1675 4681 1 PB
1675 4681 1 PB
http://journal.ummat.ac.id/index.php/telaah
p-ISSN2477-2429 | e-ISSN 2620-6226
2620
Vol. 5, No. 1, Januari 2020, Hal. 14-25
14
————————————————————
14
Rahmat Sulhan Hardi, Landasan Filosofi Buku...15
keterampilan menulis. Salah satu buku yang dapat Pertama, Perenialisme. Aliran ini bertujuan
menjadi acuan dalam meningkatkan keterampilan mengembangkan kemampuan intelektual anak
menulis adalah buku Dunia Kata karya Mohammad melalui pengetahuan yang “Abadi, universal dan
Fauzil Adhim.Buku inicukup spesial karena ditulis absolut” atau “perennial” yang ditemukan dan
oleh seorang penulis yang sangat produktif.M. Fauzil diciptakan para pemikir unggul sepanjang masa,
Adhim merupakan penulis aktif yang telah yang dihimpun dalam “The Gret Books” atau “Buku
menghasilkan banyak buku.Tidak kurang dari dua Agung”.Kebenaran dalam buku itu bertahan teguh
puluh empat judul buku yang telah ditulisnya.Buku terhadap segala perubahan zaman. (Nasution,
ini mengupas dan berbagi pengalaman 2003:23).
pengarangnya sendiri dalam dunia tulis-menulis.
Kedua, Idealisme. Filsafat Idealisme
Sebagaimana teori pendidikan, penulisan diturunkan dari filsafat idealisme metafisik, yang
sebuah buku, baik secara sadar atau pun tidak, menekankan pertumbuhan rohani.Kaum idealis
sebenarnya dilandasi filsafat pendiian percaya bahwa anak merupakan bagian dari alam
tertentu.Sebuah buku, khususnya buku-buku spiritual, yang memiliki pembawaan spiritual sesuai
pendidikan yang berfungsi meningkatkan dengan potensinya.Pendidikan harus menekankan
kemampuan pembacanya baik dalam rangka kesesuian batin antara anak dan alam
meningkatkan pengetahuan atau pun semesta.Seorang guru yang menganut paham
keterampilannya, hadir di hadapan para pembaca idealisme harus membimbing bukan sebagai prinsip
dengan muatan filsafat pendidikan tertentu di eksternal melainkan kemungkinan-kemungkinan
dalamnya. Perbedaan cara penyajian, materi bahkan yang perlu dikembangkan siswa (Sadulloh,
lay out yang ditemukan pada buku-buku pelajaran, 2017:101).
buku teks, buku keterampilan menulis, keterampilan
Ketiga, Realisme. Filsafat realisme mencari
membaca, atau LKS sebenarnya mengisyaratkan
kebenaran dunia ini sendiri.Melalui pengamatan dan
perbedaan landasan filosofis pendidikan yang
penelitian ilmiah dapat ditemukan hukum-hukum
mendasari penulis buku tersebut.
alam.Mutu kehidupan manusia senantiasa dapat
Berbagai pertimbangan di atas mendorong ditingkatkan melalui kemajuan dalam ilmu
peneliti untuk mengkaji landasan filosofis yang pengetahuan dan teknologi.Tujuan hidup ialah
mendasari buku ini.Tujuan penelitian ini adalah memperbaiki kehidupan melalui penelitian
untuk menemukan landasan filosofis (filsafat ilmiah.Sekolah yang beraliran realisme
pendidikan bahasa) yang mendasari buku Dunia mengutamakan pengetahuan yang sudah mantap
Kata karya M. Fauzil Adhim. sebagai hasil penelitian ilmiah yang dituangkan
secara sistematis dalam berbagai disiplin ilmu atau
Untuk dapat menemukan landasan filosofis,
mata pelajaran. Di sekolah akan dimulai dengan
berikut ini akan dipaparkan beberapa jenis filsafat
teori-teori dan prinsip-prinsip yang fundamental,
pendidikan. Penjelasan mengenai berbagai jenis
kemudian praktik dan aplikasinya. Karena
filsafat pendidikan ini juga menjadi konstruk analisis
mengutamakan pengetahuan yang esensial, maka
yang nantinya akan mendukung dalam analisis data.
