Anda di halaman 1dari 10

ASPEK KESEHATAN DALAM ITIKAF

DI SUSUN OLEH :

1. ANNE ROSLIANA
2. DEWI ANGGRAINI
3. GALIH ASWIAROKO
4. RAYATI

STIKES AISYIYAH BANDUNG TAHUN AKADEMI 2017/2018


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaika makalah yang berjudul
“Aspek Kesehatan dalam Itikaf” yang telah disusun untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan AISYIYAH Bandung.
Dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah
membantu terselesainnya makalah ini.Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih
atas semua bantuan yang telah diberikan dalam penyusunan makalah ini.
Pada makalah ini penulis menyadari masih jauh dari kesempurnaan. Untuk
itu,segala kritik dan saran yang bersifat konstruktif penulis terima dengan senang hati
demi kesempurnaan Makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi siapa saja, khususnya para mahasiswa
serta seluruh pembaca.

Bandung, Maret 2018

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman judul
KATA PENGANTAR....................................................................... 2
DAFTAR ISI................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar belakang..........................................................................4
b. Tujuan......................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
a. Pengertian I’tikaf.......................................................................5
b. Tujuan itikaf.............................................................................6
c. Syarat itikaf..............................................................................6
d. Syarat bagi orang yang itikaf.....................................................7
e. Tata tata cara itikaf...................................................................7
f. Hal-halyang membatalkan itikaf.................................................7
g. Hikmah bagi kesehatan.............................................................8
BAB III PENUTUP
a. Kesimpulan...............................................................................10
b. Saran.......................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
I’tikaf merupakan pelengkap yang di disain untuk mendekatkan hati  pada pancaran
Rabbani. Melalui dzikir, kontemplasi, introspeksi diri dan  bacaan ayat-ayat Qur’ani,
seorang yang beri’tikaf berusaha menyucikan jiwa sekaligus mengarahkannya pada
nilai-nilai transendental Yang Maha Suci, hingga semakin merasakan kedekatan yang
melahirkan kekaguman, rasa cinta, dan menguatkan iman.
Tak dapat dipungkiri bahwa dalam menjalani liku kehidupan yang penuh warna,
manusia kadang disibukkan oleh tugasdan tuntutan hidup hingga (merasa) terjauh
dari Ilahi, bahkan sekedar untuk mendeteksi sinyal-sinyal Rabbani. Tak jarang hati
mengaduh dalam gelisah, atau bahkan menjerit melalui resah untuk sekedar melepas
rindu pada Sang Pencipta, mendambakan ketenangan yang terpancar dari Nya. Boleh
diduga, untuk itulah momentum i’tikaf dilahirkan agar hati dapat menghimpun
segenap energi dalam menggapai sinar-sinar Rabbani.

B. Tujuan
Adapun tujuannya adalah:
1. Menyelesaikan salah satu tugas yang diberikan oleh dosen
2. Apa yang dimaksud dengan I’tikaf?
3. Bagaimanakah Hukum I’tikaf?
4. Apa tujuan itikaf?
5. Apa saja syarat dan syarat orang yang beritikaf ?
6. Bagaimana tata cara itikaf?
7. Hal-hal yang membatalkan itikaf?
8. Apa saja hikmah itikaf bagi kesehatan?
BAB II
PEMBAHASAN

