Makalah Persaingan Usaha Rafiqa Zahra Farhan 1810112089
Makalah Persaingan Usaha Rafiqa Zahra Farhan 1810112089
Oleh :
Rafiqa Zahra Farhan
1810112089
Hukum Persaingan Usaha 3.2
Dosen Pengampu :
Zulkifli, S.H.,M.H
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas pengganti ujian akhir semester pada mata kuliah Hukum Persaingan Usaha. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang pengawasan perjanjian
kemitraan pada suatu persaingan usaha bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Semoga
Makalah ini dapat memberikan informasi dan menambah wawasan di dalam Hukum
Persaingan Usaha.
Penulis menyadari, makalah yang penulis tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis nantikan demi
Demikian yang dapat penulis sampaikan, akhir kata, semoga makalah ini dapat
Penulis
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang menganut sistem demokrasi. Hal
ini kemudian tercermin pula dalam sistem perekonomian Indonesia yang diselenggarakan
berdasarkan atas demokrasi ekonomi. Hal tersebut tertuang dalam Pasal 33 ayat (4) Undang-
Pesan konstitusional dari Pasal 33 UUD 1945 tersebut sudah tampak jelas bahwa
yang dituju Indonesia adalah suatu sistem ekonomi tertentu yang bukan ekonomi
kapitalistik, namun suatu sistem ekonomi berdasarkan kebersamaan dan berdasarkan atas
asas kekeluargaan. Hal ini juga sejalan dengan landasan idiil ekonomi Indonesia yaitu
Di Indonesia, perjanjian kemitraan adalah kontrak resmi secara hukum antar pihak-
pihak yang terlibat dalam kemitraan. Perjanjian ini ada di Indonesia untuk memastikan
1
Chatamarrasjid, Menyikapi Tabir Perseroaan: Kapita Selekta Hukum Perusahaan, Citra Aditya Bakti, Bandung:
2000, hlm. 140-141.
Kontrak ini bukan sekadar perjanjian verbal. Perjanjian ini menyatakan syarat dan
ketentuan dan harus dilakukan secara tertulis. Para mitra yang terlibat tidak diizinkan
diinginkan.
Semua kemitraan yang dijalin di Indonesia harus memiliki perjanjian. Ini untuk
mencegah pihak yang satu memanfaatkan yang lain, menghindari komplikasi hukum dan
mengatasi pertikaian. Jadi, perjanjian kemitraan di Indonesia adalah fondasi kemitraan yang
Perjanjian ini sangat berguna bagi orang asing yang bekerja dengan mitra Indonesia
saat pendirian perusahaan atau memasuki pasar baru yang asing. Perjanjian kemitraan di
Indonesia dibuat oleh para mitra. Semua pihak perlu setuju akan bagaimana bisnis atau
kerja sama, diperlukan adanya suatu pengawasan yang telah menjadi tugas dan wewenang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (UU Anti Monopoli)
diberikan tugas dalam penegakan hukum persaingan usaha, saran dan pertimbangan pada
dan Menengah (UU UMKM) jo Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2013 Tentang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Dasar hukum terjadinya kemitraaan secara yuridis berawal dari perjanjian kerjasama
kemitraan yang tidak diatur secara khusus dalam KUHPerdata, namun perjanjian kemitraan
ini merupakan salah satu bentuk perjanjian yang sudah dikenal dan banyak dipakai di
Indonesia. Oleh karena itu ketentuan yang ada dalam KUHPerdata pun berlaku bagi
perjanjian kemitraan.
dengan perjanjian dalam Pasal 1313, yaitu: “Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan
mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.”
perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada orang lain atau dimana
dua orang saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal. Walaupun tidak dapat ditemukan
Konsep kemitraan bisnis dapat berpengaruh pada kinerja bisnis, terutama dalam
mendukung pengembangan produk. Konsep bermitra harus disertai dengan komitmen dan
2
R. Subekti. 1970. Hukum Perjanjian, Jakarta: PT. Pembimbing Masa.
koordinasi serta kepercayaan dan loyalitas pelanggan. Selain itu, pengembangan kemitraan
bisnis diperkuat dengan kemitraan dengan pelanggan, internal dengan pihak lateral.3
Selain KUHPerdata, ada beberapa pengaturan lain yang mengatur secara khusus
mengenai kemitraan ini, salah satunya adalah Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008
Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UU UMKM). Dalam Pasal 1 angka 13
keterkaitan usaha, baik langsung maupun tidak langsung, atas dasar prinsip saling
Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995 Tentang Usaha Kecil juga mengatur mengenai
pengertian dari kemitraan, yaitu:“Kemitraan adalah kerja sama usaha antara Usaha Kecil
dengan Usaha Menengah atau dengan Usaha Besar disertai pembinaan dan pengembangan
oleh Usaha Menengah atau Usaha Besar dengan memperhatikan prinsip saling
sesungguhnya adalah perjanjian baik yang dibuat di bawah tangan maupun secara
otentik.
