Oleh :
SITI KARIMATUL KAMILA
NIM. 192303102189
A. Latar Belakang
Diabetes Mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat
kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Suyono, 1995). DM merupakan
penyakit yang menjadi masalah pada kesehatan masyarakat. Oleh karena itu DM
tercantum dalam urutan keempat prioritas penelitian nasional untuk penyakit
degeneratif setelah penyakit kardiovaskuler, serebrovaskuler, rheumatik dan katarak
(Tjokroprawiro, 2001).
Diabetes adalah salah satu diantara penyakit tidak menular yang akan
meningkat jumlahnya dimasa mendatang. Diabetes merupakan salah satu ancaman
utama bagi kesehatan umat manusia abad 21. WHO membuat perkiraan bahwa pada
tahun 2000 jumlah pengidap diabetes diatas umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang
dan dalam kurun waktu 25 tahun kemudian, pada tahun 2025 jumlah itu akan
membengkak menjadi 300 juta orang (Suyono, 2006). Diabetes mellitus tipe II
merupakan tipe diabetes yang lebih umum, lebih banyak penderitanya dibandingkan
Diabetes Mellitus tipe I. Penderita diabetes mellitus tipe II mencapai 90-95 % dari
keseluruhan populasi penderita DM (Anonim, 2005).
Laksmanan (1986) memberitahukan alasan masuk rumah sakit yang
disebabkan oleh penyakit iatogrenik (akibat dari pengobatan) dimana sebanyak 47
kejadian iatogrenik yang muncul, ditemukan 35 kasus drug related illness. Kasus
kasus tersebut diantaranya terjadi pada antihipertensi 8 kasus, antikonvulsan 4 kasus,
pengobatan jantung 2 kasus, antibiotik 2 kasus dan miscellaneous 1 kasus (Cipolle et
al., 1998).
Orang lanjut usia mengalami kemunduran dalam sistem fisiologisnya seperti
kulit yang keriput, turunnya tinggi badan, berat badan, kekuatan otot, daya lihat, daya
dengar, kemampuan berbagai rasa (senses), dan penurunan fungsi berbagai organ
termasuk apa yang terjadi terhadap fungsi homeostatis glukosa, sehingga penyakit
degeneratif seperti DM akan lebih mudah terjadi (Rochmah, 2006). Umur secara
kronologis hanya merupakan suatu determinan dari perubahan yang berhubungan
dengan penerapan terapi obat secara tepat pada orang lanjut usia. Terjadi perubahan
penting pada respon terhadap beberapa obat yang terjadi seiring dengan
bertambahnya umur pada sejumlah besar individu (Katzung, 2004).
Diabetes Mellitus (DM) pada geriatri terjadi karena timbulnya resistensi
insulin pada usia lanjut yang disebabkan oleh 4 faktor : pertama adanya perubahan
komposisi tubuh, komposisi tubuh berubah menjadi air 53%, sel solid 12%, lemak
30%, sedangkan tulang dan mineral menurun 1% sehingga tinggal 5%. Faktor yang
kedua adalah turunnya aktivitas fisik yang akan mengakibatkan penurunan jumlah
reseptor insulin yang siap berikatan dengan insulin sehingga kecepatan transkolasi
GLUT-4 (glucosetransporter-4) juga menurun. Faktor ketiga adalah perubahan pola
makan pada usia lanjut yang disebabkan oleh berkurangnya gigi geligi sehingga
prosentase bahan makanan karbohidrat akan meningkat. Faktor keempat adalah
perubahan neurohormonal, khususnya Insulin Like Growth Factor-1 (IGF-1) dan
dehydroepandrosteron (DHtAS) plasma (Rochmah, 2006).
Prevalensi DM pada lanjut usia (geriatri) cenderung meningkat, hal ini
dikarenakan DM pada lanjut usia bersifat muktifaktorial yang dipengaruhi faktor
intrinsik dan ekstrinsik. Umur ternyata merupakan salah satu faktor yang bersifat
mandiri dalam pengaruhnya terhadap perubahan toleransi tubuh terhadap glukosa.
Dari jumlah tersebut dikatakan 50% adalah pasien berumur > 60 tahun (Gustaviani,
2006).
Pada sebuah penelitian oleh Cardiovascular Heart Study (CHS) di Amerika
dari tahun 1996-1997 didapati hanya 12 % populasi lanjut usia dengan DM yang
mencapai kadar gula darah di bawah nilai acuan yang ditetapkan American Diabetes
Association. Pada penelitian tersebut juga diketahui 50% dari lanjut usia dengan DM
mengalami gangguan pembuluh darah besar dan 33% dari jumlah tersebut aktif
mengkonsumsi aspirin. Disisi lain banyak dari populasi lanjut usia dengan DM
memiliki tekanan darah > 140/90 mmHg, hanya 8% lanjut usia dengan kadar
kolesterol LDL < 100 mg/dl (Anonim, 2004). Banyaknya obat yang diresepkan untuk
pasien usia lanjut akan menimbulkan banyak masalah termasuk polifarmasi,
peresepan yang tidak tepat dan ketidakpatuhan. Setidaknya 25% obat yang diresepkan
untuk pasien usia lanjut tidak efektif (Prest, 2003)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas memberikan dasar bagi
peneliti untuk merumuskan masalah penelitian yaitu “Bagaimana penerapan
pendidikan kesehatan diet diabetes pada keluarga dengan klien diabetes melitus?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil penerapan pendidikan
kesehatan diet diabetes pada keluarga dengan klien diabetes melitus di wilayah
kerja Puskesmas Sekargadung
2. Tujuan Khusus
a. Teridentifikasinya penerapan pendidikan kesehatan diet diabetes pada
keluarga dengan klien diabetes melitus.
b. Teridentifikasinya respon dari penerapan pendidikan kesehatan diet
diabetes pada keluarga dengan klien diabetes melitus.
D. Manfaat
1. Manfaat secara teoritis
Manfaat teoritis adanya studi kasus ini untuk menambah pengembangan ilmu
pendidikan kesehatan diet diabetes pada keluarga dengan klien diabetes
melitus
2. Manfaat Praktis
a. Bagi keluarga penderita pasien diabetes melitus
Studi kasus ini dapat menunjukkan hasil penerapan pendidikan
kesehatan pada keluarga dengan diabetes melitus sehingga dapat
meningkatkan pengetahuan keluarga tentang diet diabetes
b. Bagi mahasiswa Prodi D3 Keperawatan Universitas Jember Kampus
Kota Pasuruan Jurusan Keperawatan studi kasus ini digunakan sebagai
bahan bacaan dan sebagai acuan untuk meneruskan penelitian lebih
lanjut
c. Bagi Puskesmas Sekargadung
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan mutu
penyelenggaraan pelayanan kesehatan khususnya terkait dengan
penyuluhan pendidikan kesehatan di masyarakat bagi penderita
diabetes melitus.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP KELUARGA
1. Definisi Keluarga
3. Manifestasi klinis
Gejala yang lazim terjadi pada diabetes mellitus pada tahap awal sering
ditemukan sebagai berikut :
a. Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai
melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotik
diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga klien
banyak kencing
b. Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan
banyak karena poliuri, sehngga untuk mengeimbangi klien lebih banyak
minum
c. Polipagi (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami
starvasi (lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan.
Tetapi walaupun klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut hanya kan
berada sampai pada pembuluh darah.
d. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa,
maka tubuh berusaha mendapat peleburan zat dari bagian tubuh yang lain
yaitu lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar maka tubuh
termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan DM
banyak makan akan tetap kurus.
e. Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas (glukosa-sarbitol fruktasi)
yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan
sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukkan katarak
4. Pemeriksaan penunjang
a. Glukosa darah: gula darah puasa > 130 ml/dl, tes toleransi glukosa > 200
mg/dl, 2 jam setelah pemberian glukosa.
b. Aseton plasma (keton) positif secara mencolok.
c. Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meningkat
d. Osmolalitas serum: meningkat tapi biasanya < 330 mOsm/I
e. Elektrolit: Na mungkin normal, meningkat atau menurun, K normal atau
peningkatan semu selanjutnya akan menurun, fosfor sering menurun.
f. Gas darah arteri: menunjukkan Ph rendah dan penurunan HCO3
g. Trombosit darah: Ht meningkat (dehidrasi), leukositosis dan
hemokonsentrasi merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
h. Ureum/kreatinin: mungkin meningkat atau normal
i. Insulin darah: mungkin menurun/ tidak ada (Tipe I) atau normal sampai
tinggi (Tipe II)
j. Urine: gula dan aseton positif
k. Kultur dan sensitivitas: kemungkinan adanya ISK, infeksi pernafasan dan
infeksi luka.
5. Penatalaksanaan medis
a. Farmakologis
Menurut Wijaya (2013), obat dalam terapi Diabetes Mellitus sebagai berikut:
1) Obat Hiperglikemik Oral atau OHO : Berdasarkan cara kerjanya dibagi
menjadi empat golongan, yaitu pemicu sekresi insulin, atau insulin
secretagogue= sulfonylurea danglinid, penambahan sensiivitas terhadap
insulin = metformin, tiazolidindin, absorbsi glukosa = penghambat
glukosidae alfa.
2) Insulin : pemberian insulin diperlukan pada keadaan: Penurunan berat
badan yang cepat, hiperglikemi berat yang disertai ketosis diabetik,
hiperglikemia hiperosmolar non ketotik, hiperglikemia dengan asidosis
lakta, gagal dengan kombinasi OHO dosis hampir maksimal, stress berat
seperti infeksi sistemik, operasi besar, IMA atau Infark Miokard Akut,
stroke, kehamilan dengan Diabetes Mellitus gestasional yang telah
terkendali dengan perencanaan makan, gangguan fungsi ginjal atau hati
yang berat, kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih obat hipoglikemia
oral : dimulai dengan dosis rendah, lalu dinaikan secara bertahap, harus
diketahui bentuk, bagaimana cara kerja, lama kerja dan efek samping obat
tertentu, bila memberikanya bersama obat lain, pikirkan kemungkinan
adanya interaksi obat, pada kegagal sekunder terhadap obat hipoglikemia
oral golongan lain, bila gagal, baru beralih pada insulin, uasahakan agar
harga obat terjangkau.
b. Non Farmokologis
Menurut Wijaya (2013), terapi non farmakologi yang dapat diberikan yaitu :
1) Memantau Kadar Glukosa Darah
Tindakan ini perlu karena untuk mengetahui glukosa darah sudah
berubah dari hari ke hari, membantu menyesuaikan pengobatan, rencana
makan, dan olahraga rutin yang kita lakukan.
2) Berolahraga Secara Teratur
Olahraga bisa benar-benar membantu mengendalikan kadar glukosa
darah. Olahraga menekan produksi insulin dan juga mendorong sel-sel otot
skelet untuk mengambil lebih banyak glukosa dari aliran darah. Dengan
lebih banyak glukosa dalam sel otot, bisa menghasilkan lebih banyak energi
sehingga otot akan bisa tetap bekerja.
Selain membantu mengendalikan kadar gula darah, olahraga
memperbaiki sistem kardiovaskuler (sehingga menurunkan resiko penyakit
jantung), dan juga mendorong penurunan berat badan, yang bisa bermanfaat
besar bagi pengidap diabetes.
3) Mematuhi Rencana Makan Pribadi
Patuhi rencana yang akan membantu kadar glukosa normal,
membantu melindungi dari penyakit jantung dan kenaikan berat badan,
serta tidak membuat merasa kurang gizi. Penurunan berat badan pada
penderita Diabetes Melitus juga memiliki manfaat untuk menurunkan
produksi glukosa endogen, meningkatkan penyerapan glukosa perifer yang
diperantarai insulin, meningkatkan pelepasan insulin, dan membaiknya
sensitivitas insulin.
4) Perencanaan Diet.
