Anda di halaman 1dari 20

Makalah Hukum Persaingan Usaha

PENGAWASAN PERJANJIAN KEMITRAAN

PADA SUATU PERSAINGAN USAHA

Oleh :
Rafiqa Zahra Farhan
1810112089
Hukum Persaingan Usaha 3.2

Dosen Pengampu :

Zulkifli, S.H.,M.H

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “PENGAWASAN

PERJANJIAN KEMITRAAN PADA SUATU PERSAINGAN USAHA” ini tepat pada

waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi

tugas pengganti ujian akhir semester pada mata kuliah Hukum Persaingan Usaha. Selain itu,

makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang pengawasan perjanjian

kemitraan pada suatu persaingan usaha bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Semoga

Makalah ini dapat memberikan informasi dan menambah wawasan di dalam Hukum

Persaingan Usaha.

Penulis menyadari, makalah yang penulis tulis ini masih jauh dari kata sempurna.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis nantikan demi

kesempurnaan makalah ini.

Demikian yang dapat penulis sampaikan, akhir kata, semoga makalah ini dapat

bermanfaat untuk kita semua.

Padang, 10 Juni 2021

Penulis

Rafiqa Zahra Farhan


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang menganut sistem demokrasi. Hal

ini kemudian tercermin pula dalam sistem perekonomian Indonesia yang diselenggarakan

berdasarkan atas demokrasi ekonomi. Hal tersebut tertuang dalam Pasal 33 ayat (4) Undang-

Undang Dasar Tahun 1945 yang menegaskan bahwa perekonomian nasional

diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi

berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga

keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.

Pesan konstitusional dari Pasal 33 UUD 1945 tersebut sudah tampak jelas bahwa

yang dituju Indonesia adalah suatu sistem ekonomi tertentu yang bukan ekonomi

kapitalistik, namun suatu sistem ekonomi berdasarkan kebersamaan dan berdasarkan atas

asas kekeluargaan. Hal ini juga sejalan dengan landasan idiil ekonomi Indonesia yaitu

Pancasila yang bertujuan untuk memajukan kesejahteraan umum dan mewujudkan

keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.1

Di Indonesia, perjanjian kemitraan adalah kontrak resmi secara hukum antar pihak-

pihak yang terlibat dalam kemitraan. Perjanjian ini ada di Indonesia untuk memastikan

bahwa semua mitra memiliki komunikasi dan pemahaman yang jelas.

1
Chatamarrasjid, Menyikapi Tabir Perseroaan: Kapita Selekta Hukum Perusahaan, Citra Aditya Bakti, Bandung:
2000, hlm. 140-141.
Kontrak ini bukan sekadar perjanjian verbal. Perjanjian ini menyatakan syarat dan

ketentuan dan harus dilakukan secara tertulis. Para mitra yang terlibat tidak diizinkan

mengubah perjanjian kecuali mencapai kesepakatan bersama terkait perubahan yang

diinginkan.

Semua kemitraan yang dijalin di Indonesia harus memiliki perjanjian. Ini untuk

mencegah pihak yang satu memanfaatkan yang lain, menghindari komplikasi hukum dan

mengatasi pertikaian. Jadi, perjanjian kemitraan di Indonesia adalah fondasi kemitraan yang

stabil dan membuahkan hasil.

Perjanjian ini sangat berguna bagi orang asing yang bekerja dengan mitra Indonesia

saat pendirian perusahaan atau memasuki pasar baru yang asing. Perjanjian kemitraan di

Indonesia dibuat oleh para mitra. Semua pihak perlu setuju akan bagaimana bisnis atau

proyek dioperasikan dan dikelola untuk dapat menghasilkan suatu perjanjian.

Setelah diadakannya perjanjian kemitraan antar perusahaan yang akan mengadakan

kerja sama, diperlukan adanya suatu pengawasan yang telah menjadi tugas dan wewenang

dari Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU).

