Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)


“ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN CA MAMAE”

OLEH :

NOLA SEPTRI YULIANDA


NIM : 2030282049

PEMBIMBING AKADEMIK PEMBIMBING KLINIK

(Ns. Lisa Mustika Sari, M.Kep) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA
TAHUN 2021
LAMPIRAN 2

LAPORAN PENDAHULUAN
“CA MAMAE”

A. Konsep Dasar Teoritis


1. Defenisi
2. Klasifikasi
3. Anatomi fisiologi
4. Etiologi
5. Manifestasi klinis
6. Patofisiologi
7. WOC
8. Komplikasi
9. Penatalaksanaan : Keperawatan dan medis
10. Pemeriksaan penunjang
11. Mind Mapping
B. Asuhan Keperawatan Teoritis
1. Pengkajian
2. Data Fokus
3. Analisa Data
4. Diagnosa Keperawatan
5. Intervensi Keperawatan
6. Implementasi Keperawatan ( narasikan )
7. Evaluasi Keperawatan ( narasikan )
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Teoritis


1. Defenisi Ca Mamae
Carcinoma Mammae adalah tumor ganas yang berawal dari dalam sel-sel
payudara.Penyakit ini terjadi hampir seluruhnya pada wanita, tetapi pria juga bisa
mendapatkannya (Maria, Sainal, & Nyorong, 2017).
Carsinoma mammae merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel normal
mammae dimana sel abnormal timbul dari sel-sel normal, berkembang biak dan
menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah (Nurarif & Kusuma, 2015).
Kanker payudara adalah suatu tumor (maligna) yang berkembang dari sel-
sel di payudara. Biasanya kanker payudara tumbuh di lobulus yaitu kelenjar yang
memproduksi susu, atau pada duktus saluran kelenjar susu yaitu saluran yang
menghubungkan lobulus ke puting susu. Kanker payudara tumbuh dan berkembang
dengan cepat tanpa terkoordinasi di dalam jaringan dan menyebar ke pembuluh
darah (Putra, 2015).
Dari defenisi diatas dapat disimpulkan kanker payudara adalah
pertumbuhan sel di jaringan payudara yang tidak normal. Sel tersebut mengalami
mutasi, tumbuh lebih cepat dan tidak terkendali serta dapat tumbuh lebih lanjut
menyebar ke bagian tubuh lainnya.

2. Klasifikasi Ca Mamae
Secara umum jenis kanker payudara dapat dibagi menjadi tiga yaitu kanker
payudara non-invasive, kanker payudara invasive dan kanker payudara paget’s
disease. Uraian lengkapnya sebagai berikut: (Putra, 2015)
a. Kanker payudara non-invasive
Kanker terjadi pada kantong (tube) susu (penghubung antara alveolus, kelenjar
yang memproduksi susu, dan puting payudara). Jenis kanker ini biasanya
disebut dengan kanker carsinoma insitu, dimana kanker payudara belum
menyebar ke bagian luar jaringan kantong susu.
b. Kanker payudara invasive
Sel kanker merusak seluruh kelenjar susu serta menyerang lemak dan jaringan
di sekitarnya. Pada tahap ini kanker telah menyebar keluar dari kantong susu
dan menyerang jaringan disekitarnya, bahkan menyebabkan metastase seperti
ke jaringan kelenjar limfe.
c. Paget’s Disease
Kanker bermula tumbuh di saluran susu, kemudian menyebar ke kulit areola
dan puting. Tandanya terlihat kulit pecah-pecah, memerah, dan mengeluarkan
cairan. Penyembuhan pada jenis kanker ini lebih baik jika tidak disertai dengan
massa.
Klasifikasi kanker payudara menurut stadium dan harapan hidup: (National
Cancer Institute-surveilance, Epidemiology and Result (SEER), 2001 dalam
NANDA, 2015).
a. Stadium 0
Tidak terbukti adanya tumor primer, tidak ada tumor dalam kelenjar getah
bening region, tidak ada metastase ke bagian lain, dan memeiliki harapan hidup
99% selama 5 tahun kedepan.
b. Stadium I
Tumor berukuran kurang atau sama dengan 2 cm, tidak ada tumor dalam
kelenjar getah bening region, tidak ada metastase jauh dan memiliki harapan
hidup 92% selama 5 tahun kedepan.
c. Stadium IIA
Tumor tidak ditemukan pada payudara, tetapi sel-sel kanker ditemukan di
kelenjar getah bening di ketiak yang terletak di bawah lengan dapat berpindah-
pindah, tidak mengalami metastase jauh dan memiliki harapan hidup 82%
selama 5 tahun kedepan.
d. Stadium IIB
Tumor berukuran lebih besar dari 2 cm tidak lebih dari 5 cm, sel-sel kanker
ditemukan di kelenjar getah bening di ketiak yang terletak di bawah lengan
dapat berpindah-pindah dan tidak mengalami metastase jauh.
e. Stadium IIIA
Tumor tidak ditemukan di payudara, tetapi ditemukan di kelenjar getah bening
melekat bersama atau pada struktur yang lain, tidak ada metastase jauh dan
memiliki harapan hidup 47% selama 5 tahun kedepan.
f. Stadium IIIB
Tumor telah menyebar ke dinding dada atau menyebabkan pembengkakan,
juga terdapat luka bernanah di payudara atau didiagnosis sebagai inflammatory
breast cancer, menyebar ke kelenjar getah bening dan memiliki harapan hidup
44% selama 5 tahun kedepan.
g. Stadium IV
Ukuran tumor sudah tidak dapat ditentukan dan telah menyebar atau
bermetastasis ke lokasi yang jauh, seperti tulang, paru-paru, liver, tulang rusuk,
atau organ-organ tubuh lainnya dan memiliki harapan hidup 15% selama 5
tahun kedepan.

3. Anatomi Fisiologi Payudara


a. Anatomi Payudara
Payudara adalah suatu kelenjar yang terdiri atas jaringan lemak,
kelenjar fibrosa, dan jaringan ikat. Jaringan ikat memisahkan payudara
dari otot–otot dinding dada, otot pektoralis dan otot serratus anterior.
Payudara terletak di fascia superficialis yang meliputi dinding anterior
dada dan meluas dari pinggir lateral sternum sampai linea axillaris media,
dan pinggir lateral atas payudara meluas sampai sekitar pinggir bawah
musculus pectoralis major dan masuk ke axilla. Pada wanita dewasa muda
payudara terletak di atas costa II–IV.
Secara umum payudara dibagi atas korpus, areola dan puting. Korpus
adalah bagian yang membesar. Di dalamnya terdapat alveolus (penghasil
ASI), lobulus, dan lobus. Areola merupakan bagian yang kecokelatan atau
kehitaman di sekitar puting. Tuberkel–tuberkel Montgomery adalah
kelenjar sebasea pada permukaan areola.
Puting (papilla mammaria) merupakan bagian yang menonjol dan
berpigmen di puncak payudara dan tempat keluarnya ASI. Puting
mempunyai perforasi pada ujungnya dengan beberapa lubang kecil, yaitu
apertura duktus laktiferosa. Suplai arteri ke payudara berasal dari arteri
mammaria internal, yang merupakan cabang arteri subklavia. Konstribusi
tambahan berasal dari cabang arteri aksilari toraks. Darah dialirkan dari
payudara melalui vena dalam dan vena supervisial yang menuju vena kava
superior sedangkan aliran limfatik dari bagian sentral kelenjar mammae,
kulit, puting, dan aerola adalah melalui sisi lateral menuju aksila. Dengan
demikian, limfe dari payudara mengalir melalui nodus limfe aksilar (No
Title, 2012).

