Anda di halaman 1dari 4

Shafa Nur Adzirah_072011233105_Individual Paper Week 3

Diplomat dan Perannya dalam Hubungan Internasional


Diplomasi merupakan pengelolaan hubungan antar negara dan antar aktor negara. Diplomasi dalam
perspektif negara dapat dipahami sebagai usaha untuk menasihati, membentuk serta melaksanakan kebijakan
luar negeri (Barston, 2013). Negara juga menggunakan diplomasi dengan maksud untuk menyelesaikan
perselisihan, membentuk aliansi, bernegosiasi, membuat perjanjian antar negara, memperkuat hubungan
ekonomi, merangsang pertukaran budaya dan militer serta berbagai tujuan lainnya (Figus, 2018). Dalam
praktiknya, diplomasi tidak pernah lepas dari peran aktor negara sebagai perwakilan formal maupun perwakilan
non-formal untuk mengartikulasikan, mengkoordinasikan, dan mengamankan kepentingan tertentu di suatu
negara. Aktor yang berperan dalam praktik diplomasi itulah yang disebut dengan diplomat (Barston, 2013).
Diplomat menduduki peran penting dalam berjalannya diplomasi, sebab negara membutuhkan aktor diplomasi
untuk berhubungan dengan aktor dari negara lain saat melakukan urusan pemerintahan (Hughes dalam
Freeman, 1994). Diplomat memiliki tujuan utama yaitu transaksi bisnis mewakili negara asalnya dengan
pemerintah negara lain sehingga salah satu yang menjadi faktor keberhasilan atau kegagalan misi diplomatik
juga ditentukan oleh bagaimana kinerja dari seorang diplomat (Bohlen, 1961 dalam Freeman, 1994). Diplomat
akan terus mengikuti perkembangan pemerintahan mereka mengenai tujuan kebijakan luar negeri pada berbagai
masalah internasional. Diplomat yang baik akan selalu sadar dan mengedepankan kepentingan negaranya serta
bertindak dalam apa yang menjadi batasan tujuan kebijakan yang telah disepakati oleh negaranya (Barder,
2014).

Sama seperti dokter, pendeta, dan agen militer, diplomat merupakan profesi yang terpelajar. Diplomat
memiliki pengetahuan umum dan sistematis yang tinggi, kemampuan analisis penyelesaian masalah yang baik
serta karakteristik yang kuat. Seorang diplomat harus menempuh pendidikan formal yang tinggi untuk bisa
memperoleh itu semua. Diplomat harus memegang kode etik yang baik sehingga orientasinya adalah untuk
melayani dan mementingkan kepentingan masyarakat daripada kepentingan individu. Kode etik juga sangat
diperlukan saat berinteraksi satu sama lain, baik dengan pemerintah maupun publik yang mereka layani
(Freeman, 1994). Para diplomat haruslah mereka yang mengerti dan memahami kebijakan pemerintah
negaranya dan mampu bertindak untuk mengembangkan kebijakan luar negeri negaranya. Diplomat umumnya
harus memiliki ruang lingkup inisiatif dan kontribusi dalam pembuatan kebijakan. Jika ingin menempati profesi
sebagai diplomat, seseorang setidaknya harus memiliki minat dalam urusan politik internasional, memiliki
kekuatan analitis dan penalaran yang baik, keterampilan berkomunikasi yang baik. (Barder, 2014). Menjadi
diplomat berarti seseorang harus siap dan memiliki bekal keterampilan negosiasi diplomatic dan menguasai
teknis praktik diplomatik (Barston,2013). Profesi diplomat juga harus didasari pada keinginan untuk berusaha
semaksimal mungkin memajukan kepentingan negaranya di wilayah tujuan, mampu mendorong terciptanya
kerja sama, serta menjaga hubungan persahabatan dengan negara-negara lain di dunia (Figus, 2018).
Shafa Nur Adzirah_072011233105_Individual Paper Week 3

Diplomat pertama muncul pada awal diplomasi Barat dan dianggap sebagai profesi yang asing bagi
banyak orang. Hal tersebut perlahan berubah dalam ritual diplomasi Bizantium yang kemudian mulai lazim di
masyarakat Eropa khususnya setelah periode Renaissance (Sofer, 2007). Kaisar Bizantium adalah orang
pertama yang mengatur departemen pemerintahan khusus untuk menangani urusan luar negeri dan melatih
negosiator professional atau disebut juga dengan diplomat untuk menjadi duta bagi mereka di pengadilan asing.
Diplomat pada kala itu ditugaskan untuk selalu berperilaku sopan ketika berurusan dengan orang asing dan
tidak boleh mengkritik, melainkan harus memuji kondisi yang mereka amati di luar negeri (Nicolson, 1954).
Munculnya diplomat pertama yaitu dari proto diplomat seperti bentara dan proxenoi pada masa Yunani kuno,
yang pada saat itu Roma mengutus kepala duta besar residen dan staf professional mereka di Italia Utara (Sharp,
2009). Peran yang dijalankan oleh diplomat pada masa lalu berfokus pada fungsi diplomasi saat itu yaitu
representasi formal, melakukan kunjungan kerja sama dengan negara lain, melindungi serta memperjuangkan
kepentingan warga negaranya di negara tujuan. Diplomat di masa lalu juga berfokus pada negosiasi diplomatik
dan pengelolaan jangka pendek masalah rutin dalam hubungan bilateral dan multilateral (Barston, 2014).

Transisi antara diplomasi lama dan diplomasi baru sebenarnya telah dimulai sejak seratus tahun lalu
sebelum revolusi pada tahun 1919 (Nicolson, 1954). Peran diplomat di masa sekarang berubah seiring dengan
perubahan diplomasi internasional. Munculnya aktor-aktor baru dengan kedudukan internasional dan dalam
tahap transisi, mununjukan mode pemerintahan polisentris (Scholte, 2008 dalam Bjola, 2015). Adanya
pergeseran fungsi diplomatik tradisional dari fungsi representasi dan negosiasi menjadi diplomasi modern akan
mempengaruhi peran diplomat itu sendiri di masa sekarang (Bjola & Holmes, 2015). Diplomasi modern
mengalami banyak perkembangan istilah seperti “oil diplomacy”, “resource diplomacy”, “knowledge
diplomacy, “global governance”, dan “transition diplomacy. Hal-hal tersebut juga turut berimplikasi pada
meluasnya cakupan tugas diplomat saat ini yang menjadi semakin beragam (Barston, 2013). Dunia yang
semakin global membuat diplomat harus terus berinovasi untuk mecinptakan kerja sama, memajukan
kepentingan, meningkatkan dan mengembangkan kepercayaan internasional serta memajukan kerjasama
ekonomi. Salah satu tugas diplomat juga mencakup kegiatan melaporkan secara lengkap dan akurat kepada
negara asal tentang fenomena dan kondisi yang terjadi di negara tujuan (Figus, 2018).

Diplomasi dan politik keduanya memiliki keterkaitan yang sangat kuat sebab diplomasi secara jelas
dapat mengarah pada pembentukan konflik dan kerja sama dalam politik internasional (Bjola & Holmes, 2015).
Dalam situasi politik, potensi konflik sangat mungkin terjadi dan dalam beberapa hal konflik justru dibutuhkan
untuk mencapai suatu kesepakatan diplomasi yang baik yang akan menjadi tantangan tersendiri bagi diplomat
untuk bagaimana menyelesaikan konflik dalam politik untuk mencapai suatu kesepakatan. Diplomasi sendiri
juga tidak hanya melibatkan representasi kepentingan tertentu, tetapi juga pembangunan politik internasional
yang lebih berintergrasi. Praktik diplomasi berpusat pada representasi antar politik yang diakui secara formal
Shafa Nur Adzirah_072011233105_Individual Paper Week 3

dan bentuk keterlibatan tugas pemerintah untuk memfasilitasi dan melegitimasi para diplomat untuk
berkomitmen dengan negara tertentu (Sending et al., 2015). Fungsi politik juga sangat mempengarui
bagaimana para diplomat melakukan tindakan diplomatik sebab hal tersebut merupakan konsep yang digunakan
oleh pemerintah dalam membentuk dan mengambil kebijakan luar negeri dan bagaimana cara efektif untuk
memajukan kepentingan tersebut melalui perwakilan yang dikirim oleh negara yaitu diplomat (Barder, 2014).

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa diplomat adalah aktor penting dalam diplomasi karena
negara pasti memerlukan perwakilan untuk mewakili kepentingannya. Diplomat berperan untuk mewakili
negara dalam membuat kesepakatan, menyelesaikan konflik, membangun kerja sama, membentuk aliansi, dan
bernegosiasi. Profesi diplomat memerlukan pendidikan formal yang tinggi sebab diplomat secara resmi diutus
oleh negara sehingga siapa saja yang menjadi diplomat harus memiliki pengetahuan umum dan sistematis yang
tinggi, kemampuan analisis penyelesaian masalah yang baik serta karakteristik yang kuat. Peran diplomat di
masa lalu berfokus pada fungsi diplomasi saat itu yaitu representasi formal, melakukan kunjungan kerja sama
dengan negara lain, melindungi serta memperjuangkan kepentingan warga negaranya di negara tujuan. Berbeda
dari perannya di masa lalu, peran diplomat saat ini sudah sangat bervariasi mengikuti perkembangan dunia yang
semakin global sehingga apa yang menjadi urusan dan kepentingan negara semakin bertambah banyak di segala
aspek kehidupan. Antara diplomasi dan fungsi politik, keduanya saling berkaitan baik dalam segi praktik
diplomasi yang mengusung konsep-konsep politik maupun juga pembentukan kerja sama politik internasional.

Referensi:

Barder, Brian. 2014. What Diplomats Do: The Life and Work of Diplomats. London: Rowman & Littlefield
Publishing Group.

Barston, R. P. 2013. Modern Diplomacy. New York : Pearson Education, chapters 1.

Bjola, C., & Holmes, M. 2015. Digital Diplomacy: Theory and Practice. London: Routledge. Chapter:
Introduction

Figus, Alessandro. 2018. Introduction to diplomatic Sciences (handbook and glossary). Italy : Geopolitical,
Social Security and Freedom Journal, Volume 1.

Nicolson, H. 1954. The Evolution of Diplomatic Method. Cassell history. Tersedia di:
https://books.google.co.id/books?id=sf0WzQEACAAJ (Diakses: 9 March 2021).

Freeman, C. W. 1994. Diplomat’s Dictionary. DIANE Publishing.

Sending, O. J., Pouliot, V., & Neumann, I. B. (Eds.). 2015. Diplomacy and the Making of World Politics (Vol.
136). Cambridge University Press, chapters 4, 7 and conclusion.
Shafa Nur Adzirah_072011233105_Individual Paper Week 3

Sharp, P. 2009. Diplomatic Theory of International Relations. Cambridge University Press.

Sofer, S. 1997. The diplomat as a stranger. London: Diplomacy and Statecraft, 8(3).

Anda mungkin juga menyukai