Anda di halaman 1dari 11

Metrologi Industri (Alat 

Ukur)

Metrologi adalah ilmu yang mempelajari masalah pengukuran. Pengukuran di sini


hanya yang berkaitan erat dengan perindustrian. Dalam bidang perindustrian biasanya
banyak melibatkan ilmu pengetahuan keteknikan. Metrologi industri lebih
mengkhususkan pada pengukuran geometris suatu produk dengan cara dan alat yang
tepat sehingga hasil pengukurannya mendekati kebenaran dari keadaan yang
sesungguhnya.
Ada beberapa istilah yang sering terkait dalam masalah pengukuran antara lain yaitu:
ketelitian, ketepatan, ukuran dasar, toleransi, harga batas, kelonggaran.
1. Ketelitian (Accuracy)
2. Ketepatan (Precision)
3. Ukuran Dasar (Basic Size)
4. Toleransi ( Tolerance)
5. Harga batas (Limits)
6. Kelonggaran (Clearance)

Pengukuran yaitu membandingkan suatu besaran dengan besaran standar. Syarat dari
besaran standar yaitu dapat didefinisikan secara fisik, jelas dan tidak berubah terhadap
waktu, dan dapat digunakan sebagai pembanding disemua tempat.
Ada beberapa cara pengukuran yang bisa dilakukan untuk mengukur geometris obyek
ukur yaitu:
1. Pengukuran Langsung.
Proses pengukuran yang hasil pengukurannya dapat dibaca langsung dari alat ukur
yang digunakan disebut dengan pengukuran langsung. Misalnya mengukur diameter
poros dengan jangka sorong atau mikrometer.
2. Pengukuran Tak Langsung.
Bila dalam proses pengukuran tidak bisa digunakan satu alat ukur saja dan tidak
bisa dibaca langsung hasil pengukurannya maka pengukuran yang demikian ini
disebut dengan pengukuran tak langsung. Kadang-kadang untuk mengukur satu
benda ukur diperlukan dua atau tiga alat ukur, biasanya ada alat ukur standar, alat
ukur pembanding dan alat ukur pembantu. Misalnya mengukur ketirusan poros
dengan menggunakan senter sinus (sine center) yang harus dibantu dengan jam ukur
(dial indikator) dan blok ukur.

3. Pengukuran Dengan Kaliber Batas.


Kadang-kadang dalam proses pengukuran kita perlu melihat berapa besar ukuran
benda yang dibuat melainkan hanya untuk melihat apakah benda yang dibuat masih
dalam batas-batas toleransi tertentu. Misalnya saja mengukur diameter lubang.
Dengan menggunakan alat ukur jenis kaliber batas dapat ditentukan apakah benda
yang dibuat masuk dalam
kategori diterima (Go) atau masuk dalam kategori dibuang atau ditolak (No Go).
Dengan demikian sudah tentu alat yang digunakan untuk pengecekannya adalah
kaliber batas Go dan No Go. Pengukuran seperti ini disebut pengukuran dengan
kaliber batas. Keputusan yang diambil adalah: dimensi obyek ukur yang masih
dalam batas toleransi dianggap baik dan dipakai, sedang dimensi yang terletak di
luar batas toleransi dianggap jelek. Pengukuran cara ini tepat sekali untuk
pengukuran dalam jumlah banyak dan membutuhkan waktu yang cepat.

4. Pengukuran Dengan Bentuk Standar.


Pengukuran disini sifatnya hanya membandingkan bentuk benda yang dibuat
dengan bentuk standar yang memang digunakan untuk alat pembanding. Misalnya
kita akan mengecek sudut ulir atau roda gigi, mengecek sudut tirus dari poros
kronis, mengecek radius dan sebagainya. Pengukuran dilakukan dengan alat ukur
proyeksi. Jadi, disini sifatnya tidak membaca besarnya ukuran tetapi mencocokkan
bentuk aja. Misalnya sudut ulir dicek dengan mal ulir atau alat pengecek ulir
lainnya.

Geometris obyek ukur mempunyai bentuk dan ukuran yang bervariasi. Adanya variasi
bentuk dan ukuran inilah yang menyebabkan timbulnya berbagai jenis alat ukur dan
jenis pengukuran. Untuk jenis pengukuran sudah dibicarakan di atas, jenis alat ukur
perlu juga dibicarakan yang dititik beratkan pada sifat alat ukur itu sendiri maupun
pada jenis benda yang diukur.

Menurut cara kerja dari alat ukur maka alat ukur dapat diklasifikasikan sebagai
berikut: alat ukur mekanis, alat ukur elektris, alat ukur optis, alat ukur mekanis
optis dan alat ukur pneumatis. Ini semua sudah dibicarakan pada bagian pengubah
alat ukur.

