Anda di halaman 1dari 29

BAB I

LANDASAN TEORI

1.1 Teori Medis


1.1.1 Kesehatan Reproduksi
A. Pengertian
Istilah reproduksi berasal dari ‘re’ yang artinya kembali dan kata ‘produksi’ yang artinya
membuat atau menghasilkan. Jadi istilah reproduksi mempunyai arti suatu proses
kehidupan manusia dalam menghasilkan keturunan demi kelestarian hidupnya (Yanti,
2011). Menurut International Conference on Population and Development (ICPD)
(1994), kesehatan reproduksi adalah sebagai hasil akhir keadaan sehat sejahtera secara
fisik, mental dan sosial dan tidak hanya bebars dari penyakit atau kecacatan dalam segala
hal yang terkait dengan sistem fungsi serta proses reproduksi (Yanti, 2011)
1. Gangguan dan Masalah Gangguan Reproduksi
Wanita dalam kehidupannya tidak luput dari adanya siklus haid normal yang terjadi
secara periodik. Masalah gangguan pada gangguan reproduksi, yaitu:
B.Gangguan-gangguan Pada Masa Reproduksi
1. Infertilitas
Infertilitas adalah suatu keadaan dimana seseorang wanita tidak mempunyai
kemampuan untuk mengandung sampai melahirkan bayi hidup setelah setahun
melakukan hubungan seksual yang teratur dan tidak menggunakan alat kontrasepsi
apapun setelah memutuskan untuk mempuyai anak (Noviana dan Wilujeng, 2014).
2. Infeksi Menular Seksual (IMS)
Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah salah satu masalah kesehatan, sosial dan
ekonomi yang terjadi di banyak negara dan merupakan salah satu jalan masuknya
HIV. Infeksi Menular Seksual (IMS) memberikan pengaruh besar dalam pengendalian
HIV AIDS (Noviana dan Wilujeng, 2014).

1
3. Gangguan menstruasi
Menurut Varney (2007), gangguan menstruasi terdiri dari :
a. Amenore
Merupakan perubahan umum yang terjadi pada beberapa titik dalam sebagian
besar siklus menstruasi wanita dewasa.
b. Dismenorhoe
Menstruasi yang sangat menyakitkan, terutama terjadi pada perut bagian bawah
dan punggung serta biasanya terasa seperti kram.
c. Menoragia
Merupakan salah satu dari beberapa keadaan menstruasi yang pada awalnya
berada dibawah label perdarahan uterus difungsional.
d. Metroragia
Apabila menstruasi terjadi dengan interval tidak teratur, atau jika terdapat insiden
bercak darah atau perdarahan diantara menstruasi.
e. Oligomenore
Aliran menstruasi yang tidak sering atau hanya sedikit.
f. Sindrom pramenstruasi
Perubahan siklik fisik, fisiologi, dan perilaku yang mencerminkan saat siklus
menstruasi terjadi hampir pada semua wanita beberapa waktu antara menarche
dan menopause.

1.2 Amenorae
A. Pengertian
Amenorea adalah panjang siklus haid yang memanjang dari panjang siklus haid
klasik (oligomenorea) atau tidak terjadinya perdarahan haid, minimal tiga bulan berturut-
turut. Terjadinya amenorea dan Oligomenorea sering kali mempunyai penyebab yang
sama.Sumber lain menjelaskan bahwa amenorea adalah keadaaan pada wanita yang tidak
mengalami menstruasi. Amenorea normal terjadi pada masa sebelum pubertas, kehamilan
dan menyusui, dan setelah menopause. Siklus menstruasi normal meliputi interaksi antara
komplek hipotalamus-hipofisi-aksis indung telur serta organ reproduksi yang sehat.

2
B. Etiologi
1. Hymen Imperforata : Selaput darah tidak berlubang sehingga darah menstruasi
terhambat untuk keluar.
2. Menstruasi Anavulatori : Rangsangan hormone- hormone yang tidak mencukupiuntuk
membentuk lapisan dinding rahim sehingga tidak terjadi haid
atau hanyasedikit.
3. Penyakit lain : penyakit metabolik, penyakit kronik, kelainan gizi, kelainan
hepar danginjal.

C. Faktor predisposisi
1. Stress
2. Berat badan rendah
3. Olahraga berlebihan

D. Patofisiologi
Disfungsi hipofise terjadi gangguan pada hipofise anterior gangguan dapat
berupatumor yang bersifat mendesak ataupun menghasilkan hormone yang membuat
menjadi terganggu. Kelainan kompartemen IV (lingkungan) gangguan pada pasien ini
disebabkan oleh gangguan mental yang secara tidak langsung menyebabkan terjadinya
pelepasan neurotransmitter seperti serotonin yang dapat menghambat pelepasan
gonadrotropin. Kelainan ovarium dapat menyebabkan amenorrhea primer maupun sekuder.
Amenorrhea primer mengalami kelainan perkembangan ovarium ( gonadal disgenesis ).
Kegagalanvarium premature dapat disebabkan kelainan genetic dengan peningkatan
kematian folikel, dapat juga merupakan proses auto imun dimana folikel dihancurkan.
Melakukan kegiatan yang berlebih dapat menimbulkan amenorrhea  dimana   dibutuhkan 
kalori yang banyak sehingga cadangan kolesterol tubuh habis dan bahan untuk
pembentukan hormone steroid seksual (estrogen dan progesteron) tidak tercukupi. Pada
keadaaan tersebut juga terjadi pemecahan estrogen berlebih untuk mencukupi kebutuhan
bahan bakar dan terjadilah defisiensi estrogen dan progesteron yang memicu terjadinya
amenorrhea. Pada keadaan latihan berlebih banyak dihasilkan endorphin yang merupakan
derifat morfin. Endorphin menyebabkan penurunan GnRH sehingga estrogen

3
dan progesterone menurun. Pada keadaan stress berlebih cortikotropin realizing hormone
dilepaskan. Pada peningkatan CRH terjadi opoid yang dapat menekan pembentukan
GnRH.