a. Pengertian I’tikaf

Dalam segi bahasa, i’tikaf berasal dari kata ’akafa-ya’kufu-ukufan yang berarti
berdiam diri atau tetap di atas sesuatu. Sedangkan dalam pengertian Islam, i’tikaf
berarti berdiam diri di mesjid sebagai ibadah yang disunahkan untuk dikerjakan di
setiap waktu. I’tikaf ini lebih diutamakan pada bulan Ramadhan, terutama 10 hari
menjelang berakhirnya Ramadhan untuk memperoleh lailatul qadar, namun beri’tikaf
di hari lain pun tidak akan mengurangi manfaatnya.
Disunatkan bagi seorang muslim untuk beri’tikaf. I’tikaf hanya dapat dilakukan di
dalam masjid dan ikut mengerjakan shalat berjemaah. Diutamakan untuk beri’tikaf di
nasjid raya, jika dilaklukan berhari-hari dan diselingi dengan shalat jumat. I’tikaf boleh
dilakukan sambil tidak berpuasa. Tetapi lebih baik bila dibaengi dengan berpuasa.
I’tikaf meripakan ibadah yang disunatkan oleh Rasulullah SAW kerana beliau pernah
beri’tikaf pada sepuluh hari akhir bulan ramdan. Beliau selalu megerjakan sampai
beliau wafat.
I’tikaf itulah kata yang sudah akrab di telinga kita sebab bagi kaum laki-laki yang
setiap jumat melakukan shalat jumat di masjid itu sudah menjadi rutinitas biasa
apalagi asyrul awaakhir di 10 hari akhir di bulan ramadhan. Karena di 10 hari akhir di
bulan ramadhan i’tikaf merupakan pekerjaan yang sangat dianjurkan sekali oleh
baginda nabi besar kita Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana yang disebutkan Ibnu
Hajar Al Asqolani dalam kitab beliau Bulughul Marom, yaitu hadits no. 699 tentang
permasalahan i’tikaf.

‫خ َر‬ِ ‫ش َر اَأْل َ َوا‬ ْ ‫ف اَ ْل َع‬


ُ ِ‫ي – صلى هللا عليه وسلم – َكانَ يَ ْع َتك‬ َّ ِ‫ أَنَّ اَل َّنب‬-:‫ت‬
ْ َ‫ي اَللَّ ُه َع ْن َها َقال‬
َ ‫ض‬
ِ ‫ش َة َر‬
َ ِ‫ن َعائ‬
ْ ‫َع‬
‫ه‬ ِ ‫ق َعلَ ْي‬ ٌ ‫ن بَ ْع ِد ِه – ُم َّت َف‬ ُ ‫ف أَ ْز َو‬
ْ ‫اج ُه ِم‬ َ ‫اع َت‬
َ ‫ك‬ ْ ‫م‬َّ ‫ ُث‬,‫ح َّتى تَ َوفَّا ُه اَللَّ ُه‬
َ , َ‫ن َر َمضَان‬ ْ ‫ِم‬

Artinya: Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam biasa beri’tikaf di sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan hingga beliau
diwafatkan oleh Allah. Lalu istri-istri beliau beri’tikaf setelah beliau wafat. Muttafaqun
‘alaih. (HR. Bukhari no. 2026 dan Muslim no. 1172).
‫صة‬
َ ‫ص ْو‬
ُ ‫خ‬
ْ ‫ة َم‬
ٍ ‫ص َف‬
ِ ِ‫سجِ ٍد ب‬
ْ ‫م‬ ٌ ‫ش ْرعً ا إِ َقا َم‬
َ ِ‫ة ب‬ َ ‫خ ْي ٍر أَ ْو‬
َ ‫ش ٍرّ َو‬ َ ‫ن‬
ْ ‫ئ ِم‬
ِ ‫الش ْي‬
َّ ‫ه َو ُل َغ ًة اإْل ِ َقا َم ُة َعلَى‬ َ ِ‫ااْل ِ ْعت‬
ُ ‫كاف‬

Faedah dari itikaf tidak diragukan lagi, semua bentuk ibadah yang disyariatkan oleh
allah bagi seluruh umat manusia niscaya memiliki tubuh atau manfaat yang sangat
besar bagi manusia. Ibadah yang dilakukan dengan khusyuk, selain akan dibalas
dengan pahala kebaikan di akhirat, juga akan berpengaruh positif pada kesehatan jiwa
dan kesucian hati.

b. Tujuan I’tikaf
Tujuan i’tikaf adalah sebagai berikut :
1. Mendekatkan diri kepada Allah.
2. Melaksanakan Sunnah Rasul.
3. Agar hati bersimpuh di hadapan Allah.
4. Berkhalwat ( menyendiri ) dengan Allah.
5. Memutuskan hubungan sementara dengan sesama makhluk dan berkonsentrasi
sepenuhnya kepada Allah.

