Anda di halaman 1dari 16

MIKROBIOLOGI HASIL TERNAK

LAPORAN PRAKTIKUM

“PERHITUNGAN KOLONI BAKTERI SECARA TIDAK LANGSUNG”

Disusun Oleh :

I GUSTI AGUNG DEWI ADITYASTITI ASTAWA

1903511097

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS UDAYANA

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas laporan praktikum yang berjudul
“PERHITUNGAN KOLONI BAKTERI SECARA TIDAK LANGSUNG” ini tepat
pada waktunya dan dalam keadaan sehat.

Adapun tujuan dari penulisan laporan ini yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah
Mikrobiologi Hasil Ternak. Selain itu laporan ini diharapkan dapat menambah
wawasan kepada pada pembaca mengenai perhitungan koloni bakteri yang sangat
penting bagi kehidupan makhluk hidup.

Tak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Sri Anggreni
Lindawati, M.Si selaku dosen mata kuliah Mikrobiologi Hasil Ternak yang telah
membimbing dan memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan mengenai mata kuliah ini.

Saya menyadari penulisan dari laporan ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari
segi penyusunan, tata bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu saya sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sebagai acuan
untuk dapat lebih baik lagi dalam penulisan laporan di masa yang akan datang.

Karangasem, 4 Mei 2021

I Gusti Agung Dewi Adityastiti Astawa

ii
DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB 1. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 3
1.4 Manfaat ..................................................................................................... 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 4
2.1 Daging ayam ............................................................................................. 4
2.2 Pertumbuhan mikroba .............................................................................. 4
2.3 Media pertumbuhan mikroba ................................................................... 5
BAB 3. MATERI DAN METODE ......................................................................... 8
3.1 Materi ....................................................................................................... 8
3.2 Metode ...................................................................................................... 8
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................ 10
4.1 Hasil........................................................................................................ 10
4.2 Pembahasan ............................................................................................ 10
BAB 5. PENUTUP ............................................................................................... 11
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 11
5.2 Saran ....................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 12

iii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Mikroorganisme atau mikroba merupakan semua makhluk yang berukuran


beberapa mikron atau dapat lebih kecil lagi. Yang termasuk golongan ini adalah
bakteri, cendawan atau jamur tingkat rendah, ragi yang menurut sistematik masuk
golongan jamur, ganggang, hewan bersel satu atau protozoa, dan virus yang hanya
nampak dengan mikroskop elektron (Dwidjoseputro, 1990). Mikroorganisme
disebut juga organisme mikroskopik. Mikroorganisme sering kali bersel tunggal
(uniseluler) maupun bersel banyak (multiseluler) (Madigan, 2009).

Pertumbuhan mikroba dapat diketahui dengan mengamatinya di dalam suatu


substrat semisal makanan atau sisa tubuh makhluk hidup. Pada laboratorium,
mikroba ditumbuhkan dengan berbagai media seperti EMBA dan NA seperti yang
sudah dilakukan pada praktikum sebelumnya. Untuk mengetahui ada atau tidaknya
pertumbuhan, maka diperlukan perhitungan jumlah mikroba tersebut. Perhitungan
mikroba dapat dilakukan dengan menghitung koloninya ataupun menghitung sel
dari mikroba tersebut.

Perhitungan jumlah bakteri merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk bisa
mengetahui berapa banyak koloni bakteri yang terdapat pada suatu media, baik itu
koloni sel yang hidup maupun koloni sel bakteri yang mati. Koloni bakteri adalah
sekumpulan dari bakteri sejenis yang mengelompok menjadi satu dan membentuk
suatu koloni- koloni. Perhitungan koloni bakteri adalah suatu cara yang digunakan
untuk mengetahui jumlah total koloni bakteri yang tumbuh pada suatu media
pembiakan. Secara mendasar terdapat dua cara untuk menghitung jumlah bakteri,
yaitu secara langsung dan tidak langsung. Perhitungan secara langsung antara lain
adalah dengan membuat preparat dari suatu bahan (preparat sederhana diwarnai
atau tidak diwarnai) dan penggunaan ruang hitung (counting chamber). Sedangkan
perhitungan secara tidak langsung ada beberapa cara yaitu : metode cawan petri
(total plate count), perhitungan melalui pegenceran, perhitungan jumlah terkecil
atau terdekat (MPN metode), cara kekeruhan atau turbidimetri (Hadioetomo, 1990).