E. Diagnosis Amenore
Untuk memeriksa amenorea adalah diperlukan riwayat medis yang lengkap. Biasanya
dokter akan menyarakan untuk melakukan tes darah untuk memeriksakan kadar hormon
ovarium, hipofisis, dan tiroid. Tes ini mungkin termasuk pengukuran prolaktin, follicle-
stimulating hormone (FSH), estrogen, thyrotropin, dehydroepiandrosterone sulfate
(DHEA-S), dan testosteron. Untuk beberapa individu, tes kehamilan adalah tes pertama
dilakukan. Tes lanjutan yang biasanya dilakukan adalah tes pencitraan, seperti USG,
rontgen, serta CT-Scan atau MRI scan untuk membantu menentukan penyebab amenore.

F. Komplikasi
1. Ketidaksuburan. Jika tidak berovulasi dan mengalami menstruasi, tidak bisa hamil.
2. Osteoporosis. Jika amenorrhea terjadi dan disebabkan oleh kadar estrogen rendah, Anda
mungkin juga berisiko mengalami osteoporosis  atau  melemahnya tulang-tulang tubuh
Anda.

G. Tindakan
Pengobatan yang dilakukan tergantung pada penyebab periode menstruasi yang
hilang. Kondisi tidak haid dalam golongan primer  ini, bisa  disebabkan oleh cacat
bawaan lahir dan mungkin memerlukan obat berupa  hormon, operasi, atau
keduanya.Dalam beberapa kasus, obat yang disebut medroksiprogesteron dan
penggantian estrogen akan membantu kembalinya periode mesntruasi pada sebagian
besar wanita.Obat lain dapat digunakan jika wanita dengan adult-onset hiperplasia
adrenal kegagalan ovarium dini, dan hipotiroidisme.
Wanita dengan kelainan anatomi mungkin memerlukan tindak pembedahan.Pada
wanita dengan yang tidak haid karena mengalami sindrom ovarium polikistik (SOPK),
pengobatan yang dapat dilakukan termasuk penurunan berat badan dengan diet dan
olahraga. Obat-obatan seperti metformin juga dapat diberikan.Wanita yang mengalami

4
kondisi tidak haid  dan diakibatkan karena masalah keturunan dapat menemui spesialis
genetik untuk evaluasi dan pengobatan tambahan.
Dokter mungkin melakukan tes seperti berikut untuk menentukan diagnosis:
 Menanyakan tentang riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
laboratorium
 Penyedia layanan kesehatan juga dapat menggunakan rontgen atau ultrasonografi untuk
menentukan penyebab mengapa wanita tidak mengalami menstruasi tersebut
 Pencitraan resonansi magnetik (MRI) pada otak dapat dilakukan bila diduga terdapat
kelainan kelenjar hipofisis atau hipotalamus
 Tomografi komputer (CT) pada bagian perut dan panggul merupakan tes lain yang
dilakukan jika diduga terdapat kelainan rahim atau indung telur

1.3 Pengkajian
A. Data subyektif
Data subjektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap
suatu situasi dan kejadian. Pada kasus yang amenore sekunder, maka pengkajian
ditujukan pada pemeriksaan ginekologi (Nursalam, 2009).
Pengkajian pasien antara lain :
1. Biodata
a. Nama Pasien
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari- hari agar tidak keliru
dalam memberikan penanganan (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
b. Umur
Pada usia 35 tahun resiko terkena mioma uteri adalah 20% dan jarang pada usia
setelah menopause pada masa menopause kadar homon estrogen mulai menurun
(Sastrawinata, 1981 : 154).
c. Ras
Bangsa kulit hitam lebih banyak beresiko mioma daripada kulit putih
(Wiknjosastro, 1999 : 338).
d. Agama

5
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau
mengarahkan pasien dalam doa (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
e. Pendidikan
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh mana
tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan
pendidikannya (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
f. Pekerjaan
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonominya, karena ini
juga mempengaruhi dalam gizi pasien (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
g. Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan (Ambarwati
dan Wulandari, 2010).
h. Status Perkawinan
Untuk mengetahui status perkawinan, lama perkawinan syah atau tidak, sudah
berapa kali menikah, pada umur berapa menikah, berapa jumlah anak (Ambarwati
dan Wulandari, 2010).

2. Keluhan utama
Dikaji untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan gejala-
gejala amenore sekunder, yaitu pernah mengalami menstruasi dan selanjutnya
berhenti lebih dari tiga bulan (Manuaba, 2007). Keluhan lain yaitu sakit kepala,
galaktore, gangguan penglihatan, penurunan atau penambahan berat badan, tidak ada
pengeluaran pervaginam, hirsutisme, perubahan suara dan perubahan ukuran
payudara (Nugroho dan Utama, 2014)

3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat Kesehatan sekarang
Untuk mengetahui kemungkinan penyakit yang diderita pada saat ini yang ada
hubungannya dengan amenore sekunder (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
b. Riwayat Kesehatan Lalu
Untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti

6
: jantung, diabetes mellitus, hipertensi, asma yang dapat mempengaruhi amenore
sekunder (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit
keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

4. Riwayat kebidanan
a. Riwayat kehamilan/persalinan/nifas
Dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah
anak, cara persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan nifas yang lalu
(Anggraini, 2010).
b. Riwayat haid
Untuk mengetahui usia berapa pertama kali mengalami menstruasi, jarak antara
menstruasi yang dialami dengan menstruasi berikutnya dalam hitungan hari,
seberapa banyak darah menstruasi yang dikeluarkan dan keluhan yang dirasakan
ketika mengalami mestruasi (Sulistyawati, 2009). Pada kasus amenore
sekundertidak haid sedikitnya 3 bulan berturut-turut (Fansia, 2011).

5. Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pernah ikut KB, dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama,
adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

6. Pola kebiasaan sehari-hari


a. Nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi, banyaknya, jenis
makanan, dan makanan pantangan pada (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
b. Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar meliputi
frekuensi, jumlah konsistensi, dan bau serta kebiasaan buang air kecil meliputi
frekuensi, warna dan jumlah (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
c. Istirahat

7
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien tidur,
kebiasaan sebelum tidur misalnya membaca, mendengarkan musik, kebiasaan
mengkonsumsi obat tidur, kebiasaan tidur siang, penggunaan waktu luang
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
d. Personal Hygiene
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan tubuh terutama
pada daerah genetalia (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
e. Seksualitas
Berapa kali dalam seminggu ibu melakukan hubungan seksual (Ambarwati dan
Wulandari, 2010).
f. Aktifitas
Pola aktifitas terganggu akibat rasa nyeri yang timbul (Sastrawinata, 1981 : 156).
7. Kondisi psikososial
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Pada
kasus amenore sekunder didapatkan masalah yang dihadapi pasien yaitu cemas
(Nugroho dan Utama, 2014)
8. Kondisi spiritual
Ibu merasa terganggu dengan adanya kasus amenore dan gejala lain dari
penyakitnya, terutama bagi pasien yang beragama Islam, tidak dapat/terganggu dalam
melaksanakan ibadah.

B. Data obyektif
Data objektif adalah data yang sesungguhnya dapat diobservasi dan dilihat oleh tenaga
kesehatan (Nursalam, 2008)
1. Keadaan umum
Keadaan umum pasien diamati mulai saat pertama kali bertemu dengan pasien,
dilanjutkan mengukur tanda-tanda vital (Prihardjo, 2007).
Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah
Tekanan darah normal 110/60 – 140/90 mmHg (Prihardjo, 2007).
b. Nadi

8
Untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam 1 menit (Saifuddin, 2007).
Batas normal 60 – 80 x / menit (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
c. Suhu
Untuk mengetahui suhu badan apakah ada peningkatan atau tidak jika ada dan
lebih dari 38oC kemungkinan terjadi infeksi. Batas normal 37,5-38oC
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
d. Pernafasan
Untuk mengetahui frekuensi pernafasan pasien yang dihitung dalam 1 menit
(Saifuddin, 2007). Batas normal 20-30 x/menit (Ambarwati dan Wulandari,
2010).
e. Berat Badan
Untuk mengetahui faktor resiko obesitas (Saifuddin, 2007). Pada kasus amenore
sekunder bisa terjadi penurunan atau kenaikan berat badan (Nugroho dan Utama,
2014).
f. Tinggi Badan
Untuk mengetahui faktor risiko kesempitan panggul (Saifuddin, 2007). Tinggi
badan wanita normal 150 cm (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

2. Pemeriksaan fisik
`a. Rambut
Meliputi warna mudah rontok atau tidak dan kebersihannya (Nursalam, 2009).
b. Muka
Keadaan muka pucat atau tidak adakah kelainan, adakah oedema (Nursalam,
2009).
c. Mulut
Ada stomatitis atau tidak, keadaan gigi, gusi berdarah atau tidak.
d. Hidung
Tidak ada polip, tidak ada cairan abnormal.
e. Telinga
Bentuk simetris, tidak ada sekret berlebihan dan abnormal.
f. Leher

9
Adalah pembesaran kelenjar thyroid, ada benjolan atau tidak, adakah pembesaran
kelenjar limfe (Nursalam, 2009)
g. Dada dan payudara
Untuk mengetahui keadaan payudara, simetris atau tidak, ada benjolan atau tidak,
ada nyeri atau tidak (Nursalam, 2009).
h. Abdomen
Adanya benjolan pada perut bagian bawah (Sastrawinata, 1981 : 158).
Teraba adanya massa pada perut bagian bawah konsisten keras/kenyal, tidak
teratur, gerakan, tidak sakit, tetapi kadang-kadang ditemui nyeri (Sastrawinata,
1981 : 160).
Pada pemeriksaan bimanual akan teraba benjolan pada perut, bagian bawah,
terletak di garis tengah maupun agak kesamping dan sering kali teraba benjolan-
benjolan dan kadang-kadang terasa sakit (Wiknjosastro, 2006 : 344).
i. Genetalia
Untuk mengetahui keadaan vulva adakah tanda-tanda infeksi, varices, pembesaran
kelenjar bartolini dan perdarahan (Prihardjo, 2007). Pada kasus amenore
sekunderdidapatkan vagina kering (Nugroho dan Utama, 2014).
j. Anus
Apakah ada haemorhoid atau tidak (Prihardjo, 2007).
k. Ekstremitas
Ektremitas atas dan bawah ada cacat atau tidak, oedema atau tidak terdapat
varices atau tidak (Priharjo, 2007).

3. Pemeriksaan dalam
Untuk mengetahui apakah ada nyeri sentuh, adakah benjolan atau tidak
(Prihardjo, 2007). Pada kasus amenore sekunder adannya masa dalam ovarium dan
uterus serta adanya nyeri (Varney, 2007).