pelajaran seperti keterampilan dan kesenian
Konstruk analitis merupakan gambaran secara
dianggap tidak perlu.Kurikulum ini tidak
operasional tentang pengetahuan peneliti mengenai
memperhatikan minat anak, namun diharapakan
saling ketergantungan antara data dan konteks.
agar menaruh minat terhadap pelajaran akademis.Ia
Konstruk analitis juga dapat dianggap sebagai teori
harus sungguh-sungguh mempelajari buku-buku
tentang konteks yang dioperasionalkan sedemikian
berbagai disiplin ilmu. Penguasaan ilmu yang banyak
rupa sehingga variabel-variabel terkaitnya mewakili
berkat studi yang intensif adalah persiapan sebaik-
apa yang ingin diinformasikan, diprediksikan, atau
baiknya bagi lanjutan studi dan kehidupan dalam
dipelajari oleh peneliti mengenai konteks data yang
masyarakat (Nasution, 2003:24).
ditelitinya (Zuchdi, 2019:43). Setidaknya, ada
Sebelas filsafat pendidikan yang menjadi konstruk Keempat, Pragmatisme. Aliran ini juga
analitis pada penelitian ini. disebut dengan aliran instrumentalisme atau
utilitarianisme dan berpendapat bahwa kebenaran
16| Jurnal Ilmiah Telaah | Vol. 5, No. 1,Januari 2020, Hal. 14-25
adalah buatan manusia berdasarkan untuk menempuh ujian nasional.Dari segala mata
pengalamannya.Tidak ada kebenaran mutlak, pelajaran, mungkin ilmu-ilmu sosial yang paling
kebenaran adalah tentative dan dapat berubah.Yang menarik mereka.Pendidikan moral tidak diajarkan
baik, ialah yang berakibat baik bagi kepada mereka, juga tidak ditetapkan aturan-aturan
masyarakat.Tujuan hidup ialah mengabdi kepada yang harus mereka patuhi. Bimbingan yang
masyarakat dengan peningkatan kesejahteraan diberikan sering bersifat non-direktif, di mana guru
manusia. Tugas guru bukan mengajar dalam arti banyak mendengarkan dan mengajukan pertanyaan
menyampaikan pengetahuan, melainkan memberi tanpa mengingatkan apa yang harus dilakukan anak
kesempatan kepada anak untuk melakukan berbagai (Nasution, 2003:25-26).
kegiatan guna memecahkan masalah, atas dasar
Ketujuh, Progresifisme. Filsafat ini
kepercayaan bahwa belajar itu hanya dapat
berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada
dilakukan oleh anak sendiri, bukan karena
masa kini mungkin tidak benar di masa mendatang.
“dipompakan ke dalam otaknya”. Yang penting ialah
Karenanya, cara terbaik untuk mempersiapkan para
bukan “what to think” melainkan “how to think”
siswa untuk masa depan adalah membekali mereka
yakni melalui pemecahan masalah.Pengetahuan
dengan strategi-strategi pemecahan masalah yang
diperoleh bukan dengan mempelajari mata pelajaran,
memungkinkan mereka mengatasi tantangan-
melainkan karena digunakan secara fungsional
tantangan baru dalam kehidupan dan untuk
dalam memecahkan masalah (Nasution, 2003:24-25).
menemukan kebernaran-kebenaran yang relevan
Kelima, Rekonstruksionisme. Aliran ini pada saat ini. Melalui analisis diri dan refleksi yang
berpendirian bahwa sekolah harus berada pada berkelanjutan, individu dapat mengidentifikasi nilai-
garis depan pembangunan dan perubahan nilai yang tepat dalam waktu yang dekat (Sadulloh,
masyarakat. Sekolah ini menjauhi indoktrinasi dan 2017:142-143).
mengajak siswa secara kritis menganalisis isu-isu
Kedelapan, Essensialisme. Filsafat ini melihat
sosial.Dalam perencanaan kurikulum, orang tua dan
sekolah harus melatih/mendidik siswa untuk
masyarakat sering dilibatkan agar dapat
berkomunikasi dengan jelas dan logis.Keterampilan-
memadukan sumber-sumber pendidikan formal
keterampilan ini dalam kurikulum haruslah berupa
dengan sumber sosial, politik, dan ekonomi guna
membaca, menulis, berbicara, dan berhitung.Sekolah
memperbaiki kondisi ekonomi hidup
bertanggung jawab untuk memperhatikan apakah
manusia.Banyak di antara penganut aliran ini
semua siswa menguasai keterampilan-keterampilan
memandang sekolah sebagai masyarakat kecil
tersebut.Pendidikan bersifat praktis dan memberi
(Nasution, 2003:25).
