Prof. Gunadi - Webinar RUU KUP - Tax Centre UI - 10.9.21
Prof. Gunadi - Webinar RUU KUP - Tax Centre UI - 10.9.21
RUU KUP :
Membidik Perubahan Kebijakan PPN dan PPh dalam RUU KUP 2021
10 September 2021
Kebijakan
Pajak
No Uraian 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 Grafik
2 Target Pajak (T) 1.072,30 1.294,20 1.355,20 1.283,60 1.424,00 1.577,60 1.198,80 1.229,60
4 Capaian (%) 91,5 81,5 81,54 89,72 92,4 84,44 89,26 45,36
Terimaan Audit
5 16,77 30,96 23,47 37,9 45,9 65 47,67
(T)
6 % dari Realisasi 1,7 2,92 2,12 3,29 3,42 4,87 4,55
• Rendahnya tax ratio mengindikasikan rendahnya kepatuhan pajak dan adanya potensi penerimaan
pajak.
• Untuk meningkatkan penerimaan pajak, disusun RUU KUP (perubahan ke-5) versi omnibus (ubah
UU KUP, UU PPh, UU PPN, UU PPSP, UU Cukai, UU TA, dan Pajak Karbon)
Beberapa ketentuan Pasal 44D Perubahan UU PPh Pasal 4(3) (c) UU PPh: Pajak atas Natura &
Kenikmatan
RUU KUP yang
memengaruhi Industri Pasal 31(F): PPh Minimum Alternatif 1% dari
Pembiayaan (PPI): Penghasilan Bruto
Pasal 44E Perubahan UU PPN Pasal 4A(3)(d): Penghapusan jasa keuangan
(pembiayaan) daru pengecualian objek PPN
Pembiayaan Investasi
•Pembiayaan barang modal dan jasa yang diperlukan untuk aktivitas usaha/investasi, rehabilitasi, modernisasi, ekspansi atau relokasi tempat usaha/investasi kepada debitur (contoh:
sewa biaya, jual-sewa balik, anjak piutang, pembelian angsuran, pembiayan proyek, pembiayaan infrastruktur
Pembiayaan Multi-guna
•Pembiayaan barang/jasa debitur untuk konsumsi dan bukan usaha produksi (contoh: sewa pembiayaan, beli angsur, fasilitas dana)
Lain-lain
•Melakukan sewa operasi, kegiatan berbasis imbal jasa cfm peraturan jasa keuangan
10/09/2021 Webinar RUU KUP 2021 - Tax Centre FIA UI 5
Gambaran Umum Perusahaan Pembiayaan
• Secara makro pertumbuhan ekonomi Indonesia berasal dari konsumsi dan Investasi yang dapat
meningkatkan konsumsi.
• Peran nyata PPI dalam pembangunan nasional yaitu pembiayaan alat berat, pembelian mesin
produksi, pembiayaan nasabah, dan pembelian kendaraan nasabah.
• Dukungan pembiayaan investasi dan modal kerja, PPI Bersama bank milik negara (BRI, BNI,
Mandiri, dan BTN) ikut mengembangkan UMKM sektor perdagangan sebagai alternatif sumber
dana.
• UMKM penting untuk pertumbuhan ekonomi negara. Dalam krisis ekonomi 1998, UMKM relatif
mampu bertahan dibandingkan usaha besar.
• Fungsi intermediasi PPI lebih mudah dari bank tanpa agunan. PPI menyalurkan dana kepada pelaku
ekonomi untuk meningkatkan konsumsi & produksi guna menggerakkan roda perekonomian.
Konsumsi yang meningkat akan mendorong produksi dan distribusi.
Sampai dengan 2021, PPI berkembang sebanyak 4.367 kantor cabang PPI di seluruh Indonesia,
dengan komposisi sebanyak 2.185 di Pulau Jawa, 1.076 di Pulau Sumatera, 421 di Pulau Kalimantan
dan Bali, serta 685 yang tersebar di Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua.