Menurut sifat dari alat ukur maka alat ukur dapat dibedakan menjadi:
1. Alat ukur langsung, hasil pengukurannya dapat langsung dapat dibaca pada
skala ukurnya. Misalnya jangka sorong, mikrometer dan sebagainya.
2. Alat ukur pembanding, alat ukur yang mempunyai skala ukur yang telah
dikalibrasi. Dipakai sebagai pembanding alat ukur yang lain. Misalnya: jam ukur
(dial indicator), pembanding (comparator).
3. Alat ukur standar, alat ukur yang mempunyai harga ukuran tertentu. Biasanya
digunakan bersama-sama dengan alat ukur pembanding misalnya: blok ukur (gauge
block), batang ukur (length bar) dan master ketinggian (height master).
4. Alat ukur batas, alat ukur yang digunakan untuk menentukan apakah suatu
dimensi obyek ukur masih terletak dalam batas-batas toleransi ukuran. Misalnya:
kaliber-kaliber batas Go dan No Go.
5. Alat ukur bantu, alat ukur yang sifatnya hanya sebagai pembantu dalam
proses pengukuran. Misalnya: dudukan mikrometer, penyangga/pemegang jam
ukur, dan sebagainya.

Menurut jenis dari benda yang akan diukur maka alat ukur dapat pula
diklasifikasikan menjadi:
1. Alat ukur linier, baik alat ukur linier langsung maupun alat ukur linier tak
langsung. Misalnya : pengukuran panjang, ketinggian, diameter, ketebalan,
kedalaman, dll.
2. Alat ukur sudut atau kemiringan. Ada alat ukur sudut yang langsung bisa
dibaca skala sudutnya ada juga yang harus menggunakan perhitungan secara
matematika. Misalnya : pengukuran bidang miring, taper, sudut, dll.
3. Alat ukur kedataran. Misalnya : pengukuran straightness, levelling, dll
4. Alat ukur untuk mengukur profil atau bentuk. Misalnya : pengukuran
foam, contour cetakan, dll.
5. Alat ukur ulir. Misalnya : pengukuran pitch, diameter dalam, kedalaman ulir,
dll.
6. Alat ukur roda gigi. Misalnya : pengukuran modul roda gigi, tebal gigi,
diameter pitch, tebal gigi, dll.
7. Alat ukur mengecek kekasaran permukaan. Misalnya : pengukuran flatness,
surface roughness, dll.

Sumber kesalahan pada pengukuran bisa terjadi karena beberapa faktor, yaitu benda
kerja, cara dan metode, alat ukur tersebut, lingkungan, dan pengukur.
1. Benda kerja. Yaitu kesalahan bentuk dan posisi, hasil akhir permukaan,
penyimpangan benda kerja.
2. Cara dan metode. Yaitu mengabaikan ABBE principle, posisi benda kerja dan
posisi pengukuran.
3. Alat ukur tersebut. Yaitu titik kontak pengukuran, kesalahan titik nol,
kesalahan linear, kesalahan pada setting gauge, keausan alat ukut, koefisien suhu
alat ukur.
4. Lingkungan. Yaitu temperatur, tekanan udara dan kelembaban, kebersihan,
medan magnet, getaran.
5. Pengukur. Yaitu kesalahan mengukur, kesalahan membaca, kesalahan
pengekleman.

I. Pengukuran Linier
a. Alat Ukur Linier Langsung
Pengukuran langsung adalah pengukuran yang hasil pengukurannya dapat langsung
dibaca pada skala ukur dari alat ukur yang digunakan. Dengan demikian alat ukur
yang digunakan juga alat ukur yang mempunyai skala yang bisa langsung dibaca
skalanya. Alat ukur linier langsung yang banyak digunakan dalam praktek sehari-hari
dapat digolongkan menjadi tiga golongan besar yaitu :
1. Mistar ukur dengan berbagai macam bentuk.
2. Mistar ingsut (jangka sorong) dengan berbagai bentuk.
3. Mikrometer dengan berbagai bentuk.

1. Mistar Ukur
Dalam kehidupan sehari-hari dikenal yang namanya mistar atau penggaris. Ada yang
terbuat dari kayu, ada yang dari bahan plastik, dan ada pula yang terbuat dari baja atau
kuningan.Yang paling banyak saat ini adalah mistar yang terbuat dari plastik (untuk
menggambar/menggambar teknik) dan mistar yang terbuat dari baja (untuk
pengukuran di bidang permesinan). Yang akan dibicarakan disini mistar yang terbuat
dari baja atau kuningan yang memang banyak digunakan untuk pengukuran dalam
kerja mesin. Mistar ukur yang terbuat dari baja ini bermacam-macam bentuknya,
misalnya meteran gulung, meteran lipat, mistar ukur berkait, mistar ukur pendek.
Sistem pembagian skalanya juga ada yang dengan sistem inchi dan ada pula yang
dengan sistem metrik.