c. Syarat I’tikaf
1. Harus niat di dalam hati. (Niat Iangsung i’tikaf karena Allah Ta’ala). Kalau i’tikaf
nadzar, maka dia harus niat nya juga i’tikaf nadzar.
2. Harus bertempat di dalam masjid. Menurut Kitab Taqrib i’tikaf akan dikatakan
sah kalau di dalamnya serambi masjid. Sehingga kalau di luar serambi masjid
maka tidak sah.

d. Syarat Orang yang I’tikaf


1. Syarat orang yang i’tikaf adalah harus Islam, berakal, suci dari haid, nifas dan
jinabah.
2. Maka tidak sah i’tikaf yang dilakukan oleh orang kafir, gila, haid, nifas, dan
orang junub.
3. Jika orang yang melakukan i’tikaf murtad atau mabuk, maka i’tikafnya menjadi
batal.
e. Tata Cara I’tikaf
1. Orang yang melakukan i’tikaf nadzar tidak diperbolehkan keluar dari i’tikafnya
kecuali karena ada kebutuhan manusiawi seperti buang air kecil, buang air
besar dan hal-hal yang semakna dengan keduanya seperti mandi janabah.
2. Karena udzur haid atau nifas. Maka seorang wanita harus keluar dari masjid
karena mengalami keduanya.
3. Karena udzur sakit yang tidak mungkin berdiam diri di dalam masjid. Semisal
dia butuh terhadap tikar, pelayan, dan dokter.
4. Dia khawatir mengotori masjid seperti sedang sakit diare dan beser.
5. Sakit yang ringan seperti demam sedikit, maka tidak diperkenankan keluar dari
masjid disebabkan sakit tersebut.

f. Hal-Hal Yang Membatalkan I’tikaf


1. I’tikaf menjadi batal sebab melakukan wathi atas kemauan sendiri dalam
keadaan ingat bahwa sedang melakukan i’tikaf dan tahu terhadap
keharamannya.
2. Adapun bersentuhan kulit disertai birahi yang dilakukan oleh orang yang
melakukan i’tikaf, maka akan membatalkan i’tikafnya jika ia sampai
mengeluarkan sperma. Jika tidak, maka tidak sampai membatalkan.

g. Hikmah I’tikaf bagi Kesehatan


Salah satu metode pengobatan atau terapi yang banyak dipergunakan oleh para
dokter modern adalah terapi serupa itikaf yang dalam kedokteran disebut terapi
isolasi. “Terapi Isolasi meliputi langkah-langkah untukmemberikan nasihat, petuah,
dan gagasan-gagasan positif ke dalam pikiran seseorang yang berada dalam kondisi
konsetratif di tengah suasana jiwa yang tenang dan santai sehingga nasihat dan
gagasan-gagasan positif itu dapat mengubah perilaku dan sikap seseorang menjadi
lebih baik.
Menurut Prof. DR. dr. H. Dadang Hawari., Sp.KJ. Guru Besar tetap Universitas
Indonesia menyatakan bahwa hikmah i’tikaf adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan daya tahan tubuh.


2. Bermanfaat bagi kesehatan jiwa dimana batin menjadi lebih tenang dan bisa
membangkitkan kekuatan baru.
3. Menghidupkan kembali hati dengan selalu melaksanakan ketaatan dan ibadah
kepada Allah SWT.
4. Untuk merenungi masa lalu dan memikirkan hal-hal yang akan dilakukan di hari
esok.
5. Mendatangkan ketenangan, ketentraman dan cahaya yang menerangi hati yang
penuh dosa.
6. Mendatangkan berbagai macam kebaikan dari Allah SWT amalan-amalan kita
akan diangkat dengan rahmat dan kasih sayangNya
7. Orang yang beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan akan terbebas
dari dosa-dosa karena pada hari-hari itu salah satunya bertepatan dengan
lailatul qadar.

