Permasalahan Kesehatan Lingkungan Di Ind-Dikonversi
Permasalahan Kesehatan Lingkungan Di Ind-Dikonversi
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Dasar-dasar Kesehatan Lingkungan
yang dibina oleh Drs. Solichin, ST. M.Kes dan Septa Katmawati, S.Gz, M.Kes
Oleh:
HALAMAN SAMPUL
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan.................................................................................92
3.2 Saran............................................................................................93
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................94
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semenjak umat manusia menghuni planet bumi ini, sebenarnya manusia sudah
seringkali menghadapi masalah-masalah kesehatan serta bahaya kematian yang
disebabkan oleh faktor-faktor lingkungan hidup yang ada di sekeliling mereka
seperti benda mati, mahkluk hidup, adat istiadat, kebiasaan, dan lain-lain
(Budiman, 2007). Dalam suatu wilayah, kondisi lingkungan merupakan
determinan utama dan terpenting bagi derajat kesehatan masyarakat. Pencemaran
lingkungan akibat perkembangan teknologi dan pembangunan juga
mempengaruhi ragam dan kualitas pencemarnya, dari masalah sanitasi dasar,
pembuangan limbah rumah tangga, sampah domestik, dan penyediaan air bersih,
bergeser ke berbagai pencemaran partikel debu, bahan dan buangan kimia, sampai
radiasi dan gelombang elektro magnetik (FKM UI, 2013).
Menurut Undang Undang No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah
kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup,
termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan
perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Masalah
kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan
dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan sendiri. Kesehatan lingkungan
pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum
sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimal
pula (Notoatmodjo, 2011). Masalah lingkungan hidup di Indonesia saat ini yaitu
penebangan hutan secara liar/pembalakan hutan, polusi air dari limbah industri
dan pertambangan, polusi udara di daerah perkotaan, asap dan kabut dari
kebakaran hutan, kebakaran hutan permanen/tidak dapat dipadamkan, perambahan
suaka alam/suaka margasatwa, perburuan liar, perdagangan dan pembasmian
hewan liar yang dilindungi, penghancuran terumbu karang, pembuangan sampah
tanpa pemisahan/pengolahan, dan masih banyak lagi.
1
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan kesehatan lingkungan?
b. Bagaimana permasalahan kesehatan lingkungan?
c. Apa saja permasalahan kesehatan lingkungan?
d. Faktor apa saja yang menyebabkan permasalahan kesehatan lingkungan?
e. Bagaimana upaya untuk mengatasi permasalahan kesehatan lingkungan?
1.3 Tujuan
a. Mengetahui definisi dari kesehatan lingkugan
b. Mengetahui permasalahan kesehatan lingkungan yang terjadi
c. Mengetahui macam-macam permasalahan kesehatan lingkungan
d. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan permasalahan kesehatan
lingkungan
e. Mengetahui upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan
kesehatan lingkungan
BAB II
PEMBAHASAN
1. Urbanisasi penduduk
Di Indonesia, terjadi perpindahan penduduk dalam jumlah besar dari desa
ke kota. Lahan pertanian yang semakin berkurang terutama di pulau Jawa
dan terbatasnya lapangan pekerjaan mengakibatkan penduduk desa
berbondong-bondong datang ke kota besar mencari pekerjaan sebagai
pekerja kasar seperti pembantu rumah tangga, kuli bangunan dan
pelabuhan, pemulung bahkan menjadi pengemis dan pengamen jalanan
yang secara tidak langsung membawa dampak sosial dan dampak
kesehatan lingkungan, seperti munculnya pemukiman kumuh dimana-
mana.
2. Tempat pembuangan sampah
Di hampir setiap tempat di Indonesia, sistem pembuangan sampah
dilakukan secara dumping tanpa ada pengelolaan lebih lanjut. Sistem
pembuangan semacam itu selain memerlukan lahan yang cukup luas juga
menyebabkan pencemaran pada udara, tanah, dan air selain lahannya juga
juga dapat menjadi tempat berkembangbiaknya agen dan vector penyakit
menular.
3. Penyediaan sarana air bersih
Berdasarkan survei yang pernah dilakukan, hanya sekitar 60 % penduduk
Indonesia mendapatkan air bersih dari PDAM, terutama untuk penduduk
perkotaan, selebihnya mempergunakan sumur atau sumber air lain. Bila
datang musim kemarau, krisis air dapat terjadi dan penyakit gastroenteritis
mulai muncul dimana-mana.
4. Pencemaran udara
Tingkat pencemaran udara di Indonesia sudah melebihi ambang batas
normal terutama di kota-kota besar akibat gas buangan kendaraan
bermotor. Selain itu, hampir setiap tahun asap tebal meliputi wilayah
nusantara bahkan sampai ke negara tetangga akibat pembakaran hutan
untuk lahan pertanian dan perkebunan.
5. Pembuangan limbah industri dan rumah tangga
Hampir semua limbah cair baik yang berasal dari rumah tangga dan
industri dibuang langsung dan bercampur menjadi satu ke badan sungai
atau laut, ditambah lagi dengan kebiasaan penduduk melakukan kegiatan
MCK dibantaran sungai. Akibatnya, kualitas air sungai menurun dan
apabila digunakan untuk air baku memerlukan biaya yang tinggi.