1
Penggunaan metode perhitungan secara langsung (Direct methode) digunakan
untuk menentukan jumlah bakteri keseluruhan baik yang mati maupun yang hidup.
Sedangkan perhitungan bakteri secara tidak langsung digunakan untuk menentukan
jumlah bakteri yang hidup saja (Rosmania & Yanti, 2020). Setiap perhitungan
jumlah bakteri baik secara langsung maupun tidak langsung memiliki kelemahan
masing-masing. Jumlah bakteri masih belum mendekati hasil maksimal
dikarenakan perhitungan yang melibatkan sel hidup maupun sel mati bakteri,
keterbatasan alat dan bahan saat perhitungan, keperluan persiapan alat dan bahan
yang cukup panjang, ketelitian penelitian oleh peneliti dan lain-lain (Wibowo &
Andrivani, 2016).

Beberapa koloni yang bergabung menjadi satu merupakan suatu kumpulan koloni
yang besar dimana jumlah koloni dapat dihitung sebagai satu koloni dan satu rantai
koloni (Pelgzar & Reid, 1958). Oleh karena itu, praktikum ini perlu dilakukan untuk
mengetahui jumlah mikroba yang ada di dalam suatu bahan atau media. Dalam
praktikum ini media yang digunakan yaitu daging ayam sebagai salah satu makanan
yang berasal dari hewan ternak. Daging ayam merupakan salah satu pangan asal
ternak yang sering dikonsumsi. Harganya yang terjangkau dan mudah didapatkan
menjadi alasan sebagian masyarakat gemar mengkonsumsi daging ayam.

Selain itu, seiring perkembangan zaman dan bertambahnya kesadaran terhadap


kesehatan menjadikan keamanan pangan asal ternak merupakan salah satu standar
yang menjadi tuntutan konsumen. Standar ini juga telah diamanatkan dalam
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 Tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan
(Ditjen PKH, 2009). Untuk itu perhitungan jumlah mikroorganisme pada suatu
produk pangan sangat penting dilakukan untuk menetapkan keamanan suatu
sediaan farmasi dan makanan.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari praktikum ini yaitu :

1. Bagaimana cara menghitung mikroba secara tidak langsung?


2. Apa saja alat dan bahan yang diperlukan dalam melakukan perhitungan
mikroba secara tidak langsung?

2
1.3 Tujuan

Tujuan dari dilaksanakannya praktikum ini yaitu agar mahasiswa mengetahui


bagaimana cara menghitung koloni bakteri pada suatu bahan atau produk secara
tidak langsung.

1.4 Manfaat

Manfaat dari dilaksanakannya praktikum ini yaitu mahasiswa diharapkan dapat


menghitung koloni bakteri pada suatu bahan atau produk dengan baik.

3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Daging ayam

Daging ayam merupakan bahan pangan yang mudah rusak karena pertumbuhan
bakteri. Kandungan protein dan air yang tinggi pada daging ayam, menyebabkan
daging ini mudah membusuk karena pertumbuhan mikroorganisme kontaminan
yang berasal dari lingkungan sekitar. Pembusukan daging ayam yang disebabkan
mikroba kontaminan akan semakin cepat pada kondisi lingkungan dan
penyimpanan yang kurang baik, bakteri yang sangat potensial sebagai pembusuk
daging ayam antara lain Brochothrix thermosphacta, bakteri asam laktat (BAL),
Enterobacteriaceae dan Pseudomonas spp. (Höll et al., 2016). Beberapa bakteri
patogen juga ditemukan sebagai kontaminan pada daging ayam, antara lain
Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Salmonella sp., Pseudomonas sp.,
Clostridium perfringens dan Shigella flexneri (Ray & Bhunia, 2014).