Berikut ini beberapa efek positif lain yang akan dirasakan oleh orang yang
membiasakan itikaf :

1. Penelitian ilmiah menunjukkan bahwa meditasi (itikaf) dapat meningkatkan


fungsi sel otak serta meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Para peneliti dari
Universitas Wisconsin Madison di Amerika melakukan penelitian yang
melibatkan 41 responden. Diharapkan hasil penelitian ini dapat membantu
penyembuhan rasa nyeri dan gangguan insomnia. Penelitian meminta 25
responden untuk mengikuti beberapa gerakan latihan kebugaran tubuh,
sementara kelompok responden lain tidak melakukan kedua aktivitas itu.
2. Dr. Richard davidson mengatakan bahwa orang yang terbiasa berolahraga dan
sering bermeditasi ternyata antibodi mereka mengalami peningkatan sehingga
dapat memerangi berbagai penyakit atau bakteri dan virus yang mengancam
kesehatan.
3. Itikaf dan meditasi dapat mendorong terciptanya jiwa dan hati yang tenang dan
rileks karena ketika bermeditasi, atau khusyuk beritikaf, terjadi perubahan
fisiologis yang meliputi penurunan denyut jantung, penurunan rerata tarikan
nafas, penurunan ketegangan otot, serta penurunan analitik dalam pikiran.
Demikian i’tikaf begitu dahsyatnya hikmah yang di dapat bagi kaum muslimin dan
muslimat yang mau melaksanakan. Begitu mudah dan murahnya ajaran Islam dalam
memberikan solusi tentang kesehatan bagi umatNya. Beruntunglah orang yang mau
mengikuti ajaranNya. Mari ber i’tikaf guna meraih ketenangan jiwa! Jiwa tenang
keluarga senang!

BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Dari penguraian pokok materi yang diuraikan pada bab pembahasan yaitu:
“I’tikaf” . I’tikaf merupakan ibadah yang disunatkan oleh Rasulullah SAW kerana beliau
pernah beri’tikaf pada sepuluh hari akhir bulan ramdan. Beliau selalu megerjakan
sampai beliau wafat Dapat diambil kesimpulan antara lain Itikaf adalah berdiam diri
dimasjid sebagai ibadah yang disunnahkan.
Itikaf merupakan kesempatan bagi setiap orang untuk mengurangi dan
mengendalikan hawa nafsunya terhadap segala kenikmatan dunia termasuk makanan
dan kebutuhan seksual.
Selain bermanfaat untuk mengatur dan meningkatkan kesadaran serta
kecerdasan dalam menghadapi kehidupan, khalwat dan itikaf juga dapat membantu
kita mengusir segala mcam pikiran negatif yang merusak dan merugikan diri kita,
kemudian menggantinya dengan pikiran-pikiran positif yang bermanfaat untuk
menciptakan ketenangan dan kebahagian jiwa.

B. Saran
Dalam penulisan makalah ini mungkin banyak terdapat kesalahan dan
kekurangan, karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.
Melalui makalah ini kami menghimbau para pembaca khususnya mahasiswa, agar
menggali lebih dalam berbagai macam ilmu pengetahuan sebagai bahan untuk
meningkatkan iman dan taqwa sehingga berdayaguna diera globalisasi ini.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Qadir Jailani Sayikh. Fiqih tasawuf.Da’ral Fikr


Abidin, Zainal, 1998. Kunci ibadah. Semarang: PT. Karya Toha Putra.
Ahnan Maftuh, Ust. Risalah Fiqh wanita, Terbit Terang Surabaya,
Dr. Jamal Elzaky, 2015 Buku pintar Mukzijat Kesehatan Ibadah, Jakarta : Zaman
Suparta, Mundzier, 2006. Pendidikan agama islam fiqih MA Kelas X. Semarang:
PT.Karya Toha Putra
Rifa’i, Mohammad, 2004. Risalah tuntutan shalat lengkap. Semarang: PT. Karya Toha
Putra.

Anda mungkin juga menyukai