Anda di halaman 1dari 18

Hikayat Pelanduk Jenaka Menundukan Raja Gajah

Hikayat ini menceritakan tentang pelanduk jenaka yang bergelar Syekh Alim di Rimba yang
mengalahkan banyak raja hewan, tetapi raja gajah belum mau tunduk kepadanya. Karena raja gajah itu
mencelanya, maka Syekh Alim di rimba pun berangkat ke tempat raja gajah

Pada suatu hari raja kera datang kepada raja gajah saat itulah terdengar sorak sorai pasukan
yang suaranya menggelegar seakan membelah bumi. Ternyata suara itu berasal raja raja rimba dan
segenap rakyatnya yang mengantar Syekh Alim di rimba

Pasukan yang pertama adalah raja serigala yang bergelar Maharaja Santika, kemudian ada
raja kijang yang bergelar Maharaja Lawi Rangga, berikutnya pasukan raja badak yang bergelar Maharaja
Payuk, ad juga raja beruang yang bergelar Maharaja Sang Guna, raja harimau yang bergelar Maharaja
Syahmar dan Johan Pahlawan Perkasa Agung dan pasukan yang terakhir adalah raja kerbau yang
bergelar Maharaja Rama Pasut beserta rakyatnya yang banyak

Lalu tampaklah Syekh Alim di Rimba naik diatas seladang yang dikawal oleh raja raja singa,
disebelah kanan bergelar Rambu, sebelah kanan bergelar Jipan yang dibelakang Syekh Alim bergelar
Janggi. Akhirnya raja gajah dan Syekh Alim berhadap hadapan untuk bertanrung dan adu kesaktian.
Syekh Alim meminta agar siapa yang menang dan yang kalah agar tidak saling mendengki. Syekh Alim
juga berkata siapa yang berteriak duluan dialah yang kalah. Syekh Alim juga meminta kepada seluruh isi
rimba untuk menjadi saksi pertarungan ini.

Kemudian pertarungan segera dimulai, Syekh Alim minta raja gajah untuk menyerang
kakinya terlebih dahulu. Raja Gajah merasa dirinya pasti menang, dia bergumam dalam hati kaki si
pelanduk terlalu kecil, seribu kaki pelanduk digabungpun masih kalah dengan kaki gajah namun dalam
tiga kali serangan kaki Syekh tidak patah. Karena ternyata tanpa sepengetahuan gajah dan seluruh isi
rimba dengan cerdiknya kaki Syekh alim disembunyikan dibalik batu. Kini giliran Syekh Alim yang
menyerang kaki raja gajah, segera ditikam kuku raja gajah dengan kukunya yang tajam sehingga raja
gajah berteriak kesakitan.

Akhirnya raja gajah mengakui keunggulan Syekh Alim dan minta maaf kepada Syekh Alim
dan seluruh isi rimba. Lalu Syekh Alim dan seluruh pasukannya kembali dengan memebawa
kemenangan, sesungguhnya Syekh Alim memperoleh kekuatan dari Baginda Raja Ali dan Amir HAmzah
radiyallahu’anhu.
私を許してください
紹介する
私の名前は khoirul さんです
私はインドネシア出身です
私はイスラム教徒です
また、高校生

私はオタクです

助けてください

Kerajaan Tarumanegara atau juga Taruma merupakan sebuah kerajaan yang


pernah menduduki kekuasaan di wilayah pulau Jawa barat pada abad ke-4
sampai abad ke-7 m, yang termasuk salah satu kerajaan tertua yang diketahui di
nusantara.
Dalam catatan, kerajaan Tarumanegara ialah kerajaan hindu berkeyakinan
wisnu. Raja dirajaguru Jayasingawarman merupakan pendiri Kerajaan
Tarumanegara pada tahun 358, yang kemudian tahta kerajaannya digantikan
oleh putranya, Dharmayawarman (382-395). Raja Jayasingawarman awal
berkuasa dari tahun 358 sampai 382 M.
Setelah raja mencapai usia sepuh, raja mengundurkan diri guna menjalani
kehidupan kepanditaan. Sebagai petapa, Jayasinghawarman diberi gelar
Rajaresi. Nama dan gelar raja berubah menjadi Maharesi Rajadiraja Guru
Jayasinghawarman.
itu tadi sedikit dari sejarah berdirinya Kerajaan Tarumanegara. Kerajaan
Tarumanegara merupakan kerajaan tertua di indonesia. Lalu bagaimana lebih
lengkapnya mengenai pendiri Kerajaan Tarumanegara ? Bagaimana kehidupan
Kerajaan Tarumanegara ? letak kerajaan tarumanegara ? raja dalam kerajaan
tarumanegara ? Bagaimana peninggalan prasasti Kerajaan Tarumanegara ? dan
Sumber – sumber sejarahnya ?  itu semua akan dijelaskan diartike ini .
Kerajaan Tarumanegara