KPPU yang dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang

Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (UU Anti Monopoli)

diberikan tugas dalam penegakan hukum persaingan usaha, saran dan pertimbangan pada

kebijakan pemerintah, dan Notifikasi Merger.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil

dan Menengah (UU UMKM) jo Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2013 Tentang

Pelaksanaan UU UMKM, KPPU mendapatkan tugas tambahan untuk melakukan


pengawasan antar pelaku usaha besar dan kecil. Maka sesuai dengan peraturan yang berlaku

tersebut, Penulis akan mengangkat makalah yang berjudul “Pengawasan Perjanjian

Kemitraan Pada Suatu Persaingan Usaha”

B. Rumusan Masalah

Bagaimana pengawasan perjanjian kemitraan pada suatu persaingan usaha?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui dan menambah wawasan tentang pengawasan perjanjian kemitraan

pada suatu persaingan usaha.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Perjanjian Kemitraan

Dasar hukum terjadinya kemitraaan secara yuridis berawal dari perjanjian kerjasama

kemitraan yang tidak diatur secara khusus dalam KUHPerdata, namun perjanjian kemitraan

ini merupakan salah satu bentuk perjanjian yang sudah dikenal dan banyak dipakai di

Indonesia. Oleh karena itu ketentuan yang ada dalam KUHPerdata pun berlaku bagi

perjanjian kemitraan.

Buku III KUHPerdata mengatur mengenai perjanjian, dijelaskan yang dimaksud

dengan perjanjian dalam Pasal 1313, yaitu: “Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan

mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.”

Subekti dalam bukunya menjelaskan pengertian dari perjanjian, yaitu suatu

perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada orang lain atau dimana

dua orang saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal. Walaupun tidak dapat ditemukan

pengertian perjanjian kemitraan secara khusus di KUHPerdata, dalam perkembangannya

ditemukan perjanjian kemitraan ini dalam kehidupan masyarakat. 2

Konsep kemitraan bisnis dapat berpengaruh pada kinerja bisnis, terutama dalam

mendukung pengembangan produk. Konsep bermitra harus disertai dengan komitmen dan

2
R. Subekti. 1970. Hukum Perjanjian, Jakarta: PT. Pembimbing Masa.
koordinasi serta kepercayaan dan loyalitas pelanggan. Selain itu, pengembangan kemitraan

bisnis diperkuat dengan kemitraan dengan pelanggan, internal dengan pihak lateral.3

Selain KUHPerdata, ada beberapa pengaturan lain yang mengatur secara khusus

mengenai kemitraan ini, salah satunya adalah Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008

Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UU UMKM). Dalam Pasal 1 angka 13

UU UMKM ini dijelaskan mengenai kemitraan, yaitu:“Kemitraan adalah kerjasama dalam

keterkaitan usaha, baik langsung maupun tidak langsung, atas dasar prinsip saling

memerlukan, mempercayai, memperkuat, dan menguntungkan yang melibatkan pelaku

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dengan Usaha Besar.“

Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995 Tentang Usaha Kecil juga mengatur mengenai

pengertian dari kemitraan, yaitu:“Kemitraan adalah kerja sama usaha antara Usaha Kecil

dengan Usaha Menengah atau dengan Usaha Besar disertai pembinaan dan pengembangan

oleh Usaha Menengah atau Usaha Besar dengan memperhatikan prinsip saling

memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan.”

Sebagaimana di jelaskan di atas bahwa dasar perikatan dari sebuah kemitraan

sesungguhnya adalah perjanjian baik yang dibuat di bawah tangan maupun secara

otentik.

B. Ketentuan Minimal dalam Perjanjian Kemitraan4

3
Purnomo, Sucherly, Suryana, & Sari. 2018. The Effects Of Business Partnership And Innovation Management To
Business Performance Of Business Units Of Multiplay Provider In Indonesia. Academy Of Strategic Management
Journal
4
https://kppu.go.id/pengawasan-kemitraan diakses pada tanggal 10 Juni 2021
Berdasarkan Pasal 34 ayat 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 jo Pasal 29 ayat 4 PP

No. 17 Tahun 2013, menyebutkan bahwa Perjanjian Kemitraan dituangkan dalam perjanjian

tertulis yang memuat ketentuan sekurang-kurangnya:

a. kegiatan usaha
b. hak dan kewajiban masing-masing pihak
c. bentuk pengembangan
d. jangka waktu
e. penyelesaian perselisihan

Dalam melakukan perjanjian kemitraan harus mengedepankan prinsip kesetaraan dan

kedudukan hukum yang seimbang di antara kedua belah pihak yang melakukan perjanjian

kemitraan. Selain itu, perjanjian kemitraan harus memenuhi prinsip dasar kemandirian Usaha

Mikro, Usaha Kecil dan Usaha Menengah serta tidak menciptakan ketergantungan Usaha

Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah terhadap Usaha Besar.

