Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

PADA NY.L DENGAN PENYAKIT DIABETES MELITUS

DI PUSKESMAS KANDANGSAPI KOTA PASURUAN

Oleh :
SITI KARIMATUL KAMILA
NIM. 192303102189

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
KAMPUS KOTA PASURUAN
September, 2021
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. L DENGAN PENYAKIT DIABETES MELITUS


DI PUSKESMAS KANDANGSAPI KOTA PASURUAN

Telah disahkan pada :


Hari :
Tanggal :

Mahasiswa Pembimbing Institusi

(Siti Karimatul Kamila) (Nurul Huda S.Psi., S.Kep., Ners., M.Si)


NIM. 192303102189 NIP.
BAB I
PENDAHULUA
N

A. Latar Belakang
Diabetes Mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat
kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Suyono, 1995). DM merupakan
penyakit yang menjadi masalah pada kesehatan masyarakat. Oleh karena itu DM
tercantum dalam urutan keempat prioritas penelitian nasional untuk penyakit
degeneratif setelah penyakit kardiovaskuler, serebrovaskuler, rheumatik dan katarak
(Tjokroprawiro, 2001).
Diabetes adalah salah satu diantara penyakit tidak menular yang akan
meningkat jumlahnya dimasa mendatang. Diabetes merupakan salah satu ancaman
utama bagi kesehatan umat manusia abad 21. WHO membuat perkiraan bahwa pada
tahun 2000 jumlah pengidap diabetes diatas umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang
dan dalam kurun waktu 25 tahun kemudian, pada tahun 2025 jumlah itu akan
membengkak menjadi 300 juta orang (Suyono, 2006). Diabetes mellitus tipe II
merupakan tipe diabetes yang lebih umum, lebih banyak penderitanya dibandingkan
Diabetes Mellitus tipe I. Penderita diabetes mellitus tipe II mencapai 90-95 % dari
keseluruhan populasi penderita DM (Anonim, 2005).
Laksmanan (1986) memberitahukan alasan masuk rumah sakit yang
disebabkan oleh penyakit iatogrenik (akibat dari pengobatan) dimana sebanyak 47
kejadian iatogrenik yang muncul, ditemukan 35 kasus drug related illness. Kasus
kasus tersebut diantaranya terjadi pada antihipertensi 8 kasus, antikonvulsan 4 kasus,
pengobatan jantung 2 kasus, antibiotik 2 kasus dan miscellaneous 1 kasus (Cipolle et
al., 1998).
Orang lanjut usia mengalami kemunduran dalam sistem fisiologisnya seperti
kulit yang keriput, turunnya tinggi badan, berat badan, kekuatan otot, daya lihat, daya
dengar, kemampuan berbagai rasa (senses), dan penurunan fungsi berbagai organ
termasuk apa yang terjadi terhadap fungsi homeostatis glukosa, sehingga penyakit
degeneratif seperti DM akan lebih mudah terjadi (Rochmah, 2006). Umur secara
kronologis hanya merupakan suatu determinan dari perubahan yang berhubungan
dengan penerapan terapi obat secara tepat pada orang lanjut usia. Terjadi perubahan
penting pada respon terhadap beberapa obat yang terjadi seiring dengan
bertambahnya umur pada sejumlah besar individu (Katzung, 2004).
Diabetes Mellitus (DM) pada geriatri terjadi karena timbulnya resistensi
insulin pada usia lanjut yang disebabkan oleh 4 faktor : pertama adanya perubahan
komposisi tubuh, komposisi tubuh berubah menjadi air 53%, sel solid 12%, lemak
30%, sedangkan tulang dan mineral menurun 1% sehingga tinggal 5%. Faktor yang
kedua adalah turunnya aktivitas fisik yang akan mengakibatkan penurunan jumlah
reseptor insulin yang siap berikatan dengan insulin sehingga kecepatan transkolasi