Daging ayam dinyatakan berkualitas baik apabila kandungan mikroba kontaminan


tidak melebihi standar yang ditentukan. Kualitas daging yang baik umumnya
dihasilkan dari rumah potong ayam (RPA) modern maupun tradisional yang
menerapkan sanitasi dan higiene yang baik. Proses penyimpanan dan
pendistribusian daging ayam yang tidak sesuai standar, menyebabkan terjadinya
kontaminasi mikroba pada daging ayam (Sukmawati et al., 2018; Bakara et al.,
2014). Kualitas dan keamanan pangan daging ayam telah diatur dalam SNI
3924:2009 untuk karkas dan daging ayam. Menurut Badan Standarisasi Nasional
(2009) kualitas mikrobiologis daging ayang ditentukan dengan kehadiran kelompok
bakteri Enteribacteriaceae, meliputi E. coli, Staphyllococcus aureus, Salmonella
sp. dan Campylobacter sp.

2.2 Pertumbuhan mikroba

Jumlah mikroba pada suatu produk dapat diperkirakan jumlahnya dengan suatu
metode perhitungan, yaitu perhitungan langsung (indect count) jumlah sel atau
biomassa mikroba. Perhitungan secara tidak langsung bertujuan untuk mengetahui
jumlah mikroorganisme pada suatu bahan yang masih hidup (variabel count).

Sel dihitung langsung di bawah mikroskop atau dengan perhitungan partikel


elektronik (electronic particle counter). Pengukuran langsung mikroba seperti

4
massa sel ditentukan dengan menimbang atau mengukur berat seluruh sel biomassa
dapat dikoreksikan dengan jumlah sel dengan membandingkannya pada kurva
standar. Penghitungan tidak langsung jumlah sel mikroorganisme dalam sampel di
konsentrasikan dan ditanam pada media yang sesuai. Pertumbuhan mikroorganisme
seperti pembentukan koloni dalam medium agar digunakan untuk memperkirakan
jumlah mikroorganisme yang terdapat di dalam sampel (Anonim, 2008).

Metode hitungan cawan menggunakan teori bahwa setiap sel akan hidup
berkembang menjadi satu koloni. Jumlah koloni yang muncul menjadi indeks bagi
jumlah oganisme yang terkandung di dalam sampel. Teknik pengitungan ini
membutuhkan kemampuan melakukan pengenceran dan mencawankan (inokulasi
pada cawan) hasil pengenceran. Cawan-cawan tersebut kemudian diinkubasi dan
kemudian dihitung jumlah koloni yang terbentuk. Cawan yang dipilih untuk
penghitungan koloni, sesuai dengan kaidah statistik. Analisis pangan terhadap
kemungkinan adanya bakteri patogen merupakan standar yang diharuskan untuk
mengetahui kualitas pangan dan menjamin keamanan pangan (De Boer & Beumer,
1999).

2.3 Media pertumbuhan mikroba

Media pertumbuhan mikroorganisme merupakan suatu bahan yang terdiri dari


campuran zat-zat makanan atau nutrisi yang diperlukan mikroorganisme untuk
pertumbuhannya. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media yang berupa
molekumolekul kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel. Dengan media
pertumbuhan dapat dilakukan isolasi mikroorganisme menjadi kultur murni dan
juga manipulasi komposisi media pertumbuhan (Pratiwi, 2015). Pembuatan media
didasarkan pada fungsi komposisi media dan konsistensinya sehingga dapat tumbuh
dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan.

Medium adalah substansi yang terdiri atas campuran zat-zat makanan (nutrien)
yang dipergunakan untuk pemeliharaan dan pertumbuhan mikroorganisme.
Mikroorganisme juga merupakan mahluk hidup, untuk memeliharanya dibutuhkan
medium yang harus mengandung semua zat yang diperlukan untuk
pertumbuhannya, yaitu antara lain senyawa-senyawa organik (protein, karbohidrat,
lemak, mineral, dan vitamin). Medium digunakan untuk melihat gerakan dari suatu

5
gerakan mikroorganisme apakah bersifat motil atau nonmotil, medium ini
ditambahkan bahan pemadat 50% (Hadietomo, 1990).