pengajaran yang logis yang mempersiapkan mereka
Keenam, Eksistensialisme. Filsafat ini untuk hidup, sekolah tidak boleh mencoba
mengutamakan individu sebagai faktor dalam mempengaruhi atau menetapkan kebijakan-
menentukan apa yang baik dan benar. Norma-norma kebijakan sosial (Sadulloh, 2017:160-161).
hidup berbeda secaa individual dan ditentukan
Kesembilan, materialisme.Materialisme
masing-masing secara bebas namun dengan
berpandangan bahwa hakikat realisme adalah
pertimbangan jangan menyinggung perasaan orang
materi, bukan rohani, bukan spiritual, atau
lain. Tujuan hidup adalah menyempurnakan diri,
supernatural.Dihubungkan dengan metode pada
merealisasikan diri. Sekolah yang berdasarkan
pendidikan, materialisme melihat belajar tergantung
eksistensialisme mendidik anak agar ia menentukan
pada pengalaman, baik langsung atau tidak
pilihan dan keputusan sendiri dengan menolak
langsung.Metode penyampaian harus logis dan
otoritas orang lain. Ia harus bebas berpikir dan
psikologis. Metode conditioning merupakan metode
mengambil keputusan sendiri secara bertanggung
utama bagi realisme sebagai pengikut behaviorisme
jawab. Sekolah ini menolak segala kurikulum,
(Sadulloh, 2017:113).
pedoman, instruksi, buku wajib, dan lain-lain dair
pihak luar.Anak harus mencari identitasnya sendiri, Kesepuluh, Humanisme.Suseno (2002:37)
menentukan standarnya dan kurikulumnya mengemukakan bahwa humanisme merupakan
sendiri.Dengan sendirian, mereka tidak dipersiapkan suatu keyakinan atau ideology tentang kemanusiaan
Rahmat Sulhan Hardi, Landasan Filosofi Buku...17
yang berusaha memanusiakan manusia dengan cara filosofis pendidikan bahasa dari buku
menghormati identitasnya, keyakinannya, tersebut.Adapun prosedur penelitian sebagai berikut.
kepercayaannya, cita-citanya, ketakutan-ketakutan
1. Pengadaan data,
dan kebutuhan-kebutuhannya.Humanisme adalah
Penelitian ini tidak memerlukan instrumen
aliran kefilsafatan yang menempatkan manusia
penelitian dalam mengumpulkan data
sebagai subjek penting dengen memberi kebebasan
dikarenakan data sudah tersedia dan diambil
untuk bisa mengembangkan segala kemampuan dan
dari buku Dunia Kata karya M. Fauzil Adhim
potensi yang dimiliki, mengingatkan eksistensinya,
dalam bentuk kata, klausa, kalimat, dan
kedudukan serta tanggung jawab dalam
gambar.
kehidupannya (Nurjanah, 2018). Suseno (2002:37)
2. Reduksi data,
mengemukakan bahwa humanisme merupakan
Data yang telah terkumpul kemudian
suatu keyakinan atau ideologi tentang kemanusiaan
direduksi dengan mempertimbangkan data
yang berusaha memanusiakan manusia dengan cara
yang mampu menunjukkan dan
menghormati identitasnya, keyakinannya,
berhubungan dengan landasan filosofis buku
kepercayaannya, cita-citanya, ketakutan-ketakutan
ini.
dan kebutuhan-kebutuhannya.
3. Inferensi.
Kesebelas, Humanis Religius. Humanisme Sebelum menganalisis data, peneliti
religius adalah humanisme yang dijiwai oleh nilai- membuat deskripsi data yang disebut
nilai suci dari ajaran agama.Ada sinergi dan konstruk analisis.Konstruk analisis
integrasi antara pandangan terhadap manusia dilakukan secara kualitatif menggunakan
sebagai makhluk yang harus dikembangkan ranah konseptual.Ranah konseptual ialah
seluruh potensinya dan bagaimana
suatu bentuk “peta kata”, yaitu peta seluruh
pengembangan tersebut tidak bertentangan dari
bidang kebahasaan yang berupa pemadatan
ajaran agama yang menjadi identitas bangsa
Indonesia (Nurkholis, 2010). hasil tulisan semua orang/sekelompok orang
pada suatu periode waktu tertentu. Mula-
Humanis religius dimulai dari guru kepada
mula kata-kata dikelompokkan dengan
para peserta didik agar prakitik pendidikan bersifat elemen-elemen referensi yang telah umum
mengarahkan, memandirikan, dan memberdayakan ke dalam konsep-konsep yang harus
peserta didik sebagai mahluk berdimensi horizontal
langsung dapat dikenali oleh orang lain.
dan vertikal.Humanis religius sangat mementingkan Selanjutnya konsep-konsep yang erat
nilai-nilai kemanusiaan dalam setiap penghayatan
kaitannya dikelompokkan sehingga
dan pengamalan kehidupan beragama (Adhiatera membentuk gagasan lebih umum yang
dalam Jumarudin, 2014:117).Pendidikan humanis disebut tema.Tema inilah yang dikenal
yang menekankan aspek kemerdekaan individu
dengan “ranah konseptual” (Zuchdi,
diintegrasikan dengan pendidikan religious agar 2019:53-54).
dapat membangun kehidupan individual-sosial yang 4. Analisis data
memiliki kemerdekaan tetapi dengan tidak Dalam menganalisis data, peneliti meringkas
meninggalkan nilai-nilai keagamaan (Kuntoro,
data agar dapat dipahami dan
2013:5).
dinterpretasikan dengan baik. Setelah itu,
B. METODE PENELITIAN peneliti menghubungkan data yang diteliti
dengan analisis konten dan data yang
Metode penelitian menggunakan analisis konten diperoleh dengan teknik lain atau dari situasi
inferensial. Analisis konten inferensial berlaku untuk lain sehingga dapat berfungsi sebagai
menemukan makna dari setiap dokumen, foto, validitas metode-metode tersebut atau
lukisan, surat dan lain-lain yang mengharuskan memberikan informasi yang belum diperoleh.
untuk membuat kesimpulan dari pengambilan data. 5. Validitas dan reliabilitas data. Validitas data
Dalam hal ini peneliti berusaha memahami dan diukur menggunakan validitas semantis.
memaknai pesan simbolik dalam buku Dunia Kata Validitas semantis mengukur tingkat
karya M. Fauzil Adhim untuk menemukan landasan kesensitifan suatu teknik terhadap makna-
18| Jurnal Ilmiah Telaah | Vol. 5, No. 1,Januari 2020, Hal. 14-25
kok, kayak gini?” (Adhim, 2004:110). lebih besar, butuh ketenangan untuk
menuangkannya, dan meminta daya tahan
Kesediaan belajar tanpa henti akan yang cukup tinggi (Adhim, 2004:68)
melahirkan kemampuan inovasi.
Kesediaan untuk belajar terus –menerus Doa adalah otaknya ibadah (Adhim,
juga mendorong kita mampu 2004:73)
menuangkan ide secara lebih cerdas,
memikat dan mengalir. Kekayaan cara Menulis untuk dedikasi (Adhim, 2004:84).
pengungkapan ide atau gagasan muncul
karena kecerdasan kita terus-menerus Al-Quran memberi kepada kita bagaimana
terasah melalui pembelajaran yang kita seharusnya berkomunikasi sesuai dengan
lakukan secara sengaja (Adhim, 2004:96). orang yang kita hadapi. Gunakanlah
qaulan kariman saat berbicara dengan
orang tua qaulan maysuran saat
berkomunikasi dengan orang awam dan
Cara paling cerdas memulai karier masyarakat luas, qaulan ma’rufan saat
sebagai penulis adalah dengan MENULIS! berbicara masalah-masalah rumah tangga
Tidak ada rumus yang lebih ajaib (Adhim, 2004: 97).
daripada itu. Menulislah sekarang juga,
sebisa kita. Lupakan sejenak mimpi-
mimpi tentang menulis kreatif yang
diajarkan di bangku kuliah, kesampingkan
dulu prosedur baku menulis yang
diajarkan pada mata kuliah Teknik
Penulisan Skripsi dan Karya Ilmiah.