3
Purnomo, Sucherly, Suryana, & Sari. 2018. The Effects Of Business Partnership And Innovation Management To
Business Performance Of Business Units Of Multiplay Provider In Indonesia. Academy Of Strategic Management
Journal
4
https://kppu.go.id/pengawasan-kemitraan diakses pada tanggal 10 Juni 2021
Berdasarkan Pasal 34 ayat 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 jo Pasal 29 ayat 4 PP
No. 17 Tahun 2013, menyebutkan bahwa Perjanjian Kemitraan dituangkan dalam perjanjian
a. kegiatan usaha
b. hak dan kewajiban masing-masing pihak
c. bentuk pengembangan
d. jangka waktu
e. penyelesaian perselisihan
kedudukan hukum yang seimbang di antara kedua belah pihak yang melakukan perjanjian
kemitraan. Selain itu, perjanjian kemitraan harus memenuhi prinsip dasar kemandirian Usaha
Mikro, Usaha Kecil dan Usaha Menengah serta tidak menciptakan ketergantungan Usaha
Tahun 2008, Menteri dapat membentuk lembaga koordinasi usaha nasional dan daerah. Hal
ini juga diperkuat dengan Pasal 31 PP No. 17 Tahun 2017, bahwa dalam melakukan
a. Usaha Besar dilarang memiliki dan/atau menguasai Usaha Mikro, Kecil, dan/atau
D. Sanksi Administratif
a. Usaha Besar yang melanggar ketentuan Pasal 35 ayat (1) dikenakan sanksi
b. Usaha Menengah yang melanggar ketentuan Pasal 35 ayat (2) dikenakan sanksi
Kepercayaan adalah elemen penting saat membicarakan kemitraan. Namun, tak ada
yang dapat memprediksi apa yang akan terjadi nantinya, terutama di dunia bisnis.
5
https://www.cekindo.com/id/blog/perjanjian-kemitraan diakses pada tanggal 10 Juni 2021
BAB III
PEMBAHASAN
Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil Menengah. Dalam pasal tersebut Pelaksanaan
kemitraan diawasi secara tertib dan teratur oleh lembaga yang dibentuk dan bertugas untuk
Bentuk kerja sama dilakukan dalam perjanjian tertulis dengan memuat sekurang-kurangnya
5 ketentuan yaitu:
1. Kegiatan Usaha
3. Bentuk Pengembangan
4. Jangka Waktu
5. Penyelesaian Perselisihan
2008, KPPU diamanatkan sebagai lembaga persaingan usaha yang dibentuk untuk
melakukan pengawasan pelaksanaan kemitraan secara tertib dan teratur. Hal ini diperlukan
guna menghindari terjadinya bentuk penguasaan yang dilakukan oleh perusahaan besar
terhadap usaha Mikro atau usaha Kecil dan Menengah sebagai mitranya.
a. Mewujudkan kemitraan baik antar UMKM maupun antara UMKM dengan usaha
besar;
b. Mendorong terjadinya hubungan yang saling menguntungkan dalam pelaksanaan
transaksi usaha, baik antar UMKM maupun antara UMKM dengan usaha besar;
KPPU memiliki ruang lingkup pengawasan kemitraan yang didasari atas Pelaku
usaha Besar dan/atau Pelaku Usaha Menengah dan UMKM sebagai Mitranya. Bentuk
pengawasan kemitraan terbagi atas dua, yaitu Pengawasan Perjanjian Kemitraan dan
dengan ada atau tidak adanya perjanjian kemitraan antara 2 belah pihak serta terpenuhi atau
Nomor 20 Tahun 2008, pasal tesebut menjelaskan akan Usaha Besar dilarangan Memiliki
dan/atau Menguasai UMKM sebagai mitranya. Hal ini ditunjukkan untuk menjaga pelaku
usaha Mikro Kecil dan Menengah dalam membangun keberlangsungan usahanya. Yang
dimaksud dengan larangan memiliki adalah Kepemilikan sebagian besar atau lebih dari 50%
atas saham, modal atau aset; Kepemilikan seluruh saham, modal atau aset. Adapun maksud
dari larangan menguasai adalah menguasai pengambilan keputusan yang dapat dilakukan
baik langsung maupun tidak langsung melalui Hak suara, Perjanjian dan/atau Perjanjian
pengawasannya ke sektor kemitraan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dengan
usaha besar pada tahun 2020. Ada sembilan model bentuk kemitraan yang diawasi KPPU,
yakni inti plasma, sub kontrak, waralaba, perdagangan umum, distribusi dan keagenan, bagi
hasil, kerjasama operasional, joint venture dan outsourcing. Fungsi pengawasan tersebut
sesuai dengan yang diatur Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah, pelaksanaan kemitraan diawasi secara tertib dan teratur oleh lembaga
yang dibentuk dan bertugas untuk mengawasi persaingan usaha sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah, KPPU
memiliki wewenang memberi rekomendasi mencabut izin usaha perusahaan jika dinyatakan
melanggar kemitraan.