GLUT-4 (glucosetransporter-4) juga menurun. Faktor ketiga adalah perubahan pola
makan pada usia lanjut yang disebabkan oleh berkurangnya gigi geligi sehingga
prosentase bahan makanan karbohidrat akan meningkat. Faktor keempat adalah
perubahan neurohormonal, khususnya Insulin Like Growth Factor-1 (IGF-1) dan
dehydroepandrosteron (DHtAS) plasma (Rochmah, 2006).
Prevalensi DM pada lanjut usia (geriatri) cenderung meningkat, hal ini
dikarenakan DM pada lanjut usia bersifat muktifaktorial yang dipengaruhi faktor
intrinsik dan ekstrinsik. Umur ternyata merupakan salah satu faktor yang bersifat
mandiri dalam pengaruhnya terhadap perubahan toleransi tubuh terhadap glukosa.
Dari jumlah tersebut dikatakan 50% adalah pasien berumur > 60 tahun (Gustaviani,
2006).
Pada sebuah penelitian oleh Cardiovascular Heart Study (CHS) di Amerika
dari tahun 1996-1997 didapati hanya 12 % populasi lanjut usia dengan DM yang
mencapai kadar gula darah di bawah nilai acuan yang ditetapkan American Diabetes
Association. Pada penelitian tersebut juga diketahui 50% dari lanjut usia dengan DM
mengalami gangguan pembuluh darah besar dan 33% dari jumlah tersebut aktif
mengkonsumsi aspirin. Disisi lain banyak dari populasi lanjut usia dengan DM
memiliki tekanan darah > 140/90 mmHg, hanya 8% lanjut usia dengan kadar
kolesterol LDL < 100 mg/dl (Anonim, 2004). Banyaknya obat yang diresepkan untuk
pasien usia lanjut akan menimbulkan banyak masalah termasuk polifarmasi,
peresepan yang tidak tepat dan ketidakpatuhan. Setidaknya 25% obat yang diresepkan
untuk pasien usia lanjut tidak efektif (Prest, 2003)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas memberikan dasar bagi
peneliti untuk merumuskan masalah penelitian yaitu “Bagaimana penerapan
pendidikan kesehatan diet diabetes pada keluarga dengan klien diabetes melitus?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil penerapan pendidikan
kesehatan diet diabetes pada keluarga dengan klien diabetes melitus di wilayah
kerja Puskesmas Sekargadung
2. Tujuan Khusus
a. Teridentifikasinya penerapan pendidikan kesehatan diet diabetes pada
keluarga dengan klien diabetes melitus.
b. Teridentifikasinya respon dari penerapan pendidikan kesehatan diet
diabetes pada keluarga dengan klien diabetes melitus.
D. Manfaat
1. Manfaat secara teoritis
Manfaat teoritis adanya studi kasus ini untuk menambah pengembangan ilmu
pendidikan kesehatan diet diabetes pada keluarga dengan klien diabetes
melitus
2. Manfaat Praktis
a. Bagi keluarga penderita pasien diabetes melitus
Studi kasus ini dapat menunjukkan hasil penerapan pendidikan
kesehatan pada keluarga dengan diabetes melitus sehingga dapat
meningkatkan pengetahuan keluarga tentang diet diabetes
b. Bagi mahasiswa Prodi D3 Keperawatan Universitas Jember Kampus
Kota Pasuruan Jurusan Keperawatan studi kasus ini digunakan sebagai
bahan bacaan dan sebagai acuan untuk meneruskan penelitian lebih
lanjut
c. Bagi Puskesmas Sekargadung
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan mutu
penyelenggaraan pelayanan kesehatan khususnya terkait dengan
penyuluhan pendidikan kesehatan di masyarakat bagi penderita
diabetes melitus.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP KELUARGA
1. Definisi Keluarga