Media berfungsi untuk menumbuhkan mikroba, isolasi, memperbanyak jumlah,


menguji sifatsifat fisiologis dar perhitungan jumLah mikroba, dimana dalam proses
pembuatannya harus disterilisasi dan menerapkan metode aseptis untuk
menghindari kontaminasi pada media. Media yang dituang hendaknya tidak terlalu
panas, karena selain mengganggu proses penuangan (media panas dapat
menyebabkan tangan menjadi panas), media panas masih mengeluarkan uap yang
akan menempel pada cawan penutup. sehingga mengganggu proses pengamatan.
Pada metode ini, koloni akan tumbuh di dalam media agar. Kultur diletakkan
terbalik, dimasukkan di dalam plastik dengan diikat kuat kemudian diletakkan
dalam incubator. Pada metode pour platec volume kultur sebanyak 0,1-1,0 ml
diambil dan dimasukkan ke dalam cawan petri steril. Kemudian ditambahkan media
agar cair dan dilakukan pencampuran antara kultur dan media dengan memutar
cawan petri secara pelan pada permukaan yang rata. Karena sampel dicampur
dengan media agar.

Menurut Pelgzar dan Reid (1958), klasifikasi medium berdasarkan fungsinya


digolongkan menjadi 7 golongan, yaitu:

1. Medium umum, media yang ditambahkan bahan-bahan yang bertujuan


menstimulasi pertumbuhan mikroba secara umum. Contoh Nutrient Agar
(NA) untuk menstimulasi pertumbuhan bakteri, Potato Dextrose Agar
(PDA) untuk menstimulir pertumbuhan fungi.
2. Medium khusus, merupakan medium untuk menentukan tipe pertumbuhan
mikroba dan kemampuannya untuk mengadakan perubahan-perubahan
kimia tertentu misalnya, medium tetes tebu untuk Saccharomyces
cerevisiae.
3. Media diperkaya (enrichment media), media yang ditambahkan bahan-
bahan tertentu untuk menstimulasi pertumbuhan mikroba yang diinginkan.
Hal ini dilakukan untuk menstimulasi pertumbuhan mikroba yang
jumlahnya sedikit dalam suatu campuran berbagai mikroba, contoh
Chocolate media dan Yeast-Extract-poptasium Nitrat Agar.

6
4. Media selektif, merupakan media yang ditambahkan bahan-bahan tertentu
yang akan menghambat pertumbuhan mikroba yang tidak diinginkan yang
ada dalam suatu spesimen. Inhibitor yang digunakan berupa antibiotik,
garam dan bahan-bahan kimia lainnya.
5. Media diferensial, merupakan media yang ditambahkan bahan-bahan kimia
atau reagensia tertentu yang menyebabkan mikroba yang tumbuh
memperlihatkan perubahan-perubahan spesifik sehingga dapat dibedakan
dengan jenis lainnya.
6. Medium penguji (assay medium), yaitu medium dengan susunan tertentu
yang digunakan untuk pengujian senyawa-senyawa tertentu dengan bantuan
bakteri misalnya medium untuk menguji vitamin-vitamin, antibiotika dan
lain-lain.
7. Medium perhitungan jumlah mikroba yaitu medium spesifik yang
digunakan untuk menghitung jumlah mikroba dalam suatu bahan, misalnya
medium untuk menghitung jumlah bakteri E.coli air sumur.

7
BAB 3. MATERI DAN METODE
3.1 Materi

Waktu dan Tempat :

1. Hari/Tanggal : 21 April 2021


2. Waktu : 11.15-14.15
3. Tempat : Kediaman masing-masing (Daring)

Alat :

1. Tabung reaksi
2. Cawan petri
3. Pipet otomatis
4. Laminar flow
5. Kantung plastik
6. Lampu bunsen

Bahan :

1. Daging ayam bagian dada


2. Pepton
3. Media Nutrien Agar (NA)
3.2 Metode

Prosedur kerja di dalam perhitungan koloni bakteri secara tidak langsung dapat
dibagi menjadi tiga proses. Pertama pengambilan sampel, kedua pemupukan, ketiga
penghitungan bakteri. Secara lengkap prosedur tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut.