Gambar 2.1
Anatomi Payudara (No Title, 2012)

b. Fisiologi Payudara
Kelenjar payudara mencapai potensi penuh pada perempuan saat
menarke; pada bayi, anak–anak, dan laki–laki, kelenjar ini hanya
berbentuk rudimenter. Fungsi utama payudara wanita adalah menyekresi
susu untuk nutrisi bayi. Fungsi ini diperantarai oleh hormon estrogen dan
progesteron.
Payudara wanita mengalami tiga tahap perubahan perkembangan
yang dipengaruhi oleh hormon. Perubahan pertama terjadi sejak masa
pubertas, dimana estrogen dan progesteron menyebabkan berkembangnya
duktus dan timbulnya asinus. Selain itu yang menyebabkan pembesaran
payudara terutama karena bertambahnya jaringan kelenjar dan deposit
lemak.
Perubahan kedua sesuai dengan siklus menstruasi, yaitu selama
menstruasi terjadi pembesaran vaskular, dan pembesaran kelenjar sehingga
menyebabkan payudara mengalami pembesaran maksimal, tegang, dan
nyeri saat menstruasi. Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan
menyusui. Payudara akan membesar akibat proliferasi dari epitel duktus
lobul dan duktus alveolus, sehingga tumbuh duktus baru.
Selama kehamilan tua dan setelah melahirkan, payudara
menyekresikan kolostrum karena adanya sekresi hormon prolaktin dimana
alveolus menghasilkan ASI, dan disalurkan ke sinus kemudian melalui
duktus ke puting susu. Setelah menyapih, kelenjar lambat laun beregresi
dengan hilangnya jaringan kelenjar. Pada saat menopause, jaringan lemak
beregresi lebih lambat bila dibandingkan dengan jaringan kelenjar, namun
akhirnya akan menghilang meninggalkan payudara yang kecil dan
menggantung (No Title, 2012).

4. Etiologi Ca Mamae
Tidak ada satupun penyebab spesifik dari kanker payudara, sebaliknya
serangkaian factor genetic, hormonal dan kemungkinan kejadian lingkungan dapat
menunjang terjadinya kanker ini. Kanker membutuhkan waktu 7 tahun untuk
tumbuh dari satu sel menjadi massa. Hormone steroid yang dihasilkan oleh
ovarium juga berperan dalam pembentukan kanker payudara (estradiol dan
progesterone mengalami perubahan dalam lingkungan seluler). (Nurarif &
Kusuma, 2015).
Faktor-faktor risiko timbulnya Ca Mammae menurut Brunner & Sudarth, 2015 :
a. Riwayat pribadi tentang kanker payudara. Risiko mengalami kanker payudara
sebelahnya meningkat hampir 1% setiap tahun.
b. Anak perempuan atau saudara perempuan (hubungan keluarga langsung) dari
wanita dengan kanker payudara. Risikonya meningkat dua kali jika ibunya
terkena kanker sebelum berusia 60 tahun, risiko meningkat 4 sampai 6 kali jika
kanker payudara terjadi pada dua orang saudara langsung.
c. Menarke dini. Risiko kanker payudara meningkat pada wanita yang
mengalami menstruasi sebelum usia 12 tahun.
d. Nulipara dan usia maternal lanjut saat kelahiran anak pertama. Wanita yang
mempunyai anak pertama setelah usia 30 tahun mempunyai risiko dua kali
lipat untuk mengalami kanker payudara dibanding dengan wanita yang
mempunyai anak pertama mereka pada usia 20 tahun.
e. Menopause pada usia lanjut. Menopause setelah usia 50 tahun meningkatkan
risiko untuk mengalami kanker payudara. Dalam perbandingan, wanita yang
telah menjalani ooferoktomi bilateral sebelum usia 35 tahun mempunyai risiko
sepertiganya.
f. Riwayat penyakit payudara jinak. Wanita yang mempunyai tumor payudara
disertai perubahan epitel proliferative mempunyai risiko dua kali lipat untuk
mengalami kanker payudara, wanita dengan hyperplasia tipikal mempunyai
risiko empat kali lipat untuk mengalami penyakit ini.
g. Pemajanan terhadap radiasi ionisasi setelah masa pubertas dan sebelum usia 30
tahun berisiko hampir dua kali lipat.
h. Obesitas-risiko terendah diantara wanita pasca menopause. Bagaimanapun,
wanita gemuk yang didiaganosa penyakit ini mempunyai angka kematian lebih
tinggi yang paling sering berhubungan dengan diagnosis yang lambat.
i. Kontrasepsi oral. Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral berisiko tinggi
untuk mengalami kanker payudara. Bagaimanapun, risiko tinggi ini menurun
dengan cepat setelah penghentian medikasi.
j. Terapi penggantian hormone. Wanita yang berusia lebih tua yang
menggunakan estrogen suplemen dan menggunakannya untuk jangka panjang
(lebih dari 10 sampai 15 tahun) dapat mengalami peningkatan risiko.
Sementara penambahan progesterone terhadap penggantian estrogen
meningkatkan insidens kanker endometrium, hal ini tidak menurunkan kanker
payudara.
k. Masukan alkohol. Sedikit peningkatan risiko ditemukan pada wanita yang
mengonsumsi bahkan dengan hanya sekali minum dalam sehari. Di Negara
dimana minuman anggur dikonsumsi secara teratur misal Prancis dan Itali,
angkanya sedikit lebih tinggi. Beberapa temuan riset menunjukkan bahwa
wanita muda yang minum alkohol lebih rentan untuk mengalami kanker
payudara pada tahun-tahun terakhirnya.
Beberapa faktor risiko seperti usia dan ras, tidak dapat diganggu gugat.
Namun, beberapa risiko dapat dimodifikasi khususnya yang berkaitan dengan
lingkungan dan perilaku. Seperti kebiasaan merokok, minum alkohol dan
pengaturan pola makan. Risiko seorang wanita menderita kanker payudara
dapat berubah seiring dengan waktu. (Astrid Savitri, dkk.,2015).

5. Manefestasi Klinis Ca Mamae


Tanda Ca Mammae kini mempunyai ciri fisik yang khas, mirip pada tumor
jinak, massa lunak, batas tegas, mobile, bentuk bulat dan elips. Gejala carcinoma
kadang tak nyeri, kadang nyeri, adanya keluaran dari puting susu, puting
eritemme, mengeras asimetik, inversi, gejala lain nyeri tulang, berat badan turun
dapat sebagai petunjuk adanya metastase. (Nurarif & Kusuma, 2015).
Beberapa gejala kanker payudara yang dapat terasa dan terlihat cukup jelas
menurut Astrid Savitri, dkk. (2015) antara lain :
a. Munculnya benjolan pada payudara
Benjolan di payudara atau ketiak yang muncul setelah siklus menstruasi
seringkali menjadi gejala awal kanker payudara yang paling jelas. Benjolan
yang berhubungan dengan kanker payudara biasanya tidak menimbulkan rasa
sakit, meskipun kadang-kadang dapat menyebabkan sensasi tajam pada
beberapa penderita.
b. Munculnya benjolan di ketiak (aksila)
Kadang-kadang benjolan kecil dan keras muncul di ketiak dan bisa menjadi
tanda bahwa kanker payudara telah menyebar hingga kelenjar getah bening.
Benjolan ini terasa lunak, tetapi seringkali terasa menyakitkan dan nyeri.
c. Perubahan bentuk dan ukuran payudara
Bentuk dan ukuran salah satu payudara mungkin terlihat berubah. Bisa lebih
kecil atau lebih besar daripada payudara sebelahnya. Bisa juga terlihat turun.
d. Keluarnya cairan dari puting (Nipple Discharge)
Jika puting susu ditekan, secara umum tubuh bereaksi dengan mengeluarkan
cairan. Namun, apabila cairan keluar tanpa menekan putting susu, terjadi hanya
pada salah satu payudara disertai darah atau nanah berwarna kuning sampai
kehijauan, mungkin itu merupakan tanda kanker payudara.
e. Perubahan pada puting susu
Puting susu terasa seperti terbakar, gatal dan muncul luka yang sulit/lama
sembuh. Selain itu puting terlihat tertarik masuk ke dalam (retraksi), berubah
bentuk atau posisi, memerah atau berkerak. Kerak, bisul atau sisik pada puting
susu mungkin merupakan tanda dari beberapa jenis kanker payudara yang
jarang terjadi.
f. Kulit payudara berkerut
Muncul kerutan-kerutan seperti jeruk purut pada kulit payudara. Selain itu
kulit payudara terlihat memerah dan terasa panas.
g. Tanda-tanda kanker telah menyebar
Pada stadium lanjut bisa timbul tanda-tanda dan gejala yang menunjukkan
bahwa kanker telah tumbuh membesar atau menyebar ke bagian lain dari tubuh
lainnya. Tanda-tanda yang muncul seperti nyeri tulang, pembengkakan lengan
atau luka pada kulit, penumpukan cairan disekitar paru-paru (efusi pleura),
mual, kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan, penyakit kuning, sesak
napas, atau penglihatan ganda.
6. Patofisiologi Ca Mamae
Untuk dapat menegakkan diagnosa kanker dengan baik, terutama untuk
melakukan pengobatan yang tepat, diperlukan pengetahuan tentang proses
terjadinya kanker dan perubahan strukturnya. Tumor atau neoplasma merupakan
kelompok sel yang berubah dengan ciri proliferasi yang berlebihan dan tak
berguna, yang tak mengikuti pengaruh jaringan sekitarnya. Proliferasi abnormal sel
kanker akan mengganggu fungsi jaringan normal dengan menginfiltrasi dan
memasukinya dengan cara menyebarkan anak sebar ke organ-organ yang jauh. Di
dalam sel tersebut telah terjadi perubahan secara biokimia terutama dalam intinya.
Hampir semua tumor ganas tumbuh dari suatu sel yang mengalami
transformasi maligna dan berubah menjadi sekelompok sel ganas di antara sel
normal (Wijaya dan Putri, 2013).
Sel kanker dapat menyebar melalui aliran pembuluh darah dan
permeabilitas kapiler akan terganggu sehingga sel kanker dapat berkembang pada
jaringan kulit. Sel kanker tersebut akan terus menginfiltrasi jaringan kulit,
menghambat dan merusak pembuluh darah kapiler yang mensuplai darah ke
jaringan kulit. Akibatnya jaringan dan lapisan kulit akan mati (nekrosis) kemudian
timbul luka kanker. Jaringan nekrosis merupakan media yang baik untuk
pertumbuhan bakteri, baik bakteri aerob atau anaerob. Bakteri tersebut akan
menginfeksi dasar luka kanker sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap. Selain
itu, sel kanker dan proses infeksi itu sendiri akan merusak permeabilitas kapiler
kemudian menimbulkan cairan luka (eksudat) yang banyak. Cairan yang banyak
dapat menimbulkan iritasi sekitar luka dan juga gatal-gatal. Pada jaringan yang
rusak dan terjadi infeksi akan merangsang pengeluaran reseptor nyeri sebagai
respon tubuh secara fisiologis, akibatnya timbul gejala nyeri yang hebat. Sel kanker
itu sendiri juga merupakan sel imatur yang bersifat rapuh dan merusak pembuluh
darah kapiler yang menyebabkan mudah pendarahan. Adanya luka kanker, bau
yang tidak sedap dan cairan yang banyak keluar akan menyebabkan masalah
psikologis pada pasien. Akhirnya, pasien cenderung merasa rendah diri, mudah
marah atau tersinggung, menarik dini dan membatasi kegiatannya. Hal tersebut
yang akan menurunkan kualitas hidup pasien kanker (Astuti, 2013).
7. WOC

Faktor resiko :
Genetic
Hormonal
Merokok, alcohol, pola
makan
Hyperplasia pada sel mammae

CA MAMMAE

Mendesak jaringan sekitarnya Mensuplai nutrisi ke jaringan Ca Mendesak pembuluh darah

Aliran terhambat hingga terjadi


Pembengkakan Mammae Pe ↓ hipermetabolisme jaringa hipoxia
lain →BB turun
Peningkatan massa tumor
Bakteri patogen
Ketidakseimbangan Nutrisi
Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
Keluar cairan putih di nanah

Tindakan pembedahan

Pre Op Post Op
Efek anestesi

Ketidakefektifan Pola
Stress psikologi Massa tumor Fisiologi Psikologi
Nafas
mendesak jaringan

Insisi jaringan
Perubahan
mammae
Nyeri akut bentuk mammae

Defisit
Ansietas Gangguan Citra
Pengetahuan
Terputusnya Tubuh
Kerusakan
integritas otot/jaringan sekitar
kulit/jaringan aksila
Pendidikan
kesehatan

Resiko Infeksi

Gambar 2.1 : WOC Ca Mammae (Sumber : Nurarif dan Kusuma, 2015)


8. Penatalaksanaan Ca Mamae
a. Penatalaksanaan Medis
Terapi yang dapat diberikan kepada penderita kanker payudara secara medis
diantaranya: (tasripiyah,2012)
1) Pembedahan
Pada sebagian besar pasien, terapi bedah bertujuan untuk mengangkat
tumor, (meminimalkan resiko rekurensi lokal) dan untuk menentukan
stadium dari tumor. Ada 3 cara pembedahan atau operasi payudara yaitu :
a) Mastektomi Radikal atau disebut (lumpektomi), yaitu operasi
mengangkat sebagian dari keseluruhan kulit payudara.mingikuti
Operasi ini harus selalu diikuti dengan pemberian-pemberian terapi.
Biasanya lumpektomi direkoendasikan pada orang yang tumornua besar
tidak lebih dari 2cm dan pada letaknya selalu di pinggir payudara.
b) Mastektomi Total atau disebut (masetomi), yaitu sebuah operasi yang
dilakukan pengangkatan seluruh isi dari payudara saya, tatapi bukan
untuk mengangkat kelenjar yang ada di ketiak.
c) Dengan cara metode Modified Mastekromi Radikal, yaitu sebuah
operasi yang dilakukan untuk pengangkatan seluruh dari isi payudara,
dan juga jaringan di payudara dan di atas tulang dada, seluruh selangka
san tulang iga, dan juga beserta benjolan yang di sekitar ketiak.
2) Kemoterapi
Kemoterapi merupakan tarapi sistematik yang selalu digunakan apabila
adanya penyebaran sistemik dan sebagian terapi ajuvan, yang kemoterapi
ajuvan ini diberikan kepada pasien pemeriksaan histopatolik pasca bedah
mastektomi ditemukan suatu metastasis di suatu atau di beberapa kelenjar.
3) Radioterapi
Yaitu Radioterapi yang berfungsi untuk penderiita kanker payudara dan
biasanya juga digunakan sebagai alat terapi yng kuratif dengan cara
mempertahankan mammae dan bisa juga sebagai alat terapi tambahan atau
terapi paliatif.
4) Terapi Hormonal
Yaitu sebuah Pertumbuhan pada kanker payudara yang sangat bergantung
kepada suatu suplai hormone estrogen, dan juga oleh karena itu terapi ini
adalah tindakan berfungsi untuk mengurangi dalam pembentukan hormone
yang dapat menghambat laju dari perkembangan semua sel kanker itu,
akan tetapi terapi hormonal itu biasanya disebut juga dengan sebuah terapi
anti estrogen karna terapi ini system kerjanya terapi ini sangat menghambat
atau juga dapat menghentikan kemampuan dari hormone estrogen yang
sudah ada di dalam menstimulus perkembangan kanker payudara.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Mempertahankan integritas karingan yang adekuat (kulit, membrane
mukosa)
2) Mempertahankan status nutrisi yang adekuat
3) Memperagakan toleransi aktivitas yang meningkat dan keletihan yang
menurun
4) Penderita dapat menunjukan citra tubuh dan harga diri.

9. Pemeriksaan Penunjang Ca Mamae


Menurut Wijaya dan Putri, (2013) :
a. Pemeriksaan laboratorium meliputi :
a) Morfologi sel darah
b) LED
c) Test fal marker (CEA) dalam serum/plasma
d) Pemeriksaan sitologis
b. Monografi
Menemukan kanker insito yang kecil yang tida dapat dideteksi dengan
pemeriksaan fisik.
c. SCAN (CT, MRI, Galfum), ultra pasienund
Untuk tujuan diagnostic, identfikasi metastatic, respon pengobatan.
d. Biopsi (aspirasi, eksisi)
Untuk diagnosis banding dan menggambarkan pengobatan.

a) Biopsi, ada 2 macam tindakan menggunakan jarum dan 2 macam


tindakan pembedahan.
1) Aspirasi biopsi (FNAB)
Dengan aspirasi jarum halus, sifat massa dibedakan antar kistik atau
padat.
2) True cut/care biopsy
Dilakukan dengan perlengkapan stereotactic biopsy mamografi untuk
memandu jarum pada massa.

b) Incisi biopsy

c) Eksisi biopsy

Hasil biopsi dapat digunakan selama 36 jam untuk dilakukan


pemeriksaan histologik secara froxen section.
e. Penanda tumor
Zat yang dihasilkan dan disekresi oleh dalam serum (alfa feto protein, HCG
asam fosfat). Dapat menambah dalam mendiagnosis kanker tetapi lebih
bermanfaat sebagai prognosis/monitor terapeutik.
f. Tes skrining kimia : elektrolit, tes hepar, hitung sel darah
g. Foto thoraks
h. USG
USG digunakan untuk membedakan kista (kantung berisi cairan) dengan
benjolan padat.
i. Mammografi
Pada mammografi digunakan sinar X dosis rendah untuk menemukan daerah
yang abnormal pada payudara.
j. Termografi
Pada termografi digunakan suhu untuk menemukan kelainan pada payudara.
k. SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri)
Jika SADARI dilakukan secara rutin, seorang wanita akan dapat menemukan
benjolan pada stadium dini. Sebaiknya SADARI dilakukan pada waktu yang
sama setiap bulan. Bagi wanita yang masih mengalami menstruasi, waktu
yang paling tepat untuk melakukan SADARI adalah 7-10 hari sesudah 1 hari
menstruasi. Bagi wanita pasca menopause, SADARI bisa dilakukan kapan saja
tetapi secara rutin dilakukan setiap bulan (misalnya setiap awal bulan).

10. Komplikasi Ca Mamae


Carcinoma Mammae bisa menyebar ke berbagai bagian tubuh, carcinoma
mammae bermetastase dengan penyebaran langsung ke jaringan sekitarnya, dan
juga melalui saluran limfe dan aliran darah.Tempat yang paling sering untuk
metastase yang jauh atau sistemik adalah paru paru, pleura, tulang (terutama
tengkorak, vertebra dan panggul), adrenal dan hati (Irianto, 2015) dalam (Laksono,
2018).