Menurut WHO dalam Sulistyo Andarmoyo (2012), keluarga adalah kumpulan


anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi
atau perkawinan.
Menurut Raisaner dalam Jhonson (2010), keluarga adalah sebuah kelompok
yang terdiri dari dua orang atau lebih yang masing-masing mempunyai hubungan
kekerabatan yang terdiri dari bapak, ibu, adik, kakak dan nenek.
2. Tujuan Pembentukan Keluarga
Tujuan dasar pembentukan keluarga adalah :
a. Keluarga merupakan unit dasar yang memiliki pengaruh kuat terhadap
perkembangan individu
b. Keluarga sebagai perantara kebutuhan dan harapan anggota keluarga dengan
kebutuhan dan tuntutan masyarakat
c. Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan anggota keluarga
dengan menstabilkan kebutuhan kasih sayang, sosio-ekonomi dan kebutuhan
seksual.
d. Keluarga memiliki pengaruh yang penting terhadap pembentukan identitas
seseorang individu dan perasaan harga diri (Andarmoyo, 2012)
3. Sasaran Asuhan Keperwatan
Sasaran dari asuhan keperawatan adalah keluarga sehat, keluarga resiko tinggi
yang rawan kesehatan dan keluarga yang memerlukan tindak lanjut
a. Keluarga sehat
Jika seluruh anggota keluarga dalam kondisi sehat tetapi memerlukan
antisipasi terkait dengan siklus perkembangan manusia dan tahapan tumbuh
kembang keluarga. Fokus intervensi keperawatan terutama pada promosi
kesehatan dan pencegahan penyakit.
b. Keluarga resiko tinggi dan rawan kesehatan
Keluarga resiko tinggi termasuk keluarga yang memiliki kebutuhan
untuk menyesuaikan diri terkait siklus perkembangan anggota keluarga,
keluarga dengan faktor resiko penurunan status kesehatan.
c. Keluarga yang memerlukan tindak lanjut
Keluarga yang anggota keluarganya mempunyai masalah kesehatan
dan memerlukan tindak lanjut pelayanan keperawatan / kesehatan misalnya:
klien pasca hospitalisasi penyakit kronik, penyakit degeneratif, tindakan
pembedahan, penyakit terminal (Muslihin,2012 )
4. Struktur Keluarga
Menurut Muslihin ( 2012) , struktur keluarga menggambarkan bagaimana
keluarga melaksanakan fungsi keluarga di masyarakat ada beberapa struktur
keluarga yang ada di Indonesia yang terdiri dari bermacam - macam, diantaranya
adalah :
a. Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disususn melalui jalur ayah.
b. Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disususn melalui jalur ibu.
c. Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah istri.
d. Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
suami.
e. Keluarga kawin adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pimpinan
keluarga, dan beberapa sanak saudara yang bagian keluarga karena adanya
hubungan dengan suami atau istri.
5. Fungsi Keluarga
Friedman (1998) dalam Padila, (2012) menyebutkan lima fungsi dasar
keluarga:
a. Fungsi afektif
Fungsi afektif berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang
merupakan basis kekuatan dari keluarga. Fungsi afektif berguna untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial.
b. Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang
dialami individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan
dalam lingkungan social
c. Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan
meningkatkan sumber daya manusia. Dengan adanya program keluarga
berencana maka fungsi ini sedikit terkontrol.
d. Fungsi ekonomi
Untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti makanan,
pakaian dan rumah, maka keluarga memerlukan sumber keuangan. Fungsi ini
sulit dipenuhi oleh keluarga dibawah garis kemiskinan (gakin atau pra
keluarga sejahtera).
e. Fungsi perawatan kesehatan
Keluarga juga berfungsi melakukan asuhan kesehatan terhadap
anggotanya baik untuk mencegah terjadinya gangguan maupun merawat
anggota yang sakit.
6. Tugas Keluarga
Pada dasarnya tugas kelurga ada delapan tugas pokok sebagai berikut :
a. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.
b. Pemeliharaan sumber–sumber daya yang ada dalam keluarga.
c. Pembagian tugas masing–masing anggotanya sesuai dengan
kedudukannya masing–masing.
d. Sosialisasi antar anggota keluarga.
e. Pengaturan jumlah anggota keluarga.
f. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
g. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya, (Jhonson, 2010).
7. Ciri-ciri Keluarga
Menurut Robert dan Charles dalam Fadila, (2012) ciri - ciri keluarga adalah:
a. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.
b. Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan
hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk atau dipelihara.
c. Keluarga mempunyai suatu sistem tata nama (nomen clatur)
termasuk perhitungan garis keturunan.
d. Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota-
anggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan
dan membesarkan anak.
e. Keluarga merupakan temp at tinggal bersama, rumah atau rumah tangga.
8. Tipe-tipe Keluarga
Tipe keluarga menurut (Padila, 2012).
a. Keluarga Tradisional
1) Keluarga inti, yaitu terdiri dari suami, istri dan anak. Biasanya keluarga
yang melakukan perkawinan pertama atau keluarga dengan orangtua tiri.
2) Pasangan istri, terdiri dari suami dan istri saja tanpa anak, atau tidak ada
anak yang tinggal bersama mereka. Biasanya keluarga dengan karier
keduanya.
3) Keluarga dengan orangtua tunggal, biasanya sebagai konsekuensi dari
perceraian.
4) Bujangan dewasa sendiri.
5) Keluarga besar, terdiri dari keluarga inti dan orang-orang yang
berhubungan.
6) Pasangan usia lanjut, keluarga inti dimana suami istri sudah tua anak-
anaknya sudah terpisah.
b. Keluarga non tradisional
1) Keluarga dengan orang tua beranak tanpa menikah, biasanya ibu dan anak.
2) Pasangan yang memiliki anak tapi tidak menikah, didasarkan pada hukum
tertentu.
3) Pasangan kumpul kebo, kumpul bersama tanpa menikah.
4) Keluarga gay atau lesbian, orang-orang yang berjenis kelamin yang sama
hidup bersama sebagai pasangan yang menikah.
5) Keluarga komunis, keluarga yang terdiri dari lebih dari satu pasangan
monogamy dengan anak-anak secara bersama menggunakan fasilitas,
sumber yang sama.
9. Tahap Perkembangan Keluarga
Rodgers cit Friedman (1998) dalam Jhonson (2010) menjelaskan meskipun
setiap keluarga melalui tahapan perkembangannya secara unik, namun secara
umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama. Tahap-tahap perkembangan
keluarga yaitu:
a. Pasangan baru (keluarga baru), keluarga baru dimulai saat masing- masing
individu laki-laki dan perempuan membentuk keluarga melalui perkawinan
yang sah dan meninggalkan (psikologis) keluarga masing- masing:
1) Membina hubungan intim yang memuaskan
2) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial
3) Mendiskusikan rencana memiliki anak
c. Keluarga child-bearing (kelahiran anak pertama), keluarga yang
menantikan kelahiran, dimulai dari kehamilan sampai kelahiran anak
pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30 bulan:
1) Persiapan menjadi orang tua
2) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi,
hubungan seksual dan kegiatan keluarga
3) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan
d. Keluarga dengan anak pra-sekolah.
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5 bulan) dan berakhir saat
anak berusia 5 tahun:
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat
tinggal, privasi dan rasa aman
2) Membantu anak untuk bersosialisasi
3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak
yang lain juga harus terpenuhi
4) Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun diluar
keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar)
5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap yang
paling repot)
6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak
e. Keluarga dengan anak sekolah
Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun dan
berakhir pada usia 12 tahun. Umumnya keluarga sudah mencapai jumlah
anggota keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk :
1) Membantu sosialisasi anak: tetangga, sekolah dan lingkungan
2) Mempertahankan keintiman pasangan
3) Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat,
termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga
f. Keluaraga dengan anak remaja
Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir
sampai 6-7 tahun kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan rumah
orang tuanya. Tujuan keluarga ini adalah melepas anak remaja dan memberi
tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri
menjadi lebih dewasa:
1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung
jawab, mengingat remaja sudah bertambah dewasa dan
meningkat otonominya.
2) Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga.
3) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua.
4) Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
5) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang
keluarga.
g. Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan
berakhir pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini
tergantung dari jumlah anak dalam keluarga, atau jika ada anak yang belum
berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua:
1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
2) Mempertahankan keintiman pasangan
3) Membantu orangtua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki
masa tua
4) Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
5) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
h. Keluarga usia pertengahan
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan
berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal:
1) Mempertahankan kesehatan
2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya
dan anak-anak
3) Meningkatkan keakraban pasangan
i. Keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada saat salah satu
pasangan pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal sampai
keduanya meninggal:
1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
2) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan
fisik dan pendapatan
3) Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat
4) Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat
5) Melakukan life review (menurunkan hidupnya)
B. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit metabolik yang kebanyakan
herediter, dengan tanda – tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan
atau tidak adanya gejala klinik akut ataupun kronik, sebagai akibat dari
kuranganya insulin efektif di dalam tubuh, gangguan primer terletak pada
metabolisme karbohidrat yang biasanya disertai juga gangguan metabolisme
lemak dan protein.
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan
hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat,
lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau
penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis
mikrovaskuler, dan neuropati (Yuliana elin, 2009 dalam NANDA NIC-NOC,
2013)
2. Etiologi
a. Diabetes Melitus
DM mempunyai etiologi yang heterogen, dimana berbagai lesi dapat
menyebabkan insufisiensi insulin, tetapi determinan genetik biasanya
memegang peranan penting pada mayoritas DM. Faktor lain yang dianggap
sebagai kemungkinan etiologi DM yaitu :
1. Kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai
kegagalan sel beta melepas insulin.
2. Faktor-faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara lain
agen yang dapat menimbulkan infeksi, diet dimana pemasukan
karbohidrat dan gula yang diproses secara berlebihan, obesitas dan
kehamilan.
3. Gangguan sistem imunitas. Sistem ini dapat dilakukan oleh autoimunitas
yang disertai pembentukan sel-sel antibodi antipankreatik dan
mengakibatkan kerusakan sel- sel penyekresi insulin, kemudian
peningkatan kepekaan sel beta oleh virus.
4. Kelainan insulin. Pada pasien obesitas, terjadi gangguan kepekaan
jaringan terhadap insulin akibat kurangnya reseptor insulin yang terdapat
pada membran sel yang responsir terhadap insulin.
b. Gangren Kaki Diabetik
Faktor – faktor yang berpengaruh atas terjadinya gangren kaki diabetik
dibagi menjadi endogen dan faktor eksogen.
Faktor endogen : a. Genetik, metabolik
b. Angiopati diabetik
c. Neuropati diabetik
Faktor eksogen : a. Trauma
b. Infeksi
c. Obat
3. Patofisiologi
a. Diabetes Melitus
Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan dengan
salah satu efek utama akibat kurangnya insulin berikut:
1. Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel – sel tubuh yang
mengakibatkan naiknya konsentrasi glukosa darah setinggi 300 – 1200
mg/dl.
2. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang
menyebabkan terjadinya metabolisme lemak yang abnormal disertai
dengan endapan kolestrol pada dinding pembuluh darah.
3. Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh.
Pasien-pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat
mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi
sesudah makan. Pada hiperglikemia yng parah yang melebihi ambang ginjal
normal ( konsentrasi glukosa darah sebesar 160 – 180 mg/100 ml ), akan
timbul glikosuria karena tubulus – tubulus renalis tidak dapat menyerap
kembali semua glukosa. Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik
yang menyebabkan poliuri disertai kehilangan sodium, klorida, potasium, dan
pospat. Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi. Akibat
glukosa yang keluar bersama urine maka pasien akan mengalami
keseimbangan protein negatif dan berat badan menurun serta cenderung terjadi
polifagi. Akibat yang lain adalah astenia atau kekurangan energi sehingga
pasien menjadi cepat telah dan mengantuk yang disebabkan oleh berkurangnya
atau hilangnya protein tubuh dan juga berkurangnya penggunaan karbohidrat
untuk energi.
Hiperglikemia yang lama akan menyebabkan arterosklerosis, penebalan
membran basalis dan perubahan pada saraf perifer. Ini akan memudahkan
terjadinya gangren.
b. Gangren Kaki Diabetik
Ada dua teori utama mengenai terjadinya komplikasi kronik DM akibat
hiperglikemia, yaitu teori sorbitol dan teori glikosilasi.
1. Teori Sorbitol
Hiperglikemia akan menyebabkan penumpukan kadar glukosa pada
sel dan jaringan tertentu dan dapat mentransport glukosa tanpa insulin.
Glukosa yang berlebihan ini tidak akan termetabolisasi habis secara
normal melalui glikolisis, tetapi sebagian dengan perantaraan enzim
aldose reduktase akan diubah menjadi sorbitol. Sorbitol akan tertumpuk
dalam sel / jaringan tersebut dan menyebabkan kerusakan dan perubahan
fungsi.
2. Teori Glikosilasi
Akibat hiperglikemia akan menyebabkan terjadinya glikosilasi pada
semua protein, terutama yang mengandung senyawa lisin. Terjadinya
proses glikosilasi pada protein membran basal dapat menjelaskan semua
komplikasi baik makro maupun mikro vaskular.
Terjadinya Kaki Diabetik (KD) sendiri disebabkan oleh faktor – faktor
disebutkan dalam etiologi. Faktor utama yang berperan timbulnya KD adalah
angiopati, neuropati dan infeksi. Neuropati merupakan faktor penting untuk
terjadinya KD. Adanya neuropati perifer akan menyebabkan terjadinya
gangguan sensorik maupun motorik. Gangguan sensorik akan menyebabkan
hilang atau menurunnya sensasi nyeri pada kaki, sehingga akan mengalami
trauma tanpa terasa yang mengakibatkan terjadinya ulkus pada kaki
gangguan motorik juga akan mengakibatkan terjadinya atrofi otot kaki,
sehingga merubah titik tumpu yang menyebabkan ulsetrasi pada kaki pasien.
Angiopati akan menyebabkan terganggunya aliran darah ke kaki. Apabila
sumbatan darah terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar maka
penderita akan merasa sakit tungkainya sesudah ia berjalan pada jarak
tertentu. Manifestasi gangguan pembuluh darah yang lain dapat berupa :
ujung kaki terasa dingin, nyeri kaki di malam hari, denyut arteri hilang, kaki
menjadi pucat bila dinaikkan. Adanya angiopati tersebut akan menyebabkan
terjadinya penurunan asupan nutrisi, oksigen ( zat asam ) serta antibiotika
sehingga menyebabkan luka sulit sembuh ( Levin,1993). Infeksi sering
merupakan komplikasi yang menyertai KD akibat berkurangnya aliran darah
atau neuropati, sehingga faktor angiopati dan infeksi berpengaruh terhdap
penyembuhan atau pengobatan dari KD
2. Pathway