6. Bencana alam/pengungsian
Gempa bumi, tanah longsor, gunung meletus, atau banjir yang sering
terjadi di Indonesia mengakibatkan penduduk mengungsi yang tentunya
menambah banyak permasalahan kesehatan lingkungan.
7. Perencanaan tata kota dan kebijakan pemerintah
Perencanaan tata kota dan kebijakan pemerintah seringkali menimbulkan
masalah baru bagi kesehatan lingkungan. Contoh, pemberian izin tempat
pemukiman, gudung atau tempat industry baru tanpa didahului dengan
studi kelayakan yang berwawasan lingkungan dapat menyebabkan
terjadinya banjir, pencemaran udara, air, dan tanah serta masalah sosial
lain.
2.4 Deforestation
Deforestasi adalah kegiatan penebangan hutan atau tegakan pohon
(stand of trees) sehingga lahannya dapat dialihgunakan untuk penggunaan nir-
hutan (non-forest use) yakni pertanian, peternakan atau kawasan perkotaan.
Istilah deforestasi sering disalahartikan untuk menggambarkan kegiatan
penebangan yang semua pohonnya di suatu daerah ditebang habis. Namun, di
daerah beriklim ugahari yang cukup lengas (temperate mesic climate),
penebangan semua pohon—sesuai dengan langkah-langkah pelaksanaan
kehutanan yang berkelanjutan (sustainable forestry)—tepatnya disebut
sebagai 'panen permudaan' (harvest regeneration). Di daerah tersebut,
permudaan alami oleh tegakan hutan biasanya tidak akan terjadi tanpa
gangguan, baik secara alami maupun akibat manusia. Selain itu, akibat dari
panen permudaan seringkali mirip dengan gangguan alami, termasuk
hilangnya keanekaragaman hayati (biodiversity) setelah perusakan hutan
hujan (rainforest) yang terjadi secara alami.
Deforestasi dapat terjadi karena berbagai alasan: pohon atau arang yang
diperoleh dari hutan dapat digunakan atau dijual untuk bahan bakar atau
sebagai kayu saja, sedangkan lahannya dapat dialihgunakan sebagai padang
rumput untuk ternak, perkebunan untuk barang dagangan (commodity), atau
untuk permukiman (settlement). Penebangan pohon tanpa penghutanan
kembali (reforestation) yang cukup dapat merusak lingkungan tinggal
(habitat), hilangnya keanekaragaman hayati dan kegersangan (aridity).
Penebangan juga berdampak buruk terhadap penyitaan hayati
(biosequestration) karbon dioksida dari udara. Daerah-daerah yang telah
ditebang habis biasanya mengalami pengikisan tanah yang parah dan sering
menjadi gurun.
Pengabaian atau ketidaktahuan nilai hakiki (intrinsic value), kurangnya
nilai yang terwariskan (ascribed value), kelengahan dalam pengelolaan hutan
dan hukum lingkungan yang kurang memadai merupakan beberapa alasan
yang memungkinkan terjadinya pengawahutanan secara besar-besaran.
Banyak negara di dunia mengalami pengawahutanan terus-menerus, baik
secara alami maupun akibat manusia. Pengawahutanan dapat menyebabkan
kepunahan, perubahan iklim, penggurunan (desertification), dan
ketersingkiran penduduk semula. Perubahan tersebut juga pernah terjadi pada
masa lalu dan dapat dibuktikan melalui penelitian rekaman sisa purba (fossil
record). Akan tetapi, angka pengawahutanan bersih sudah tidak lagi
meningkat di antara negara-negara dengan PDB per kapita yang sedikitnya
AS$4.600.
Banyaknya deforestasi pada masa kini terjadi karena penyelewengan
kuasa pemerintahan (political corruption) di kalangan lembaga pemerintah,
ketidakadilan dalam pembagian kekayaan (wealth) dan kekuasaan,
pertumbuhan penduduk dan ledakan penduduk (overpopulation), maupun
pengkotaan (urbanization). Kesejagatan (globalization) seringkali dipandang
sebagai akar penyebab lain yang mengakibatkan pengawahutanan, meskipun
ada pula dampak baik dari kesejagatan (datangnya tenaga kerja, modal,
barang dagangan dan gagasan baru) yang telah menggalakkan pemulihan
hutan setempat.
Pada tahun 2000, Perhimpunan Pangan dan Pertanian (FAO)
menemukan bahwa "peran keberubahan penduduk (population dynamics)
dalam keadaan setempat dapat berubah-ubah dari sangat berpengaruh hingga
tidak berpengaruh sama sekali," dan pengawahutanan dapat terjadi karena
"tekanan penduduk dan kemandekan keadaan ekonomi (stagnating economic
conditions), masyarakat maupun teknologi."
Terjadinya kemerosotan lingkungan alam hutan (forest ecosystem) juga
dapat berakar dari dorongan-dorongan ekonomi yang menonjolkan
keuntungan pengalihgunaan hutan daripada pelestarian hutan. Banyak
kegunaan hutan yang penting tidak ada pasaran, maka dari itu, tidak ada nilai
ekonomi yang bermanfaat bagi para pemilik hutan atau masyarakat yang
bergantung pada hutan untuk kesejahteraan mereka. Dari sudut pandang
negara berkembang, hilangnya manfaat hutan (sebagai penyerap karbon
(carbon sink) atau cagar keanekaragaman hayati (biodiversity reserve), ketika
sebagian besar sisa pohonnya dikirim ke negara-negara maju, merupakan hal
yang tidak adil karena tidak ada imbalan yang cukup untuk jasa tersebut.
