Ukur)
Pengukuran yaitu membandingkan suatu besaran dengan besaran standar. Syarat dari
besaran standar yaitu dapat didefinisikan secara fisik, jelas dan tidak berubah terhadap
waktu, dan dapat digunakan sebagai pembanding disemua tempat.
Ada beberapa cara pengukuran yang bisa dilakukan untuk mengukur geometris obyek
ukur yaitu:
1. Pengukuran Langsung.
Proses pengukuran yang hasil pengukurannya dapat dibaca langsung dari alat ukur
yang digunakan disebut dengan pengukuran langsung. Misalnya mengukur diameter
poros dengan jangka sorong atau mikrometer.
2. Pengukuran Tak Langsung.
Bila dalam proses pengukuran tidak bisa digunakan satu alat ukur saja dan tidak
bisa dibaca langsung hasil pengukurannya maka pengukuran yang demikian ini
disebut dengan pengukuran tak langsung. Kadang-kadang untuk mengukur satu
benda ukur diperlukan dua atau tiga alat ukur, biasanya ada alat ukur standar, alat
ukur pembanding dan alat ukur pembantu. Misalnya mengukur ketirusan poros
dengan menggunakan senter sinus (sine center) yang harus dibantu dengan jam ukur
(dial indikator) dan blok ukur.
Geometris obyek ukur mempunyai bentuk dan ukuran yang bervariasi. Adanya variasi
bentuk dan ukuran inilah yang menyebabkan timbulnya berbagai jenis alat ukur dan
jenis pengukuran. Untuk jenis pengukuran sudah dibicarakan di atas, jenis alat ukur
perlu juga dibicarakan yang dititik beratkan pada sifat alat ukur itu sendiri maupun
pada jenis benda yang diukur.
Menurut cara kerja dari alat ukur maka alat ukur dapat diklasifikasikan sebagai
berikut: alat ukur mekanis, alat ukur elektris, alat ukur optis, alat ukur mekanis
optis dan alat ukur pneumatis. Ini semua sudah dibicarakan pada bagian pengubah
alat ukur.
Menurut sifat dari alat ukur maka alat ukur dapat dibedakan menjadi:
1. Alat ukur langsung, hasil pengukurannya dapat langsung dapat dibaca pada
skala ukurnya. Misalnya jangka sorong, mikrometer dan sebagainya.
2. Alat ukur pembanding, alat ukur yang mempunyai skala ukur yang telah
dikalibrasi. Dipakai sebagai pembanding alat ukur yang lain. Misalnya: jam ukur
(dial indicator), pembanding (comparator).
3. Alat ukur standar, alat ukur yang mempunyai harga ukuran tertentu. Biasanya
digunakan bersama-sama dengan alat ukur pembanding misalnya: blok ukur (gauge
block), batang ukur (length bar) dan master ketinggian (height master).
4. Alat ukur batas, alat ukur yang digunakan untuk menentukan apakah suatu
dimensi obyek ukur masih terletak dalam batas-batas toleransi ukuran. Misalnya:
kaliber-kaliber batas Go dan No Go.
5. Alat ukur bantu, alat ukur yang sifatnya hanya sebagai pembantu dalam
proses pengukuran. Misalnya: dudukan mikrometer, penyangga/pemegang jam
ukur, dan sebagainya.
Menurut jenis dari benda yang akan diukur maka alat ukur dapat pula
diklasifikasikan menjadi:
1. Alat ukur linier, baik alat ukur linier langsung maupun alat ukur linier tak
langsung. Misalnya : pengukuran panjang, ketinggian, diameter, ketebalan,
kedalaman, dll.
2. Alat ukur sudut atau kemiringan. Ada alat ukur sudut yang langsung bisa
dibaca skala sudutnya ada juga yang harus menggunakan perhitungan secara
matematika. Misalnya : pengukuran bidang miring, taper, sudut, dll.
3. Alat ukur kedataran. Misalnya : pengukuran straightness, levelling, dll
4. Alat ukur untuk mengukur profil atau bentuk. Misalnya : pengukuran
foam, contour cetakan, dll.
5. Alat ukur ulir. Misalnya : pengukuran pitch, diameter dalam, kedalaman ulir,
dll.
6. Alat ukur roda gigi. Misalnya : pengukuran modul roda gigi, tebal gigi,
diameter pitch, tebal gigi, dll.
7. Alat ukur mengecek kekasaran permukaan. Misalnya : pengukuran flatness,
surface roughness, dll.
Sumber kesalahan pada pengukuran bisa terjadi karena beberapa faktor, yaitu benda
kerja, cara dan metode, alat ukur tersebut, lingkungan, dan pengukur.
1. Benda kerja. Yaitu kesalahan bentuk dan posisi, hasil akhir permukaan,
penyimpangan benda kerja.
2. Cara dan metode. Yaitu mengabaikan ABBE principle, posisi benda kerja dan
posisi pengukuran.
3. Alat ukur tersebut. Yaitu titik kontak pengukuran, kesalahan titik nol,
kesalahan linear, kesalahan pada setting gauge, keausan alat ukut, koefisien suhu
alat ukur.