Untuk memantau pelaksanaan Kemitraan yang diatur Pasal 34 Undang-Undang Nomor 20

Tahun 2008, Menteri dapat membentuk lembaga koordinasi usaha nasional dan daerah. Hal

ini juga diperkuat dengan Pasal 31 PP No. 17 Tahun 2017, bahwa dalam melakukan

pengawasan kemitraan KPPU berkoordinasi dengan instansi terkait.

C. Larangan dalam Pelaksanaan Kemitraan

Berdasarkan Pasal 35 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 jo Pasal 12 PP No. 17

Tahun 2013, menyebutkan bahwa:

a. Usaha Besar dilarang memiliki dan/atau menguasai Usaha Mikro, Kecil, dan/atau

Menengah sebagai mitra usahanya dalam pelaksanaan hubungan kemitraan;


b. Usaha Menengah dilarang memiliki dan/atau menguasai Usaha Mikro dan/atau Usaha

Kecil mitra usahanya.

D. Sanksi Administratif

Berdasarkan Pasal 39 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 disebutkan bahwa:

a. Usaha Besar yang melanggar ketentuan Pasal 35 ayat (1) dikenakan sanksi

administratif berupa pencabutan izin usaha dan/atau denda paling banyak

Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) oleh instansi yang berwenang;

b. Usaha Menengah yang melanggar ketentuan Pasal 35 ayat (2) dikenakan sanksi

administratif berupa pencabutan izin usaha dan/atau denda paling banyak

Rp5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah) oleh instansi yang berwenang.

F. Pentingnya Perjanjian Kemitraan dalam Bisnis5

Kepercayaan adalah elemen penting saat membicarakan kemitraan. Namun, tak ada

yang dapat memprediksi apa yang akan terjadi nantinya, terutama di dunia bisnis.

Jadi, perjajian kemitraan penting untuk hampir semua bisnis di Indonesia.

Berikut alasan pentingnya kemitraan dalam sebuah bisnis :

a. Untuk menghindari isu pajak

b. Untuk mencegah komplikasi hukum dan isu liabilitas

c. Untuk menyelesaikan isu terkait konflik kepentingan

d. Untuk menghadapi perubahan dalam kehidupan mitra

e. Untuk menentukan peran dan tanggung jawab setiap mitra

f. Untuk menyelesaikan pertikaian

5
https://www.cekindo.com/id/blog/perjanjian-kemitraan diakses pada tanggal 10 Juni 2021
BAB III

PEMBAHASAN

Kemitraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat 2 Undang-Undang Nomor 20

Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil Menengah. Dalam pasal tersebut Pelaksanaan

kemitraan diawasi secara tertib dan teratur oleh lembaga yang dibentuk dan bertugas untuk

mengawasi persiangan usaha sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Bentuk kerja sama dilakukan dalam perjanjian tertulis dengan memuat sekurang-kurangnya

5 ketentuan yaitu:

1. Kegiatan Usaha

2. Hak dan Kewajiban masing-masing Pihak

3. Bentuk Pengembangan

4. Jangka Waktu

5. Penyelesaian Perselisihan

Sebagaimana telah diatur dalam peraturan perundang-undangan Nomor 20 tahun

2008, KPPU diamanatkan sebagai lembaga persaingan usaha yang dibentuk untuk

melakukan pengawasan pelaksanaan kemitraan secara tertib dan teratur. Hal ini diperlukan

guna menghindari terjadinya bentuk penguasaan yang dilakukan oleh perusahaan besar

terhadap usaha Mikro atau usaha Kecil dan Menengah sebagai mitranya.

Tujuan dengan adanya pengawasan antara lain:

a. Mewujudkan kemitraan baik antar UMKM maupun antara UMKM dengan usaha

besar;
b. Mendorong terjadinya hubungan yang saling menguntungkan dalam pelaksanaan

transaksi usaha, baik antar UMKM maupun antara UMKM dengan usaha besar;

c. Mengembangkan kerja sama untuk meningkatkan posisi tawar UMKM;

d. Mendorong terbentuknya struktur pasar yang menjamin tumbuhnya persaingan

usaha yang sehat dan melindungi konsumen;

e. Mencegah terjadinya penguasaan pasan dan pemusatan usaha oleh orang

perorangan atau kelompok tertentu yang merugikan UMKM.