4. Pemeriksaan penunjang

10
Data penunjang dilakukan sebagai pendukung diagnosa, apabila diperlukan
misalnya pemeriksaan laboratorium (Varney, 2007). Pemeriksaan penunjang yang
dilakukan pada yaitu Biopsi endometrium, Progestin withdrawal, Kadar prolaktin,
Kadar hormon, Tes fungsi tiroid, Tes kehamilan, Kadar FSH (Folicle Stimulatin
Hormon), LH (Luteinzing Hormone) dan TSH (Thyroid Stimulating Hormone),
Kariotipe untuk mengetahui adanya kelainan kromosom, CT Scan kepala (jika
diduga ada tumor hipofisa).
Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
Hb                          : gr%
Protein Urine          : (-)
Glukosa Urine        : (-)
b. USG                      : Dilakukan / Tidak dilakukan
c.  Papsmear              : Dilakukan / Tidak dilakukan
d. Dll                         : Dilakukan / Tidak dilakukan

C. Diagnosa Kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam lingkungan praktik
kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan yang dikemukakan
dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosa (Varney, 2007). Diagnosa kebidanan
yang ditegakkan adalah : Nn. X umur ... tahun dengan ….

D. Perencanaan
Langkah ini ditentukan oleh langkah sebelumnya yang merupakan lanjutan dari masalah
atau diagnosa yang telah diidenfikasi atau diantisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh
tidak hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah
yang berkaitan (Soepardan, 2008).
Perencanaan yang akan diberikan menurut Proverawati dan Misaroh (2009), meliputi :
1. Observasi keadaan umum
2. Perbaikan asupan gizi
3. Pengurangan berat badan pada wanita obesitas

11
4. Pemberian tiroid pada wanita dengan hipotiroid
5. Pemberian kortikosteroid pada gangguan glandula suprarenais
6. Pemberian estrogen dan progesteron

E. Penatalaksanaan
Pada langkah ini merencanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan dengan
langkah-langkah sebelumnya. Semua keputusan yang dikembalikan dalam asuhan
menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan, serta
sesuai dengan asumsi tentang apa yang dilakukan pasien. Sehingga setiap rencana asuhan
haruslah disetujui oleh ke dua belah pihak yaitu bidan dan pasien, agar dapat
dilaksanakan dengan efektif karena pasien juga akan melaksanakan rencana tersebut
(Soepardan, 2008).
Pada kasus amenore sekunder pelaksanaan dilakukan sesuai dengan perencanaan
yang telah dibuat menurut Proverawati dan Misaroh (2009).
1. Mengobservasi keadaan umum
2. Memperbaikan asupan gizi
3. Mengurangan berat badan pada wanita obesitas
4. Memberikan tiroid pada wanita dengan hipotiroid
5. Memberikan kortikosteroid pada gangguan glandula suprarenais
6. Memberikan estrogen dan progesteron

F. Evaluasi
Merupakan tahap akhir dari proses asuhan kebidanan untuk menilai tentang kriteria
hasil yang dicapai, apakah sesuai dengan rencana atau tidak dalam evaluasi dilakukan
dengan pendekatan SOAP, yang dimaksud SOAP adalah sebagai berikut :
-S : Subyektif
Yang didapatkan dari keluhan klien
-O : Obyektif
Yang didapatkan dari hasil pemeriksaan oleh petugas yang terkait.
- A : Assesment

12
Berisi kesimpulan dari data subyektif dan obyektif yang menunjukkan keberhasilan
tindakan yang telah dilakukan ataupun masalah yang baru muncul.
-P : Planning
Merupakan perencanaan lanjut dan tindakan yang sudah dilakukan dengan
berpedoman pada tingkat keberhasilan yang telah dicapai (Depkes RI , 1995 : 11).

1.4 Data Perkembangan SOAP


Menurut Rukiyah (2014), data perkembangan menggunakan SOAP meliputi :
S : Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian, hasil pengumpulan data pasien melalui anamnesa
sebagai langkah I Varney.
O : Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik pasien, hasil laboratorium
dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan
kebidanan langkah I Varney.
A : Assesment
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan interprestasi data
subjektif dan objektif suatu identifikasi :
a) Diagnosa suatu masalah
b) Antisipasi diagnosa atau masalah potensial
c) Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi atau
kolaborasi
P : Planning
Menggambarkan pendokumentasian dari tindakan (I) dan evaluasi, perencanaan (E)
berdasarkan assessment sebagai langkah 5, 6, 7 Vamey.

13
BAB II
TINJAUAN KASUS

2.1 ASKEB 5 LANGKAH


ASUHAN KEBIDANAN KESEHATAN REPRODUKSI
PADA PASIEN Ny S P2A0 USIA 29 TAHUN DENGAN AMENORHOE
DI PMB Ny YULVIE MAGETAN

PENGKAJIAN
Hari/tanggal : Sabtu, 09 November 2017 pukul: 16.00
Tempat pengkajian : PMB. Bidan Yulvie
A. DATA SUBYEKTIF
1. Identitas
Data Istri Data Suami
Nama : Ny. S Nama : Tn. A
Umur : 29 Tahun Umur : 30 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/Bangsa : Banjar/Indonesia Suku/Bangsa : Banjar/Indonesia
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA
Status perkawinan: Aktif Status Perkawinan : Aktif
Lama/Berapa kali : 6 Tahun/1x Lama/Berapa kali : 6 Tahun/1x
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaa : Swasta
Alama t : Jl. Veteran Alamat : Jl. Veteran

2. Keluhan utama :
Ibu sudah 3 bulan tidak datang haid
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat Kesehatan yang lalu
Ibu tidak pernah menderita gejala yang mengarah pada penyakit hipertensi, DM,
Asma,TBC, Hepatitis, jantung, PMS, TORCH, dan HIV/AIDS. Ibu tidak pernah
menjalani operasi apapun didaerah perut.