B. Asuhan Keperawatan Teoritis


Asuhan keperawatan adalah proses atau kegiatan pada praktik keperawatan
yang diberikan secara langsung kepada pasien dalam upaya memenuhi kebutuhan
dasar pasien dan membantu pasien untuk mendapatkan kesehatan yang optimal. Proses
keperawatan mencakup tahap-tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi
keperawatan, implementasi, evaluasi dan dokumentasi (Martin dan Griffin, 2014).
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan proses pertama dalam proses keperawatan,
pengkajian merupakan metode penggalian informasi atau data yang dibutuhkan
untuk menentukan diagnosa dan intervensi keperawatan. Menurut Brunner &
Suddarth (2017) dibawah ini merupakan hal-hal yang harus dikaji dalam pasien
carcinoma mammae :
1. Identitas pasien
Terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, suku, bangsa, agama, status
perkawinan, alamat, nomor rekam medis, tanggal masuk dan penanggung
jawab.
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang sering ditemukan pada klien Ca Mammae biasanya klien
masuk ke rumah sakit karena merasakan adanya benjolan yang menekan
payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah dan mengeras, bengkak serta
nyeri. Pada pasien Pre Op Ca Mammae pasien akan mengeluh cemas serta
khawatir bagaimana nanti ketika di operasi (Wijaya & Putri, 2013).
3. Riwayat penyakit sekarang
Biasanya pasien masuk ke rumah sakit karena merasakan adanya benjolan
yang menekan payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah, mengeras,
bengkak, dan nyeri.
4. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat carcinoma mammae sebelumnya atau ada kelainan pada
payudara.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Adanya keluarga yang mengalami carcinoma mammae atau penyakit kanker
lainnya.
6. Genogram
Merupakan gambaran silsilah keluarga mulai dari tiga keturunan.
7. Riwayat alergi
Menggambarkan apakah pasien mempunyai riwayat alergi makanan maupun
obat.
8. Observasi dan pemeriksaan fisik
a) Tanda-tanda vital diukur untuk menentukan status kesehatan pasien untuk
menguji respon pasien terhadap stress fisiologis atau psikologi terhadap
terapi medik.
b) Pernafasan
Inpeksi : terjadi peningkatan frekuensi pernafasan yang disertai penggunaan
otot bantu pernafasan. Gerakan pernafasan ekpansi dada yang simetris
(pergerakan dada yang tertinggal pada sisi yang sakit).
Palpasi : pendorongan mediastinum kearah hemithoraks kontralateral yang
diketahui dari posisi trakea dan ictus cordis. Taktil fremitus menurun
terutama pada pasien yang mengalami komplikasi pada pleura.Disamping
itu, pada palpasi juga ditemukan pergerakan dinding dada yang tertinggal
pada dada yang sakit.
Perkusi : suara perkusi redup hingga pekak tergantung dari jumlah
cairannya.
Auskultasi : terdapat suara nafas menurun sampai menghilang pada sisi
yang sakit.
c) Kardiovaskuler
Keadaan umum baik
d) Perkemihan
Perubahan eliminasi urinarius, hematuria (sering berkemih), eliminasi urin
6-7x/hari
e) Pencernaan
Pasien biasanya akan mengalami mual muntah, lama flatus dan distensi
abdomen.
f) Integumen
Rentang gerak sendi normal, tidak ada masalah pada sistem
muskuloskeletal. Terdapat luka operasi pada pasien post operasi.
g) Seksualitas
Faktor reproduksi dan hormonal juga berperan besar menimbulkan kelainan
pada carcinoma mammae.Usia menarce yang lebih dini yakni dibawah 12
tahun meningkatkan risiko carcinoma mammae sedangkan usia menopause
yang lebih lambat juga meningkatkan risiko carcinoma mammae.
h) Sistem reproduksi dan genetalia
Tidak ada gangguan pada sistem reproduksi dan genetalia.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah respons individu terhadap rangsangan yang
timbul dan diri sendiri maupun luar (lingkungan) (Nursalam, 2015). Menurut (Tim
Pokja SDKI DPP PPNI, 2017) dan (Nurarif, Hardhi Kusuma 2016) diagnosa
keperawatan pada Pasien dengan Ca Mamae adalah (PPNI, 2017):
a. Nyeri akut berhubungan dengan adanya penekanan masa tumor
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot pernapasan,
deformitas dinding dada
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient ke jaringan
d. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan faktor mekanik (tekanan
jaringan mammae)
e. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan pada bentuk tubuh
karena proses penyakit (mammae asimetris)
f. Defisit pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan serta pengobatan
penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi
g. Ansietas berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh
h. Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah suatu perencanaan dengan tujuan merubah
atau memanipulasi stimulus fokal, kontektual dan residual. Pelaksanaannya juga
ditujukan kepada kemampuan klien dalam menggunakan koping secara luas,
supaya stimulus secara keseluruhan dapat terjadi pada klien (Nursalam, 2015).
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) mendefinisikan intervensi
keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat yang
didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran
(outcome) yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).
Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan

No Standar Diagnosa Keperawatan Standar Intervensi Keperawatan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Indonesia (SDKI) Indonesia (SLKI) (SIKI)
1 Nyeri akut berhubungan dengan Tujuan umum : Manajemen nyeri (I.08238)
adanya penekanan masa tumor Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi :
diharapkan ekspetasi tingkat nyeri 1. Identifikasi lokasi, karekteristik, durasi,
Definisi : Pengalaman sensorik atau menurun. frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
emosional yang berkaitan dengan Kriteria hasil : 2. Identifikasi skala nyeri
kerusakan jaringan aktual atau 1. Kemampuan menuntaskan aktivitas 3. Identifikasi respons nyeri non verbal
fungsional, dengan onset mendadak meningkat 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
atau lambat d berintensitas ringan 2. Keluhan nyeri menurun memperingan nyeri
hingga berat dan konstan, yang 3. Meringis menurun 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
berlangsung lebih d 3 bulan. 4. Sikap protektif menurun tentang nyeri
5. Gelisah menurun 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap
1) Data Mayor : 6. Kesulitan tidur menurun respon nyeri
Subjektif : Mengeluh nyeri, Merasa 7. Menarik diri menurun 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
depresi (tertekan) 8. Berfokus pada diri sendiri menurun hidup
Objektif : Tampak meringis, 9. Diaforesis menurun 8. Monitor keberhasilan terapi
Gelisah, Tidak mampu menuntaskan 10. Perasaan depresi (tertekan ) menurun komplementer yang sudah diberikan
aktivitas. 11. Perasaan takut mengalami cedera 9. Monitor efek samping penggunaan
2) Data Minor : berulang menurun analgesik.
Subjektif : Merasa takut mengalami 12. Anoreksia menurun
cedera berulang 13. Perineum terasa tertekan menurun Terapeutik :
Objektif : Bersikap protektif 14. Uterus teraba membulat menurun 1. Berikan teknik non farmakologis untuk
(mis.menghindari nyeri), Waspada, 15. Ketegangan otot menurun mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
Pola tidur berubah, Anoreksia 16. Pupil dilatasi menurun hypnosis, akupresur, terapi music,
17. Muntah menurun mual menurun biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
18. Frekuensi nadi membaik teknik imajinasi terbimbing, kompres
19. Pola nafas membaik hangat/dingin, terapi bermain)
20. Tekanan darah membaik 2. Kontrol lingkungan yang memperberat
21. Proses berpikir membaik rasa nyeri (mis. suhu ruangan,
22. Fokus membaik pencahayaan, kebisingan)
23. Fungsi berkemih membaik 3. Fasilitasi istirahat dan tidur
24. Perilaku membaik 4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
25. Nafsu makan membaik dalam pemilihan strategi meredakan
26. Pola tidur membaik nyeri.

Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu.
2 Ketidakefektifan pola nafas Tujuan umum : Manajemen jalan napas (I.01011)
berhubungan dengan keletihan otot Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi :
pernapasan, deformitas dinding dada diharapkan ekspektasi pola napas 1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman,
membaik. usaha napas)
Definisi : Inspirasi dan/atau ekspirasi Kriteria hasil : 2. Monitor bunyi napas tambahan (mis.
yang tidak memberikan ventilasi 1. Ventilasi semenit meningkat gurgling, mengi,wheezing, ronkhi kering)
adekuat. 2. Kapasitas vital meningkat 3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
3. Diameter thoraks anterior-posterior
1) Data Mayor : meningkat Terapeutik :
Subjektif : Dispnea 4. Tekanan ekspirasi meningkat 1. Pertahankan kepatenan jalan napas
Objektif : Penggunaan otot bantu 5. Tekanan inspirasi meningkat dengan head-tilt dan chin- lift (jaw-
pernapasan Parshall, Fase ekspirasi 6. Dispnea menurun thrust jika curiga trauma servikal)
memanjang, Pola napas abnormal 7. Penggunaan otot bantu napas 2. Posisikan semi-Fowler atau Fowler
(mis. takipnea, bradipnea, menurun 3. Berikan minum hangat
hiperventilasi, kussmaul, cheyne- 8. Pemanjangan fase ekspirasi menurun 4. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
stokes) 9. Ortopnea menurun 5. Lakukan penghisapan lender kurang dari
10. Pernapasan pursed-lip menurun 15 detik
2) Data M inor : 11. Pernapasan cuping hidung menurun 6. Lakukan hiperoksigenasi sebelum
Subjektif : Ortopnea 12. Frekuensi napas membaik penghisapan endotrakeal
Objektif : Pernapasan pursed-lip 1, 13. Kedalaman napas membaik 7. Keluarkan sumbatan benda padat dengan
Pernapasan cuping hidung, 14. Ekskursi dada membaik forsep McGill
Diameter thoraks anterior-posterior 8. Berikan oksigen, jika perlu
meningkat, Ventilasi semenit
menurun, Kapasitas vital menurun, Edukasi :
Tekanan ekspirasi menurun, 1. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari,
Tekanan inspirasi menurun, jika tidak kontraindikasi
Ekskursi dada berubah. 2. Ajurkan teknik batuk efektif

Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika perlu

3 Ketidakseimbangan nutrisi kurang Tujuan umum: Manajemen nutrisi (I.03119)


dari kebutuhan tubuh berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi :
dengan ketidakmampuan diarapkan ekspetasi status nutrisi membaik 1. Identifikasi status nutrisi
mengabsorbsi nutrient ke jaringan Kriteria hasil : 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
1. Kekuatan otot pengunyah meningkat 3. Identifikasi makanan yang disukai
Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup 2. Kekuatan otot menelan meningkat 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
untuk memenuhí kebutuhan 3. Serum albumin meningkat nutrien
metabolisme. 4. Verbalisasi keinginan untk 5. Identifikasi perlunya penggunaan selang
1) Data Mayor : meningkatkan nutrisi meningkat nasogastrik
Subjektif : ( tidak tersedia ) 5. Pengetahuan tentang pilihan makanan 6. Monitor asupan makanan
Objektif : bearat badan menurun yang sehat meningkat 7. Monitor berat badan
minimal 10% dibawah rentang ideal 6. Pengetahuan tentang pilihan 8. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
minuman yang sehat meningkat
2) Data Minor : 7. Pengetahuan tentangstandar asupan Terapeutik :
Subjektif : Cepat kenyang setelah nutrisi yang tepat meningkat 1. Lakukan oral hygiene sebelum makan,
makan, Kram/nyeri 8. Penyiapan dam penyimpanan jika perlu
Objektif : Bising usus hiperaktif, minuman yang aman meningkat 2. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis.
Otot pengunyah lemah, Nafsu 9. Sikap terhadap makanan/minuman piramida makanan)
makan menurun Otot menelan sesuai dengan tujuan kesehatan 3. Sajikan makanan secara menarik dan
lemah, Membran mukosa pucat, meningkat suhu yang sesuai
sariawan, Serum albumin turun, 10. Perasaan cepat kenyang menurun 4. Berikan makanan tinggi serat untuk
Rambut rontok berlebihan, Diare 11. Nyeri abdomen menurun mencegah konstipasi
Kondisi Klinis Terkait 12. Sariawan menurun 5. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
13. Rambut rontok menurun protein
14. Diare menurun 6. Berikan suplemen makanan, jika perlu
15. Berat badan membaik 7. Hentikan pemberian makan melalui
16. Indeks Massa Tubuh (IMT) membaik selang nasogastrik jika asupan oral dapat
17. Frekuensi makan membaik ditoleransi.
18. Nafsu makan membaik
19. Bising usus membaik Edukasi :
20. Tebal lipatan kulit trisep membaik 1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
21. Membran mukosa membaik 2. Anjurkan diet yang diprogramkan

Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis. pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
2. Kolabor asi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan, jika perlu.
4 Kerusakan integritas jaringan Tujuan umum : Perawatan luka (I.14564)
berhubungan dengan faktor Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi :
mekanik (tekanan jaringan diharapkan ekspetasi integritas kulit dan 1. Monitor karakteristik luka
mammae) jaringan meingkat. 2. Monitor tanda-tanda infeksi Terapeutik
Kriteria hasil : 3. Lepaskan balutan dan plester secara
Definisi : Kerusakan kulit (dermis 1. Elastisitas meningkat perlahan
dan/atau epidermis) atau jaringan 2. Hidrasi meningkat 4. Cukur rambut di sekitar daerah luka, jika
(membran mukosa, kornea, fasia, otot, 3. Perfusi jaringan meningkat perlu
tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi 4. Kerusakan jaringan menurun 5. Bersihkan dengan cairan nacl atau
daniatay Definisi ligamen). 5. Kerusakan lapisan kulit menurun pembersih nontoksik sesuai kebutuhan
6. Nyeri menurun 6. Bersihkan jaringan nekrotik
1) Data mayor : 7. Perdarahan menurun 7. Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika
Subjektif : (tidak tersedia) 8. Kemerahan menurun perlu
Objektif : Kerusakan jaringan 9. Hematoma menurun 8. Pasang balutan sesuai jenis luka
dan/atau lapisan kulit. 10. Pigmentasi abnormal menurun 9. Pertahankan teknik steril saat melakukan
11. Jaringan parut menurun perawatan luka
2) Data minor 12. Nekrosis menurun 10. Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan
Subjektif (tidak tersedia) 13. Abrasi kornea menurun drainase
Objektif : Nyeri, Perdarahan, 14. Suhu kulit membaik 11. Jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam
Kemerahan, Hematoma. 15. Sensasi membaik atau sesuai kondisi pasien
16. Tekstur membaik 12. Berikan diet dengan kalori 30-35
17. Pertumbuhan rambut membaik kkal/kgbb/hari dan protein 1,25-1,5
gram/kgbb/hari
13. Berikan suplemen vitamin dan mineral
14. Berikan terapi tens, jika perlu

Edukasi :
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi
kalori dan protein
3. Ajarkan prosedur perawatan luka secara
mandiri.