KPPU memiliki ruang lingkup pengawasan kemitraan yang didasari atas Pelaku

usaha Besar dan/atau Pelaku Usaha Menengah dan UMKM sebagai Mitranya. Bentuk

pengawasan kemitraan terbagi atas dua, yaitu Pengawasan Perjanjian Kemitraan dan

Pengawasan Pelaksanaan Kemitraan. Dimana bentuk pengawasan perjanjian diperjelas

dengan ada atau tidak adanya perjanjian kemitraan antara 2 belah pihak serta terpenuhi atau

tidak terpenuhinya persyaratan dalam perjanjian kemitraan, sedangkan untuk bentuk

pengawasan pelaksanaan dijelaskan akan dugaan pelanggaran terhadap larangan memiliki

dan/atau larangan menguasai dalam pelaksanaan Kemitraan.

Larangan dalam pelaksanaan Kemitraan diatur dalam Pasal 35 Undang-Undang

Nomor 20 Tahun 2008, pasal tesebut menjelaskan akan Usaha Besar dilarangan Memiliki

dan/atau Menguasai UMKM sebagai mitranya. Hal ini ditunjukkan untuk menjaga pelaku

usaha Mikro Kecil dan Menengah dalam membangun keberlangsungan usahanya. Yang

dimaksud dengan larangan memiliki adalah Kepemilikan sebagian besar atau lebih dari 50%

atas saham, modal atau aset; Kepemilikan seluruh saham, modal atau aset. Adapun maksud

dari larangan menguasai adalah menguasai pengambilan keputusan yang dapat dilakukan
baik langsung maupun tidak langsung melalui Hak suara, Perjanjian dan/atau Perjanjian

Kemitraan dan, Syarat-syarat Perdagangan.

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) mulai memperluas jangkauan

pengawasannya ke sektor kemitraan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dengan

usaha besar pada tahun 2020. Ada sembilan model bentuk kemitraan yang diawasi KPPU,

yakni inti plasma, sub kontrak, waralaba, perdagangan umum, distribusi dan keagenan, bagi

hasil, kerjasama operasional, joint venture dan outsourcing. Fungsi pengawasan tersebut

sesuai dengan yang diatur Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,

Kecil, dan Menengah.

Berdasarkan pasal 36 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,

Kecil, dan Menengah, pelaksanaan kemitraan diawasi secara tertib dan teratur oleh lembaga

yang dibentuk dan bertugas untuk mengawasi persaingan usaha sebagaimana diatur dalam

peraturan perundang-undangan. Bahkan, dalam PP No.17/2013 tentang Pelaksanaan

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah, KPPU

memiliki wewenang memberi rekomendasi mencabut izin usaha perusahaan jika dinyatakan

melanggar kemitraan.

Sanksi ini diberikan jika pelaku usaha tidak mematuhi peringatan tertulis sebanyak

tiga kali berturut-turut dalam tenggang waktu yang ditetapkan KPPU dan tetap tidak

melakukan perbaikan. Proses dilanjutkan pada acara pemeriksaan lanjutan. Lembaga

pemberi izin wajib menjalankan 30 hari setelah putusan. Jadi posisi KPPU sejatinya menjadi

semakin powerful utamanya dalam mengawasi program kemitraan ini.

Tugas KPPU dalam pengawasan program kemitraan :


a. Kemitraan Program Strategis

Progran kemitraan sesungguhnya merupakan program untuk mendorong

UMKM masuk dalam value chain dan pasar global, serta menjadi strategi untuk

mendorong UMKM naik kelas. Kemitraan bisa dalam bentuk UMKM memasok

bahan baku, barang setengah jadi. Sementara usaha besar, sebagai produsen

menjadi offtaker serta kemitraan dalam pembiayaan. Namun, kemitraan harus

dipastikan tidak terjadi penguasaan oleh yang besar, karena itu memastikan

kemitraan berlangsung fair menjadi penting.

Dalam konteks inilah pelibatan KPPU dalam mengawasi program

kemitraan usaha besar dengan UMKM menemukan relevansinya. Kerja sama ini

sangat penting untuk sinergi melakukan perlindungan dan membesarkan UMKM.

Adapun sanksi yang akan diberikan tujuannya bukan semata untuk menghukum

tapi supaya sama-sama maju. Usaha besar tetap besar tapi yang UMKM juga harus

naik kelas. Dengan demikian, proses yang dilakukan KPPU lebih pada pencegahan

dan perbaikan. Jika ada kemitraan yang belum berjalan baik akan didorong agar

bisa berlangsung secara bagus. Karena itu, KPPU akan melakukan kajian hubungan

kemitraan antara pengusaha besar dan UMKM. Jika ditemukan kemitraan yang

tidak seimbang, tujuannya menguasai kami minta segera diubah. Kemitraan harus

saling memajukan. Namun demikian, ketika proses peringatan sudah dilakukan dan

tidak diindahkan, maka hukum haruslah ditegakkan.


Pemberdayaan UMKM dengan model bisnis kemitraan antara UMKM

berbasis komoditas/produk dengan usaha besar sungguh merupakan program

strategis. Kemitraan sebagai satu strategi untuk meningkatkan daya saing dan

memperluas pasar produk UMKM. Kemitraan yang diwujudkan adalah kemitraan

yang sehat, saling menguntungkan, membutuhkan, dan saling memperkuat,

sehingga menjadi kemitraan yang berkesinambungan.

Peluang membangun kemitraan usaha untuk memperkuat peran UMKM

telah terbuka, apalagi di tengah situasi perkembangan Informasi teknologi digital

kemitraan dapat dikembangkan berbasis digital. Kemitraan merupakan salah satu

ruang pemberdayaan bagi UMKM dengan melibatkan usaha besar. Namun

demikian, kemitraan harus dengan prinsip saling membutuhkan sehingga tidak ada

yang merasa dipaksa dalam menjalin kemitraan tersebut.

b. Dorong Persaingan Usaha Secara Sehat

Prinsip kemitraan itu adalah kebutuhan karena sama-sama saling

membutuhkan. Harus ada prinsip saling memerlukan jangan smapai ada pelaku

usaha besa merasa dipaksa dengan kemitraan itu. Karena prinsipnya saling

membutuhkan, maka masing-masing bisa saling menguatkan. Bagi UMKM yang

kekurangan bidang manajemen atau pemasaran, di situlah peran usaha besar untuk

memberikan penguatan dan pendampingan.

Kehadiran KPPU sesungguhnya didesain untuk mengedepankan proses

penegakan hukum persaingan usaha yang lebih tegas dan transparan. Kemudian hal

lain adalah KPPU mengawasi pelaku usaha kemitraan antara pelaku usaha besar
dan pelaku usaha kecil, dengan melakukan pemeriksaan kemitraan apakah

kemitraan ini sudah jalan secara adil atau tidak yakni bagaimana kemitraan antara

pelaku usaha besar dengan pelaku usaha kecil itu, bisa membuat pelaku usaha kecil

menjadi semakin berkembang. Pelaku usaha besar dan kecil kedudukannya itu

harus setara, harus sejajar, harus mempunyai kedudukan yang sama.

Para pelaku memiliki power dan kapital berbeda karena disebabkan

kapasitas dari mereka berbeda. Untuk itu, diperlukan sebuah proses pengawasan

persaingan antara Salah satu peran yang harus dilakukan KPPU itu adalah proteksi

terhadap pelaku usaha, mikro, kecil, dan menengah (UMKM). UMKM ini

melibatkan 99% pelaku ekonomi dan aktivitas rakyat sangat dominan di sini. Harus

ada keseimbangan kekuatan dan capital antara UMKM dan pelaku usaha besar.

Pelaku usaha kecil ini memerlukan beberapa bantuan, seperti akses ke perbankan.

c. Mendorong Format Kemitraan yang Ideal

Pemerintah perlu mendorong kemitraan antara usaha skala besar dengan

koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) guna mengakselerasi

program pemberdayaan tersebut. Sebab, sampai kini UMKM masih memiliki

sejumlah kendala baik dari sisi pembiayaan maupun mengembangkan usahanya.

Selama ini masih banyak pelaku UMKM kesulitan mendapatkan akses kredit

perbankan karena terkendala teknis dan non teknis. Misalnya, UMKM tidak

memiliki cukup agunan untuk mendapatkan kucuran dana dari perbankan. Selain

itu, akses informasi ke perbankan pun terbatas.