14
b. Riwayat Kesehatan sekarang
Saat ini Ibu dalam keadaan sehat. Ibu tidak sedang dalam masa penyembuhan dan
pengobatan penyakit apapun.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga ibu tidak ada yang menderita penyakit dengan gejala yang
mengarah pada penyakit hipertensi, DM, Asma,TBC, Hepatitis, jantung, PMS,
TORCH, dan HIV/AIDS.

4. Riwayat kebidanan
a. Haid
Ibu haid pertama umur 12 tahun, siklus haid 30 hari, lama haid 5-7 hari. Ganti
pembalut 2-3 kali. Konsistensi encer, kadang disertai gumpalan. Kadang-kadang
keputihan sehari sebelum dan sesudah haid, warna jernih, tidak berbau, tidak gatal.
Dismenorhoe kadang-kadang
b. Riwayat obsteric
Ibu hamil anak pertama tahun 2006 kehamilan aterm lahir spontan ditolong oleh
bidan tidak ada penyulit selama persalinan. Bayi lahir dengan berat 3200 gram jenis
kelamin laki-laki. 2 tahun kemudian pada 2008 ibu hamil anak kedua aterm lahir
spontan ditolong oleh bidan dengan berat bayi 2800 gram jenis kelamin perempuan
c. Nifas yang lalu
Ibu masa nifas anak pertama normal, tidak ada penyulit/komplikasi,. Ibu memberi
ASI eksklusif sampai usia anaknya 6 bulan dan tetap menyusui sampai anaknya
berusia 2 tahun. Sekarang anaknya berusia 12 tahun dan sehat. Masa nifas anak
kedua juga normal, tidak ada penyulit. Pemberian ASI eksklusif sampai 6 bulan.
Sekarang anak ibu sudah berumur 9 tahun.
d. Riwayat ginekologi
Perdarahan diluar haid : tidak pernah
Riwayat keputihan : kadang-kadang
Riwayat nyeri saat berhubungan badan : tidak pernah
Riwayat perdarahan setelah berhubungan badan : tidak pernah
Riwayat adanya tumor pada payudara dan alat kandungan : tidak pernah

15
e. Riwayat keluarga berencana
Setelah kelahiran anak yang pertama ibu menggunakan KB pil selama 1 tahun dan
tidak ada keluhan. Kemudian setelah lahir anak yang kedua lahir ibu
menggunakan KB jenis suntik yang bertahan hingga sekarang.

5. Pola kebutuhan sehari-hari


a. Nutrisi
Ibu sehari-hari makan nasi, ikan, sayur, buah-buahan. Sehari makan 3x sehari
dengan Porsi 1-2 piring dan tidak ada pantangan
b. Eliminasi
Ibu BAB sehari 1x, warna kuning kecoklatan konsistensi lembek dan ibu BAK 4-
5 kali dalam sehari,warna urine kuning jernih, dan bau khas urine.
c. Personal hygiene
Ibu mandi 2x sehari, keramas 3x dalam seminggu, gosok gigi 2x sehari, ganti
pakaian sesuai kebutuhan, ganti celana dalam setiap kali merasa lembab atau
setelah mandi. Ibu selalu cebok setelah BAK dan BAB, cara cebok ibu dari arah
depan ke belakang menggunakan air mengalir dan sabun.
d. Aktifitas
Ibu mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan terkadang akan dibanTu oleh suami
untuk pekerjaan yang berat-berat.
e. Tidur/istirahat
Ibu tidur Siang hari 1 jam (kadang-kadang) frekuensi 13.00-14.00 dan tidur
Malam hari 6 jam frekuensi pukul 22.00 - 04.00
f. Pola seksual
Ibu melakukan hubungan seksual dengan suami seminggu sekali sebanyak 2 kali
g. Data psikososial dan spiritual
- Tanggapan ibu terhadap keadaannya : khawatir
- Ketaatan ibu beribadah : shalat 5 waktu
- Hubungan social ibu terhadap mertua, ortu & keluarga : baik
- Penentu pengambil keputusan dalam keluarga : suami

16
B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : baik
b. Kesadaran : composmentis
c. Berat badan : 55 kg
d. Tinggi badan : 160 cm
e. TD : 110/80 mmHg
f. N : 82 x/menit
g. T : 37ᵒC
h. R : 24 x/menit

2. Pemeriksaan khusus
a. Kepala : Rambut bersih, warna hitam, persebaran merata, tidak ada
ketombe, tidak mudah rontok, tidak ada luka pada kulit kepala.
b. Muka : Tidak pucat, tidak sembab, tampak cemas
c. Mata : Conjungtiva palpebra merah muda, sklera putih, tidak ada
oedem di kelopak mata.
d. Gigi dan mulut : Mulut bersih, tidak ada caries, bibir merah muda, tidak ada
stomatitis.
e. Telinga : Bentuk simetris, tidak ada secret yang berlebih, fungsi
pendengaran baik.
f. Hidung : Bersih, tidak ada polip, tidak ada secret, tidak ada pernafasan
cuping hidung.
g. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar limfe, tidak ada
peninggian vena jugularis.
h. Dada : Simetris, tidak ada penarikan dinding dada saat bernafas, tidak
ada bunyi ronchi dan weezhing.
i. Mammae : Bentuk simetris, tidak ada benjolan pada payudara, putting
susu menonjol.
j. Abdomen : Tidak ada bekas luka operasi.