sejarahkelasx.blogspot.co.id
Kerajaan Terumanegara di didrikan oleh raja Jayasinghawarman sewaktu
memimpin pelarian keluarga kerajaan dan akhirnya berhasil meloloskan diri dari
kejaran musuh yang tak henti menyerang kerajaan Salakanagara. tahun 358 M,
di pengasingan, Jayasinghawarman di tepi Sungai Citarum mendirikan kerajaan
baru, tpatnya di Lebak Banten yang dikasih nama Tarumanegara.
Pengambilan  Nama Kerajaan Tarumanegara dari tanaman yang bernama
tarum, yaitu tanaman yang diambil untuk pemberi warna benang tenunan dan
juga pengawet kain yang banyak sekali ditemukan di tempat ini. Tanaman tarum
tumbuh di sekitaran Sungai Citarum. Selain untuk pengawet kain, tanaman ini
juga merupakan komoditas ekspor dan devisa pemasukan terbesar untuk
Kerajaan Tarumanegara.
Raja Jayasinghawarman memimpin kekuasaan dari tahun 358 sampai 382 M.
Setelah usia raja mencapai tua, raja mengundurkan diri guna menjalani
kehidupan kepanditaan. Sebagai petapa, Jayasinghawarman memiliki gelar
Rajaresi. Gelar dan nama raja menjadi Maharesi Rajadiraja Guru
Jayasinghawarman.
Kerajaan Tarumanegara juga banyak meninggalkan Prasasti, sayangnya dari
prasasti itu tidak satupun yang mencantumkan angka tahun. Untuk memastikan
kapan Kerajaan Tarumanegara berdiri dengan terpaksa para ahli sejarah
berusaha untuk mencari dari sumber lain.
Dan usahanya itu tidak sia – sia. Setelah pergi ke cina untuk meneliti hubungan
cina dengan Indonesia di masa lalu mereka mendapatkan naskah–naskah
hubungan kerajaan Cina dengan kerajaan Indonesia menyebutnya Tolomo.
Menurut catatan sejarah tersebut, kerajan Tolomo mengirimkan utusannya ke
cina pada tahun 528 M, 538 M, 665 M, dan 666M. sehingga dapat diambil
kesimpulan Tarumanegara berdiri sejak perkitaan abad ke V dan ke VI.
Pendiri Kerajaan Tarumanegara
centerspendidikan.blogspot.co.id
Penjelasan tentang Kerajaan Tarumanagara cukup jelas tertulis di Naskah
Wangsakerta. Akan tetapi, naskah ini menimbulkan polemik dan banyak para
pakar sejarah yang meragukan naskah-naskah ini untuk bisa dijadikan rujukan
sejarah.
Pada catatan Naskah Wangsakerta dari Cirebon itu, Pendiri Kerajaan
Tarumanegara ialah Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tarikh 358, yang
setelah itu digantikan oleh putranya, yang bernama Dharmayawarman 382 – 395
Jayasingawarman dipusarakan di lokasi tepi kali Gomati, sedangkan putranya di
lokasi tepi kali Candrabaga.
Raja Kerajaan Tarumanegara
www.wacana.co
Kerajaan Tarumanagara sendiri cuma mengalami masa kepemimpinan 12 orang
raja. Pada tahun 669 M, Linggawarman, raja Tarumanagara yang terakhir,
digantikan menantunya yaitu Tarusbawa. Linggawarman sendiri memilik dua
orang puteri, yang sulung bernama Manasih, ia menjadi istri Tarusbawa pemuda
dari Sunda dan anak yang kedua bernama Sobakancana ia menjadi isteri
Dapuntahyang Sri Jayanasa sebagai pendiri Kerajaan Sriwijaya.
Secara otomatis, tahta kekuasaan Kerajaan Tarumanagara jatuh kepada
menantunya yang menikahi putri sulungnya, yaitu Tarusbawa. Dengan
beralihnya tahta kepada Tarusbawa kekuasaan Tarumanagara berakhir, karena
Tarusbawa sendiri lebih memilih untuk kembali ke kerajaan sendiri, yaitu Sunda
yang sebelumnya berada pada kekuasaan Tarumanagara. Atas adanya
pengalihan kekuasaan ke Sunda ini, hanya Galuh yang tidak mau sepakat dan
mengambil keputusan untuk berpisah dari Sunda yang sudah mewarisi wilayah
Tarumanagara.
Raja-Raja Tarumanegara:

1. Jayasingawarman tahun 358-382 M


2. Dharmayawarman tahun 382-395 M
3. Purnawarman tahun 395-434 M
4. Wisnuwarman tahun 434-455 M
5. Indrawarman tahun 455-515 M
6. Candrawarman tahun 515-535 M
7. Suryawarman tahun 535-561 M
8. Kertawarman tahun 561-628 M
9. Sudhawarman tahun 628-639 M
10. Hariwangsawarman tahun 639-640 M
11. Nagajayawarman tahun 640-666 M
12. Linggawarman tahun 666-669 M.
Silsilah Kerajaan Tarumanegara

sejarah-dayeuhluhur.blogspot.co.id
1. Jayasingawarman (358-382) Jayasingawarman adalah pendiri
Tarumanagara ia termasuk menantu Raja Dewawarman VIII. Ia juga seorang
Maharesi dari SALANKAYANA dari India yang mengungsi ke Nusantara
dikarenakan daerahnya diserang dan dikalahkan Maharaja Samudragupta dari
sebuah Kerajaan Magada. 
Setelah Jayasingawarman membangun Tarumanagara, pusat kekuasaan beralih
dari Rajatapura ke Tarumangara. Salakanagara lalu berubah menjadi Kerajaan
Daerah. Jayasingawarman dimakamkan di tepi kali Gomati (Bekasi).
2. Dharmayawarman (382 – 395 M) Dimakamkan di tepi kali Candrabaga.
3. Purnawarman (395 – 434 M) Ia mendirikan ibukota kerajaan baru pada tahun
397 yang bertempat lebih dekat ke pantai dan dinamakan “Sundapura”. Nama
Sunda mulai dipakai oleh Maharaja Purnawarman pada tahun 397 M untuk
sebutant ibukota kerajaan yang dibangunnya.
Pustaka Nusantara, parwa II sarga 3 (tarikh 159 – 162) menyebutkan bahwa di
bawah kepemimpinan Purnawarman telah ada 48 raja daerah yang menyebar
dari Rajatapura atau Salakanagara (di daerah Teluk Lada Pandegelang) sampai
ke wilayah Purwalingga (sekarang Purbalingga?) di Jawa Tengah. Secara
tradisional Ci Pamali (Kali Brebes) memang diakui batas kekuasaan raja-raja
penguasa Jawa Barat pada masa dulu.
4. Wisnuwarman (434-455)
5. Indrawarman (455-515)
6. Candrawarman (515-535 M)
7. Suryawarman (535 – 561 M) Suryawarman tidak cuma melanjutkan kebijakan
politik di masa kekuasaan ayahnya yang memberikan kepercayaan lebih banyak
terhadap raja daerah untuk menjalankan pemerintahan sendiri, melainkan juga
memindahkan perhatiannya ke bagian daerah timur.
Pada tahun 526 M, contohnya, Manikmaya, menantunya Suryawarman,
memangun kerajaan baru di tanah Kendan, daerah Nagreg berletak antara
Limbangan dan Bandung, Garut. Sedangkan putera dari Manikmaya, tinggal
sama kakeknya di ibukota Kerajaan Tarumangara dan kemudian diangkat
menjadi Panglima Perang Tarumanagara. Perkembangan wilayah timur menjadi
lebih maju ketika cicit Manikmaya membangun Kerajaan Galuh pada tahun 612
M.
8. Kertawarman tahun 561-628
9. Sudhawarman tahun 628-639
10. Hariwangsawarman tahun 639-640
11. Nagajayawarman tahun 640-666
12. Linggawarman tahun 666-669 Kerajaan Tarumanagara sendiri cuma
mengalami masa kekuasaan 12 orang raja. Pada tahun 669, Linggawarman,
terakhir raja Tarumanagara, digantikan oleh menantunya, Tarusbawa.
Linggawarman sendiri memmilki dua orang puteri sulung yang
bernama Manasih menjadi istri Tarusbawa dan anak yang
kedua Sobakancana menjadi isteri Dapuntahyang Sri Jayanasa yang
mendirikan Kerajaan Sriwijaya.
13. TARUSBAWA tahun 669 – 723 M. Tarusbawa yang dia berasal dari
Kerajaan Sunda Sambawa yang menggantikan mertuanya menjadi pemimpin
Kerajaan Tarumanagara yang ke-13. Karena wibawa Tarumanagara pada
masanya sudah sangat menurun, ia ingin mengembalikan kejayaan zaman
Purnawarman yang berkuasa di purasaba (ibukota) Sundapura.
Pada tahun 670 ia mengganti nama dari Tarumanagara menjadi Kerajaan
Sunda. Peristiwa ini dibuat alasan oleh Wretikandayun, cicit Manikmaya, guna
memisahkan Kerajaan Galuh dari kepemimpinan Tarusbawa. Karena Putra
Mahkota Galuh (SENA or SANNA) berjodoh dengan Sanaha seorang
puteri Maharani Sima asal Kerajaan Kalingga, Jepara, Jawa Tengah, maka
dengan adanya dukungan Kalingga, Wretikandayun menuntut terhadap
Tarusbawa supaya bekas wilayah kekuasaan Tarumanagara dipecah dua.
Pada posisi lemah dan ingin menghindar dari perang saudara, Tarusbawa
menerima permintaan Galuh. Pada tahun 670 M Kawasan Tarumanagara dibagi
menjadi dua kerajaan, yaitu: Kerajaan Galuh dan Kerajaan
Sunda dengan Citarum sebagai pembatas.
Letak Kerajaan Tarumanegara

id.wikipedia.org
Sebelum mengetahui letak sebuah kerajaan Tarumanegara, dari tempat temuan
prasasti itu bisa diperkirakan luas kerajaan Tarumanegara. Prasasti Ciareteun
atau prasasti Ciaruon, ditemukan di wilayah Cimpea, Bogor. Lalu prasasti kebun
kopi yang ditemukan di wilayah kampong hilir, cibung-bulang.
Lalu prasasti kebun jambu, yang ditemukan di bukit koleangkak 30 km sebelah
barat bogor. Kemudian ditemukan juga prasasti tugu di daerah Tugu, clincing,
Jakarta Utara. Dari letak temuan prasasti tersebut dapat diketahui wilayah yang
masuk dalam wilayah kerajaan Tarumanegara.
Wilayah kerajaan Tarumanegara mengelilingi pesisir Jakarta hingga pedalaman
kaki gunung Gede. Selain itu dari prasasti yang ditemukan dapat diketahui fungsi
suatu daerah. Pada prasasti Tugu yang diterangkan bahwa pembangunan
prasasti tersebut untuk para brahmana yang telah membangun terusan pada kali
candrabhaga yakni kali Gomati.
Sehingga bisa dikatakan bahwa daerah dtemukannya prasasti Tugu adalah
daerah para Brahmana. Para Brahmana dari kerajaan Tarumanegara tinggal di
daerah pesisir pantai. Dapat diterangkan mereka datang ke Nusantara bersama
para pedagang India.
Dapat di duga juga pada prasasti kebun jambu yang didapatkan di dekat sungai
Cisadane, di daerah bukit Koleangkak, Banten selatan. Dalam prasasti itu dapat
diperkirakan sebagai prasasti penaklukan pada suatu wilayah. Dalam prasasti itu
dijelaskan bahwa raja Purnawarman adalah raja yang disegani oleh musuh-
musuhnya. Yang senantiasa menggempur kota-kota musuhnya.
Kehidupan Politik Kerajaan Tarumanegara

Berdasarkan tulisan-tulisan yang ditemukan pada prasasti diketahui bahwasanya


raja yang pernah menduduki pemerintahan di tarumanegara hanyalah raja
purnawarman dan raja yang berhasil memakmurkan kehidupan rakyatnya. Hal ini
dibuktikan dari temuan prasasti tugu yang menginformasikan raja purnawarman
telah memerintah guna menggali sebuah kali. Oleh karena itu rakyat hidup
makmur dalam suasana yang aman dan tenteram.
Kehidupan Sosial Kerajaan Tarumanegara

Kehidupan sosial Tarumanegara sudah tertata rapi, hal ini tercermin dari upaya
raja Purnawarman yang terus berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan pada
kehidupan rakyatnya. Raja Purnawarman juga sangat teliti pada kedudukan
kaum brahmana yang dianggap penting saat melaksanakan setiap upacara
korban yang digelar di kerajaan sebagai tanda hormat kepada para dewa.
Kehidupan Ekonomi kerajaan Tarumanegara
Prasasti tugu menjelaskan bahwa raja purnawarman menyuruh rakyatnya untuk
membikin sebuah terusan yang panjangnya 6122 tombak. Pembangunan ini
memiliki arti ekonomis yang besar untuk masyarakat, Karena dapat dipungsikan
sebagai sarana pencegah banjir juga sarana lalu-lintas pelayaran perdagangan
antar daerah di kerajaan tarumanegara dengan negara luar. Juga dengan
daerah-daerah di sekelilingnya. Akibatnya, kehidupan ekonomi masyarakat
sudah berjalan teratur.
Kehidupan Budaya

Dilihat dari teknik dan juga cara penulisan huruf-huruf dari penemuan prasasti-
prasasti yang ditemukan sebagai bukti besarnya Kerajaan Tarumanegara, dapat
diyakini bahwa tingkat kebudayaan masyarakat saat itu sudah tinggi. Selain
dijadikan sebagai peninggalan budaya, keberadaan prasasti-prasasti itu
menunjukkan sudah berkembangnya kebudayaan tulis dan menulis di kerajaan
Tarumanegara.
Masa Kejayaan kerajaan Tarumanegara

kisahasalusul.blogspot.com
sama halnya seperti kerajaan-kerajaan yang lainnya, Kerajaan Tarumanegara
pernah juga mengalami masa kejayaannya. Masa kejayaan Tarumanegara ialah
ketika pada masa kepemimpinan raja Purnawarman. Pada masa kepemimpinan
raja Purnawarman, Kerajaan Tarumanegara mampuh memperluas wilayah
kekuasaannya dengan menaklukkan kerajaan-kerajaan yang berada di sekitar
kerajaan Tarumanegara.
Menurut tuturan para ahli sejarah, luas daerah kekuasaan Kerajaan
Tarumanegara mencakup luas wilayah Jawa Barat yang sekarang. Bukti lain dari
masa kejayaan Kerajaan Tarumanegara, pada masa kepemimpinan raja
Purnawarman mampuh menyusun buku undang-undang untuk kerajaan,
peraturan siasat perang dan angkatan perang serta silsilah dinasti Warman. Raja
Purnawarman juga terkenal sebagai raja yang kuat dan juga bijaksana terhadap
rakyatnya.
Penyebab Runtuhnya Kerajaan Tarumanegara

pada sekitar abad ke-7 Masehi diperkirakan Kerajaan Tarumanegara runtuh. Hal
ini atas dasar terdapat fakta bahwa setelah abad ke-7, berita tentang kerajaan ini
tidak pernah didengar lagi baik sumber dari dalam negeri maupun dari luar
negeri . Para ahli berkeyakinan bahwa runtuhnya Kerajaan Tarumanegara
perkiraan besar  karena disebabkan adanya tekanan dari Kerajaan Sriwijaya
yang terus menerus melakukan ekspansi atau peluasan  wilayah kekuasaan.
7 Prasasti Peninggalan Kerajaan Tarumanegara
Terdapat tujuh prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara yang tertulis
dengan bahasa Sansekerta, diantaranya:
Prasasti Ciaruteun
cagarbudaya.kemdikbud.go.id
Prasati Ciaruteun ditemukan di tepi Sungai Ciarunteun, yaitu dekat dengan
Sungai Cisadane Bogor. Didalamnya tertuilis nama Tarumanegara, Raja
Purnawarman, dan juga lukisan sepasang kaki yang diperkirakan sama dengan
telapak kaki dari Dewa Wisnu.
Adapun gamabar dari sepasang telapak kaki yang terukir di prasasti tersebut
mencerminkan kekuasaan raja atas wilayah tersebut dan kedudukan
Purnawarman yang dimisalkan dewa Wisnu yang dianggap seperti penguasa
sekaligus sebagai pelindung rakyat. Prasasti yang tertulis menggunakan bahasa
Sanskerta 4 baris dan huruf Pallawa tersebut juga dikenal dengan nama Prasasti
Ciampea.
Prasasti Kebon Kopi
indahhardi.wordpress.com
Prasasti ini terlukis bekas dua tapak kaki gajah yang dihubungkan dengan gajah
Airawata, yaitu gajah kendaraan Dewa Wisnu. Prasasti yang didapat dari
Kampung Muara Hilir, Kecamatan Cibungbulang juga ditulis dengan bahasa
Sanskerta  dan huruf Pallawa.
Prasasti Tugu
teropongsenayan.com
Prasasti Tugu terbentuk dari 5 baris yang ditulis dengan bahasa Sanskerta dan
aksara Pallawa yang didapatkan di Tugu, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara.
Prasasti Tugu tertulis tentang Raja Purnawarman yang memberi perintah untuk
menggali saluran air Chandrabaga dan Gomati sepanjang 6.112 tombak yang
selesai dalam jangka waktu 21 hari.
Prasasti Jambu

buihkata.blogspot.co.id
Prasasti yang ditemukan di bukit Koleangkak Bogor ini berisi tentang sanjungan
kebesaran, kegagahan, dan keberanian Raja Purnawarman. Prasasti Jambu
terukir sepasang telapak kaki dan terdapat keterangan puisi dua baris dengan
aksara Pallawa dan bahasa Sanskerta.
Prasasti Muara Cianten

nelalisrahma.blogspot.co.id
Prasasti ini ditemukan di wilayah Bogor dengan sebuah aksara ikal. Tapi,
prasasti Muara Cianten ini belum bisa dibaca.
Prasasti Cidanghiyang
maungujungbanten.blogspot.co.id
Prasasti ini ditemukan di Lebak, di pinggir Sungai Cidanghiang, kabupaten
Pandeglang-Banten. Prasasti yang baru saja ditemukan pada tahun 1947
berisikan “Inilah tanda keagungan, keperwiraan, dan keberanian yang
sesungguhnya dari raja Tarumanegara, yang mulia Raja Purnawarman, yang
menjadi panji juga raja”. Prasasti Cidanghiang disebut juga Prasasti lebak ditulis
dengan huruf bahasa Sansekerta dan Pallawa.
Prasasti Pasir Awi
anangpaser.wordpress.com
Ditemukan di Leuwiliang dengan menggunakan aksara Ikal yang belum bisa
dibaca. Pada prasasti ini terdapat pahatan gambar ranting dengan dahan,
dedaunan juga buah-buahan, dan gambar sepasang telapak kaki. Demikian
pembahasan mengenai Peninggalan Kerajaan Tarumanegara yang merangkum
tujuh prasasti penting pada Kerajaan Tarumanegara.
Sumber Sejarah kerajaan Tarumanegara

Bukti mengenai keberadaan Kerajaan Taruma didapat melalui sumber-sumber


dari dalam juga luar negeri. Sumber dari dalam negeri merupakan tujuh buah
prasasti dari batu yang ditemukan satu di Jakarta, empat di Bogor, dan satu di
Lebak Banten.
Dari prasasti-prasasti ini bisa diketahui bahwa Kerajaan Tarumanegara dipimpin
oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman tahun 358 M dan ia berkuasa sampai
tahun 382 M. Makam Rajadirajaguru Jayasingawarman berletak di sekitar sungai
Gomati (wilayah Bekasi). Kerajaan Tarumanegara merupakan kelanjutan dari
Kerajaan Salakanagara.
Sedangkan sumber-sumber luar negeri yang berasal dari sejarah Tiongkok
antara lain:
Berita Fa-Hsien, pada tahun 414 M di dalam bukunya yang berjudul Fa-Kao-Chi
menceritakan bahwasanya di Ye-po-ti hanya dijumpai sedikit orang-orang yang
beragama Buddha, yang banyak ialah orang-orang yang beragama Hindu dan
sebagiannya lagi masih animisme.
Berita Dinasti Sui, mengkisahkan bahwa pada tahun 528 dan 535 telah datang
utusan dari To- lo-mo yang bertempat di sebelah selatan.
Berita Dinasti Tang, juga menceritakan bahwa pada tahun 666 dan 669 telah
datang seorang utusaan dari To-lo-mo.
Dari tiga berita yang disebut di atas para ahli berkesimpulan bahwa istilah To-lo-
mo secara fonetis penyamaan kata-katanya sama dengan Kerajaan
Tarumanegara.
Diperkirakan  Kerajaan Tarumanegara berkembang diantara tahun 400-600 M.
Berdasarkan prasast-prasati di atas diketahui raja yang berkuasa pada waktu itu
ialah Purnawarman. Wilayah kekuasaan Purnawarman menurut dari prasasti
Tugu, mencakup hampir seluruh Jawa Barat yang menyebar dari Banten,
Cirebon Jakarta, dan Bogor.

Anda mungkin juga menyukai