Regimen diet biasanya dihitung perindividu, bergantung kebutuhan
pertumbuhan berat badan yang diinginkan biasanya untuk Diabetes Meitus
tipe 2, dan tingkat aktivitas, pembagian kalori biasanya 50 sampai 60% dari
karbohidrat kompeks, 20% dari protein, dan 30% dari lemak. Diet juga
mencakup serabut vitamin, dan mineral. Peencanaan diet terutama panting
untuk anak-anak pengidap Diabetes Melitus tipe 1 untuk mamasok kalori
dan mineral yang adekuat untuk menjamin perubahan yang optimal
(Corwin, 2009).
5) Gaya Hidup.
Menjaga pola makan dengan menu seimbang dalam kebutuhan sehari-hari
baik menurut jumlahnya (kuantitas) maupun jenisnya (kualitas).
Berolahraga teratur, mencagkup kualitas gerakan dan kuantitas dalam arti
frekuensi dan waktu yang digunakan untuk olahraga, tidak merokok dan
tidak mengkonsumsi kopi ataupun alkohol
C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang diberikan
melalui praktik keperawatan kepada keluarga, untuk membantu menyelesaikan
masalah kesehatan keluarga tersebut dengan menggunakan keperawatan yang meliputi
pengkajian keluarga, diagnosa keperawatan keluarga, perencanaan, implementasi
keperawatan dan evaluasi tindakan keperawatan. (Abi Muslihin, 2012)
1. Pengkajian
Pengkajian adalah suatu tahapan dimana seorang perawat mengambil informasi
secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya. (Andarmoyo,
2012)
Padila (2012), hal-hal yang perlu dikumpulkan datanya dalam pengkajian
keluarga adalah:
a. Data Umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :
a) Kepala Keluarga (KK)
b) Alamat dan telepon
c) Pekerjaan kepala keluarga
d) Pendidikan kepala keluarga
e) Komposisi keluarga dan genogram
Komposisi keluarga yaitu menjelaskan anggota keluarga yang di
identifikasi sebagai bagian dari keluarga mereka. Bentuk komposisi
keluarga dengan mencatat terlebih dahulu anggota keluarga yang sudah
dewasa, kemudian diikuti dengan anggota keluarga yang lain sesuai
dengan susunan kelahiran mulai dari yang lebih tua, kemudian
mencantumkan jenis kelamin, hubungan setiap anggota keluarga
tersebut, tempat tinggal lahir/umur, pekerjaan dan pendidikan.
Genogram keluarga merupakan sebuah diagram yang menggambarkan
konstelasi keluarga (pohon keluarga)
f) Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis/tipe keluarga beserta kendala atau masalah-
masalah yang terjadi dengan jenis/tipe keluarga
g) Suku Bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga serta mengidentifikasi budaya suku
bangsa keluarga yang terkait dengan kesehatan.
h) Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat
mempengaruhi kesehatan
i) Status sosial ekonomi keluarga
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari
kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status
sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan- kebutuhan
yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh
keluarga.
j) Aktivitas rekreasi keluarga
Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat dari kapan saja keluarga pergi
bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu, namun
dengan menonton televisi dan mendengarkan radio juga merupakan
aktivitas rekreasi.
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
a) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh anak tertua dari keluarga
inti.
b) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan perkembangan keluarga yang belum terpenuhi menjelaskan
mengenai tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi oleh
keluarga serta kendala-kendala mengapa tugas perkembangan tersebut
belum terpenuhi
c) Riwayat keluarga inti.
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, meliputi
riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota
keluarga, perhatian keluarga terhadap pencegahan penyakit termasuk
status imunisasi, sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan
keluarga serta pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
d) Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya.
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak
suami dan istri.
c. Pengkajian
Lingkungan
a) Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe
rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, jarak septic tank dengan sumber
air, sumber air minum yang digunakan serta dilengkapi dengan denah
rumah.
b) Karakteristik tetangga dan komunitas Rukun Warga (RW) Menjelaskan
mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat,
meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan atau
kesepakatan penduduk setempat serta budaya setempat yang
mempengaruhi kesehatan
c) Mobilitas geografis keluarga
Mobilitas geografi keluarga ditentukan dengan melihat kebiasaan
keluarga berpindah tempat
d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat.
Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk
berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana
interaksi keluarga dengan masyarakat.
e) Sistem pendukung keluarga
Termasuk sistem pendukung keluarga adalah jumlah anggota keluarga
yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang
kesehatan mancakup fasilitas fisik, fasilitas psikologis atau dukungan
dari anggota keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan dari masyarakat
setempat
d. Struktur keluarga
1) Pola komunikasi keluarga
Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga
2) Struktur kekuatan keluarga
Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang
lain untuk mengubah perilaku.
3) Struktur peran
menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara
formal maupun informal
4) Nilai atau norma keluarga
Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga yang
berhubungan dengan kesehatan
e. Fungsi keluarga
1) Fungsi Efektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan
memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap
anggota keluarga lainnya, bagaimana kehangatan tercipta pada anggota
keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling
menghargai
2) Fungsi sosialisasi
Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh
mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya serta perilaku.
3) Fungsi perawatan kesehatan
Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian,
perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit, sejauh mana
pengetahuan keluarga mengenai sehat sakit.
4) Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah:
a) Berapa jumlah anak ?
b) Apakah rencana keluarga berkaitan dengan jumlah anggota
keluarga ?
c) Metode yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan
jumlah anggota keluarga ?
5) Fungsi Ekonomi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah:
a. Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang,
pangan dan papan ?
b. Sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada
di masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan
keluarga ?
f. Stress dan koping keluarga
1) Stressor jangka pendek dan Panjang
a) Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami
keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu
kurang dari 6 bulan
b) Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami
keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu
lebih dari 6 bulan
c) Kemampuan keluarga dalam berespon terhadap stressor
yang dikaji sejauh mana keluarga berespon terhadap
stressor
2) Strategi koping yang digunakan
Dikaji strategi koping yang digunakan keluarga bila
menghadapi permasalahan/stress
3) Strategi adaptasi disfungsional
Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang
digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan/stress
g. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode
yang digunakan sama dengan pemeriksaan fisik klinik.
h. Harapan Keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap
keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b.d agen cidera fisiologis
b. Resiko ketidakstabilan kadar gula darah b.d kurang terpapar informasi
tentang manajemen diabetes
3. Intervensi
Perencanaan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam proses
keperawatan keluarga yang meliputi penentuan tujuan perawatan (jangka
panjang/pendek), penetapan standart kriteria serta menentukan perencanaan untuk
mengatasi masalah keluarga, (Setiadi, 2008).
Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan,
mencakup tujuan umum dan khusus, rencana intervensi serta dilengkapi dengan
rencana evaluasi yang memuat kriteria dan standar. Selanjutnya intervensi
keperawatan keluarga diklasifikasikan menjadi intervensi yang mengarah pada
aspek kognitif, efektif dan psikomotor (prilaku). Semua intervensi baik berupa
pendidikan kesehatan, terapi modalitas ataupun terapi komplementer pada
akhirnya ditujukan untuk meningkatkan kemampuan keluarga melaksanakan lima
tugas keluarga dalam kesehatan. Kriteria dan standar merupakan rencana
evaluasi, berupa pertanyaan spesifik tentang hasil yang diharapakan dari setiap
tindakan berdasarkan tujuan khusus yang ditetapkan. Kriteria dapat berupa respon
verbal, sikap atau psikomotor, sedangkan standar berupa patokan/ukuran yang
kita tentukan berdasarkan kemampuan keluarga, sehingga dalam mementukan
standar antara klien satu dengan klien yang lainnya walaupun masalahnya sama,
standarnya bisa jadi berbeda, (Padila, 2012)
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi atau tindakan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan, pada tahap ini, perawat
yang mengasuh keluarga sebaiknya tidak bekerja sendiri, tetapi perlu melibatkan
secara integrasi semua profesi kesehatan yang menjadi tim perawatan kesehatan
di rumah. (Setiadi,2008)
5. Evaluasi Keperawatan
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistimatis dan terencana
tentang kesehatan keluarga dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan
dengan cara berkesinambugan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan
lainnya. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan keluarga dalam
mencapai tujuan, ( Setiadi, 2008 )