10/09/2021 Webinar RUU KUP 2021 - Tax Centre FIA UI 7
Gambaran Umum Perusahaan Pembiayaan
Grafik Komposisi Barang Konsumsi (OJK, 2021) Grafik Komposisi Barang Produktif (OJK, 2021)
Komposisi pembiayaan total à barang konsumsi 68% dan barang produktif 26%.
Komposisi pembiayaan barang konsumsi à 42% roda empat baru, 25% roda dua baru, dan 21% roda empat bekas.
Komposisi pembiayaan barang produktif à 40% mobil angkutan, dan 27% alat berat.
10/09/2021 Webinar RUU KUP 2021 - Tax Centre FIA UI 8
Dampak Pandemi terhadap PPI
Pertumbuhan
Keterangan 2017 2018 2019 May-20 2020 May-21 Grafik
(YoY)
On Balance Sheet
Tota l As e t 477,166 504,763 518,138 507,111 456,061 440,116 - 13.21%
Tota l Pi uta ng
414,836 436,267 452,216 420,254 369,758 362,712 - 13.69%
Pe mbi a ya a n
Pe mbi a ya a n
119,041 136,208 134,825 128,918 110,958 107,671 - 16.48%
I nve s ta s i
Pe mbi a ya a n Moda l
Ke rja
22,827 24,037 26,474 24,203 24,634 26,833 10.86% Pada masa pandemi,
Pe mbi a ya a n
Mul ti guna
244,084 256,417 274,836 252,485 222,467 216,69 - 14.18% laba PPI turun dari:
Pi uta ng
Pe mbi a ya a n
cfm
lain
pe rs e tujua n
128 133 159 149 176 202 35,51% • Rp 18,1 T (2019)
• Rp 7 T (2020)
OJK
Pi uta ng
Pe mbi a ya a n
28,757 19,472 15,922 14,499 11,523 11,316 - 21.95%
Pri ns i p Sya ri a h
Pi nja ma n Da l a m
177,08 180,231 178,418 175,02 140,202 136,94 - 21.76%
Ne ge ri
Pi nja ma n Lua r
83,037 104,785 99,822 106,912 91,796 85,782 - 19.76%
Ne ge ri
Pe ne rbi ta n Sura t
74,977 70,505 68,603 60,076 55,071 44,283 - 26.29%
Be rha rga
Pertumbuhan
Rasio Keuangan 2017 2018 2019 May-20 2020 May-21
(YoY) Pandemi menaikkan non
Financing to Aset Ratio
(FAR)
86.94% 86.43% 87.28% 82.87% 81.08% 83.06% 0.23% performing finance:
ROA 4.03% 4.34% 4.79% 1.98% 1.99% 2.64% 33.08% • 2,40% (2019)
ROE 12.28% 13.87% 14.28% 4.75% 5.27% 7.17% 50.84% • 4,01% (2020)
BOPO 81.46% 80.72% 78.93% 91.35% 91.09% 83.81% - 8.25% • 4,05% (2021)
Gearing Ratio 0,1520833 0,1520833 0,1256944 0,1256944 02.15 02.01 - 22.82% ROA 4,79 à 1,99
MSMD 272.04% 276.68% 271.14% 266.56% 268.81% 268.10% 0.58%
NPF Gross (NPL) 2.96% 2.71% 2.40% 4.11% 4.01% 4.05% - 1.53%
Sumber: (OJK, 2021)
Penjelasan UU 8/1983 stdtd UU 12/2009 (UU PPN) menyebutkan PPN + PPnBM à PPn atas
pengeluaran konsumsi barang/jasa Dalam Negeri fraksional dari nilai tambah dihitung PK-PM dari
jalur produksi dan distribusi barang/jasa sampai konsumsi (multi-stage levy – full fledged sehingga
basis pajaknya besar).
Ben Terra & Julie Kajuss (2008) mengatakan bahwa harus ada beberapa karakter dalam PPN:
(i) Pajak umum atas konsumsi barang/jasa,
(ii) Tidak langsung dipungut dari konsumen sebagai destinataris,
(iii) Pajak konsumsi dengan tujuan memajaki pengeluaran konsumen (consumption expenditures)
bukan pengeluaran kapital (brg modal) dan investasi/tabungan à proksi konsumen privat
persons (non bisnis + Government),
(iv) Konsumsi domestik + impor (destination principle).
PPN merupakan pemajakan atas pengeluaran konsumsi, bukan pengeluaran untuk produksi dan
distribusi. Maka, pengeluaran barang modal bukan sasaran PPN.
Kegiatan PPI adalah pembiayaan investasi à pembiayaan barang modal dan jasa untuk
aktivitas usaha/investasi, rehabilitasi, modernisasi, ekspansi atau relokasi usaha/investasi kepada
debitur (sewa biaya, jual-sewa balik, anjak piutang, beli angsur, pembiayaan proyek, pembiayaan
infrastruktur), pembiayaan modal kerja (penuhi kebutuhan pengeluaran habis satu siklus usaha), dan
pembiayaan multi-guna (barang/jasa debitur untuk konsumsi dan bukan produksi).
Investasi meningkatkan kesempatan kerja dan produksi agar supply aggregate naik mengimbangi
demand aggregate untuk keseimbangan ekonomi menjaga stabilitas dan pertumbuhan ekonomi à
meningkatkan PDB dan penghasilan per kapita untuk kemakmuran rakyat.
(1) Basis pajak lebih luas daripada pajak tahap lebih pendek (PPN Pabrikan), maka atas jumlah pajak
sama dari tahap pendek dapat dicapai dengan tarif lebih rendah;
(2) Basis pajak sama dengan harga konsumsi maka terjadi uniform rate pajak dan harga (10% harga
konsumsi); dan
(3) Faktur Pajak melekat pada harga beli sampai pengecer sehingga tersedia audit trail dan sarana
cross-check transaksi penjual-pembeli yang lebih komprehensif dari PPN lebih pendek.
Mekanis PK-PM memastikan netralitas pajak atas sifat produk, struktur rantai distribusi dan cara
pengiriman. PPN juga memberikan prinsip neutralitas karena tidak memengaruhi konsumen untuk
mengonsumsi/tidak mengonsumsi barang/jasa tertentu, karena semua barang/jasa kena pajak.
Sejak awal diberlakukannya PPN tahun 1985 sampai sekarang, dalam ketentuan Pasal 9 UU PPN
Indonesia mengikuti VAT Eropa yaitu indirect substractive method atau invoice or credit method yang
sederhana dalam pelaksanaannya.
PPN harus dibayar dan dihitung dari Faktu Pajak Keluaran – Faktur Pajak Masukan
Alasan pengecualian jasa keuangan (termasuk jasa pembiayaan) dari objek VAT (David
Williams dari Thuronyi, 1996).
Alan A. Tait juga menyebutkan bunga sebagai jenis harga transaksi rumit, terlebih jika digabung
dengan unsur lain, seperti biaya modal riil, tingkat inflasi dan biaya intermediasi.
• Perbankan dan asuransi tidak tepat masuk sebagai basis PPN dari pada jasa layanan lain dan
penyerahan barang/jasa (Tait,1988).
• Jasa keuangan/pembiayaan harus dikeluarkan dari cakupan jasa kena PPN (Edwards & Mayer
dalam Tait, 1988). Dikhawatirkan kesulitan pemajakan PPN sektor jasa pembiayaan justru bisa
menghilangkan pendapatan, distorsi ekonomi dan hilangnya keadilan/netralitas nyata (real
equity).
• Problem PPN jasa keuangan/pembiayaan menimbulkan perdebatan tanpa akhir (Auerbach dan
Gordon 2002 dalam Pena, 2019). Dalam PPN jasa keuangan/biaya perlakuan biaya transaksi perlu
pisah eksplisit input nyata dan juga input non-nyata sebagai keamanan atau likuiditas perlu
pemisahan jelas.
Sebagai pemajakan fraksional PPN dengan mekanisme PK-PM, maka dampak administratif multi-rate
(0-15%) multi-stage PPN lebih kompleks dr multi-rate single-stage PPnBM tanpa PK-PM.
Sebagai mesin penerimaan, tiap 1% tarif PPN minimal dapat memberi VAT ratio 0,4% PDB
(OECD,1988)
Dengan PPN 10% pemerintah harus memperoleh PPn 4% PDB, bila kurang berarti banyak
inefektivitas dan inefisiensi administrasi PPN, seperti interlocking PK-PM sama-sama 4% (single-rate).
Dalam Multi-rate PPN banyak kelompok BKP/JKP dan kelompok tarif sehingga sering terjadi mismatch
PK-PM dari keliru mengelompokkan tarif dan BKP/JKP.
Contohnya, Filipina dari PPn 12% yang harus didapat VAT 4,8% PDB tapi hanya 2,06 % (lebih kecil dari
Indonesia saat ini, dr 10% dapat 3,62%)
2 Tax ratio PPN (%) 3,62 2,27 1,67 2,06 3,88 6,62
• Apabila equity lbh utama dari simplicity, pajak FB memiliki potensi menambah penerimaan pajak apabila
penghasilan karyawan > Rp 500 Juta.
• Jika mayoritas karyawan memiliki penghasilan < Rp 500 Juta, lebih sederhana dengan sistem yang berlaku
saat ini yaitu no tax-no deduction, dengan kata lain pengenaan pajak pada pihak pemberi kerja.
• Teori PPh menyatakan bahwa adil ditentukan berdasarkan ability-to payà sebagai pajak subjektif PPh harus
memperhatikan kondisi ekonomi dan personal WP sebenarnya.
• William D. Papkin (1973) menyebutkan tiga kriteria menghitung basis pajak berdasarkan ability to pay: (1)
penghasilan neto (net income effect), (2) kompensasi horisontal berbagai sumber penghasilan (neting effect), dan
(3) kompensasi vertikal (loss-carry over effect).
• Ability to pay harus berbasis penghasilan neto, karena dalam penghasilan bruto ada hak/kewajiban org lain.
• Pajak yang berbasis brutoà PPn.
• Objek PPh à tambahan kemampuan ekonomis yang dapat digunakan untuk konsumsi atau menambah kekayaan
WP (Pasal 4(1) UU PPh).
• Rugià mengurangi kemampuan ekonomis walau dapat konsumsi dengan utang. Karena utang mengurangi
kemampuan ekonomis bukan menambah kekayaan. Maka mestinya WP rugi tidak dikenakan PPh, kecuali ada
rekayasa (agresive tax planning).
Banyak WP badan yang pembukuannya rugi berkelanjutan selama 5 tahun sehingga tidak pernah
bayar PPh 25/29, tetapi terus beroperasi atau mengembangkan usaha, atau membayar pajak
namun dari laba minimal.
Struktur WP:
(1) WP independent stand alone
(2) Dengan hub istimewa (bisa rekayasa).
PPh self assessment:
• Psl 28(7) menghitung pajak berdasarkan pembukuan dg iktikad baik, atau
• Psl 18(3) penentuan kembali WP dg hub istimewa, WPOP dengan usaha omset <Rp 4,8 M
berdasarkan pencatatan dengan NPPN à PP 23/2018 (0.5% penghasilan bruto).
• Psl 31F RUU KUP à PPh minimum alternatif 1% dari penghasilan bruto atau berdasarkan
keadaan usaha sebenarnya/ditentukan kembali jika ada hubungan istimewa.
Alternatif Minimum Tax (AMT) tidak sejalan dengan konsep PPh adil berdasar
ability to pay principle.
AMT 1% dari omset perlu dibatalkan karena bersifat fiksi dan menentang 3 unsur pajak (adil, berdasar
kemampuan bayar, kecuali rekayasa pjk/tax avoidance)
25