Negara-negara berkembang merasa beberapa negara maju, seperti Amerika
Serikat, telah mendapatkan banyak manfaat dengan menebang hutannya
sendiri berabad-abad yang lalu, dan adalah hal yang munafik apabila negara-
negara maju tidak membiarkan negara-negara berkembang dengan
kesempatan yang sama: bahwa negara miskin tidak harus menanggung biaya
pelestarian karena negara kayalah yang telah menciptakan masalahnya.
Para pakar tidak sepakat bahwa pembalakan (logging) besar-besaran
bagi perdagangan memainkan peran penting bagi deforestasi sejagat (global
deforestation).Beberapa pakar berpendapat bahwa orang miskin lebih
cenderung menebangi hutan karena mereka tidak punya jalan keluar yang
lain. Ada juga yang berpendapat bahwa masyarakat miskin tidak mampu
membayar bahan dan tenaga kerja yang diperlukan untuk menebang hutan.
Hasil dari salah satu pengkajian pengawahutanan menyatakan bahwa hanya
8% penebangan hutan beriklim panas terjadi karena peningkatan jumlah
penduduk oleh angka kesuburan yang tinggi (high fertility rate)
2.5Rusak-Berkurangnya-Hilangnya Biodiversity
2.5.1 Pengertian
Keanekaragaman hayati atau biodiversitas (Bahasa Inggris:
biodiversity) adalah suatu istilah pembahasan yang mencakup semua
bentuk kehidupan, yang secara ilmiah dapat dikelompokkan menurut
skala organisasi biologisnya, yaitu mencakup gen, spesies tumbuhan,
hewan, dan mikroorganisme serta ekosistem dan proses-proses ekologi
dimana bentuk kehidupan ini merupakan bagiannya. Dapat juga
diartikan sebagai kondisi keanekaragaman bentuk kehidupan dalam
ekosistem atau bioma tertentu. Keanekaragaman hayati seringkali
digunakan sebagai ukuran kesehatan sistem biologis.
Keanekaragaman hayati tidak terdistribusi secara merata di bumi;
wilayah tropis memiliki keanekaragaman hayati yang lebih kaya, dan
jumla keanekaragaman hayati terus menurun jika semakin jauh dari
ekuator.
Keanekaragaman hayati yang ditemukan di bumi adalah hasil dari
miliaran tahun proses evolusi. Asal muasal kehidupan belum diketahui
secara pasti dalam sains. Hingga sekitar 600 juta tahun yang lalu,
kehidupan di bumi hanya berupa archaea, bakteri, protozoa, dan
organisme uniseluler lainnya sebelum organisme multiseluler muncul
dan menyebabkan ledakan keanekaragaman hayati yang begitu cepat,
namun secara periodik dan eventual juga terjadi kepunahan secara
besar-besaran akibat aktivitas bumi, iklim, dan luar angkasa.
2.6.6 Solusi
Setelah membaca semua tentang rusaknya ekosistem laut mulai
dari bentuk kerusakan, kondisi, dampak, dan juga cara mencegah dan
mengatasi semua tentang rusaknya linkungan daerah laut Indonseia,
semua permasalahan terdapat juga solusi yang tidak mudah atau tidak
gampang memulihkan semua dengan waktu yang singkat.
Semua solusi seperti tadi saya bilang tergantung mau apa tidak
orang itu mau berubah untuk menjadi yang lebih baik untuk semua yang
ada di dunia ini, semua di lakukan dengan cara menanggulangi adanya
limbah yang berlebihan pada pantai atau laut.
Dengan di awali kesadaran manusia masing dengan cara tidak
membuang sampah sembarangan, gotong royong membersihkan
pinggiran pesisir pantai. Membuat tempat pelestarian biota-biota laut
yang sudh mulai terancam punah.
Dengan Terlaksananya semua hal di atas pasti akan memberikan
dampak nyata pada nelayan dan kelestarian terumbu karang walau
mungkin tidak dalam waktu singkat untuk menyelesaikan masalah ini
sepenuhnya. Mudah-mudahan itu semua dapat membuat pantai
Indonesia lebih baik lagi, jadi pusat tempat datangnya wisatawan
domestic. Menjadi
Dari sisi lingkungan, daerah Gunung Botak menjadi rawan longsor karena
adanya penggalian-penggalian lubang untuk pertambangan. Banyak pohon yang
ditebang/dirusak untuk keperluan para penambang membuat tenda dan membuat
lubang tambang, daerah yang mulanya merupakan ekosistem hutan berubah
menjadi lubang tambang yang ditinggalkan penambang tanpa dilakukan
rehabilitasi hal ini sangat merusak lingkungan.Hilangnya ekosistem hutan yang
berganti menjadi daerah pertambangan telah menghilangkan fungsi ekosistem
hutan sebagai pertukaran energy (energy circuits), siklus hidrologi, rantai
makanan mahluk hidup, mempertahankan keanekaragaman hayati, daur nutrient
dan pengendali ketika terjadi pencemaran. Kerusakan ekosistem hutan berdampak
pada ketidakseimbangan sistem alam.Sungai yang mulanya bersih menjadi kotor
dan tercemar mercury.