Sekarang yang paling penting adalah 2. PEMBAHASAN
menulis! Tulislah apa saja yang ingin
kamu tulis! (Adhim, 2004:108). Setidaknya ada lima landasan filosofis yang
mendasari buku ini. Landasan filosofis tersebut
Humanis- Ada idealisme yang harus kita bangun antara lain seperti filsafat perenilalisme, idealisme,
me Religius dalam jiwa, kita bangkitkan dalam hidup pragmatisme, essensialisme dan humanisme religius.
kita, dan kita alirkan melalui tulisan.
Melahirkan tulisan yang baik. tak cukup 2.1 Essensialisme
hanya dengan mengandalkan pikiran dan
sedikit imajinasi. Ada yang harus Penulis membuka bukunya dengan menjelakan
dipertanggungjawabkan kepada Allah hal-hal penting yang mempengaruhi seseorang
Azzawajalla, Tuhan yang menciptakan dalam menulis. Hal-hal tersebut antara lain
kita. Ada nilai-nilai yang harus kita bawa.
Ada kebenaran yang harus kita suarakan seperti pentingnya membaca. Adhim
(Adhim, 2004:26). menceritakan pengalaman masa kecilnya yang
banyak diisi dengan kegiatan membaca. Membaca
merupakan pemantik awal mula ia mulai tertarik
Kitalah yang menentukan diri kita sendiri. menulis.
Kalau kita membiasakan diri untuk
menulis kapan saja; dalam suasana gaduh “Dari membaca, ada ilmu dan wawasan
atau tenang, dalam suasana penuh sangat luas yang bisa saya dapatkan.Dari
semangat atau dingin tak bergairah, kita membaca, saya mulai tertarik menulis dan
akan lebih produktif sekaligus melahirkan mengirimkan ke media massa” (Adhim, 2004:
tulisan yang lebih berbobot. Satu hal yang 22).
harus kita pompakan, menulis karena
memang ada yang harus kita sampaikan Lebih lanjut ia memaparkan bahwa keterampilan
(Adhim, 2004:58-59). menulis dan membaca adalah dua keterampilan
yang saling berkaitan.
Membaca dan menulis adalah dua hal yang
berkaitan erat.Membaca … memberi
Kondisi ruhani kita berpengaruh sangat
kekayaan perspektif buat saya sehingga
besar terhadap ketajaman otak, kekuatan
fisik, dan kecemerlangan pikiran kita. berpengaruh pada bagaimana saya
Menulis fiksi hanya mengandalkan mengemas tulisan (Adhim, 2004: 35-36).
imajinasi, akan menyerap energi yang
Rahmat Sulhan Hardi, Landasan Filosofi Buku...21
Data di atas memperlihat bahwa membaca Ada idealisme yang harus kita bangun dalam
menjadi salah satu modal dasar dan penting dalam jiwa, kita bangkitkan dalam hidup kita, dan
mendukung keterampilan menulis.Jika kita alirkan melalui tulisan.Melahirkan tulisan
yang baik.tak cukup hanya dengan
dihubungkan dengan filsafat pendidikan, konsep
mengandalkan pikiran dan sedikit imajinasi
ini masuk ke dalam filsafat essensialisme karena (Adhim, 2004:26)..
dalam filsafat ini, membaca dan menulis menjadi
Idealisme itulah yang akan melahirkan
pelajaran yang harus diajarkan kepada siswa. Hal
kekuatan jiwa. Dengan begitu, seorang penulis
ini konnstruk analisis di depan bahwa Filsafat atau orang yang akan menulis memerlukan
essensialisme melihat sekolah harus kekuatan jiwa untuk dapat menulis dengan baik.
melatih/mendidik siswa untuk berkomunikasi Ini terlihat dari kutipan berikut ini.
dengan jelas dan logis. Keterampilan-keterampilan Ya, kekuatan jiwa.Bukan semata keterampilan
ini dalam kurikulum haruslah berupa membaca, menulis.Kekuatan jiwa itu lahir dari niat yang
menulis, berbicara, dan berhitung.Sekolah bersih, tujuan yang jelas, komitmen yang kuat,
bertanggung jawab untuk memperhatikan apakah visi yang tajam, dan sikap mental yang
semua siswa menguasai keterampilan- baik.Ada yang mereka perjuangkan dalam
keterampilan tersebut.Pendidikan bersifat praktis hidupnya. Ada yang ingin mereka
sampaikan(Adhim, 2004:24).