2. Mistar Ingsut (Jangka sorong)


Alat ukur ini banyak terdapat di bengkel-bengkel kerja, yang dalam praktek sehari-
hari mempunyai banyak sebutan misalnya jangka sorong, mistar geser, schuifmaat
atau vernier. Pada batang ukurnya terdapat skala utama yang cara pembacaannya
sama seperti pada mistar ukur. Pada ujung yang lain dilengkapi dengan dua rahang
ukur yaitu rahang ukur tetap dan rahang ukur gerak. Dengan adanya rahang ukur tetap
dan rahang ukur gerak ini maka mistar ingsut bisa digunakan untuk mengukur dimensi
luar, dimensi dalam, kedalaman dan ketinggian dari benda ukur. Di samping skala
utama, dilengkapi pula dengan skala tambahan yang sangat penting perannya di dalam
pengukuran yaitu yang disebut dengan skala nonius. Adanya skala nonius inilah yang
membedakan tingkat ketelitian mistar ingsut. Dalam pembacaan skalanya ada yang
dalam sistem inchi dan ada pula yang dalam sistem metrik. Biasanya pada masing-
masing sisi dari batang ukur dicantumkan dua macam skala yaitu yang satu sisi dalam
bentuk inchi dan sisi lain dalam bentuk metrik. Dengan demikian dari satu alat ukur
bisa digunakan untuk mengukur dengan dua sistem satuan sekaligus yaitu inchi dan
metrik. Ketelitian alat ukur mistar ingsut bisa mencapai 0.001 inchi atau 0.05
milimeter.
Ada pula mistar ingsut yang tidak dilengkapi dengan skala nonius. Sebagai
penggantinya maka dibuat jam ukur yang dipasangkan sedemikian rupa sehingga
besarnya pengukuran dapat dilihat pada jam ukur tersebut. Angka yang ditunjukkan
oleh jam ukur adalah angka penambah dari skala utama (angka di belakang koma
yang menunjukkan tingkat ketelitian). Jadi ada dua jenis jangka sorong yaitu jangka
sorong (jangka ingsut) dengan skala nonius dan mistar ingsut dengan jam ukur. Sesuai
dengan bentuk dari benda ukur maka saat ini telah banyak diproduksi mistar ingsut
dengan berbagai bentuk dan konstruksi, namun prinsip pembacaannya tetap sama.

3. Mikrometer
Alat ukur linier langsung yang juga termasuk alat ukur presisi adalah mikrometer.
Mikrometer inipun mempunyai bentuk yang bermacam-macam yang disesuaikan
dengan bentuk yang bermacam-macam yang disesuaikan dengan bentuk dari benda
ukur. Bagian yang sangat penting dari mikrometer adalah ulir utama. Dengan adanya
ulir utama kita dapat menggerakkan poros ukur menjauhi dan mendekati permukaan
bidang ukur dari benda ukur. Ulir utama ini dibuat sedemikian rupa sehingga satu
putaran ulir utama dapat menggerakkan sepanjang satu kisaran tergantung dari jarak
kisar (pitch) ulir. Berarti di sini gerak rotasi diubah menjadi gerak translasi. Jarak
kisar ulir biasanya dibuat 0.05 mm. Pada ulir utama inilah biasanya terjadi kesalahan
kisar. Bila diamati kesalahan kisar ini mulai dari awal gerak sampai batas akhir akan
terjadi kesalahan kisar yang biasanya disebut dengan kesalahan kumulatif. Untuk
mengurangi kesalahan kumulatif dari kisar ulir utama maka biasanya panjang ulir
utama hanya dibuat sampai 25 mm yang berarti panjang poros ukur maksimum hanya
25 mm (panjang yang bisa dicapai oleh maju mundurnya poros ukur). Untuk
pengukuran yang berjarak lebih besar dari pada 25 milimeter maka biasanya dibuat
landasan tetap yang dapat diganti-ganti. Secara umum, tipe dari mikrometer ada tiga
macam yaitu mikrometer luar (outside micrometer), mikrometer dalam (inside
micrometer) dan mikrometer kedalaman (depth micrometer). Meskipun mikrometer
ini terbagi dalam tiga tipe yang masing-masing tipe mempunyai bermacam-macam
bentuk, akan tetapi komponen-komponen penting dan prinsip baca skalanya pada
umumnya sama.