Tujuan pengawetan jenis tumbuhan dan satwa (PP no. 7 tahun 1999) bertujuan
untuk:
a. Permasalahan Sampah
Selain masalah sosial yang berpotensi sebagai permasalahan lingkungan
urban, hal yang tidak kalah pentingnya yaitu masalah kondisi fisik
lingkungan itu sendiri, seperti masalah sampah di perkotaan. Di daerah
perkotaan, sampah menjadi masalah yang cukup pelik. Dimanapun, sampah
akan menjadi masalah jika tidak dikelola dengan baik. Lingkungan perkotaan
sangat berpotensi menimbulkan permasalahan sampah. Penumpukan sampah
di beberapa tempat dengan mudah terjadi, penyebabnya antara lain faktor-
faktor berikut:
- Tempat penampungan sampah masih sangat kurang dan lokasinya jauh
diluar kota. Jarak yang relatif jauh ini menyebabkan waktu untuk
mengangkut sampah menjadi kurang efektif.
- Fasilitas pengangkutan sampah terbatas sehingga tidak semua sampah
di tempat penampungan sementara dapat terangkut. Sisa sampah yang
tidak terangkut ini berpotensi menjadi tumpukan sampah.
- Tidak semua lingkungan memiliki lokasi penampungan sampah.
Akibatnya, masyarakat mengalami kesulitan membuang sampah
rumah tangga. Sebagai jalan pintas, mereka sering kali menumpuk
sampah di tempat yang tidak semestinya.
- Penambahan volum sampah jauh lebih besar daripada kemampuan
angkut armada sampah. Kondisi yang tidak seimbang ini juga memicu
rumitnya penglolaan sampah.
b. Permasalahan Got
Got sebagai saluran pembuangan air lebih banyak ditemukan di daerah
perumahan. Masyarakat menjadikan got sebagai saluran pembuangan limbah
cair rumah tangga. Limbah cair rumah tangga yang banyak disalurkan ke got
adalah sisa air mandi, air bekas cucian, dan limbah dapur.Pembuatan saluran
got didaerah permukaan sering kali hanya memperhatikan kelancaran air di
daerah tersebut. Banyak daerah perumahan yang tidak memiliki saluran air
terutama yang dapat mengalirkan air dalam jumlah besar. Got terhubung
secara tidak beraturan.
Bahkan, terkadang pembuatan got tanpa memperhatikan tingkat
kemiringan tanah. Sering juga ditemukan kondisi tanah kiri dan kanan got
tidak dibuat kokoh sehingga mudah terkikis air. Mengingat vitalnya fungsi
got maka got harus dibuat dengan desain yang baik. Desain got hendaknya
memperhatikan semua aspek demi kelancaran aliran air, misalnya tingkat
kemiringan got, ada atau tidaknya saluran air utama, dan letak aliran sungai.
Didaerah yang tidak memiliki tata ruang yang baik, sistem pembuangan
air (drainase) biasanya terjadi secara alami. Air buangan disalurkan ke tempat
yang lebih rendah, tanpa peduli daerah rendah tersebut tersambung dengan
aliran sungai atau tidak. Akibatnya, daerah rendah menjadi muara air
pembuangan dari limbah rumah tangga maupun air hujan.
Permasalahan limbah got dan solusinya
Fungsi utama got yaitu untuk mengalirkan air hujan dari pemukiman ke
induk sungai yang kemudian meghubungkannya ke laut. Dengan demikian,
air hujan tidak akan menggenang dan menyebabkan bencana banjir.
Disamping air hujan terutama pada musim kemarau, got berfungsi untuk
mengalirkan limbah cair dari kegiatan rumah tangga. Air bekas mandi dan
cucian merupakan jenis limbah yang banyak dialirkan melalui got.
Proses pengolahan limbah got menjadi produk baru dilakukan dengan metode
sederhana, yaitu sistem bioremediasi. Zat-zat yang terkandung dalam limbah got
ini dapat ditekan atau diurai menjadi senyawa sederhana dan tidak merugikan
lingkungan. Produk yang dapat dihasilkan dari limbah got antara lain bahan
baku/bahan sampingan, batako/paving blok, media tanam, dan pupuk cair.
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan akan
menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai batasannya, air bersih
adalah air yang memenuhi persyaratan yang dimaksud adalah persyaratan dari
segi kualitas air yang meliputi kualitas fisik, kimia, biologis dan radiologis,
sehingga apabila dikonsumsi tidak menimbulkan efek samping (Ketentuan Umum
Permenkes No. 416/Menkes/PER/IX/1990). Persyaratan tersebut juga
memperhatikan pengamanan terhadap sistem distribusi air bersih dari instalasi air
bersih sampai pada konsumen.
Air Hujan
Air hujan disebut juga dengan air angkasa. Beberapa sifat kualitas
dari air hujan adalah sebagai berikut:
- Bersifat lunak karena telah mengandung larutan garam dan zat-zat
mineral.
- Air hujan pada umumnya bersifat lebih bersih.
- Dapat bersifat korosif karena mengandung zat-zat kimia yang
terdapat di udara seperti NH3, CO2 agresif, ataupun SO2. Adanya
konsentrasi SO2 yang tinggi di udara yang bercampur dengan air
hujan akan menyebabkan terjadinya hujan asam (acid rain).
