Pengertian Itikaf
Pengertian Itikaf
DI SUSUN OLEH :
1. ANNE ROSLIANA
2. DEWI ANGGRAINI
3. GALIH ASWIAROKO
4. RAYATI
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaika makalah yang berjudul
“Aspek Kesehatan dalam Itikaf” yang telah disusun untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan AISYIYAH Bandung.
Dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah
membantu terselesainnya makalah ini.Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih
atas semua bantuan yang telah diberikan dalam penyusunan makalah ini.
Pada makalah ini penulis menyadari masih jauh dari kesempurnaan. Untuk
itu,segala kritik dan saran yang bersifat konstruktif penulis terima dengan senang hati
demi kesempurnaan Makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi siapa saja, khususnya para mahasiswa
serta seluruh pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman judul
KATA PENGANTAR....................................................................... 2
DAFTAR ISI................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar belakang..........................................................................4
b. Tujuan......................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
a. Pengertian I’tikaf.......................................................................5
b. Tujuan itikaf.............................................................................6
c. Syarat itikaf..............................................................................6
d. Syarat bagi orang yang itikaf.....................................................7
e. Tata tata cara itikaf...................................................................7
f. Hal-halyang membatalkan itikaf.................................................7
g. Hikmah bagi kesehatan.............................................................8
BAB III PENUTUP
a. Kesimpulan...............................................................................10
b. Saran.......................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
I’tikaf merupakan pelengkap yang di disain untuk mendekatkan hati pada pancaran
Rabbani. Melalui dzikir, kontemplasi, introspeksi diri dan bacaan ayat-ayat Qur’ani,
seorang yang beri’tikaf berusaha menyucikan jiwa sekaligus mengarahkannya pada
nilai-nilai transendental Yang Maha Suci, hingga semakin merasakan kedekatan yang
melahirkan kekaguman, rasa cinta, dan menguatkan iman.
Tak dapat dipungkiri bahwa dalam menjalani liku kehidupan yang penuh warna,
manusia kadang disibukkan oleh tugasdan tuntutan hidup hingga (merasa) terjauh
dari Ilahi, bahkan sekedar untuk mendeteksi sinyal-sinyal Rabbani. Tak jarang hati
mengaduh dalam gelisah, atau bahkan menjerit melalui resah untuk sekedar melepas
rindu pada Sang Pencipta, mendambakan ketenangan yang terpancar dari Nya. Boleh
diduga, untuk itulah momentum i’tikaf dilahirkan agar hati dapat menghimpun
segenap energi dalam menggapai sinar-sinar Rabbani.
B. Tujuan
Adapun tujuannya adalah:
1. Menyelesaikan salah satu tugas yang diberikan oleh dosen
2. Apa yang dimaksud dengan I’tikaf?
3. Bagaimanakah Hukum I’tikaf?
4. Apa tujuan itikaf?
5. Apa saja syarat dan syarat orang yang beritikaf ?
6. Bagaimana tata cara itikaf?
7. Hal-hal yang membatalkan itikaf?
8. Apa saja hikmah itikaf bagi kesehatan?
BAB II
PEMBAHASAN
a. Pengertian I’tikaf
Dalam segi bahasa, i’tikaf berasal dari kata ’akafa-ya’kufu-ukufan yang berarti
berdiam diri atau tetap di atas sesuatu. Sedangkan dalam pengertian Islam, i’tikaf
berarti berdiam diri di mesjid sebagai ibadah yang disunahkan untuk dikerjakan di
setiap waktu. I’tikaf ini lebih diutamakan pada bulan Ramadhan, terutama 10 hari
menjelang berakhirnya Ramadhan untuk memperoleh lailatul qadar, namun beri’tikaf
di hari lain pun tidak akan mengurangi manfaatnya.
Disunatkan bagi seorang muslim untuk beri’tikaf. I’tikaf hanya dapat dilakukan di
dalam masjid dan ikut mengerjakan shalat berjemaah. Diutamakan untuk beri’tikaf di
nasjid raya, jika dilaklukan berhari-hari dan diselingi dengan shalat jumat. I’tikaf boleh
dilakukan sambil tidak berpuasa. Tetapi lebih baik bila dibaengi dengan berpuasa.
I’tikaf meripakan ibadah yang disunatkan oleh Rasulullah SAW kerana beliau pernah
beri’tikaf pada sepuluh hari akhir bulan ramdan. Beliau selalu megerjakan sampai
beliau wafat.