b. Alat Ukur Linier Tak Langsung


Pada pengukuran linier langsung hasil pengukurannya dapat dibaca langsung pada
skala ukur alat ukur yang digunakan karena memang dari alat ukur tersebut
memungkinkan untuk maksud-maksud di atas. Akan tetapi, kadang-kadang kita tidak
bisa melakukan pengukuran langsung dikarenakan adanya pengukuran yang
memerlukan kecermatan yang tinggi ataupun karena bentuk benda ukur yang tidak
memungkinkan untuk diukur dengan alat ukur langsung. Untuk keadaan seperti di atas
maka biasanya dilakukan pengukuran tak langsung, dalam hal ini adalah pengukuran
linier. Untuk melakukan pengukuran linier tak langsung ada dua jenis alat ukur yang
biasa digunakan yaitu alat ukur standar dan alat ukur pembanding.

Alat Ukur Standar


Yang termasuk dalam kategori alat ukur standar untuk pengukuran linier tak langsung
adalah: Blok ukur, batang ukur dan kaliber induk tinggi.
1. Blok Ukur (Gauge Block)
Blok ukur dikenal juga dengan berbagai nama misalnya end gauge, slip gauge, jo
gauge (johanson gauge). Sebagai alat ukur standar, maka blok ukur ini dibuat
sedemikian rupa sehingga fungsinya sesuai dengan namanya yaitu alat ukur standar.
Alat ukur ini berbentuk segi empat panjang dengan ukuran ketebalan yang bermacam-
macam. Dua dari 6 permukaannya adalah sangat halus, rata dan sejajar. Kedua
permukaan ini sangat halus dan rata maka antara blok ukur yang satu dengan blok
ukur yang lain dapat digabungkan/ disusun tanpa perantara alat lain. Bila
penyusunannya dilakukan dengan teliti maka akan diperoleh suatu susunan blok ukur
yang sangat kuat seolah-olah blok ukur yang satu dengan yang lain sangat melekat.
Dengan menyusun blok ukur yang mempunyai ukuran tertentu maka kita dapat
mengecek atau mengkalibrasi ukuran yang lain. Karena blok ukur ini diperlukan
untuk pengukuran presisi sebagai alat ukur standar maka alat ukur ini harus dibuat
dari bahan yang kuat dan tahan lama. Biasanya bahan untuk membuat blok ukur
adalah baja, karbon tinggi, baja paduan atau karbida. Dengan perlakuan proses panas
tertentu maka logam ini mempunyai sifat-sifat: tahan terhadap keausan karena tingkat
kekerasannya tinggi yaitu 65 RC, tahan terhadap korosi, koefisien muai panjangnya
sama dengan baja karbon yaitu 12 x 10-6 0C-1, tingkat kestabilan dimensinya tinggi.
Kegunaan dari blok ukur ini antara lain untuk: mengecek dimensi ukuran alat-alat
ukur, mengkalibrasi alat ukur langsung seperti mistar ingsut, mikrometer dan mistar
ketinggian, menyetel komparator dan jam ukur, menyetel posisi batang sinus dan
senter sinus dalam pengukuran sudut, dan mengukur serta menginspeksi komponen-
komponen yang presisi di dalam ruang inspeksi.
Blok ukur salah satu alat untuk kalibrasi alat ukur. Kalibrasi adalah menentukan
kebenaran konvensional penunjukkan alat melalui cara perbandingan dengan standar
ukurnya yang tertelusur ke standar nasional/internasional. Kalibrasi bisa dilakukan
dengan membandingkan suatu standar yang terhubung dengan standar nasional
maupun internasional.
 Blok ukur ini dianggap sebagai alat ukur standar, sesuai dengan fungsinya, blok ukur
mempunyai dua permukaan yang disebut muka ukur. Muka ukur ini sangat halus, rata,
sejajar dan mempunyai jarak atau ukuran tertentu. Karena kehalusan dan kerataan
muka ukurnya itu, maka dua atau lebih blok ukur dengan formasi berbagai ukuran,
ukuran itu selanjutnya, dapat digunakan sebagai ukuran standar untuk proses
pengukuran tak langsung. Blok ukur biasanya dibuat dari Baja karbon tinggi, baja
paduan, atau karbida logam yang telah mengalami proses laku panas (heat treatment).
Blok ukur ini tersedia dalam satu set yang terdiri atas bermacam – macam ukuran