Kolaborasi :
1. Kolaborasi prosedur debridement, jika
perlu
2. Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu

5 Gangguan citra tubuh Tujuan umum : Promosi citra tubuh (I.09305)


berhubungan dengan perubahan Setelah dilakukan tindakan asuhan Observasi :
pada bentuk tubuh karena proses keperawatan diharapkan ekspektasi citra 1. Identifikasi harapan citra tubuh
penyakit (mammae asimetris) tubuh meningkat berdasarkan tahap perkembangan
Kriteria hasil : 2. Identifikasi budaya, agama, jenis
Definisi : perubahan persepsi tentang 1. Melihat bagian tubuh meningkat kelamin, dan umur terkalt citra tubuh
penampilan, struktur dan fungsi fisik 2. Menyentuh bagian tubuh meningkat 3. Identifikasi perubahan citra tubuh yang
individu. 3. Verbalisasi kecacatan bagian tubuh mengakibatkan isolasi sosial
meningkat 4. Monitor frekuensi pernyataan kritik
1) Data mayor : 4. Verbalisasi kehilangan bagian tubuh terhadap diri sendiri
Subjektif : Mengungkapkan meningkat 5. Monitor apakah pasien bisa melihat
kecacatan/kehilangan bagian tubuh 5. Verbalisasi perasaan negatif tentang bagian tubuh yang berubah .
Objektif : Kehilangan bagian tubuh, perubahan tubuh menurun
Fungsi/struktur tubuh berubah/ 6. Verbalisasi kekhawatiran terhadap Terapeutik :
hilang. penolakan/reaksi orang lain menurun 1. Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya
7. Verbalisasi perubahan gaya hidup 2. Diskusikan perbedaan penampilan fisik
2) Data Minor : menurun terhadap harga diri
Subjektif : Tidak mau 8. Menyembunyikan bagian tubuh 3. Diskusikan perubahan akibat pubertas,
mengungkapkan berlebihan menurun kehamilan dan penuaan
kecacatan/kehilangan bagian tubuh, 9. Menunjukkan bagian tubuh berlebihan 4. Diskusikan kondisi stres yang
mengungkapkan perasaaan negatif menurun mempengaruhi citra tubuh (mis, luka,
tentang perubahan tubuh, 10. Fokus pada bagian tubuh menurun penyakit. pembedahan)
mengungkapkan kekhawatiran pada 11. Fokus pada penampilan masa lalu 5. Diskusikan cara mengembangken harapan
penolakan/reaksi orang lain, 12. Menurun fokus pada kekuatan masa citra tubah secara realistis
mengungkapkan perubahn gaya lalu menurun 6. Diskusikan persepsi pasien dan keluarga
hidup 13. Respon non verbal pada perubahan tentang perubahan citra tubuh.
Objektif : tubuh membaik
Menyembunyikan/menunjukan 14. Hubungan sosial membaik Edukasi :
bagian tubuh secara berleblhan, 1. Jelaskan kepada keluarga tentang
Menghindari melihat dan/atau perawatan perubahan citra tubuh
menyentuh bagian tubuh, fokus 2. Anjurkan mengungkapkan gambaran diri
berlebihan pada perubahan tubuh, terhadap citra tubuh
respon non verbal pada perubahan 3. Anjurkan menggunakan alat bantu (mis,
dan presepsi tubuh, Fokus pada pakalan, wig, kosmetik)
penampilan dan kekuatan masa lalu, 4. Anjurkan mengikuti kelompok
Hubungan sosial berubah pendukung (mis. kelompok sebaya)
5. Latih fungsi tubuh yang dimiliki
6. Latih peningkatan penapilan diri (mis.
berdandan)
7. Latih pengungkapan kemampuan diri
kepada orang lain maupun kelompok.

6 Defisit pengetahuan tentang Tujuan umum: Edukasi Kesehatan (I.12383)


kondisi, prognosis, dan sertaSetelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi :
pengobatan penyakitnya diharapkan ekspektasi tingkat pengetahuan 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
berhubungan dengan kurangnya meningkat menerima informasi
informasi Kriteria hasil : 2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat
1. Perilaku sesuai anjuran meningkat meningkatkan dan menurunkan motivasi
Definsi : Ketiadaan atau kurangnya 2. Verbalisasi minat dalam belajar perilaku hidup bersih dan sehat.
informasi kognitif yang berkaitan meningkat
dengan topik tertentu. 3. Kemampuan menjelaskan pengetahuan Terapeutik :
tentang suatu topik meningkat 1. Sediakan materi dan medla pendidikan
1) Data mayor : 4. Kemampuan menggambarkan kesehatan
Subjektif : Menanyakan masalah pengalaman sebelumnya yang sesuai 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sosial
yang dihadapi dengan topik meningkat kesepakatan
Objektif : sesuai anjuran, 5. Perilaku sesuai dengan pengetahuan 3. Berikan kesempatan untuk bertanya.
Menunjukkan persepsi yang keliru meningkat
terhadap masalah 6. Pertanyaan tentang masalah yang Edukasi :
dihadapi menurun 1. Jekaskan faktor risiko yang dapat
2) Data minor : 7. Persepsi yang keliru terhadap masalah mempengaruhi kesehatan
Subjektif : (tidak tersedia) menurun 2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
Objektif : Menjalani pemeriksaan 8. Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat 3. Ajarkan strategi yang dapat digunakan
yang tidak tepat, Menunjukkan menurun untuk meningkatkan perilaku hidup
perilaku berlebihan (mis. apatis, 9. Perilaku membaik bersih dan sehat
bermusuhan, agitasi, histeria).

7 Ansietas berhubungan dengan Tujuan umum: Reduksi Ansietas (I. 09314)


perubahan gambaran tubuh Setelah dilakukan tindakan asuhan Observasi :
keperawatan diharapkan ekspektasi tingkat 1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
Definisi : Kondisi emosi dan ansietas menurun (mis. kondisi, waktu, stresor)
pengalaman subyektif individu terhadap Kriteria hasil: 2. Identifikasi kermampuan mengambil
objek yang tidak jelas dan spesifik 1. Verbalisasi kebingungan menurun keputusan
akibat antisipasi bahaya yang 2. Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang 3. Monitor tande-tanda ansietas (verbal dan
memungkinkan individu melakukan dihadapi menurun nonverbal)
tindakan untuk menghadapi ancaman. 3. Perilaku gelisah menurun
4. Perilaku tegang menurun Terapeutik :
1) Data Mayor : 5. Keluhan pusing menurun 1. Ciptakan suasana terapeutik untuk
Subjektif : Merasa bingung, merasa 6. Anoreksia menurun menumbuhkan kepercayaan
khawatir dengan akibat dari kondisi 7. Palpitasi menurun 2. Temani pasien untuk mengurangi
yang dihadapi, sulit berkonsentrasi 8. Frekuensi pernapasan menurun kecemasan, jika memungkinkan
Objektif : Tampak gelisah, tampak 9. Frekuensi nadi menurun 3. Pahami situasi yang mernbuat ansietas
tegang, Sulit tidur 10. Tekanan darah menurun 4. Dengarkan dengan penuh perhatian
11. Diaforesis menurun 5. Gunakan pendekatan yang tenang dan
2) Data Minor : 12. Tremor menurun meyakinkan
Subjektif : Mengeluh pusing, 13. Pucat menurun 6. Tempalkan barang pribadi yang
Anoreksia, Palpitasi, Merasa tidak 14. Konsentrasi membaik memberikan kenyamanan
berdaya. 15. Pola tidur membaik 7. Motivasi mengidentifikasi situasi yang
Objektif : Frekuensi napas 16. Perasaan keberdayaan membaik memicu kecemasan
meningkat, Frekuensi nadi 17. Kontak mata membaik 8. Diskusikan perencanaan realistis tentang
meningkat, Tekanan darah 18. Pola berkemih membaik peristiwa yang akan dating.
meningkat. Diaforesis, Tremor, 19. Orientasi membaik
Muka tampak pucat, Suara bergetar, Edukasi :
Kontak mata buruk, Sering 1. Jelaskan prosedur, temasuk sensasi yang
berkemih, Berorientasi pada masa mungkin dialami
lalu. 2. Informasikan secara faktual mengenai
diagnosis, pangobatan, dan prognosis
3. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama
pasien, jlka perlu
4. Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak
kompetitir, sasual kebutuhan
5. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan
persepsi
6. Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
7. Latih penggunaan mekanisme pertahanan
diri yang tepat
8. Latih teknik relaksasi

Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian obat antiansietas,
Jika perlu

8 Resiko infeksi berhubungan dengan Tujuan umum : Pencegahan infeksi (I.14539)


penyakit kronis Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi :
diharapkan ekspetasi tingkat infeksi 1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal
Definisi : Berisiko mengalami menurun. dan sistemik terapeutik
peningkatan terserang organisme 2. Batasi jumlah pengunjung
patogenik. Kriteria hasil : 3. Berikan perawatan kulit pada area edema
1. Kebersihan tangan meningkat 4. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
Faktor Risiko : Penyakit kronis (mis. 2. Kebersihan badan meningkat dengan pasien dan lingkungan pasien
diabetes melitus), Efek prosedur 3. Nafsu makan meningkat 5. Pertahankan teknik aseptik pada pasien
invasif, Malnutrisi, Peningkatan 4. Demam menurun berisiko tinggi .
paparan organisme patogen lingkungan, 5. Kemerahan menurun
Ketidakadekuatan pertahanan tubuh 6. Bengkak menurun Edukasi :
sekunder: 7. Vesikel menurun 1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
8. Cairan berbau busuk menurun 2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan
9. Sputum berwarna hijau menurun benar
10. Drainase purulen menurun 3. Ajarkan etika batuk
11. Piuria menurun 4. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau
12. Periode malaise menurun luka operasi
13. Periode menggigil menurun 5. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
14. Letargi menurun 6. Anjurkan meningkatkan asupan cairan
15. Gangguan kognitif menurun
16. Kadar sel darah putih membaik Kolaborasi :
17. Kultur darah membaik 1. Kolaborasi pemberian antibiotik, jika
18. Kultur urine membaik perlu.
19. Kultur sputum membaik
20. Kultur area luka membaik
21. Kultur feses membaik
22. Kadar sel darah putih membaik
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pengolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang
telah disusun pada tahap perencanaan. Tindakan keperawatan perawat berfokus
pada keseimbangan fisiologis dengan membantu pasien dalam keadaan sehat
maupun sakit sehingga dapat menigkatkan kualitas hidup pasien. Jenis tindakan
yang telah disusun pada tahap perencanaan. Pada implementasi ini terdiri dari
tindakan mandiri, saling ketergantungan atau kolaborasi dan tindakan rujukan/
ketergantungan. Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana
tindakan keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan,
perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah rencana tindakan masih sesuai
dan dibutuhkan pasien sesuai dengan kondisi saat ini (Desmawati, 2019).

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah penilaian terakhir proses keperawatan didasarkan
pada tujuan keperawatan yang ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan
keperawatan didasarkan pada perubahn perilaku dari criteria hasil yang ditetapkan,
yaitu terjadinya adaptasi pada individu (Nursalam, 2015). Evaluasi ini sangat
penting karena manakala setelah dievaluasi ternyata tujuan tidak tercapai atau
tercapai sebagian, maka harus di reassesment kembali kenapa tujuan tidak tercapai
(Purwanto, 2016). Dalam evaluasi menggunakan metode SOAP (subyektif,
obyektif, assessment, planning).
DAFTAR PUSTAKA

Desmawati. (2019). Teori Model Konseptual Keperawatan.

Fayzun., F., Muna., A., Y., D. A. R., Novitasari., E., & Baihaqi., I. (2018).
Kanker Payudara.

Globocan. (2018). angka kejadian kanker di dunia. https://gco.iarc.fr/

Haryati, F., & Sari, D. N. A. (2019). Hubungan body image dengan kualitas
hidup pada pasien kanker payudara yang menjalankan kemoterapi. Health
Sciences and Pharmacy Journal, 3(2), 54.
https://doi.org/10.32504/hspj.v3i2.138

Irianto K.(2015). Kesehatan Reproduksi , Teori & Praktikum. Bandung :


Alfabeta CV

No Title. (2012).

Nurarif, amin huda, & Kusuma, H. (2015). cancer mammae.

Nurarif, Amin H., Kusuma, Hardi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. Jakarta:Medication.

PPNI, T. P. S. D. (2017). No Title.

Putra., S., R. (2015). Kanker Payudara Lengkap. Yogyakarta:Laksana.

SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.

Sugeng Laksono. (2018). Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Pada Ny E


Dengan Karsinoma Mamae Di Ruang Bougenvile Rsud Kota Yogyakarta.
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/id/eprint/2147

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan
Indonesia.
Tri Winarti. (2019). Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Pasien Dengan
Carsinoma Mammae Di Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda.

Tasripiyah, 2012.konsep teoritis ca mammae, Jakarta: Aditama


Wijaya, Andra S &Putri, Yesi M. 2013. Keperawatan Medikal
Bedah.Yogyakarta: Nuha Medika.

Winarti, T. (2018). Asuhan Keperawatan Pasien dengan Carcinoma Mammae


di Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Waha Sjahranie Samarinda.

Anda mungkin juga menyukai