Disusun Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Dalam Mata Kuliah Etika Bisnis
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Disusun oleh:
PURWOKERTO
2017
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini, banyak sekali perusahaan-perusahaan yang sudah berkembang
pesat tetapi tidak dapat mempertahankan keberadaan atau operasinya. Hal tersebut
diakibatkan oleh banyak faktor antara lain; factor ekonomi dan industry serta yang
lebih penting lagi system tata kelola perusahaan itu sendiri.
Good governance merupakan tata kelola yang baik pada suatu usaha yang
dilandasi oleh etika profesional dalam berusaha/berkarya. Pemahaman good
governance merupakan wujud penerimaan akan pentingnya suatu perangkat
peraturan atau tata kelola yang baik untuk mengatur hubungan, fungsi dan
kepentingan berbagai pihak dalam urusan bisnis maupun pelayanan publik.
Pemahaman atas good governance adalah untuk menciptakan keunggulan
manajemen kinerja baik pada perusahaan bisnis manufaktur (good corporate
governance) ataupun perusahaan jasa, serta lembaga pelayanan
publik/pemerintahan (good government governance). Pemahaman good
governance merupakan wujud respek terhadap sistem dan struktur yang baik
untuk mengelola perusahaan dengan tujuan meningkatkan produktivitas usaha.
Latar belakang munculnya Good Corporate Governance (GCG) atau
dikenal dengan nama tata kelola perusahaan yang baik muncul tidak semata-mata
karena adanya kesadaran akan adanya konsep GCG namun dilatar belakangi oleh
maraknya skandal perusahaan yang menimpa perusahaan- perusahaan besar.
Salah satu dampak signifikan yang terjadi adalah krisis ekonomi di suatu
Negara dan timbulnya praktisi korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Sebagai
akibat tata kelola perusahaan yang buruk oleh perusahaan besar yang mana
mengakibatkan terjadinya krisis ekonomi dan krisis kepercayaan investor, seperti
yang terjadi di amerika awal tahun 2000 dan tahun 2008 yang mengakibatkan
runtuhnya perusahaan besar yang ternama didunia, disamping juga mengakibatkan
krisis global dibeberapa belahan Negara didunia. Sebagai contoh, untuk mengatasi
hal tersebut pemerintah amerika mengeluarkan Sarbanes-oxley tahun 2002,
2
undang- undang tersebut berisi penataan kembali akuntasi perusahaan publik tata
kelola perusahaan dan perlindungan terhadap investor. Oleh karena hal itu UU ini
menjadi acuan awal dalam penjabaran dan menciptakan GCG diberbagai Negara.
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan tata kelola perusahaan yang baik (good
corporate governance)?
2. Apa saja karakteristik pelaksanaan good corporate governance?
3. Apa saja prinsip-prinsip dasar dari konsep good corporate governance?
4. Seperti apa struktur good governance?
5. Seperti apa mekanisme dari good governance?
6. Apa saja peranan dari pimpinan organisasi dalam penerapan good
governance?
7. Apa yang dimaksud dengan akuntabilitas?
Tujuan
1. Untuk memahami tata kelola perusahaan yang baik (good corporate
governance).
2. Untuk memahami karakteristik pelaksanan good corporate governace.
3. Untuk memahami prinsip-prinsip dasar dari konsep good corporate
governance.
4. Untuk memahami struktur good governance.
5. Untuk mamahami mekanisme dari good governance.
6. Untuk memahami peranan dari pimpinan organisasi dalam penerapan good
governance
7. Untuk memahami maksud dari akuntabilitas.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Good Governance
1. Pengertian Good Governance
Definisi governance menurut UNESCAP (United Nation Economic
and Social Commission for Asia and The Pacific) adalah: "Pemerintahan"
berarti: proses pengambilan keputusan dan proses dengan mana keputusan
diimplementasikan (atau tidak diimplementasikan). Pemerintahan dapat
digunakan dalam berbagai konteks seperti pemerintahan korporat,
pemerintahan internasional, pemerintahan nasional dan pemerintahan lokal.