Pengambilan sampel :

1. Daging ditimbang sebanyak 5 gram


2. Selanjutnya dimasukkan ke dalam Erlenmeyer yang sudah berisi 45 ml
pepton sebagai pengenceran 10-1.
3. Selanjutnya dibuat tingkat pengenceran berseri dengancara dari
pengenceran 10-1 ini yang sudah dihomogenkan dengan menggunakan
vortex, diambil sebanyak 1 ml dengan menggunakan pipet berukuran 1 ml

8
dimasukkan kedalam tabung reaksi yang sudah berisi larutan pepton 9ml.
Dalam hal ini larutan tersebut sudah dilarutkan sebesar 10-2.
4. Demikian seterusnya sampai pengenceran yang kehendaki (10-6 atau 10-7)

Pemupukan dilakukan menggunakan metode tuang dengan cara :

1. Ambil 1 ml inokulan dengan pengenceran 10-5 dan 10-6.


2. Masukkan inokulan ke dalam 2 cawan petri berbeda.
3. Tuang media NA sebanyak 20 ml dan homogenkan dengan cara memutar
cawan membentuk angka 8.
4. Biarkan sampai memadat dan inkubasikan dengan suhu 37ºC selama 24 jam
dalam posisi terbalik.
5. Koloni siap dihitung.

Penghitungan bakteri :

1. Ambilah Media kultur bakteri yang telah dibuat sehari sebelum praktikum
dari inkubator.
2. Baliklah cawan petri dengan media kultur berada diatas.
3. Berilah garis menggunakan spidol pada cawan petri menjadi empat bagian
yang sama.
4. Kemudian, hitunglah jumlah koloni bakteri.
5. Jika terdapat koloni besar yang menyatu maka koloni bakteri tersebut
dihitung sebagai satu koloni.

9
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil

Pada praktikum ini tidak didapatkan hasil secara langsung karena praktikum
dilaksanakan secara daring. Oleh karena itu, hasil dari praktikum ini adalah
simulasi., yakni:

Data Hasil Perhitungan Koloni Bakteri


No Media Pengenceran Jumlah Jumlah Koloni
Koloni CFU/g
1 NA 10-4 42 4,2 x 105
2 NA 10-5 30 3,0 x 106

4.2 Pembahasan

Bersarkan hasil percobaan yang diperolah, dapat terlihat pada media NA dengan
pengenceran 10-5 kali terjadi pertumbuhan bakteri dengan koloni berjumlah 4,2×105
CFU/g. Serta pada media NA dengan pengenceran 10-5 kali terjadi pertumbuhan
bakteri dengan koloni berjumlah 3,0×106. Terlihat terdapat penambahan jumlah
koloni yang signifikan seiring dengan bertambahnya pengenceran. Hal ini dapat
dikaitkan dengan konsentrasi bakteri di dalam sampel yang membuat bakteri
berkoloni secara masif.

Pada NA dengan pengenceran 10-4 memiliki kuantitas bakteri yang lebih banyak
daripada kuantitas bakteri pada pengenceran 10-5. Ketimpangan data ini juga dapat
terjadi akibat dari ketidaksesuaian lingkungan hidup mikroba pada sampel dengan
sampel itu sendiri (media dengan sampel). Mengingat terdapat media yang hanya
dapat ditumbuhi oleh beberapa jenis bakteri saja. Selebihnya data hasil praktikum
yang diperoleh ini telah menunjukan adanya signifikasi dengan percobaan-
percobaan yang dilakukan oleh praktikan lain. Dimana jumlah koloni secara umum
berkisar diantara 30-300 koloni (Penuntun Praktikum Mikrobiologi, 2019)

10
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh dengan melakukannya praktikum ini adalah


bakteri hanya dapat tumbuh dalam media dan lingkungan yang sesuai. Kegagalan
dalam pertumbuhan bakteri dapat terjadi akibat ketidaksesuaian lingkungan hidup
bakteri dengan bakteri itu sendiri. Pada percobaan penumbuhan bakteri dengan
medium NA menunjukan data yang dimana semakin besar tingkat pengenceran
maka semakin banyak koloni bakteri yang tumbuh. Selebihnya koloni bakteri yang
didapat berada pada kondisi wajar sesuai dengan pedoman praktikum.