dan memberi pengajaran yang logis yang
mempersiapkan mereka untuk hidup, sekolah tidak Kekuatan jiwa sangat berhubungan dengan
boleh mencoba mempengaruhi atau menetapkan filsafat pendidikan idealisme yang sangat
kebijakan-kebijakan sosial (Sadulloh, 2017:160- mementingkan ide.Akan tetapi dalam buku ini,
161). kekuatan jiwa bukanlah satu-satunya hal yang
penting, Adhim berpendapat bahwa konten dari
tulisan yang dibuat haruslah memiliki nilai-nilai
2.2 Idealisme positif dan dapat dipertanggungjawabkan kelak
Horne (dalam Rusdi, 2013) mengatakan di hadapan Tuhan.Ini terlihat pada kutipan
idealisme adalah pandangan yang menganggap berikut.
bahwa bahwa alam merupakan ekspresi dari Melahirkan tulisan yang baik.tak cukup hanya
pikiran.Ia menambahkan bahwa bahwa subtansi dengan mengandalkan pikiran dan sedikit
dari dunia ini adalah dari alam pikiran. Hal-hal imajinasi. Ada yang harus
yang bersifat materi dapat dijelaskan melalui dipertanggungjawabkan kepada Allah
jiwa.Senada dengan itu, Tafsir (dalam Rusdi, Azzawajalla, Tuhan yang menciptakan
kita.Ada nilai-nilai yang harus kita bawa.Ada
2013) juga mengemukakan bahwa dalam kajian
kebenaran yang harus kita suarakan (Adhim,
filsafat, idealisme adalah doktrin yang 2004:26).
mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya
Lebih lanjut ia menjelaskan kepada pembaca bahwa
dapat dipahami dalam ketergantungannya pada
ia, dalam menulis, mendahulukan alasan untuk
jiwa (mind) dan spirit (ruh).lstilah ini diambil dari
menulis dibandingkan cara menulis.Hal ini terlihat
"idea", yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa.
dari kutipan berikut.
Adhim dalam buku ini menjelaskan kepada
pembaca (yang akan belajar menulis) bahwa “Saya lebih tertarik menemukan alasan untuk
dalam menulis, idealisme seorang penulis menulis daripada memikirkan bagaimana
sangatlah penting. Hal ini terlihat dari kutipan membuat tulisan yang menarik (Adhim,
berikut. 2004:78-79).
“Kekuatan idealisme inilah yang telah Dari beberapa kutipan di atas, Adhim sebagi penulis
melahirkan penulis-penulis besar” (Adhim, buku ini ini menekankan kepada pembacanya yang
2004:24). akan belajar menulis untuk menyadari pentingnya
Kutipan di atas menjelaskan bahwa penulis ide dalam menulis. Ide itu yang akan menjadi energi
besar lahir dari ide-ide besar yang dapat dilihat dan yang akan menjadi roh dari tulisan yang akan
dalam tulisannya.Dengan begitu seseorang dalam dihasilkan. Dengan demikian, filsosofi idealisme
menulis harus mebangun jiwanya terlebih
menjadi salah satu landasan filosofis dalam buku ini
dahulu.Hal ini terlihat dalam kutipan berikut ini.
22| Jurnal Ilmiah Telaah | Vol. 5, No. 1,Januari 2020, Hal. 14-25
melainkan “how to think” yakni melalui pemecahan potensinya dan bagaimana pengembangan
masalah.Pengetahuan diperoleh bukan dengan tersebut tidak bertentangan dari ajaran agama
mempelajari mata pelajaran, melainkan karena yang menjadi identitas bangsa Indonesia
digunakan secara fungsional dalam memecahkan (Nurkholis, 2010).
masalah (Nasution, 2003:24-25). Dalam hal ini, Adhim mempertimbangkan
Sejalan dengan hal tersebut, Adhim dimensi religius dan tanggung jawab kepada
menekankan kepada pembaca tentang belajar (dan Tuhan Yang Mahaesa dalam menulis.Ini terlihat
latihan menulis) yang terus menerus sehingga dari kutipan berikut.