Resiko ketidak stabilan kadar gula darah

3. Manifestasi klinis
Gejala yang lazim terjadi pada diabetes mellitus pada tahap awal sering
ditemukan sebagai berikut :
a. Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai
melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotik
diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga klien
banyak kencing
b. Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan
banyak karena poliuri, sehngga untuk mengeimbangi klien lebih banyak
minum
c. Polipagi (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami
starvasi (lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan.
Tetapi walaupun klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut hanya kan
berada sampai pada pembuluh darah.
d. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa,
maka tubuh berusaha mendapat peleburan zat dari bagian tubuh yang lain
yaitu lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar maka tubuh
termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan DM
banyak makan akan tetap kurus.
e. Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas (glukosa-sarbitol fruktasi)
yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan
sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukkan katarak
4. Pemeriksaan penunjang
a. Glukosa darah: gula darah puasa > 130 ml/dl, tes toleransi glukosa > 200
mg/dl, 2 jam setelah pemberian glukosa.
b. Aseton plasma (keton) positif secara mencolok.
c. Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meningkat
d. Osmolalitas serum: meningkat tapi biasanya < 330 mOsm/I
e. Elektrolit: Na mungkin normal, meningkat atau menurun, K normal atau
peningkatan semu selanjutnya akan menurun, fosfor sering menurun.
f. Gas darah arteri: menunjukkan Ph rendah dan penurunan HCO3
g. Trombosit darah: Ht meningkat (dehidrasi), leukositosis dan
hemokonsentrasi merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
h. Ureum/kreatinin: mungkin meningkat atau normal
i. Insulin darah: mungkin menurun/ tidak ada (Tipe I) atau normal sampai
tinggi (Tipe II)
j. Urine: gula dan aseton positif
k. Kultur dan sensitivitas: kemungkinan adanya ISK, infeksi pernafasan dan
infeksi luka.
5. Penatalaksanaan medis
a. Farmakologis
Menurut Wijaya (2013), obat dalam terapi Diabetes Mellitus sebagai berikut:
1) Obat Hiperglikemik Oral atau OHO : Berdasarkan cara kerjanya dibagi
menjadi empat golongan, yaitu pemicu sekresi insulin, atau insulin
secretagogue= sulfonylurea danglinid, penambahan sensiivitas terhadap
insulin = metformin, tiazolidindin, absorbsi glukosa = penghambat
glukosidae alfa.
2) Insulin : pemberian insulin diperlukan pada keadaan: Penurunan berat
badan yang cepat, hiperglikemi berat yang disertai ketosis diabetik,
hiperglikemia hiperosmolar non ketotik, hiperglikemia dengan asidosis
lakta, gagal dengan kombinasi OHO dosis hampir maksimal, stress berat
seperti infeksi sistemik, operasi besar, IMA atau Infark Miokard Akut,
stroke, kehamilan dengan Diabetes Mellitus gestasional yang telah
terkendali dengan perencanaan makan, gangguan fungsi ginjal atau hati
yang berat, kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih obat hipoglikemia
oral : dimulai dengan dosis rendah, lalu dinaikan secara bertahap, harus
diketahui bentuk, bagaimana cara kerja, lama kerja dan efek samping obat
tertentu, bila memberikanya bersama obat lain, pikirkan kemungkinan
adanya interaksi obat, pada kegagal sekunder terhadap obat hipoglikemia
oral golongan lain, bila gagal, baru beralih pada insulin, uasahakan agar
harga obat terjangkau.
b. Non Farmokologis
Menurut Wijaya (2013), terapi non farmakologi yang dapat diberikan yaitu :
1) Memantau Kadar Glukosa Darah
Tindakan ini perlu karena untuk mengetahui glukosa darah sudah
berubah dari hari ke hari, membantu menyesuaikan pengobatan, rencana
makan, dan olahraga rutin yang kita lakukan.
2) Berolahraga Secara Teratur
Olahraga bisa benar-benar membantu mengendalikan kadar glukosa
darah. Olahraga menekan produksi insulin dan juga mendorong sel-sel otot
skelet untuk mengambil lebih banyak glukosa dari aliran darah. Dengan
lebih banyak glukosa dalam sel otot, bisa menghasilkan lebih banyak energi
sehingga otot akan bisa tetap bekerja.
Selain membantu mengendalikan kadar gula darah, olahraga
memperbaiki sistem kardiovaskuler (sehingga menurunkan resiko penyakit
jantung), dan juga mendorong penurunan berat badan, yang bisa bermanfaat
besar bagi pengidap diabetes.
3) Mematuhi Rencana Makan Pribadi
Patuhi rencana yang akan membantu kadar glukosa normal,
membantu melindungi dari penyakit jantung dan kenaikan berat badan,
serta tidak membuat merasa kurang gizi. Penurunan berat badan pada
penderita Diabetes Melitus juga memiliki manfaat untuk menurunkan
produksi glukosa endogen, meningkatkan penyerapan glukosa perifer yang
diperantarai insulin, meningkatkan pelepasan insulin, dan membaiknya
sensitivitas insulin.
4) Perencanaan Diet.
Regimen diet biasanya dihitung perindividu, bergantung kebutuhan
pertumbuhan berat badan yang diinginkan biasanya untuk Diabetes Meitus
tipe 2, dan tingkat aktivitas, pembagian kalori biasanya 50 sampai 60% dari
karbohidrat kompeks, 20% dari protein, dan 30% dari lemak. Diet juga
mencakup serabut vitamin, dan mineral. Peencanaan diet terutama panting
untuk anak-anak pengidap Diabetes Melitus tipe 1 untuk mamasok kalori
dan mineral yang adekuat untuk menjamin perubahan yang optimal
(Corwin, 2009).
5) Gaya Hidup.
Menjaga pola makan dengan menu seimbang dalam kebutuhan sehari-hari
baik menurut jumlahnya (kuantitas) maupun jenisnya (kualitas).
Berolahraga teratur, mencagkup kualitas gerakan dan kuantitas dalam arti
frekuensi dan waktu yang digunakan untuk olahraga, tidak merokok dan
tidak mengkonsumsi kopi ataupun alkohol
C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang diberikan
melalui praktik keperawatan kepada keluarga, untuk membantu menyelesaikan
masalah kesehatan keluarga tersebut dengan menggunakan keperawatan yang meliputi
pengkajian keluarga, diagnosa keperawatan keluarga, perencanaan, implementasi
keperawatan dan evaluasi tindakan keperawatan. (Abi Muslihin, 2012)

1. Pengkajian
Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat mengambil informasi
secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya. (Andarmoyo,
2012)
Padila (2012), hal-hal yang perlu dikumpulkan datanya dalam pengkajian
keluarga adalah:
a. Data Umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :
a) Kepala Keluarga (KK)
b) Alamat dan telepon
c) Pekerjaan kepala keluarga
d) Pendidikan kepala keluarga
e) Komposisi keluarga dan genogram
Komposisi keluarga yaitu menjelaskan anggota keluarga yang di
identifikasi sebagai bagian dari keluarga mereka. Bentuk komposisi
keluarga dengan mencatat terlebih dahulu anggota keluarga yang sudah
dewasa, kemudian diikuti dengan anggota keluarga yang lain sesuai
dengan susunan kelahiran mulai dari yang lebih tua, kemudian
mencantumkan jenis kelamin, hubungan setiap anggota keluarga
tersebut, tempat tinggal lahir/umur, pekerjaan dan pendidikan.
Genogram keluarga merupakan sebuah diagram yang menggambarkan
konstelasi keluarga (pohon keluarga)
f) Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis/tipe keluarga beserta kendala atau masalah-
masalah yang terjadi dengan jenis/tipe keluarga
g) Suku Bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga serta mengidentifikasi budaya suku
bangsa keluarga yang terkait dengan kesehatan.
h) Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat
mempengaruhi kesehatan
i) Status sosial ekonomi keluarga
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari
kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status
sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan- kebutuhan
yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh
keluarga.
j) Aktivitas rekreasi keluarga
Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat dari kapan saja keluarga pergi
bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu, namun
dengan menonton televisi dan mendengarkan radio juga merupakan
aktivitas rekreasi.
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
a) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh anak tertua dari keluarga
inti.
b) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan perkembangan keluarga yang belum terpenuhi menjelaskan
mengenai tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi oleh
keluarga serta kendala-kendala mengapa tugas perkembangan tersebut
belum terpenuhi
c) Riwayat keluarga inti.
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, meliputi
riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota
keluarga, perhatian keluarga terhadap pencegahan penyakit termasuk
status imunisasi, sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan
keluarga serta pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
d) Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya.
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak
suami dan istri.
c. Pengkajian
Lingkungan
a) Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe
rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, jarak septic tank dengan sumber
air, sumber air minum yang digunakan serta dilengkapi dengan denah
rumah.
b) Karakteristik tetangga dan komunitas Rukun Warga (RW) Menjelaskan
mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat,
meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan atau
kesepakatan penduduk setempat serta budaya setempat yang
mempengaruhi kesehatan
c) Mobilitas geografis keluarga
Mobilitas geografi keluarga ditentukan dengan melihat kebiasaan
keluarga berpindah tempat
d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat.
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk
berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana
interaksi keluarga dengan masyarakat.
e) Sistem pendukung keluarga
Termasuk sistem pendukung keluarga adalah jumlah anggota keluarga
yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang
kesehatan mancakup fasilitas fisik, fasilitas psikologis atau dukungan
dari anggota keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan dari masyarakat
setempat
d. Struktur keluarga
1) Pola komunikasi keluarga
Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga
2) Struktur kekuatan keluarga
Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang
lain untuk mengubah perilaku.
3) Struktur peran
menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara
formal maupun informal
4) Nilai atau norma keluarga
Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga yang
berhubungan dengan kesehatan
e. Fungsi keluarga
1) Fungsi Efektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan
memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap
anggota keluarga lainnya, bagaimana kehangatan tercipta pada anggota
keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling
menghargai
2) Fungsi sosialisasi
Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh
mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya serta perilaku.
3) Fungsi perawatan kesehatan
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian,
perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit, sejauh mana
pengetahuan keluarga mengenai sehat sakit.
4) Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah:
a) Berapa jumlah anak ?
b) Apakah rencana keluarga berkaitan dengan jumlah anggota
keluarga ?
c) Metode yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan
jumlah anggota keluarga ?
5) Fungsi Ekonomi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah:
a. Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang,
pangan dan papan ?
b. Sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada
di masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan
keluarga ?
f. Stress dan koping keluarga
1) Stressor jangka pendek dan Panjang
a) Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami
keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu
kurang dari 6 bulan
b) Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami
keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu
lebih dari 6 bulan
c) Kemampuan keluarga dalam berespon terhadap stressor
yang dikaji sejauh mana keluarga berespon terhadap
stressor
2) Strategi koping yang digunakan
Dikaji strategi koping yang digunakan keluarga bila
menghadapi permasalahan/stress
3) Strategi adaptasi disfungsional
Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang
digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan/stress
g. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode
yang digunakan sama dengan pemeriksaan fisik klinik.
h. Harapan Keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap
keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b.d agen cidera fisiologis
b. Resiko ketidakstabilan kadar gula darah b.d kurang terpapar informasi
tentang manajemen diabetes

3. Intervensi
Perencanaan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam proses
keperawatan keluarga yang meliputi penentuan tujuan perawatan (jangka
panjang/pendek), penetapan standart kriteria serta menentukan perencanaan untuk
mengatasi masalah keluarga, (Setiadi, 2008).
Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan,
mencakup tujuan umum dan khusus, rencana intervensi serta dilengkapi dengan
rencana evaluasi yang memuat kriteria dan standar. Selanjutnya intervensi
keperawatan keluarga diklasifikasikan menjadi intervensi yang mengarah pada
aspek kognitif, efektif dan psikomotor (prilaku). Semua intervensi baik berupa
pendidikan kesehatan, terapi modalitas ataupun terapi komplementer pada
akhirnya ditujukan untuk meningkatkan kemampuan keluarga melaksanakan lima
tugas keluarga dalam kesehatan. Kriteria dan standar merupakan rencana
evaluasi, berupa pertanyaan spesifik tentang hasil yang diharapakan dari setiap
tindakan berdasarkan tujuan khusus yang ditetapkan. Kriteria dapat berupa respon
verbal, sikap atau psikomotor, sedangkan standar berupa patokan/ukuran yang
kita tentukan berdasarkan kemampuan keluarga, sehingga dalam mementukan
standar antara klien satu dengan klien yang lainnya walaupun masalahnya sama,
standarnya bisa jadi berbeda, (Padila, 2012)
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi atau tindakan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan, pada tahap ini, perawat
yang mengasuh keluarga sebaiknya tidak bekerja sendiri, tetapi perlu melibatkan
secara integrasi semua profesi kesehatan yang menjadi tim perawatan kesehatan
di rumah. (Setiadi,2008)
5. Evaluasi Keperawatan
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistimatis dan terencana
tentang kesehatan keluarga dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan
dengan cara berkesinambugan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan
lainnya. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan keluarga dalam
mencapai tujuan, ( Setiadi, 2008 )

Anda mungkin juga menyukai