5.2 Saran

Dalam melakukan praktikum praktikan sebaiknya dapat menghitung bakteri dengan


lebih teliti sehinggga data yang didapatkan dapat lebih akurat. Serta diharapkan
dapat menentukan media yang sesuai dengan bakteri yang ada agar tidak terjadi
kegagalan dalam proses pertumbuhan bakteri.

11
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Media Pertumbuhan Mikrobiologi. Dalam


file:///C:/Documents%20and%20Settings/User%204732Z/My%20Documen
ts/media-pertumbuhan-mikroorganisme.htmL diakses pada tanggal 3 Mei
2021.

Bakara, V.F.S. Tahsin. M., & Hasnudi. 2014. Analisis Bakteri Salmonella sp. pada
Daging Ayam Potong yang Dipasarkan Pada Pasar Tradisional dan Pasar
Modern Di Kota Medan. J. Peternakan Intergratif 3(1): 71-83. Fakultas
Pertanian USU: Medan. Dalam
https://jurnal.usu.ac.id/index.php/jpi/article/view/7951 diakses pada tanggal
4 Mei 2021.

De Boer dan Beumer, R. R., 1999. Methodology for Detection and Typing of
Foodborne Microorganisms. International Journal of Food Microbiology,
Volume 50, p. 119–130.

Ditjen PKH, 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2009


Tentang Peternakan Dan Kesehatan Hewan.

Dwidjoseputro. 1990. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan

Hadioetomo, R. S. 1990. Mikrobiologi Dalam Praktek. Jakarta: Gramedia.

Höll, L., Behr, J, & Vogel, R.F. 2016. Identification and growth dynamics of meat
spoilage microorganisms in modified atmosphere packaged poultry meat by
MALDI-TOFMS. Food Microbiol. 6:84–91. Dalam
https://doi.org/10.1016/j.fm.2016.07.003 diakses pada tanggal 4 Mei 2021.

Madigan, MT. 2009. Brock Biology of Microorganisms (edisi ke-Edisi ke-12). San
Francisco: Pearson Benjamin Cummings. hlm. hlm. 2. ISBN
9780321536150. Dalam https://id.wikipedia.org/wiki/Mikroorganisme
diakses pada tanggal 4 Mei 2021.

Pelgzar dan Reid. 1958. Mycrobiology. Mc Graw-Hill Compan: Tokyo.

12
Pratiwi, Kartika Gema. 2015. Mikrobiologi Umum: Perhitungan Jumlah Koloni
Mikroba. Dalam https://tikagpravitri.blogspot.com/2015/09/mikrobiologi-
umum-perhitungan-jumlah.html diakses pada tanggal 3 Mei 2021.

Ray, B. & Bhunia, A. 2014. Fundamental Food Microbiology. 5 th Ed. CRC. Press
– Taylor and Francis Group. Boca Raton.

Rosmania, Fitri Yanti. 2020. Perhitungan jumlah bakteri di Laboratorium


Mikrobiologi menggunakan pengembangan metode Spektrofotometri. Jurnal
Penelitian Sains 22 (2) 2020: 76-86.

Badan Standarisasi Nasional. 2009. SNI 3924 2009. Mutu Karkas dan Daging
Ayam. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional. Dalam
https://pdfslide.net/documents/sni-3924-2009-daging-ayam.html diakses
pada tanggal 4 Mei 2021.

Sukmawati, R. & Fahrizal, A. (2018). Analisis Cemaran Mikroba pada Daging


Ayam Broiler di Kota Makassar. Scripta Biologica 5(1): 51-53. Dalam
https://doi.org/10.20884/1.SB.2018.5.1.799 diakses pada tanggal 4 Mei 2021.

Wibowo, A.P.W., dan Andrivani, R. 2016. Perhitungan Jumlah Bakteri Escherichia


coli dengan Pengolahan Citra Melalui Metode Thresholding dan Counting
Morphology. Jurnal Ilmiah Teknologi Informasi Terapan, 2(3): 235-243.

13

Anda mungkin juga menyukai