pembaca dapat menguasai keterampilan menulis Ada yang harus dipertanggungjawabkan
dari pengalamannya dalam menulis.Hal ini terlihat kepada Allah Azzawajalla, Tuhan yang
dari kutipan berikut ini. menciptakan kita.Ada nilai-nilai yang harus
kita bawa.Ada kebenaran yang harus kita
Kesediaan belajar tanpa henti akan suarakan (Adhim, 2004:26).
melahirkan kemampuan inovasi. Kesediaan
untuk belajar terus –menerus juga mendorong Humanis religius dimulai dari guru kepada para
kita mampu menuangkan ide secara lebih peserta didik agar prakitik pendidikan bersifat
cerdas, memikat dan mengalir. Kekayaan cara mengarahkan, memandirikan, dan
pengungkapan ide atau gagasan muncul memberdayakan peserta didik sebagai mahluk
karena kecerdasan kita terus-menerus berdimensi horizontal dan vertikal.Humanis
terasah melalui pembelajaran yang kita
religius sangat mementingkan nilai-nilai
lakukan secara sengaja (Adhim, 2004:96).
kemanusiaan dalam setiap penghayatan dan
Dengan begitu, cara paling ampuh untuk dapat pengamalan kehidupan beragama (Adhiatera
menulis adalah dengan melatih kemampyan menulis dalam Jumarudin, 2014:117).Pendidikan humanis
dengan praktik dan terus menulis. Bukan hanya yang menekankan aspek kemerdekaan individu
dengan teori menulis semata.Hal ini terlihat dalam diintegrasikan dengan pendidikan religious agar
kutipan berikut ini. dapat membangun kehidupan individual-sosial
Cara paling cerdas memulai karier sebagai yang memiliki kemerdekaan tetapi dengan tidak
penulis adalah dengan MENULIS! Tidak ada meninggalkan nilai-nilai keagamaan (Kuntoro,
rumus yang lebih ajaib daripada itu.Menulislah 2013:5).
sekarang juga, sebisa kita. Lupakan sejenak
mimpi-mimpi tentang menulis kreatif yang Lebih lanjuta, Adhim dalam bukunya ini beberapa
diajarkan di bangku kuliah, kesampingkan kali menuliskan kata-kata yang bernuansa
dulu prosedur baku menulis yang diajarkan religiusitas dan ketuhan.Ini terlihat dari kutipan-
pada mata kuliah Teknik Penulisan Skripsi dan kutipan berikut ini.
Karya Ilmiah. Sekarang yang paling penting
adalah menulis! Tulislah apa saja yang ingin Kondisi ruhani kita berpengaruh sangat besar
kamu tulis! (Adhim, 2004:108). terhadap ketajaman otak, kekuatan fisik, dan
kecemerlangan pikiran kita. Menulis fiksi
2.5 Humanisme religius hanya mengandalkan imajinasi, akan
Suseno (2002:37) mengemukakan bahwa menyerap energi yang lebih besar, butuh
humanisme merupakan suatu keyakinan atau ketenangan untuk menuangkannya, dan
ideologi tentang kemanusiaan yang berusaha meminta daya tahan yang cukup tinggi
(Adhim, 2004:68)
memanusiakan manusia dengan cara
menghormati identitasnya, keyakinannya, Doa adalah otaknya ibadah (Adhim, 2004:73)
kepercayaannya, cita-citanya, ketakutan- Al-Quran memberi kepada kita bagaimana
ketakutan dan kebutuhan- seharusnya berkomunikasi sesuai dengan
kebutuhannya.Humanisme religius adalah orang yang kita hadapi.Gunakanlah qaulan
kariman saat berbicara dengan orang tua
humanisme yang dijiwai oleh nilai-nilai suci
qaulan maysuran saat berkomunikasi dengan
dari ajaran agama.Ada sinergi dan integrasi orang awam dan masyarakat luas, qaulan
antara pandangan terhadap manusia sebagai ma’rufan saat berbicara masalah-masalah
makhluk yang harus dikembangkan seluruh rumah tangga (Adhim, 2004: 97).
24| Jurnal Ilmiah Telaah | Vol. 5, No. 1,Januari 2020, Hal. 14-25