Good governance memiliki 8 karakteristik utama. yaitu partisipatif,
berorientasi konsensus, akuntabel, transparan,responsif, efektif dan efisien,
adil dan inklusif dan mengikuti aturan hukum. guna menjamin bahwa
korupsi dapat diminimalkan, pandangan kaum minoritas diperhitungkan dan
suara-suara yang paling rentan dalam masyarakat didengar dalam
pengambilan keputusan. Hal ini juga berkesesuaian dengan kebutuhan
sekarang dan masa depan masyarakat. Berikut ini adalah penjabaran dari 8
karakteristik utama dari Good Governence yang disampaikan oleh
UNESCAP :
4
c) Transparansi umumnya dibangun atas dasar kebebasan memperoleh
informasi. Informasi yang berkaitan dengan kepentingan publik secara
langsung dapat diperoleh oleh mereka yang membutuhkan.
d) Responsif yaitu lembaga-lembaga publik harus cepat dan tanggap
dalam melayani stakeholder.
e) Consensus orientasion yaitu berorientasi pada kepentingan
masyarakat yang lebih luas.
f) Equity setiap masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk
memperoleh kesejahteraan dan keadilan.
g) Efficiency dan effectiveness yaitu pengelolaan sumber daya publik
dilakukan secara berdaya guna (efisien) dan berhasil guna (efektif)
h) Accountability adalah pertanggungjawaban kepada publik atas setiap
aktivitas yang dilakukan.
i) Strategic vision yaitu penyelenggaraan pemerintah dan masyarakat
harus memiliki visi jauh kedepan.
5
hubungan sehingga dapat menuju kepada tingkat perkembangan yang
penuh dalam suatu organisasi atau badan usaha. Prinsip-prinsip dasar
tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut :
a) Vision
Pengembangan suatu organisasi atau badan usaha harus didasarkan pada
adanya visi & strategi yang jelas dan didukung oleh adanya partisipasi
dari seluruh anggota dalam proses pengambilan keputusan, pelaksanaan
dan pengembangan supaya semua pihak akan merasa memiliki dan
tanggungjawab dalam kemajuan organisasi atau usahanya.
b) Participation
Dalam proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan hasil keputusan
suatu organisasi atau badan usaha sedapat-dapatnya melibatkan pihak-
pihak terkait dan relevan melalui sistem yang terbuka dan dengan
jaminan adanya hak berasosiasi dan penyampaian pendapat.
c) Equality
Suatu badan usaha atau organisasi yang baik selalu akan memberi dan
menyediakan peluang yang sama bagi semua anggota atau pihak terkait
bagi peningkatan kesejahteraan melalui usaha bersama di dalam etika
usaha yang baik.
d) Professional
Dalam bahasa sehari-hari professional diartikan “One who engaged in a
learned vocation (Seseorang yang terikat dalam suatu lapangan
pekerjaan)”. Dalam konteks ini professional lebih dikaitkan dengan
peningkatan kapasitas kompetensi dan juga moral sehingga pelayanan
dapat dilakukan dengan mudah, cepat dan akurat.
e) Supervision
Meningkatkan usaha-usaha supervisi terhadap semua aktivitas usaha
atau organisasi sehingga tujuan bersama dapat dicapai secara optimal,
efektif dan efisien, serta untuk meminimalkan potensi kesalahan atau
penyimpangan yang mungkin timbul.
6
f) Effective & Efficient
Effective berarti “do the things right”, lebih berorientasi pada hasil,
sedangkan efficient berarti “do the right things”, lebih berorientasi pada
proses. Apapun yang direncanakan dan dijalankan oleh suatu organisasi
atau badan usaha harus bersifat efektif dan efisien.
g) Transparent
Dalam konteks good governance, transparency lebih diartikan
membangun kepercayaan yang saling menguntungkan antara pemerintah
atau pengelola dengan masyarakat atau anggotanya melalui ketersediaan
informasi yang mudah diakses, lengkap dan up to date.
h) Accountability/Accountable
Dalam konteks pembicaraan ini accountability lebih difokuskan dalam
meningkatkan tanggungjawab dari pembuat keputusan yang lebih
diarahkan dalam menjawab kepentingan publik atau anggota.
i) Fairness
Dalam konteks good governance maka fairness lebih diartikan sebagai
aturan hukum harus ditegakan secara adil dan tidak memihak bagi
apapun, untuk siapapun dan oleh pihak manapun.
j) Honest
Policy, strategi, program, aktivitas dan pelaporan suatu organisasi atau
badan usaha harus dapat dijalankan secara jujur. Segala jenis ketidak-
jujuran pada akhirnya akan selalu terbongkar dan merusak.