Sementara dari sisi pengembangan, pelaku UMKM masih punya

keterbatasan informasi mengenai pola pembiayaan bagi komoditas tertentu. Selain

itu dari sisi pemasaran, produk-produk UMKM seringkali mengalami kebuntuan

ketika berhadapan dengan industri besar di pasar ritel modern. Sebab itu, kemitraan

usaha besar dan kecil menjadi sangat strategis dalam konteks penciptaan

perekonomian nasional yang berkeadilan. Kemitraan usaha yang dibangun harus

berkelanjutan sehingga bisa tumbuh bersama-sama. Penciptaan perekonomian

nasional yang berkeadilan akan terakselerasi melalui perwujudan kemitraan usaha

yang berkelanjutan. Namun, pengawasan intensif diperlukan agar kemitraan dapat

berjalan sesuai harapan.

Dalam mewujudkan pola kerja sama yang fair tersebut, agenda yang tidak

boleh dilupakan adalah memberikan edukasi kepada para pelaku UMKM agar

memahami pentingnya perjanjian kemitraan dibuat dalam bentuk tertulis serta

memahami kedudukan para pihak yang harus seimbang dalam perjanjian

kemitraan. Ternyata banyak hal di sana yang sangat eksploitatif. Intinya

menggunakan UMKM sebagai market bukan mitra. UMKM dijadikan alat untuk

kepentingan usaha mereka. Nah ini yang akan kita edukasi, sehingga ada ketakutan

pelaku usaha besar untuk diproses hukum.

Pelaku UMKM harus memahami bahwa perjanjian kemitraan harus dibuat

dalam perjanjian tertulis yang sekurang-kurangnya mengatur kegiatan usaha, hak

dan kewajiban masing-masing pihak, bentuk pengembangan, jangka waktu dan

penyelesaian perselisihan.
Selain itu, dalam kemitraan para pihak yang membuat perjanjian kemitraan

harus memegang prinsip kemitraan, yaitu saling membutuhkan, saling

mempercayai, saling memperkuat dan saling menguntungkan.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam peraturan perundang-undangan Nomor 20 tahun 2008, KPPU

diamanatkan sebagai lembaga persaingan usaha yang dibentuk untuk melakukan

pengawasan pelaksanaan kemitraan secara tertib dan teratur. Hal ini diperlukan

guna menghindari terjadinya bentuk penguasaan yang dilakukan oleh perusahaan

besar terhadap usaha Mikro atau usaha Kecil dan Menengah sebagai mitranya.

KPPU memiliki ruang lingkup pengawasan kemitraan yang didasari atas

Pelaku usaha Besar dan/atau Pelaku Usaha Menengah dan UMKM sebagai

Mitranya. Bentuk pengawasan kemitraan terbagi atas dua, yaitu Pengawasan

Perjanjian Kemitraan dan Pengawasan Pelaksanaan Kemitraan. Dimana bentuk

pengawasan perjanjian diperjelas dengan ada atau tidak adanya perjanjian

kemitraan antara 2 belah pihak serta terpenuhi atau tidak terpenuhinya persyaratan

dalam perjanjian kemitraan, sedangkan untuk bentuk pengawasan pelaksanaan

dijelaskan akan dugaan pelanggaran terhadap larangan memiliki dan/atau larangan

menguasai dalam pelaksanaan Kemitraan.

B. Saran

Dalam membuat makalah ini, Penulis mengakui masih banyak terdapat

kekurangan dalam pembuatannya. Penulis berharap para pembaca dapat

membeirkan saran terhadap makalah ini agar menjadi makalah yang benar-benar

bermanfaat bagi pembaca sekalian.


DAFTAR PUSTAKA

https://kppu.go.id/pengawasan-kemitraan diakses pada tanggal 10 Juni 2021

https://www.cekindo.com/id/blog/perjanjian-kemitraan diakses pada tanggal 10 Juni 2021

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang

UMKM

Purnomo, D. S., Sucherly, Suryana, Y. S., & Sari, D. (2018). THE EFFECTS OF

BUSINESS PARTNERSHIP AND INNOVATION MANAGEMENT TO BUSINESS

PERFORMANCE OF BUSINESS UNITS OF MULTIPLAY PROVIDER IN

INDONESIA. Academy of Strategic Management Journal, No17 Vol 2

R. Subekti. 1970. Hukum Perjanjian. Jakarta: PT. Pembimbing Masa.

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995 Tentang Usaha Kecil

Anda mungkin juga menyukai