nominal. Jumlah blok ukur dalam satu set dapt bermacam – macam dan menurut
ukuran standar metrik jumlah tersebut adalah : 20 , 33 , 50 , 87 , 105 atau 112.
Sifat – sifat Block Gauge:
 Tahan aus, disebabkan oleh kekerasannya sangat tinggi (65 RC).
 Tahan korosi, sifat ini dimiliki oleh Stainlees Steel.
 Koefisien muainya sama dengan baja komponen mesin (12 x 10 -60, C -1).
 Kestabilan dimensi yang baik.
Langkah – langkah perawatan Block Gauge:
 Ambil beberapa blok ukur sesuai dengan ukuran yang dikehendaki. Lalu,
letakkan diatas lap yang bersih dan tutup kembali kotak penyimpannannya.
 Bersihkan Vaseline yang menutupinya dengan menggunakan wash bensin.
Lalu, keringkan dengan lap lembut yang bersih, misalnya kain katun, kertas tisu,
atau kulit lembu. Letakkan kembali blok ukur yang telah bersih itu diatas alas yang
bersih dengan posisi muka ukur terletak disamping.
 Satukan block ukur dalam satu tempat, caranya letakkan salah satu blok ukur
dengan posisi menyilang (900) dari blok ukur lainnya. Kemudian, tekan salah
satunya dengan cara memutar agar sejajar. Apabila ada kotoran, pemutaran jangan
diteruskan, periksa muka ukurnya dan bersihkan kembali.
 Blok ukur yang tipis jangan disatukan dengan blok ukur tipis lainnya. Sebab,
secara tidak sengaja alat itu akan terdeformasi secara permanen (melengkung).
Akibatnya lengkungan itu, lengkungan kecil sekalipun, dapat menghilangkan sifat
saling melekat. Apabila dua blok ukur tipis terpaksa harus disatukan, lakukan
dengan hati – hati, caranya dengan menggeser. Pada penyusunannya, sebaiknya
block tipis diletakkan di tengah. Gunakan blok pelindung pada kedua ujungnya bila
perlu, untuk mencegah keausan pada muka ukurnya.
 Susunlah blok ukur secara berurutan, hingga dicapai ukuran yang dikehendaki,
sebliknya blok ukur yang tipis diletakkan diposisi tengah. Lebih baik jika digunakan
2 blok ukur pelindung yang masing – masing terletak pada ujung susunan.
 Hindari pemegangan yang lama, sebab blok ukur ynag dipegang terlalu lama,
temperaturnya akan meninggi dibandingkan dengan temperature benda dan alat
ukur lainnya.
 Sewaktu pengukuran atau kalibrasi dilakukan, muka ukur dari kedua ujung
susunan blok ukur harus dijaga dengan hati – hati. Hindarkan gesekan – gesekan
yang berlebihan ( dengan permukaan benda ukur maupun dengan permukaan sensor
alat ukur lain ).
 Setelah blok ukur dipakai, pisahkan susunannya dengan menggeser satu per
satu. Pada dasarnya blok ukur tidak boleh saling melekat dalam jangka waktu lama,
sebab semakin lama melekat daya adhesi akan semakin kuat, sehingga sulit
dipisahkan dan dapat merusak muka ukur.
 Blok ukur disimpan kembali. Bersihkan terlebih dahulu blok ukur dari sidik jari
dengan lap yang bersih. Jika ada kotoran yang melekat, bersihkan dengan wash
bensin lalu simpan pada tempatnya.

Cara ukur :
 Misalkan ukuran standar yang harus diperoleh adalah : 58.975 mm
 Mulailah dengan angka desimal yang terbelakang, dalam hal ini adalah 0.005
mm, berarti blok ukur yang harus diambil adalah berukuran 1.005 mm (atau 2.005
mm bila tebal dasar set yang dipakai adalah 2 mm)
 Sisa ukuran yang tertinggal adalah 58.975 – 1.005 = 57.970 mm
 Perhatikan dua angka desimal terakhir, jadi diambil blok berukuran 1.47 mm
sebab blok 1.97 mm tak tersedia. Apabila diambil ukuran 1.07 mm akan
mengharuskan untuk memakai blok sebesar 1.4 mm. Tujuan pemilihan blok ukur
adalah untuk mendapatkan kombinasi beberapa blok ukur dengan jumlah minimum,
 Sisa ukuran adalah : 57.97 – 1.47 = 56.5 mm
 Untuk itu dapat dipilih blok ukur dengan ukuran 6.5 mm dan 50 mm
 Dengan demikian, diperoleh susunan sebagai berikut : 1.005+ 1.47 + 6.5 + 50 =
58.975 mm

Anda mungkin juga menyukai