7
1. Model Anglo-saxon (single board system) yaitu struktur Good
Governance yang tidak memisahkan keanggotaan dewan komisaris dan
dewan direksi.
Struktrur governance akan terdiri dari RUPS (Rapat Umum Pemegang
Saham), Board of Directors (representasi dari para pemegang saham)
serta Executive Managers (manajemen yang akan menjalankan
aktivitas). Dalam system ini anggota dewan komisaris juga merangkap
anggota dewan direksi dan kedua dewan ini disebut dengan board of
directors.
2. Model Continental Europe (Two Board System), yaitu struktur Good
Governance yang dengan tegas memisahkan keanggotaan dewan, yakni
antara keanggotaan dewan komisaris sebagai pengawas dan dewan
direksi sebagai eksekutif perusahaan.
Struktur governance terdiri dari RUPS, Dewan Komisaris, Dewan
Direktur, dan Manajemen Eksekutif. Dalam model two board system,
RUPS merupakan struktur tertinggi yang mengangkat dan
memberhentikan dewan komisaris yang mewakili para pemegang
saham untuk melakukan kontrol terhadap manajemen. Dewan komisaris
membawahi langsung dewan direksi dalam menjalankan perusahaan.
8
1. Mekanisme Pengendalian Internal, adalah pengendalian perusahaan
yang dilakukan dengan membuat seprangkat aturan yang mengatur
tentang mekanisme bagi hasil, baik yang berupa keuntungan, return
maupun resiko-resiko yang disetujui oleh principal dan agen.
9
Yang Baik (selanjutnya disebut “GCG”) muncul tidak semata-mata karena
adanya kesadaran akan pentingnya konsep GCG namun dilatar belakangi oleh
maraknya skandal perusahaan yang menimpa perusahaan-perusahaan besar.
Joel Balkan (2002) mengatakan bahwa perusahaan (korporasi) saat ini telah
berkembang dari sesuatu yang relatif tidak jelas menjadi institusi ekonomi
dunia yang amat dominan. Kekuatan tersebut terkadang mampu mendikte
hingga ke dalam pemerintahan suatu negara, sehingga mejadi tidak berdaya
dalam menghadapi penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh para pelaku
bisnis yang berpengaruh tersebut. Semua itu terjadi karena perilaku tidak etis
dan bahkan cenderung kriminal-yang dilakukan oleh para pelaku bisnis yang
memang dimungkinkan karena kekuatan mereka yang sangat besar disatu sisi,
dan ketidakberdayaan aparat pemerintah dalam menegakkan hukum dan
pengawasan atas perilaku para pelaku bisnis tersebut; disamping berbagai
praktik tata kelola perusahaan dan pemerintahan yang buruk
Peran/Tanggung Jawab
Direktur Menerapkan kehati-hatian dalam manajemen bisnis
perusahaan dan manajemen resiko etika. Membangun
kode etik dan tata krama perusahaan, menciptakan dan
menguatkan kesadaran bersama akan etika perusahaan
serta memastikan bahwa program etika perusahaan
menyatu dengan strategi bisnis dan operasional
perusahaan.
Eksekutif
Akuntan/Auditor Fokus pada kepentingan stakeholder, bukan hanya
Internal pada kepentingan pemegang saham dankeuntungan
Akuntan/Auditor
jangka pendek semata.
Eksternal
Kode Etik yang efektif seharusnya bukan sekedar buku atau dokumen yang
tersimpan saja. Namun Kode Etik tersebut hendaknya dapat dimengerti oleh
10
seluruh karyawan & pimpinan perusahaan dan akhirnya dapat dilaksanakan
dalam bentuk tindakan (action). Salah satu contohnya adalah Sarbanes-Oxley
Act pada tahun 2002 yang juga menjadi dasar awal konsep GCG di beberapa
negara di dunia. Undang-undang ini berisi mengenai penataan kembali
akuntansi perusahaan publik, tata kelola perusahaan, dan perlindungan
terhadap investor.