Sanksi ini diberikan jika pelaku usaha tidak mematuhi peringatan tertulis sebanyak
tiga kali berturut-turut dalam tenggang waktu yang ditetapkan KPPU dan tetap tidak
pemberi izin wajib menjalankan 30 hari setelah putusan. Jadi posisi KPPU sejatinya menjadi
UMKM masuk dalam value chain dan pasar global, serta menjadi strategi untuk
mendorong UMKM naik kelas. Kemitraan bisa dalam bentuk UMKM memasok
bahan baku, barang setengah jadi. Sementara usaha besar, sebagai produsen
dipastikan tidak terjadi penguasaan oleh yang besar, karena itu memastikan
kemitraan usaha besar dengan UMKM menemukan relevansinya. Kerja sama ini
Adapun sanksi yang akan diberikan tujuannya bukan semata untuk menghukum
tapi supaya sama-sama maju. Usaha besar tetap besar tapi yang UMKM juga harus
naik kelas. Dengan demikian, proses yang dilakukan KPPU lebih pada pencegahan
dan perbaikan. Jika ada kemitraan yang belum berjalan baik akan didorong agar
bisa berlangsung secara bagus. Karena itu, KPPU akan melakukan kajian hubungan
kemitraan antara pengusaha besar dan UMKM. Jika ditemukan kemitraan yang
tidak seimbang, tujuannya menguasai kami minta segera diubah. Kemitraan harus
saling memajukan. Namun demikian, ketika proses peringatan sudah dilakukan dan
strategis. Kemitraan sebagai satu strategi untuk meningkatkan daya saing dan
demikian, kemitraan harus dengan prinsip saling membutuhkan sehingga tidak ada
membutuhkan. Harus ada prinsip saling memerlukan jangan smapai ada pelaku
usaha besa merasa dipaksa dengan kemitraan itu. Karena prinsipnya saling
kekurangan bidang manajemen atau pemasaran, di situlah peran usaha besar untuk
penegakan hukum persaingan usaha yang lebih tegas dan transparan. Kemudian hal
lain adalah KPPU mengawasi pelaku usaha kemitraan antara pelaku usaha besar
dan pelaku usaha kecil, dengan melakukan pemeriksaan kemitraan apakah
kemitraan ini sudah jalan secara adil atau tidak yakni bagaimana kemitraan antara
pelaku usaha besar dengan pelaku usaha kecil itu, bisa membuat pelaku usaha kecil
menjadi semakin berkembang. Pelaku usaha besar dan kecil kedudukannya itu
kapasitas dari mereka berbeda. Untuk itu, diperlukan sebuah proses pengawasan
persaingan antara Salah satu peran yang harus dilakukan KPPU itu adalah proteksi
terhadap pelaku usaha, mikro, kecil, dan menengah (UMKM). UMKM ini
melibatkan 99% pelaku ekonomi dan aktivitas rakyat sangat dominan di sini. Harus
ada keseimbangan kekuatan dan capital antara UMKM dan pelaku usaha besar.
Pelaku usaha kecil ini memerlukan beberapa bantuan, seperti akses ke perbankan.
koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) guna mengakselerasi
Selama ini masih banyak pelaku UMKM kesulitan mendapatkan akses kredit
perbankan karena terkendala teknis dan non teknis. Misalnya, UMKM tidak
memiliki cukup agunan untuk mendapatkan kucuran dana dari perbankan. Selain
ketika berhadapan dengan industri besar di pasar ritel modern. Sebab itu, kemitraan
usaha besar dan kecil menjadi sangat strategis dalam konteks penciptaan
Dalam mewujudkan pola kerja sama yang fair tersebut, agenda yang tidak
boleh dilupakan adalah memberikan edukasi kepada para pelaku UMKM agar
menggunakan UMKM sebagai market bukan mitra. UMKM dijadikan alat untuk
kepentingan usaha mereka. Nah ini yang akan kita edukasi, sehingga ada ketakutan
penyelesaian perselisihan.
Selain itu, dalam kemitraan para pihak yang membuat perjanjian kemitraan
PENUTUP
A. Kesimpulan
pengawasan pelaksanaan kemitraan secara tertib dan teratur. Hal ini diperlukan
besar terhadap usaha Mikro atau usaha Kecil dan Menengah sebagai mitranya.
Pelaku usaha Besar dan/atau Pelaku Usaha Menengah dan UMKM sebagai
kemitraan antara 2 belah pihak serta terpenuhi atau tidak terpenuhinya persyaratan
B. Saran
membeirkan saran terhadap makalah ini agar menjadi makalah yang benar-benar
UMKM
Purnomo, D. S., Sucherly, Suryana, Y. S., & Sari, D. (2018). THE EFFECTS OF
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah