, malabsorpsi dari vitamin A dan nutrisi lainnya serta kehilangan darah
sehingga menurunkan kualitas sumber daya manusia.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu cacing gelang ( Ascaris lumbricoides ) ?
2. Bagaimana klasifikasi dan morfologi cacing gelang ( Ascaris lumbricoides ) ?
3. Bagaimana siklus hidup cacing gelang ( Ascaris lumbricoides ) ?
4. Bagaimana patologi dan gambaran klinis cacing gelang ( Ascaris lumbricoides ) ?
5. Bagaimana diagnosis cacing gelang ( Ascaris lumbricoides ) ?
6. Bagaimana pencegahan dan pengobatan cacing gelang ( Ascaris lumbricoides ) ?
7. Bagaimana epidemiologi dan patofisiologi cacing gelang ( Ascaris lumbricoides ) ?

C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Untuk menambah pengetahuan seputar nematoda usus khususnya pada cacing gelang
( Ascaris lumbricoides ).
2. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Patofisiologi-I.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Cacing Gelang ( Ascaris lumbricoides )

Gambar cacing gelang ( Ascaris lumbricoides )

Ascaris lumbricoides adalah nematoda usus atau cacing usus yang ditularkan melalui
tanah (soil transmitted helminth) yang dapat meyebabkan penyakit ascariasis, cacing ini
disebut juga dengan cacing gelang. Dalam periode hidupnya cacing ini memerlukan tanah
untuk berkembang dan penularan cacing ini melalui perantara tanah.

B. Klasifkasi dan Morfologi Cacing Gelang ( Ascaris lumbricoides )


1) Klasifikasi cacing gelang ( Ascaris lumbricoides )
Kingdom : Animalia
Filum : Nemathelminthes
Kelas : Secernentea
Ordo : Ascaridida
Famili : Ascarididae
Genus : Ascaris
Spesies : Ascaris lumbricoides

2) Morfologi cacing gelang ( Ascaris lumbricoides )

Gambar cacing Ascaris lumbricoides jantan dan betina


Cacing nematoda ini adalah cacing berukuran besar, berwarna putih kecoklatan atau
kuning pucat. Cacing jantan berukuran panjang antara 10-31 cm, sedangkan cacing betina
panjang badannya antara 22-35 cm. Kutikula yang halus bergaris-garis tipis menutupi
seluruh permukaan badan cacing. Ascaris lumbricoides mempunyai mulut dengan tiga
buah bibir, yang terletak sebuah di bagian dorsal dan dua bibir lainnya terletak subventral.

Selain ukurannya lebih kecil dari pada cacing betina, cacing jantan mempunyai ujung
posterior yang runcing, dengan ekor melengkung kearah ventral. Di bagian posterior ini
terdapat 2 buah spikulum yang ukuran panjangnya sekitar 2 mm, sedangkan di bagian
ujung posterior cacing terdapat juga banyak papil-papil yang berukuran kecil. Bentuk
tubuh cacing betina membulat (conical) dengan ukuran badan lebih besardan lebih
panjang dari pada cacing jantan dan bagian ekor yang lurus, tidak melengkung.

Cacing dewasa hidup dalam jangka waktu ±10 – 24 bulan. Cacing dewasa
dilindungi oleh pembungkus agar tidak tercerna di sistem pencernaan manusia. Cacing
ini juga memiliki sel-sel otot somatik yang besar dan memanjang sehingga mampu
mempertahankan posisinya di dalam usus kecil. Jika otot somatik tersebut lumpuh
oleh obat cacing, maka cacing akan mudah keluar melalui anus karena gerakan
peristaltic di usus.

Cacing betina mampu bertahan hidup selama 1- 2 tahun dan memproduksi 26


juta telur selama hidupnya dengan 100.000 – 200.000 butir telur per hari yang terdiri
dari telur yang telah dibuahi (fertilized), dan yang tidak dibuahi (unfertilized).

Gambar telur Ascaris lumbricoides yang telah dibuahi (fertilized)

Telur yang telah dibuahi berbentuk bulat atau oval dengan permukaaan tidak
teratur, memiliki lapisan yang tebal, dan berwarna kuning kecoklatan dengan ukuran
60 - 45µm. Pada telur ini, terdapat lapisan tebal albumin dan lapisan dalamnya yang
terdapat selubung vitelin tipis namun cukup kuat, kedua lapisan tersebut berfungsi
sebagai pelindung terhadap situasi lingkungan yang tidak sesuai sehingga telur dapat
bertahan hidup di tanah sampai dengan berbulanbulan bahkan bertahun-tahun. Telur
yang telah dibuahi ini berisikan embrio regular yang tidak bersegmen. Dalam
lingkungan yang sesuai yakni di tanah liat, dengan kelembaban tinggi, dan suhu yang
sesuai, dapat terjadi pematangan telur atau larva.

Gambar telur Ascaris lumbricoides yang tidak dibuahi (unfertilized)

Telur yang tidak dibuahi adalah telur yang dihasilkan oleh cacing betina yang
tidak subur ataupun terlalu cepat dikeluarkan oleh cacing betina yang subur, telur
tersebut berbentuk memanjang, terkadang segitiga dengan lapisan yang tipis dan
berwarna coklat, lalu berukuran 90–40 πm. Telur yang berwarna kecoklatan ini
akibat pengaruh dari pigmen empedu di saluran cerna dan tidak terdapatnya rongga
udara.

C. Siklus Hidup Cacing Gelang ( Ascaris lumbricoides )

Gambar Siklus hidup cacing gelang ( Ascaris lumbricoides )

Ascaris lumbricoides dewasa hidup di dalam usus, cacing betina mampu bertelur rata-
rata 200.000 butir perhari, telur ini kemudian keluar dari tubuh hospes bersama tinja.
Apabila ditanah kondisinya menguntungkan dalam jangka waktu 3 minggu akan menjadi
infektif. Apabila telur infektif tertelan manusia telur akan menetas menjadi larva
rhabditiform di usus, kemudian larva akan menembus dinding usus dan masuk ke vena
atau pembuluh limfe, ikut dalam sirkulasi darah, ke jantung dan kemudian sampai paru-
paru.
Dalam kapiler alveoli larva rhabditiform kemudian menembus dinding alveoli, masuk
ke rongga alveoli, bergerak ke atas menuju bronkhus dan sampai glottis. Kemudian dari
glottis larva tertelan masuk esofagus dan tumbuh menjadi dewasa di usus. Lama siklus
hidup cacing ini dari terjadinya infeksi sampai cacing dewasa bertelur memerlukan waktu
sekitar 2 bulan, dan cacing dewasa dapat hidup selama 12 – 18 bulan.

D. Patologi dan Gambaran Klinis Cacing Gelang (Ascaris lumbricoides)


Kelainan klinik dapat disebabkan larva maupun cacing dewasa Ascaris lumbricoides.
Patologi dan gambaran klinis yang terjadi disebabkan oleh :

1) Migrasi larva
Kelainan akibat larva yaitu demam selama beberapa hari pada periode larva
menembus dinding usus dan bermigrasi akhirnya sampai ke paru. Biasanya pada waktu
tersebut ditemukan eosinofilia pada pemeriksaan darah. Foto thoraks menunjukkan
adanya infiltrat yang menghilang dalam waktu 3 minggu. Keadaan ini disebut Sindrom
Loeffler yang hanya ditemukan pada orang yang pernah terpajan dan rentan terhadap
antigen Ascaris atau bilamana terdapat infeksi berat.

Pada penderita penyakit yang juga disebut pneumonitis Ascaris, dapat ditemukan
gejala ringan seperti batuk ringan sampai pneumonitis berat yang berlangsung selama 2- 3
minggu. Kumpulan gejala termasuk batuk, mengi, sesak nafas, agak meriang, sianosis,
takikardi, rasa tertekan pada dada atau sakit dada, dan di dalam dahak kadang-kadang ada
darah. Gejala-gejala berlangsung selama 7-10 hari dan menghilang secara spontan pada
waktu larva bermigrasi keluar paru.