4. Lingkungan. Yaitu temperatur, tekanan udara dan kelembaban, kebersihan,
medan magnet, getaran.
5. Pengukur. Yaitu kesalahan mengukur, kesalahan membaca, kesalahan
pengekleman.
I. Pengukuran Linier
a. Alat Ukur Linier Langsung
Pengukuran langsung adalah pengukuran yang hasil pengukurannya dapat langsung
dibaca pada skala ukur dari alat ukur yang digunakan. Dengan demikian alat ukur
yang digunakan juga alat ukur yang mempunyai skala yang bisa langsung dibaca
skalanya. Alat ukur linier langsung yang banyak digunakan dalam praktek sehari-hari
dapat digolongkan menjadi tiga golongan besar yaitu :
1. Mistar ukur dengan berbagai macam bentuk.
2. Mistar ingsut (jangka sorong) dengan berbagai bentuk.
3. Mikrometer dengan berbagai bentuk.
1. Mistar Ukur
Dalam kehidupan sehari-hari dikenal yang namanya mistar atau penggaris. Ada yang
terbuat dari kayu, ada yang dari bahan plastik, dan ada pula yang terbuat dari baja atau
kuningan.Yang paling banyak saat ini adalah mistar yang terbuat dari plastik (untuk
menggambar/menggambar teknik) dan mistar yang terbuat dari baja (untuk
pengukuran di bidang permesinan). Yang akan dibicarakan disini mistar yang terbuat
dari baja atau kuningan yang memang banyak digunakan untuk pengukuran dalam
kerja mesin. Mistar ukur yang terbuat dari baja ini bermacam-macam bentuknya,
misalnya meteran gulung, meteran lipat, mistar ukur berkait, mistar ukur pendek.
Sistem pembagian skalanya juga ada yang dengan sistem inchi dan ada pula yang
dengan sistem metrik.
3. Mikrometer
Alat ukur linier langsung yang juga termasuk alat ukur presisi adalah mikrometer.
Mikrometer inipun mempunyai bentuk yang bermacam-macam yang disesuaikan
dengan bentuk yang bermacam-macam yang disesuaikan dengan bentuk dari benda
ukur. Bagian yang sangat penting dari mikrometer adalah ulir utama. Dengan adanya
ulir utama kita dapat menggerakkan poros ukur menjauhi dan mendekati permukaan
bidang ukur dari benda ukur. Ulir utama ini dibuat sedemikian rupa sehingga satu
putaran ulir utama dapat menggerakkan sepanjang satu kisaran tergantung dari jarak
kisar (pitch) ulir. Berarti di sini gerak rotasi diubah menjadi gerak translasi. Jarak
kisar ulir biasanya dibuat 0.05 mm. Pada ulir utama inilah biasanya terjadi kesalahan
kisar. Bila diamati kesalahan kisar ini mulai dari awal gerak sampai batas akhir akan
terjadi kesalahan kisar yang biasanya disebut dengan kesalahan kumulatif. Untuk
mengurangi kesalahan kumulatif dari kisar ulir utama maka biasanya panjang ulir
utama hanya dibuat sampai 25 mm yang berarti panjang poros ukur maksimum hanya
25 mm (panjang yang bisa dicapai oleh maju mundurnya poros ukur). Untuk
pengukuran yang berjarak lebih besar dari pada 25 milimeter maka biasanya dibuat
landasan tetap yang dapat diganti-ganti. Secara umum, tipe dari mikrometer ada tiga
macam yaitu mikrometer luar (outside micrometer), mikrometer dalam (inside
micrometer) dan mikrometer kedalaman (depth micrometer). Meskipun mikrometer
ini terbagi dalam tiga tipe yang masing-masing tipe mempunyai bermacam-macam
bentuk, akan tetapi komponen-komponen penting dan prinsip baca skalanya pada
umumnya sama.
Cara ukur :
Misalkan ukuran standar yang harus diperoleh adalah : 58.975 mm
Mulailah dengan angka desimal yang terbelakang, dalam hal ini adalah 0.005
mm, berarti blok ukur yang harus diambil adalah berukuran 1.005 mm (atau 2.005
mm bila tebal dasar set yang dipakai adalah 2 mm)
Sisa ukuran yang tertinggal adalah 58.975 – 1.005 = 57.970 mm
Perhatikan dua angka desimal terakhir, jadi diambil blok berukuran 1.47 mm
sebab blok 1.97 mm tak tersedia. Apabila diambil ukuran 1.07 mm akan
mengharuskan untuk memakai blok sebesar 1.4 mm. Tujuan pemilihan blok ukur
adalah untuk mendapatkan kombinasi beberapa blok ukur dengan jumlah minimum,
Sisa ukuran adalah : 57.97 – 1.47 = 56.5 mm
Untuk itu dapat dipilih blok ukur dengan ukuran 6.5 mm dan 50 mm
Dengan demikian, diperoleh susunan sebagai berikut : 1.005+ 1.47 + 6.5 + 50 =
58.975 mm