11
para investor untuk mengetahui bagaimana saham mereka
berpengaruh terhadap keputusan.
9. Memberikan perlindungan kepada individu yang melaporkan
adanya tindakan menyimpang kepada pihak yang berwewenang.
F. Pengertian Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah instrumen yang menunjukkan apakah prinsip – prinsip
pemerintahan, hukum, keterbukaan, transparansi, keberpihakan dan kesamaan
dihadapan hukum telah dihargai atau tidak. Akuntabilitas juga hal yang penting
untuk menjamin nilai – nilai secara efisiensi, efektivitas, reabilitas dan
prediktibiltas dari administrasi publik. Dalam peran kepemimpinan,
akuntabilitas dapat merupakan pengetahuan dan adanya pertanggungjawaban
terhadap tiap tindakan, produk, keputusan dan kebijakan termasuk pula di
dalamnya administrasi publik pemerintahanm dan pelaksanaan dalam lingkup
peran atau posisi kerja yang mencakup di dalamnya mempunyai suatu
kewajiban untuk melaporkan, menjelaskan dan dapat dipertanyakan bagi tiap –
tiap konsekuensi yang sudah dihasilkan.
12
1. Pengembangan, penerapan, dan pengelolaan budaya etis perusahaan
2. Corporate codes of conduct
Dasar dari sebagian besar program etika perusahaan adalah aturan
perusahaan.
3. Kepemimpinan yang etis
Salah satu elemen kunci dalam tata kelola perusahaan dan
akuntabilitas adalah “tone at the top” dan peran pemimpin dalam
mengembangkan, memelihara, mengawasi perusahaan.
13
a. Kewajiban kepatuhan, mengharuskan direktur menghindari tindakan
yang melebihi lingkup kekuasaan suatu perusahaan atau hukum.
b. Kewajiban loyalitas, mengharuskan direktur untuk mengambil
keputusan atau tindakan dalam keyakinan yang baik dan tidak
mengikuti kepentingan pribadi melebihi kepentingan perusahaan.
c. Due Care, mengharuskan direktur untuk rajin dan hati-hati dalam
mengelola perusahaan
3. Tata kelola untuk akuntabilitas seluruh stakeholders
Perusahaan bertanggung jawab secara hukum terhadap stakeholders dan
tambahan stakeholders yang dapat mempengaruhi pencapaian tujuan
perusahaan, sehingga perusahaan mengelola perusahaan sesuai dengan
kepentingan semua stakeholders
4. Ancaman untuk tata kelola yang baik dan akuntabilitas
Tiga ancaman penting, yaitu:
a. Kesalahpahaman terhadap tujuan dan fiduciary dut.
b. Kegagalan untuk mengidentifikasi dan mengelola resiko etika
c. Konflik kepentingan
Artikel Murphy
Menurut Patrick E. Murphy dalam jurnalnya yang berjudul Creating Ethical
Corporate Structure terdapat tiga pendekatan yang dapat diterapkan untuk
menanamkan prinsip-prinsip etika ke dalam bisnis, yaitu:
1. Credo perusahaan yang memberikan definisikan dan arahan kepada nilai-
nilai perusahaan.
2. Program etika dimana perusahaan berfokus pada upaya-upaya mengenai
isu-isu etis.
3. Kode etik yang memberikan panduan spesifik untuk karyawan di area
bisnis fungsional.
Penelitian Murphy tentang etika dalam manajemen menghasilkan kesimpulan
yang harus diingat manajer perusahaan yaitu:
1. Tidak ada pendekatan ideal tunggal untuk etika perusahaan.
14
Rekomendasinya dimulai dari perusahaan kecil dengan sebuah credo dan
juga sebuah perusahaan besar dengan mempertimbangkan program yang
disesuaikan. Hal itu dimungkinkan untuk mengintegrasikan program-
program dan menghasilkan sebuah hybrid contohnya dalam berurusan
dengan insider trading.
15
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
16
Daftar Pustaka
http://www.scribd.com/doc/39310150/Sesi-4-Tata-Kelola-Etis-Akuntabilitas
Leonard J. Brooks (2004). Business and Professional Ethics for Accounting.
…..South-Western College Publishing, chapter 3 dan 5 & Artikel Murphy
17