I’tikaf itulah kata yang sudah akrab di telinga kita sebab bagi kaum laki-laki yang
setiap jumat melakukan shalat jumat di masjid itu sudah menjadi rutinitas biasa
apalagi asyrul awaakhir di 10 hari akhir di bulan ramadhan. Karena di 10 hari akhir di
bulan ramadhan i’tikaf merupakan pekerjaan yang sangat dianjurkan sekali oleh
baginda nabi besar kita Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana yang disebutkan Ibnu
Hajar Al Asqolani dalam kitab beliau Bulughul Marom, yaitu hadits no. 699 tentang
permasalahan i’tikaf.
Artinya: Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam biasa beri’tikaf di sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan hingga beliau
diwafatkan oleh Allah. Lalu istri-istri beliau beri’tikaf setelah beliau wafat. Muttafaqun
‘alaih. (HR. Bukhari no. 2026 dan Muslim no. 1172).
صة
َ ص ْو
ُ خ
ْ ة َم
ٍ ص َف
ِ ِسجِ ٍد ب
ْ م ٌ ش ْرعً ا إِ َقا َم
َ ِة ب َ خ ْي ٍر أَ ْو
َ ش ٍرّ َو َ ن
ْ ئ ِم
ِ الش ْي
َّ ه َو ُل َغ ًة اإْل ِ َقا َم ُة َعلَى َ ِااْل ِ ْعت
ُ كاف
Faedah dari itikaf tidak diragukan lagi, semua bentuk ibadah yang disyariatkan oleh
allah bagi seluruh umat manusia niscaya memiliki tubuh atau manfaat yang sangat
besar bagi manusia. Ibadah yang dilakukan dengan khusyuk, selain akan dibalas
dengan pahala kebaikan di akhirat, juga akan berpengaruh positif pada kesehatan jiwa
dan kesucian hati.
b. Tujuan I’tikaf
Tujuan i’tikaf adalah sebagai berikut :
1. Mendekatkan diri kepada Allah.
2. Melaksanakan Sunnah Rasul.
3. Agar hati bersimpuh di hadapan Allah.
4. Berkhalwat ( menyendiri ) dengan Allah.
5. Memutuskan hubungan sementara dengan sesama makhluk dan berkonsentrasi
sepenuhnya kepada Allah.
c. Syarat I’tikaf
1. Harus niat di dalam hati. (Niat Iangsung i’tikaf karena Allah Ta’ala). Kalau i’tikaf
nadzar, maka dia harus niat nya juga i’tikaf nadzar.
2. Harus bertempat di dalam masjid. Menurut Kitab Taqrib i’tikaf akan dikatakan
sah kalau di dalamnya serambi masjid. Sehingga kalau di luar serambi masjid
maka tidak sah.
Berikut ini beberapa efek positif lain yang akan dirasakan oleh orang yang
membiasakan itikaf :
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penguraian pokok materi yang diuraikan pada bab pembahasan yaitu:
“I’tikaf” . I’tikaf merupakan ibadah yang disunatkan oleh Rasulullah SAW kerana beliau
pernah beri’tikaf pada sepuluh hari akhir bulan ramdan. Beliau selalu megerjakan
sampai beliau wafat Dapat diambil kesimpulan antara lain Itikaf adalah berdiam diri
dimasjid sebagai ibadah yang disunnahkan.
Itikaf merupakan kesempatan bagi setiap orang untuk mengurangi dan
mengendalikan hawa nafsunya terhadap segala kenikmatan dunia termasuk makanan
dan kebutuhan seksual.
Selain bermanfaat untuk mengatur dan meningkatkan kesadaran serta
kecerdasan dalam menghadapi kehidupan, khalwat dan itikaf juga dapat membantu
kita mengusir segala mcam pikiran negatif yang merusak dan merugikan diri kita,
kemudian menggantinya dengan pikiran-pikiran positif yang bermanfaat untuk
menciptakan ketenangan dan kebahagian jiwa.
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini mungkin banyak terdapat kesalahan dan
kekurangan, karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.
Melalui makalah ini kami menghimbau para pembaca khususnya mahasiswa, agar
menggali lebih dalam berbagai macam ilmu pengetahuan sebagai bahan untuk
meningkatkan iman dan taqwa sehingga berdayaguna diera globalisasi ini.
DAFTAR PUSTAKA