17
k. Genetalia : Tidak terdapat pengeluaran darah pervaginam, tidak ada
condiloma akuminata/matalata, tidak ad avarices,tidak ada
pembengkakan kelenjar skene dan kelenjar bartolini.
l. Anus : Tidak ada haemoroid/luka di sekitar anus
m. Ekstremitas :
- Atas : Simetris, tidak odema
- Bawah : Bentuk simetris, tidak ada oedem, tidak ada varices.

3. Pemeriksaan penunjang
a.       Laboratorium
Hb                         : 10 gr%
Protein Urine          : (-)
Glukosa Urine        : (-)
b.      USG                       : Tidak dilakukan
c.       Papsmear               : Tidak dilakukan
d.      Dll                          : Tidak dilakukan
c) Analisa data
Diagnosa/masalah Data dasar
ibu P₂A₀ 29 tahun DS : -Ibu mengatakan sudah 3 bulan
dengan amenorhoe. tidak datang haid
serta merasa cemas
DO : - Keadaan umum : baik
- Kesadaran : composmentis
- Tanda-tanda vital
T : 110/80 mmHg
S : 37oC
N : 82 x/mnt
R : 24 x/mnt
- Muka : Tidak pucat, tidak sembab,
tampak cemas
- Abdomen:Teraba pembesaran perut

18
Diagnosa/masalah Data dasar
seperti usia kehamilan 24 minggu,
pada saat palpasi ibu mrngatakan
nyeri perut bagian bawah, teraba
benjolan yang tegang dank eras.
- USG : tidak dilakukan

C. Diagnosa Kebidanan
1. Diagnose masalah : ibu P2A0 29 tahun dengan amenorhoe.
2. Masalah : ibu merasa cemas
3. Kebutuhan : konseling dan health education.

D. Perencanaan
Tanggal : Sabtu, 09 November 2017 pukul 16.15
Masalah I : Cemas
Tujuan : Cemas berkurang
Kriteria : - Pasien bersedia mengungkapkan perasaan yang membuatnya cemas
- Pasien mengerti tentang keadaan penyakitnya
Intervensi
2. Adakan pendekatan kepada pasien
R/ Untuk membina hubungan saling percaya.
3. Ciptakan suasana yang ramah, tenang dan bersahabat
R/ Untuk menurunkan cemas yang dirasakan ibu
4. Jelaskan pada ibu hasil pemeriksaan
R/ Ibu bisa kooperatif dengan tindakan yang akan dilakukan
5. Minta keluarga untuk menemani dan memberi dukungan pada ibu
R/ Dukungan orang terdekat dapat menguatkan psikis ibu
6. Kolaborasi dengan dokter spesialis untuk penatalaksanaan amenorea
R/ Untuk mendapatkan terapi yang tepat

19
E. Pelaksanaan
Tanggal: Sabtu, 09 November 2017 pukul 16.30
Masalah I : Cemas
Implementasi :
1. Melakukan pendekatan pada pasien
2. Menciptakan suasana yang ramah, tenang dan bersahabat dengan menghibur pasien
3. Menjelaskan pada ibu hasil pemeriksan penyakitnya, memberitahu ibu bahwa ibu
menderita amenorea
4. Meminta keluarga untuk menemani dan menberi dukungan pada ibu
5. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis obstetric ginekologi untuk
penatalaksanaan amenorea

E. Evaluasi
Tanggal: Sabtu, 09 November 2017 pukul 16.30
Masalah I : Cemas
S :Ibu mengatakan mengerti tentang penyakitnya
Ibu mengatakan merasa lebih tenang
O : Ibu tampak lebih tenang
Keluarga menemani dan mendampingi ibu
A : Ibu P2A0 29 tahun dengan amenorhoe.. Cemas berkurang
P : Anjurkan Ibu dan keluarga tetap tenang dan bersabar dalam menjalani pengobatan
penyakitnya.

20
2.2 ASKEB 4 LANGKAH
ASUHAN KEBIDANAN KESEHATAN REPRODUKSI
PADA PASIEN Ny S P2A0 USIA 29 TAHUN DENGAN AMENORHOE
DI PMB Ny YULVIE MAGETAN

PENGKAJIAN
Hari/tanggal : Sabtu, 09 November 2017 Pukul 16.00
Tempat pengkajian : PMB. Bidan Yulvie

1. DATA SUBYEKTIF
1. Identitas
Istri Suami
Nama : Ny. S Nama : Tn. A
Umur : 29 Tahun Umur : 30 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/Bangsa : Banjar/Indonesia Suku/Bangsa : Banjar/Indonesia
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA
Status perkawinan: Aktif Status Perkawinan : Aktif
Lama/Berapa kali : 6 Tahun/1x Lama/Berapa kali : 6 Tahun/1x
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaa : Swasta
Alama t : Jl. Veteran Alamat : Jl. Veteran

2. Keluhan utama :
Ibu sudah 3 bulan tidak datang haid

3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat Kesehatan yang lalu
Ibu tidak pernah menderita gejala yang mengarah pada penyakit hipertensi, DM,
Asma,TBC, Hepatitis, jantung, PMS, TORCH, dan HIV/AIDS. Ibu tidak pernah
menjalani operasi apapun didaerah perut.

21
b. Riwayat Kesehatan sekarang
Saat ini Ibu dalam keadaan sehat. Ibu tidak sedang dalam masa penyembuhan dan
pengobatan penyakit apapun.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga ibu tidak ada yang menderita penyakit dengan gejala yang mengarah
pada penyakit hipertensi, DM, Asma,TBC, Hepatitis, jantung, PMS, TORCH, dan
HIV/AIDS.