2) Cacing dewasa
Terdapatnya cacing Ascaris dewasa dalam jumlah yang besar di usus halus dapat
menyebabkan abdominal distension dan rasa sakit. Keadaan ini juga dapat menyebabkan
lactose intolerance, malabsorpsi dari vitamin A dan nutrisi lainnya. Hepatobiliary dan
pancreatic ascariasis terjadi sebagai akibat masuknya cacing dewasa dari duodenum ke
orificium ampullary dari saluran empedu, timbul kolik empedu, kolesistitis, kolangitis,
pankreatitis dan abses hepar.

Jumlah cacing yang banyak sangat berhubungan dengan terjadinya malnutrisi, defisit
pertumbuhan dan gangguan kebugaran fisik, di samping itu masa cacing itu sendiri dapat
menyebabkan obstruksi. Hidup dalam rongga usus halus manusia mengambil makanan
terutama karbohidrat dan protein, seekor cacing akan mengambil karbohidrat 0,14 g/hari
dan protein 0,035 g/hari.
E. Diagnosis Cacing Gelang ( Ascaris lumbricoides )
Cara menegakkan diagnosis Ascariasis biasanya melalui pemeriksaan laboratorium
karena gejala klinis dari penyakit ini tidak spesifik. Secara garis besar Ascariasis dapat
ditegakkan berdasarkan kriteria sebagai berikut:
1. Ditemukannya telur A. lumbricoides fertilized, unfertilized, maupun dekortikasi di
tinja seseorang.
2. Ditemukannya larva A. lumbricoides di dalam sputum seseorang.
3. Ditemukannya cacing dewasa keluar melalui anus ataupun bersama dengan muntahan.
Jika terjadi Ascariasis oleh cacing jantan, di tinja tidak ditemukan telur sehingga
dapat ditegakkan dengan pemeriksaan foto thorak.

F. Pencegahan dan Pengobatan Cacing Gelang ( Ascaris lumbricoides )

1) Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan cara, sebagai berikut :
a. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum makan.
b. Cuci, kupas atau masak sayuran dan buah-buahan sebelum dimakan.
c. Mengajarkan pada anak-anak jangan bermain ditanah terutama tanah yang
kemungkinan terdapat kotoran manusia.

2) Pengobatan
Obat-obat yang digunakan untuk terapi ascariasis adalah :
a. Pirantel pamoat
Derivat pirimidin ini berkhasiat terhadap Ascaris, Oxyuris, dan cacing tambang,
tetapi tidak efektif terhadap Trichiuris. Mekanisme kerjanya berdasarkan pelumpuhan
cacing dengan jalan menghambat penerusan impuls neuromuskular. Lalu parasit
dikeluarkan oleh peristaltik usus tanpa memerlukan laksans. Efek sampingnya ringan
berupa gangguan saluran cerna dan kadang sakit kepala. Dosis yang diberikan pada
cacing kermi dan gelang adalah 2-3 tablet dari 250 mg, anak-anak 1½-2 tablet sesuai
usia (10mg/kg). Pada cacing cambuk dosisnya sama selama 3 hari.

b. Mebendazol
Ester-metil dari benzimidazol ini adalah antihelmintikum berspektrum luas yang
sangat efektif terhadap cacing kermi, gelang, pita, cambuk dan tambang. Mekanisme
kerjanya melalui perintangan pemasukan glukosa dan mempercepat penggunaannya
(glikogen) pada cacing. Tidak perlu diberikan laksans. Efek sampingnya jarang terjadi
dan berupa gangguan saluran cerna seperti sakit perut dan diare. Dosis dewasa dan
anak-anak sama,yakni pada infeksi cacing gelang, tambang, benang, pita dan cambuk
2 dd 100 mg selama 3 hari, bila perlu diulang setelah 3 minggu.

c. Albendazol
Derivat karbamat dari benzimidazol ini berspektrum luas terhadap Ascaris,
Oxyuris, Taenia, Ancylostoma, Strongyloides dan Trichiuris. Efek sampingnya
berupa gangguan lambung-usus, demam, dan rontok rambut. Dosis pada ascariasis,
enterobiasis, ancylostomiasis, trichuriasis anak dan dewasa single dose 400 mg d.c,
pada strongyloidiasis 1 dd 400 mg d.c selama 3 hari.

d. Piperazin
Zat basa ini sangat efektif terhadap Oxyuris dan Ascaris berdasarkan perintangan
penerusan-impuls neuromuskuler, hingga cacing dilumpuhkan untuk kemudian
dikeluarkan dari tubuh oleh gerakan peristaltik usus. Efek sampingnya jarang terjadi,
pada overdose timbul gatal-gatal (urticaria), kesemutan (paresthesia) dan gejala
neurotoksis (rasa kantuk, pikiran kacau konvulsi, dll). Dosis terhadap Ascaris 75
mg/kg berat badan atau dosis tunggal dari 3 g selama 2 hari.

e. Levamisol
Derivat-imidazol ini sangat efektif untuk Ascaris dan cacing tambang dengan
jalan melumpuhkannya. Khasiat lainnya yang penting adalah stimulasi sistem-
imunologi tubuh. Efek sampingnya jarang terjadi, yakni reaksi alergi (rash),
granulocytopenia dan kelainan darah lainnya. Dosis untuk askariasis pada orang
dewasa dengan berat badan lebih dari 40 kg adalah 150 mg d.c (garam HCl), anak-
anak 10-19 kg: 50 mg, 20-39 kg: 100 mg.

f. Praziquantel
Obat ini digunakan sebagai obat satu-satunya pada schistosomiasis dan juga
dianjurkan pada taeniasis. Khasiatnya berdasarkan pemicuan kontraksi cepat pada
cacing dan desintegrasi kulitnya, untuk kemudian dikeluarkan dari tubuh. Dosis 600
mg setelah makan malam. Untuk taeniasis dosis tunggal 10 mg/kg.

G. Epidemiologi dan Patofisiologi Cacing Gelang ( Ascaris lumbricoides )


1) Epidemiologi cacing gelang ( Ascaris lumbricoides )
Cacing ini mempunyai distribusi geografis kosmopolit, tetapi lebih banyak
terdapat didaerah tropis dengan kondisi sanitasi yang buruk. Cacing ini bisa dijumpai
pada semua umur, tetapi lebih sering menginfeksi pada anak-anak. Telur infektif
dapat menginfeksi dari tanah ke mulut terutama melalui tangan, hal ini banyak terjadi
pada anak-anak yang banyak berhubungan dengan tanah yang tercemar.

Tanah yang subur, lembab, dan teduh merupakan tempat yang ideal bagi
pertumbuhan telur cacing ascaris. Telur ini tahan terhadap desinfektan kimiawi, tahan
pada suhu beku, tetapi tidak tahan terhadap kekeringan. Telur ini dalam kondisi ideal
dapat bertahan sampai 7 tahun.

2) Patofisiologi cacing gelang ( Ascaris lumbricoides )


Patofisiologi askariasis dimulai dari masuknya telur Ascaris lumbricoides ke
saluran cerna manusia. Telur yang telah terfertilisasi akan menjadi bentuk infektif
setelah 18 hari atau beberapa minggu jika didukung oleh lingkungan yang mendukung
seperti kelembapan yang tinggi, suhu yang hangat, dan tanah ditempat teduh. Telur
infektif jika secara tidak sengaja tertelan oleh manusia akan masuk ke saluran
pencernaan, telur menetas di duodenum akibat stimulasi dari asam gaster dan
menghasilkan larva rhabditiform yang kemudian bermigrasi ke sekum (usus besar).

Larva rhabditiform akan mempenetrasi epitelium usus untuk mencapai


pembuluh darah vena, vena portal dan kemudian liver. Larva bermigrasi lewat
pembuluh darah vena atau sistem limfatik untuk mencapai jantung dan paru-paru.
Terkadang larva juga bermigrasi ke ginjal atau otak. Di paru-paru larva menembus
dinding kapiler menuju rongga alveolus, masuk ke bronkiolus, bronkus, trakea,
kemudian laring dan memicu batuk. Dengan terjadinya batuk larva akan tertelan
kembali ke saluran pencernaan. Setibanya di saluran pencernaan bagian atas larva
sudah menjadi cacing dewasa (2-3 bulan). Cacing dewasa kemudian diam di jejenum
berkopulasi dan bertelur dengan masa hidup 6-24 bulan. Dan kemudian siklus
terulang kembali.

Ascaris lumbricoides akan menimbulkan masalah kesehatan pada manusia


melalui beberapa cara, yaitu dengan menimbulkan kerusakan jaringan secara
langsung, adanya respons imun host terhadap tempat infeksi, obstruksi orifisium atau
lumen traktus gastrointestinal, dan sekuele nutrisi yang disebabkan oleh adanya
infeksi.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Ascariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing Ascaris lumbricoides.
Angka kejadian Ascariasis tertinggi ditemukan pada negara berkembang dengan
lingkungan yang buruk serta di daerah tropis seperti Indonesia. Penyakit kecacingan ini
dapat mengakibatkan menurunnya kondisi kesehatan, gizi, kecerdasan dan produktifitas
penderita. Prevalensi penyakit kecacingan ini sangat tinggi terutama di daerah tropis dan
subtropis. Prevalensi penyakit kecacingan di Indonesia ini masih sangat tinggi, terutama
pada golongan penduduk yang kurang mampu dari segi ekonomi. Pada kelompok
ekonomi lemah mempunyai risiko tinggi terjangkit penyakit kecacingan karena kurang
adanya kemampuan dalam menjaga higiene dan sanitasi lingkungan.

Faktor pendukung tingginya prevalensi kecacingan di Indonesia meliputi


sosiodemografi (pendidikan dan pendapatan), rendahnya prilaku sanitasi pribadi maupun
lingkungan di sekitar masyarakat. Infeksi kecacingan sering dijumpai pada anak usia
sekolah dasar dimana pada usia ini anakanak masih sering kontak dengan tanah. Salah
satu cacing yang penularannya melalui tanah adalah cacing gelang (Ascaris
lumbricoides). Hewan ini masuk ke dalam tubuh melalui makanan yang telah
terkontaminasi telur cacing gelang. Setelah telur masuk ke dalam tubuh, telur akan
menetas dan akan menjadi cacing ke dalam usus halus. Karena ukurannya yang
mikroskopis, maka cacing ini dapat menembus dinding-ding usus, jalan terus hingga ke
paru-paru dan terus berjalan ke trakea lalu kembali lagi ke dalam usus halus melalui
esophagus. Oleh karena itu, perlu adanya kesadaran tentang cacing tersebut dan hal-hal
yang membuat hewan kecil seperti cacing berbahaya bagi manusia.

B. SARAN
Dengan tersusunnya makalah tentang Ascaris lumbricoides ini, saya menyarankan
agar semua masyarakat bisa memahami pentingnya menjaga kebersihan diri maupun
lingkungan sekitar agar terhindar dari penyakit seperti Ascariasis. Oleh karena itu, saya
berharap agar masyarakat bisa mempelajari ilmu parasitologi yang ada dalam kehidupan
kita sehari-hari demi membantu kita untuk melawan infeksi yang di sebabkan oleh
cacing parasit ini.
DAFTAR PUSTAKA

https://medlab.id/ascaris-lumbricoides/

https://en-m-wikipedia-
org.translate.goog/wiki/Ascaris_lumbricoides?_x_tr_sl=en&_x_tr_tl=id&_x_tr_hl=id&_x_t
r_pto=ajax,nv,tc,sc,elem,se

https://parasito.fkkmk.ugm.ac.id/askariasis/

https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-infeksi/askariasis/etiologi

Anda mungkin juga menyukai