Anda di halaman 1dari 2

Kesadaran bela negara merupakan salah satu bentuk kita sebagai warga negara untuk ikut serta dalam

upaya pembelaan negara terhadap ancaman stabilitas nasional yang dapat datang dari dalam maupun
luar negeri.

Sebagai generasi muda diperlukan jiwa kebangsaan serta cinta tanah air yang didasari oleh pancasila
sebagai ideologi dalam pelaksanaannya, adapun salah satu cara yang dapat kita lakukan sebagai
mahasiswa ialah dengan memiliki daya tangkal berupa sikap, tekad, dan perilaku yang teratur,
menyeluruh, terpadu dan rela berkorban melawan ancaman serta turut menyumbang prestasi bagi
negara indonesia.

Adapun hukum yang mendasari sikap bela negara terdapat dalam Pasal 30 ayat 1 amandemen UUD
1945 Pasal 27 ayat 3 :

"Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara."

Bela negara inipun bertujuan menjadi letak dasar pemikiran dan sikap tingkah laku sebagai pejuang
indonesia untuk mencintai tanah air, menumbuhkan sikap rela berkorban dan menumbuh kembangkan
keyakinan mendasar dimana pancasila sebagai falsafah ideologi dan dasar negara.

Adanya berbagai macam ragam suku, bahasa, adat, budaya dan agama di Indonesia meruupakan salah
satu kekayaan bangsa, namun hal ini juga dapat memicu konflik akibat adanya perbedaan. Bukanlah hal
yang mudah untuk mengelola keberagaman Indonesia, dengan adanya sumpah pemuda 1928 dapat
menciptakan semangat persatuan.

Seiring berkembangnya teknologi menyebabkan terjadinya globalisasi, dimana fenomena ini


memunculkan persaingan ketat, kejahatan baru, disertai memudarnya nilai luhur kebangsaan. Dalam
menghadapi dinamika IPOLEKSOSBUDHANKAM integritas dan integralitas bangsa perlu diperkuat dari 4
pilar utama yaitu; Bhinneka tunggal ika, Pancasila, UUD 1945 dan NKRI

Ancaman terhadap persatuan dan kesatuan terbagi atas 4 konflik yaitu; Konflik politik, Konflik sosial,
Konflik intoleransi dan Konflik kekhilafahan. Pada masa Covid-19 sekarang mengharuskan bangsa
Indonesia untuk memulihkan ekonomi nasional serta melawan radikalisme dan terorisme. Tak bisa
dipungkiri saat ini media menjadi salah satu cara teroris merekrut, mobilisasi, diaskusi, menyebarkan
doktrin dan sejenisnya. Menurut data sendiri pelaku teroris kebanyakan berasal dari kalangan terdidik
dan berusia masih belia yaitu di umur 21-30 tahun.
Terdapat nilai-nilai kearifan lokal yang tidak dapat dihilangkan dan menjadi benang merah dari generasi
dulu sampai sekarang yaitu mereka memiliki etika terhadap orang yang lebih tua. Hal ini merupakan inti
yang paling utama yang harus ditanamkan pada generasi terdidik.

Dalam pendidikan diperlukan 3 komponen utama ini untuk mendasari di era yang serba digital ini yaitu;
Keimanan yang bagus, Kejujuran dan Ketakwaan. Diperlukan generasi terdidik yang tidak hanya cerdas
tapi juga memiliki karakter kinerja dan moral yang baik.

Sebagai manusia yang hidup di abad ke 21 ini, diperlukan sejumlah kompetensi yang harus dimiliki :

- Berpikir kritis, dengan era globalisasi dimana berbagai berita dapat di akses dengan mudah dan cepat
diperlukan pemikiran kritis untuk mampu memilah milih hal yang baik dan buruk diliuaran sana.

- Keatif, diperlukan kreatifitas untuk membarengi kita dalam berpikir kritis tadi. hal ini juga dapat
membuat kita mampu memiliki pemikiran-pemikiran yang lebih luas dalam menyelesaian masalah

- Memperbanyak komunikasi dan relasi, yang nantinya dapat membantu kita dalam dunia pekerjaan dan
banyak hal baik lainnya.

- Mampu berkolaborasi dengan orang lain dan yang terakhir,

- Literasi , dimana seperti yang kita ketahui literasi merupakan pintu awal dari kemampuan intelektual
bagi masuknya berbagai ilmu pengetahuan.

Anda mungkin juga menyukai