4. Riwayat kebidanan
a Haid
Ibu haid pertama umur 12 tahun, siklus haid 30 hari, lama haid 5-7 hari. Ganti
pembalut 2-3 kali. Konsistensi encer, kadang disertai gumpalan. Kadang-kadang
keputihan sehari sebelum dan sesudah haid, warna jernih, tidak berbau, tidak gatal.
Dismenorhoe kadang-kadang
b. Riwayat obsteric
Ibu hamil anak pertama tahun 2006 kehamilan aterm lahir spontan ditolong oleh
bidan tidak ada penyulit selama persalinan. Bayi lahir dengan berat 3200 gram jenis
kelamin laki-laki. 2 tahun kemudian pada 2008 ibu hamil anak kedua aterm lahir
spontan ditolong oleh bidan dengan berat bayi 2800 gram jenis kelamin perempuan
c. Nifas yang lalu
Ibu masa nifas anak pertama normal, tidak ada penyulit/komplikasi,. Ibu memberi
ASI eksklusif sampai usia anaknya 6 bulan dan tetap menyusui sampai anaknya
berusia 2 tahun. Sekarang anaknya berusia 12 tahun dan sehat. Masa nifas anak
kedua juga normal, tidak ada penyulit. Pemberian ASI eksklusif sampai 6 bulan.
Sekarang anak ibu sudah berumur 9 tahun.
d. Riwayat ginekologi
Perdarahan diluar haid : tidak pernah
Riwayat keputihan : kadang-kadang
Riwayat nyeri saat berhubungan badan : tidak pernah
Riwayat perdarahan setelah berhubungan badan : tidak pernah
Riwayat adanya tumor pada payudara dan alat kandungan : tidak pernah

22
e. Riwayat keluarga berencana
Setelah kelahiran anak yang pertama ibu menggunakan KB pil selama 1 tahun dan
tidak ada keluhan. Kemudian setelah lahir anak yang kedua lahir ibu menggunakan
KB jenis suntik yang bertahan hingga sekarang.

5. Pola kebutuhan sehari-hari


a. Nutrisi
Ibu sehari-hari makan nasi, ikan, sayur, buah-buahan. Sehari makan 3x sehari dengan
Porsi 1-2 piring dan tidak ada pantangan
b. Eliminasi
Ibu BAB sehari 1x, warna kuning kecoklatan konsistensi lembek dan ibu BAK 4-5
kali dalam sehari,warna urine kuning jernih, dan bau khas urine.
c. Personal hygiene
Ibu mandi 2x sehari, keramas 3x dalam seminggu, gosok gigi 2x sehari, ganti pakaian
sesuai kebutuhan, ganti celana dalam setiap kali merasa lembab atau setelah mandi.
Ibu selalu cebok setelah BAK dan BAB, cara cebok ibu dari arah depan ke belakang
menggunakan air mengalir dan sabun.
d. Aktifitas
Ibu mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan terkadang akan dibanTu oleh suami
untuk pekerjaan yang berat-berat.
e. Tidur/istirahat
Ibu tidur Siang hari 1 jam (kadang-kadang) frekuensi 13.00-14.00 dan tidur Malam
hari 6 jam frekuensi pukul 22.00 - 04.00
f. Pola seksual
Ibu melakukan hubungan seksual dengan suami seminggu sekali sebanyak 2 kali
g. Data psikososial dan spiritual
- Tanggapan ibu terhadap keadaannya : khawatir
- Ketaatan ibu beribadah : shalat 5 waktu
- Hubungan social ibu terhadap mertua, ortu, dan keluarga : baik
- Penentu pengambil keputusan dalam keluarga : suami

23
B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : baik
b. Kesadaran : compos mentis
c. Berat badan : 55 kg
d. Tinggi badan : 160 cm
e. TD : 110/80 mmHg
f. N : 82 x/menit
g. T : 37ᵒC
h. R : 24 x/menit

2. Pemeriksaan khusus
a. Kepala : Rambut bersih, warna hitam, persebaran merata, tidak ada
ketombe, tidak mudah rontok, tidak ada luka pada kulit kepala.
b. Muka : Tidak pucat, tidak sembab, tampak cemas
c. Mata : Conjungtiva palpebra merah muda, sklera putih, tidak ada
oedem di kelopak mata.
d. Gigi dan mulut : Mulut bersih, tidak ada caries, bibir merah muda, tidak ada
stomatitis.
e. Telinga : Bentuk simetris, tidak ada secret yang berlebih, fungsi
pendengaran baik.
f. Hidung : Bersih, tidak ada polip, tidak ada secret, tidak ada pernafasan
cuping hidung.
g. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar limfe, tidak ada
peninggian vena jugularis.
h. Dada : Simetris, tidak ada penarikan dinding dada saat bernafas, tidak
ada bunyi ronchi dan weezhing.
i. Mammae : Bentuk simetris, tidak ada benjolan pada payudara, putting
susu menonjol.
j. Abdomen : Tidak terdapat benjolan abnormal dan tidak nyeri saat ditekan

24
k. Genetalia : Tidak terdapat pengeluaran darah pervaginam, tidak ada
condiloma akuminata/matalata, tidak ada varices,tidak ada
pembengkakan kelenjar skene dan kelenjar bartolini.
l. Anus : Tidak ada haemoroid/luka di sekitar anus
m. Ekstremitas :
- Atas : Simetris, tidak odema
- Bawah : Bentuk simetris, tidak ada oedem, tidak ada varices.