Dari segi kuantitas, air hujan tergantung pada besar kecilnya curah
hujan. Sehingga air hujan tidak mencukupi untuk persediaan air minum
karena jumlahnya berfluktuasi. Begitu pula bila dilihat dari segi
kontinuitasnya, air hujan tidak dapat diambil secara terus menerus karena
tergantung musim. Pada musim kemarau kemungkinan air akan menurun
karena tidak ada penambahan air hujan.
Air Permukaan
Air permukaan yang biasanya dimanfaatkan sebagai sumber atau
bahan baku air bersih adalah:
- Air waduk (berasal dari air hujan)
- Air sungai (berasal dari air hujan dan mata air)
- Air danau (berasal dari air hujan, air sungai atau mata air).
Air Tanah
Air tanah banyak mengandung garam dan mineral yang terlarut pada
waktu air melalui lapisan-lapisan tanah. Secara praktis air tanah adalah
bebas dari polutan karena berada di bawah permukaan tanah. Tetapi tidak
menutup kemungkinan bahwa air tanah dapat tercemar oleh zat-zat yang
mengganggu kesehatan seperti kandungan Fe, Mn, kesadahan yang
terbawa oleh aliran permukaan tanah. Bila ditinjau dari kedalaman air
tanah maka air tanah dibedakan menjadi air tanah dangkal dan air tanah
dalam. Air tanah dangkal mempunyai kualitas lebih rendah dibanding
kualitas air tanah dalam. Hal ini disebabkan air tanah dangkal lebih mudah
mendapat kontaminasi dari luar dan fungsi tanah sebagai penyaring lebih
sedikit.
Dari segi kuantitas, apabila air tanah dipakai sebagai sumber air baku
air bersih adalah relatif cukup. Tetapi bila dilihat dari segi komunitasnya
maka pengambilan air tanah harus dibatasi, karena dikhawatirkan dengan
pengambilan yang secara terus menerus akan menyebabkan penurunan
muka air tanah. Karena air di alam merupakan rantai yang panjang
menurut siklus hidrologi, maka bila terjadi penurunan maka air tanah
kemungkinan kekosongannya akan diisin oleh air laut. Peristiwa ini biasa
disebut instrusi air laut. Kondisi ini telah banyak dijumpai khususnya di
daerah-daerah dekat pantai atau laut seperi Jakarta dan Surabaya.
Keuntungan: air tanah biasanya bebas dari kuman penyakit dan tidak
perlu mengalami purifikasi atau penjernihan. Persediaan air cukup banyak
untuk sepanjang tahun walaupun ketika musim kemarau tiba.Kerugian: air
tanah mengandung zat-zat mineral dengan konsentrasi tinggi seperti
magnesium, kalsium, serta logam berat, seperti besi sehingga
menimbulkan kesadahan pada air, dan memerlukan alat pompa untuk
mengisap dan mengalirkan air ke atas permukaan tanah.
Mata Air
Dari segi kualitas, mata air adalah sangat baik bila dipakai sebagai air
baku, karena berasal dari dalam tanah yang muncul ke permukaan tanah
akibat tekanan, sehingga belum terkontaminasi oleh zat-zat pencemar.
Biasanya lokasi mata air merupakan daerah terbuka, sehingga mudah
terkontaminasi oleh lingkungan sekitar. Contohnya banyak ditemui bakteri
E-Coli pada air mata air.
Dilihat dari segi kuantitasnya, jumlah dan kapasitas mata air sungai
sangat terbatas sehingga hanya mampu memenuhi kebutuhan sejumlah
penduduk tertentu. Begitu pula bila mata air tersebut secara terus menerus
kita ambil semakin lama akan habis dan terpaksa penduduk mencari
sumber mata air yang baru.
b. Sistem individual dan Komunal
Untuk menentukan sistem penyediaan air bersih pada masyarakat,
maka perlu dilakukan klarifikasi sistem pelayanan air bersih yang meliputi
sistem individual dan sistem komunal. Sistem individual dan sistem
komunal dalam penyediaan air bersih masih dapat dijumpai pada
masyarakat pedesaan maupun masyarakat perkotaan. Sistem individual
dititikberatkan pada pengusahaan pemenuhan kebutuhan air bersih secara
individu atau perorangan sedangkan sistm komunal, pemenuhannya
dilakukan secara teroragnisasi melalui sistem pipanisasi. Beberapa sarana
penyediaan air bersih secara individual adalah sebagai berikut:
- Sumur gali (Dug well)
Sumur ini dibuat dengan penggalian tanah sempai kedalaman
tertentu maksimum 20 meter, umumnya tidak terlalu dalam sehingga
hanya mencapai air tanah di lapisan atas. Oleh karena itu air yang
diperoleh sering berkurang airnya pada musim kemarau, sehingga
secara kantitatif sulit untuk menjamin kontinuitasnya.
- Sumur Pompa Tangan Dalam (Drilled Well)
Adalah sumur yang dibuat dengan kedalaman pipa 30 meter,
kedalaman muka air lebih dari 7 meter dan dapat dipergunakan untuk
melayani kebutuhan beberapa keluarga. Kontaminasi air sumur dapat
berasal dari sumber pencemaran di sekitarnya dan dari permukaan
tanah dimana batang pompa ditanam.
- Sumur Bor (Bored Well)
Sumur bor adalah sumur yang dibuat dengan bantuan auger.
Kedalaman minimum 100 meter.
- Sumur Pompa Tangan Dangkal
Adalah sumur yang dibuat dengan kedalaman pipa maksimum 18
meter dan sesuai untuk kedalaman muka air lebih kecil dari 7 meter.
- Bak Penampungan Air Hujan
Pada daerah-daerah terteuntu yang tidak atau sedikit memiliki
sumber air, air hujan dimanfaatkan untuk persediaan air bersih untuk
keperluan air minum dan keperluan sehari-hari yang lain terutama
pada musim hujan, di samping juga untuk persediaan air pada waktu
musim kemarau. Untuk menyimpannya air hujan ditampung dalam
suatu bejana atau bak Penampungan Air Bersih (PAH). Bak
penampungan iar hujan ini juga dapat digunakan untuk penyediaan air
bersih secara komunal. Beberapa sistem penyediaan air bersih secara
komunal adalah sebagai berikut:
o Melalui Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
PDAM adalah merupakan organisasi pengelola air pada
daerah tingkat II yang melayani air melalui sistem perpipaan yang
telah mengalami pengolahan dan didistribusikan pada masyarakat
yang berminat dan mampu membayar sambungan.
o HIPPAM (Himpunan Petani Pemakai Air)
HIPPAM merupakan organisasi pengelola air di daerah
pedesaan dimana HIPPAM biasanya akan memanfaatkan sumber
mata air yang ada di wilayah masing-masing melalui pembinaan
dari Departemen Pekerjaan Umum Cipta Karya Sub Teknik
Penyehatan dan Lingkungan, terutama untuk masalah teknis
pembuatan bangunan pengolahan. Sehingga dengan demikian,
maka pengelolaan selanjutnya merupakan tanggung jawab
masyarakat desa dan aparat pengelola telah ditetapkan oleh Kepala
Daerah Tingkat II masing-masing.
Bagi masyarakat yan ingin mendapatkan pelayanan melalui
HIPPAM akan dikenakan iuran bulanan sesuai dengan ketentuan
masing-masing pengelola HIPPAM. HIPPAM ini nantinya dapat
menjadi embrio dari PDAM setelah melalui serangkaian studi
kelayakan terutama kelayakan sumber air baku dan kelayakan dari
segi ekonomisnya.
o Pembangunan Hidran Umum, Kran Umum dan Terminal Air.
Program pembangunan ini terutama ditujukan untuk
mengantisipasi semakin mahalnya harga air relatif terhadap tingkat
penghasilan masyarakat dan juga untuk daerah-daerah kumuh dan
terpencil yang rawan air.
o Perlindungan Mata Air (PMA).
Perlindungan mata air merupakan sistem penyediaan air
bersih dengan memanfaatkan sumber mata air. Cakupan pelayanan
maksimum PMA adalah 500 jiwa. Umumnya PMA digunakan
untuk wilayah atau daerah pedesaan dimana masih dijumpai
adanya sumber mata air.
Purifikasi Air
Merupakan salah satu cara penjernihan atau purifikasi sumber air baku
untuk mendapat air bersih dan dapat dilakukan dalam skala besar maupun kecil
sesuai dengan kebutuhan. Purifikasi air dapat dibagi menjadi purifikasi air dalam
skala besar dan skala kecil.
Limbah padat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang tidak terpakai dan
berbentuk padatan atau semi padatan. Limbah padat merupakan campuran dari
berbagai bahan baik yang tidak berbahaya seperti sisa makanan maupun yang
berbahaya seperti limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang berasal dari
industri. Limbah padat dapat mengakibatkan gangguan kesehatan, terutama bila di
dalam limbah padat tersebut terdapat mikroorganisme pathogen maupu Bahan
Berbahaya dan Beracun. Disamping itu, proses pembusukan, pembakaran dan
pembuangan limbah padat biasanya menghasilkan gas-gas yang dapat
mengganggu kesehatan maupun mengganggu estetika.
1. Jumlah penduduk.
Jumlah penduduk bergantung pada aktivitas dan kepadatan
penduduk. Semakin padat penduduk, sampah semakin menumpuk
karena tempat atau ruang untuk menampung sampah kurang. Semakin
meningkat aktivitas penduduk, sampah yang dihasilkan semakin
banyak, misalnya pada aktivitas pembangunan, perdagangan, industry,
dan sebagainya.
Jenis sampah yang dihasilkan biasanya berupa sisa makanan dan
bahan sisa proses pengolahan makanan atau sampah basah (garbage),
sampah kering (rubbish), abu, atau sampah sisa tumbuhan.
2. Tempat umum dan tempat perdagangan.
Tempat umum adalah tempat yang memungkinkan banyak orang
berkumpul dan melakukan kegiatan, termasuk juga tempat
perdagangan. Jenis sampah yang dihasilkan dari tempat semacam itu
dapat berupa sisa-sisa makanan (garbage), sampah kering abu, sisa-
sisa bahan bangunan, sampah khusus, dan terkadang sampah
berbahaya.
3. Industri berat dan ringan
Dalam pengertian ini termasuk industri makanan dan minuman,
industri kayu, industri kimia, industri logam, tempat pengolahan air
kotor dan air minum, dan kegiatan industri lainnya, baik yang bersifat
distributif atau memproses bahan mentah saja. Sampah yang
dihasilkan dari tempat ini biasanya sampah basah, sampah kering, sisa-
sisa bangunan, sampah khusus, dan sampah berbahaya.
4. Pertanian
Sampah dihasilkan dari tanaman atau binatang. Lokasi pertanian
seperti kebun, ladang, ataupun sawah menghasilkan sampah berupa
bahan-bahan makanan yang telah membusuk, sampah pertanian,
pupuk, maupun bahan pembasmi serangga tanaman.
Lokasi sanitary landfill yang lama dan sudah tidak dipakai lagi
dapat dimanfaatkan sebagai tempat pemukiman, perkantoran, dan
sebagainya.
b. Incineration
Incineration atau insinerasi merupakan suatu metode pemusnahan
sampah dengan cara membakar sampah secara besar-besaran dengan
menggunakan fasilitas pabrik. Manfaat sistem ini, antara lain:
- Volume sampah dapat diperkecil sampai sepertiganya.
- Tidak memerlukan ruang yang luas
- Panas yang dihasilkan dapat dipakai sebagai sumber uap.
- Pengelolaan dapat dilakukan secara terpusat dengan jadwal jam
kerja yang dapat diatur sesuai dengan kebutuhan.
Adapun kerugian yang ditimbulkan akibat penerapan metode ini:
- Biaya besar.
- Lokalisasi pembuangan pabrik sukar didapat karena kepadatan
penduduk.
Changing apparatus
Changing apparatus adalah tempat penampungan sampah yang
berasal dari kendaraan pengangkut sampah. Di tempat ini sampah
yang terkumpul ditumpuk dan diaduk.
Furnace
Furnace atau tungku merupakan alat pembakar yang dilengkapi
dengan jeruji besi yang berguna untuk mengatur jumlah masuk
sampah dan untuk memisahkan abu dengan sampah yang belum
terbakar. Dengan demikian tungku tidak terlalu penuh.
Combustion
Combustion atau tungku pembakar kedua, memiliki nyala api yang
lebih panas dan berfungsi untuk membakar benda-benda yang tidak
terbakar pada tungku pertama.
Chimney atau stalk
Chimney atau stalk adalah cerobong asap untuk mengalirkan asap
keluar dan mengalirkan udara ke dalam.
Miscellaneous features
Miscellaneous features adalah tempat penampungan sementara dari
debu yang terbentuk, yang kemudian diambil dan dibuang.
Composting
Pemusnahan sampah dengan cara memanfaatkan proses
dekomposisi zat organik oleh kuman-kuman pembusuk pada
kondisi tertentu. Proses ini mnghasilkan bahan berupa kompos atau
pupuk. Berikut tahap-tahap pembuatan kompos:
1. Pemisahan benda-benda yang tidak dapat dipakai sebagai
pupuk seperti gelas, kaleng, besi, dan sebagainya.
2. Penghancuran sampah menjadi partikel-partikel yang lebih
kecil minimal berukuran 5 cm).
3. Penyampuran sampah dengan memperhatikan kadar karbon
dan nitrogen yang paling baik (C:N = 1:30).
4. Penempatan sampah dalan galian tanah yang tidak begitu
dalam. Sampah dibiarkan terbuka agar terjadi proses aerobik.
5. Pembolak-balikan sampah 4-5 kali selama 15-21 hari agar
pupuk dapat terbentuk dengan baik. Perlu diingat bahwa galian
tersebut jangan sampai menjadi tempat bersarang hewan
pengerat atau serangga.
Hot feeding
Pemberian sejenis garbage kepada hewan ternak (misalnya babi).
Perlu diingat bahwa sampah basah tersebut harus diolah lebih dahulu
(dimasak atau direbus) untuk mencegah penularan penyakit cacing dan
trichinosis ke hewan ternak.
Discharge to sewers
Sampah dihaluskan kemudian dimasukkan ke dalam sistem
pembuangan air limbah. Metode ini dapat efektif asalkan sistem
pembangan air limbah memang baik.
Dumping
Sampah dibuang atau diletakkan begitu saa di tanah lapangan, jurang,
atau tempat sampah.
Dumping in water
Sampah dibuang ke dalam air sungai atau laut. Akibatnya, terjadi
pencemaran pada air dan pendangkalan yang dapat menimbulkan
bahaya banjir.
Individual inceneration
Pembakaran sampah secara perorangan ini biasa dilakukan oleh
penduduk terutama didaerah pedesaan.
Recycling
Pengolahan kembali bagian-bagian dari sampah yang masih dapat
dipakai atau daur ulang contoh bagian sampah yang dapat di daur
ulang, antara lain, plastik, gelas, kaleng, besi, dan sebagainya.
Reduction
Metode ini diterapkan dengan cara menghancurkan sampah (biasanya
dari jenis garbage) sampai ke bentuk yang lebih kecil, kemudian
diolah untuk menghasilkan lemak.
Salvaging
Pemanfaatan sampah yang dapat dipakai kembali misalnya kertas
bekas. Bahayanya adalah bahwa metode ini dapat menularkan
penyakit.
2.10.6 Kompos
1. Secara alami
Proses pembuatan kompos secara alami dapat dilakukan baik
secara tradisional (anaerobik) maupun secara sederhana (aerobic).
Metode tradisional banyak digunakan oleh petani. Pada metode ini,
bahan organik dihancurkan tanpa bantuan udara, yaitu dengan
meletakkan tumpukan sampah didalam lubang tanpa udara di tanah
dan dibiarkan beberapa saat. Pembuatan kompos dengan metode ini
memerlukan waktu yang lama untuk mendapatkan kompos selain dapat
menimbulkan bau akibat pembentukan gas H2S dan NH3. Pembuatan
kompos dengan metode sederhana dilakukan dengan cara mengaduk
atau membolak-balikan sampah atau dengan menambahkan nutrien
yang berupa lumpur atau kotoran binatang kedalam sampah.
2. Secara mekanis
Pembuatan kompos secara mekanis dilakukan di pabrik untuk
menghasilkan kompos dalam waktu yang singkat. Sampah organik
yang telah dipisahkan dari sampah anorganik (karet, plastik, logam)
dipotong kecil-kecil dengan alat pemotong. Potongan sampah tersebut
kemudian dimasukkan kedalam digester stabilisator agar terjadi
dekoposisi. Dalam digerster ini perlu dilakukan pengaturan suhu,
udara, dan pengadukan sampah. Setelah 3-5 hari, kompos sudah dapat
dihasilkan dan kedalamnya dapat pula ditambahkan zat kimia tertentu
untuk keperluan tanaman (misalnya karbon, nitrogen, fosfor, sulfur,
dan sebagainya).
Polutan Waktu
PM10 (µg/m3) 150 (/24jam) 50 (/tahun)
PM2,5 (µg/m3) 65 (/24 jam) 15 (/tahun)
Ozone (ppm) 0.12 (/1jam) 0.08 (/8 jam)
NO2 (ppm) 0.053(/tahun)
SO2 (ppm) 0.14 (/24 jam) 0.03 (/tahun)
300 –
Berbahaya Tingkat yang berbahaya bagi semua populasi yang terpapar
lebih
Tabel 3. Sumber dan Standar Kesehatan Emisi Gas Buang
Kegiatan manusia
Transportasi
Industri
Pembangkit listrik
Pembakaran (perapian, kompor, furnace, insinerator dengan berbagai jenis
bahan bakar)
Gas buang pabrik yang menghasilkan gas berbahaya seperti (CFC)
Sumber alami
Gunung berapi
Rawa-rawa
Kebakaran hutan
Nitrifikasi dan denitrifikasi biologi
Sumber-sumber lain
Transportasi amonia
Kebocoran tangki klor
Timbulan gas metana dari lahan uruk/tempat pembuangan akhirsampah
Uap pelarut organic
Karakteristik limbah:
1. Berukuran mikro.
2. Dinamis.
3. Berdampak luas (penyebarannya).
4. Berdampak jangka panjang (antar generasi).
1. Volume limbah.
2. Kandungan bahan pencemar.
3. Frekuensi pembuangan limbah.
Berdasarkan karakteristiknya, limbah industri dapat digolongkan
menjadi:
1. Limbah cair.
2. Limbah padat.
3. Limbah gas dan partikel.
4. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun).
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.1.1 Kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang
optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status
kesehatan yang optimum pula.
3.1.2 Permasalahan kesehatan lingkungan di Indonesia antara lain:
1. Illegal logging, illegal mining, illegal fishing
2. Deforestation
3. Rusak-berkurangnya-hilangnya biodiversity
4. Kerusakan sumbaer daya kelautan
5. Pengelolaan daerah pertambangan Vs. Area konservasi hutan
6. Penurunan kualitas lingkungan urban
7. Persediaan air dan sanitasi
8. Pengelolaan limbah padat
9. Emisi kendaraan di daerah urban
10.Polusi industri
11.Pengembangan wisata kontra-ekologi
12.Kebijakan hukum kontra-ekologis
3.1.3 Faktor yang mempengaruhi permasalahan kesehatan lingkungan di
Indonesia adalah antara lain:
1. Urbanisasi penduduk
2. Tempat pembuangan sampah
3. Penyediaan air bersih
4. Pencemaran udara
5. Pembuangan industri dan rumah tangga
6. Bencana alam/pengungsian
92
7. Perencanaan tata kota dan kebijakan pemerintah
3.2 Saran
94
Mutawakil, 2006. PengolahanLimbah Got sebagaiPeluang Usaha. Jakarta:
Swadaya
A. Waktu Pelaksanaan
Hari, tanggal : Senin, 20 Oktober 2014
Pukul : 13.10-14.45
Tempat : T5.205/FIK 12
B. Tujuan
1. Mengetahui permasalahan kesehatan lingkungan di Indonesia
2. Mengetahui apa saja permasalahan kesehatan lingkungan di Indonesia
3. Mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan permasalahan
kesehatan lingkungan di Indonesia
4. Mengetahui upaya yang dapat memperbaiki permasalahan kesehatan
lingkungan di Indonesia
C. Penyampaian Materi
Materi disampaikan oleh kelompok 8 yang dimulai pada pukul 13.10-
14.45 WIB. Penyampaian materi dipimpin oleh moderator yang membagi
diskusi menjadi 2 sesi. Diantaranya sesi penyampaian materi dan sesi
tanya-jawab. Penyampaian materi dilakukan oleh 3 anggota kelompok
yang disampaikan secara bergantian. Tiga anggota tersebut diantaranya:
1) Ahmad Alharis (130612607885)
2) Rahma Ismayanti (130612607891)
3) Salsabilla A. Putri (130612607899)
Persyaratan:
Mengajukan permohonan dengan mengisi formulir ;