3. Pemeriksaan penunjang
a.       Laboratorium
Hb                         : 10 gr%
Protein Urine          : (-)
Glukosa Urine        : (-)
b.      USG                      : Tidak dilakukan
c.       Papsmear               : Tidak dilakukan
d.      Dll                          : Tidak dilakukan

C. ASESSMENT
4. Diagnose masalah : ibu P2A0 29 tahun dengan amenorhoe.
5. Masalah : ibu merasa cemas
6. Kebutuhan : konseling dan health education.

D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahukan ibu tentang hasil pemeriksaannya, yaitu :
TD : 110/80 mmHg N : 82 ᵡ/menit
T : 37ᵒC R : 24 ᵡ/menit
Dx: amenorhoe
‘Ibu mengetahui hasil pemeriksaannya.’
2. Memberikan support kepada ibu bahwa ibu dalam keadaan baik, memberitahukan
ibu dan keluarga untuk tidak cemas sebab amenorhoe bisa terjadi pada siapa saja.’ibu
merasa lebih tenang.’

25
3. Memberitahukan ibu tentang penyebab amenorhoe, yaitu
a. amenorea primer
— Pubertas terlambat
— Kegagalan dari fungsi indung telur
— Agenesis uterovaginal (tidak tumbuhnya organ rahim dan vagina) 
— Gangguan pada susunan saraf pusat
— Himen imperforata yang menyebabkan sumbatan keluarnya darah
menstruasi dapat dipikirkan apabila wanita memiliki rahim dan vagina
normal.
b. Amenorea sekunder
Penyebab terbanyak dari amenorea sekunder adalah kehamilan, setelah
kehamilan, menyusui, dan penggunaan metode kontrasepsi disingkirkan, maka
penyebab lainnya adalah
— Stress dan depresi
— Nutrisi yang kurang, penurunan berat badan berlebihan, olahraga
berlebihan, obesitas.
— Gangguan hipotalamus dan hipofisis.
— Gangguan indung telur.
— Obat-obatan.
— Penyakit kronik dan Sindrom Asherman
‘Ibu mengetahui penyebab terjadinya amenorea.’
4. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup, yaitu :
Siang hari : 1-2 jam
Malam hari : 8 jam
‘ibu bersedia untuk berstirahat dengan cukup.’
5. Memberikan terapi kepada ibu berupa vitamin B₆ dengan dosis 1x sehari.
‘ibu bersedia mengkonsumsi vitamin yang di berikan oleh bidan.’
6. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang 4 minggu kemudian atau jika keluhan
belum teratasi. ‘ibu bersedia untuk melakukan kunjungan ulang.’

26
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pengkajian pada tanggal 9 November 2017 langkah pertama dikumpulkan semua
informasi (data) yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi
klien pada kasus didapatkan data nama pasien Ny. S Umur 29 tahun. Keluhan utama Ny. S
mengatakan sudah 3 bulan lebih belum mendapatkan menstruasi dan merasa cemas dengan
keadaannya. data objektif didapatkan pemeriksaan anogenital didapatkan tidak ada
pengeluaran pervaginam dan pemeriksaan PP test negative
1. Interpretasi data meliputi diagnosa kebidanan yaitu didapatkan data Nn. S Umur 29 tahun
dengan amenore sekunder. Masalah Ny. S mengatakan merasa cemas dengan
keadaannya. Pada kasus Ny. S kebutuhan yaitu KIE tentang gangguan menstruasi.
2. Diagnosa Potensial tidak terjadi dikarenakan segera dilakukan penanganan yang tepat.
3. Antisipasi pada Ny. S dengan amenore sekunder yaitu Pemberian terapi hormonal yaitu
terapi obat Vitamin B 1x sehari.
4. Pelaksanaan Tanggal 9 November 2017 Pada kasus amenore sekunder pelaksanaan
dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat.
5. Evaluasi tanggal 9 November atau jika ada keluhan. Pada kasus pasien dengan amenore
sekunder yang adalah keadaan umum ibu baik, kecemasan berkurang, asupan nutrisi
terpenuhi.

3.2 Saran
1. Pasien
Diharapkan dapat mengurangi stress dan mengkonsumsi makanan yang bergizi sehingga
dapat mengurangi kejadian gangguan reproduksi khususnya amenorea sekunder
2. Bagi Instansi
Digunakan sebagai masukan fasilitas pelayanan dan meningkatkan kualitas pelayanan
kebidanan pada gangguan reproduksi dengan amenore sekunder dan memberi wawasan

27
3. Bagi profesi atau tenaga kesehatan lainnya
Dapat menangani kasus gangguan reproduksi khususnya amenore sekunder dengan
standar asuhan kebidanan.
4. Bagi Instansi Pendidikan
Diharapkan dapat menambah referensi tentang gangguan reproduksi dan dapat menjadi
referensi yang bermanfaat bagi institusi pendidikan.

28
DAFTAR PUSTAKA

Kumalasari dan Andhyantoro, 2012. Kesehatan Reproduksi untuk Mahasiswa


Kebidanan dan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Manuaba, I.B.G. 2008. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : EGC
Nugroho dan utama, 2014. Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita. Yogyakarta: Medical
Book.
Prita Y. I, 2013. Asuhan Kebidanan Gangguan Sistem Reproduksi pada Ny.T umur 32 Tahun
dengan Amenore Sekunder di RSUD Surakarta. Karya Tulis Ilmiah. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret
Rukiyah, Y. 2014. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: Tran Info Media
Soepardan, S. 2008. Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC
Sulistyawati, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba Medika
Varney, H. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4. Vol.1. Jakarta : EGC

29

Anda mungkin juga menyukai