Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

GEOGRAFI PARIWISATA

Dosen Pengampu:
Dr. Ellyn Normelani M.Si

Disusun Oleh:
Sayid Lutfi Rama Chaniago Alaydrus
2010416310007

JURUSAN/PROGRAM STUDI GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu geografi pada dasarnya mempelajari tentang bumi dan seisinya serta hubungan antar
keduanya. Ilmu geografi mempunyai unsur dalam pembahasannya, antara lain membahas tentang
letak, luas,bentuk, batas dan persebaran. Menurut Bintarto (1987, dalam Suprayanti, 2012), geografi
mempelajari hubungan kausal gejala - gejala di permukaan bumi, baik yang bersifat fisik maupun
yang menyangkut kehidupan makhluk hidup beserta permasalahannya melalui pendekatan
keruangan, kelingkungan, dan regional untuk kepentingan program, proses, dan keberhasilan
pembangunan. Pariwisata memiliki hubungan yang sangat erat dengan disiplin ilmu geografi.
Menurut Kodhyat (1983, dalam Fahlevi, 2018), pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat
ketempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan atau kelompok, sebagai usaha mencari
keseimbangan atau keserasian dan kebahagian dengan lingkungan dalam dimensi sosial, budaya,
alam dan ilmu. Berbagai macam aspek geografi yang diperlukan oleh informan pariwisata seperti
kondisi iklim, keindahan alam, rute perjalanan, adat istiadat dan budaya setempat dan lain
sebagainya untuk mendukung kegiatan pariwisata. Geografi Pariwisata merupakan bidang ilmu
terapan yang berusaha mengkaji unsur - unsur geografis suatu daerah untuk kepentingan
kepariwisataan. Unsur - unsur geografis suatu daerah memiliki potensi dan karakteristik yang
berbeda-beda. Bentang alam pegunungan yang beriklim sejuk, pantai landai yang berpasir putih,
hutan dengan beraneka ragam tumbuhan yang langka, danau dengan air yang bersih, merupakan
potensi suatu daerah yang dapat dikembangkan untuk usaha industri pariwisata. Unsur geografis
yang lain seperti lokasi/letak, kondisi morfologi, penduduk, berpengaruh terhadap kemungkinan
pengembangan potensi obyek wisata.
Secara umum pariwisata dibagi menjadi dua jenis, yaitu pariwisata alam dan pariwisata buatan.
Menurut Nyoman S. Pendit (1999) bentuk pariwisata dapat dibagi menjadi lima kategori yaitu
menurut asal wisatawan, menurut akibatnya terhadap neraca pembayaran, menurut jangka waktu,
menurut jumlah wisatawan, dan menurut alat angkut yang digunakan. Bentuk-bentuk pariwisata
tersebut dijelaskan sebagai berikut.
a. Menurut asal wisatawan Wisatawan itu berasal dari dalam atau luar negeri. Asal wiasatawan dari
dalam negeri berarti sang wisatawan hanya pindah tempat sementara di dalam lingkungan wilayah
negerinya sendiri dan selama ia mengadakan perjalanan.
b. Menurut akibatnya terhadap neraca pembayaran Kedatangan wisatawan dari luar negeri adalah
membawa mata uang asing. Pemasukan valuta asing ini berarti memberi dampak positif terhadap
neraca pembayaran luar negeri suatu negara yang dikunjunginya, hal ini disebut pariwisata aktif,
sedangkan kepergian seorang warga negara ke luar negeri memberikan dampak negatif terhadap
neraca pembayaran luar negerinya, disebut pariwisata pasif.
c. Menurut jangka waktu Kedatangan seorang wisatawan di suatu tempat atau negara diperhitungkan
pula menurut waktu lamanya ia tinggal di tempat atau negara yang bersangkutan. Hal ini
menimbulkan istilah istilah pariwisata jangka pendek dan pariwisata jangka panjang, yang mana
tergantung kepada ketentuan-ketentuan yang diberlakukan oleh suatu negara untuk mengukurpendek
atau panjangnya waktu yang dimaksudkan.
d. Menurut jumlah wisatawan Perbedaan ini diperhitungkan atas jumlah wisatawan yang datang,
apakah wisatawan datang sendiri atau rombongan, maka timbulah istilah-istilah pariwisata tunggal
dan pariwisata rombongan.
e. Menurut alat angkut yang dipergunakan dilihat dari segi penggunaan yang dipergunakan oleh
sang wisatawan, maka kategori ini dapat dibagi menjadi pariwisata udara, pariwisata laut, pariwisata
kereta api dan pariwisata mobil, tergantung apakah sang wisatawan tiba dengan pesawat udara,
kapal laut, kereta api atau mobil.
Jenis-jenis pariwisata menurut James J.Spillane (1987, dalam Setyawati, 2013) berdasarkan motif
tujuan perjalanan dapat dibedakan menjadi beberapa jenis pariwisata khusus berikut.
a. Pariwisata untuk menikmati perjalanan (Pleasure Tourism) Jenis pariwisata ini dilakukan oleh
orang-orang yang meninggalkan tempat tinggalnya untuk berlibur, mencari udara segar, 3 memenuhi
kehendak ingin-tahunya, mengendorkan ketegangan syaraf, melihat sesuatu yang baru, menikmati
keindahan alam, mengetahui hikayat rakyat setempat, mendapatkan ketenangan.
b. Pariwisata untuk rekreasi (Recreation Tourism) Pariwisata ini dilakukan untuk pemanfaatan hari-
hari libur untuk beristirahat, memulihkan kembali kesegaran jasmani dan rohaninya, dan
menyegarkan diri dari keletihan dan kelelahannya. Dapat dilakukan pada tempat yang menjamin
tujuan-tujuan rekreasi yang menawarkan kenikmatan yang diperlukan seperti tepi
pantai,pegunungan, pusat-pusat peristirahatan dan pusat-pusat kesehatan.
c. Pariwisata untuk kebudayaan (Cultural Tourism) Jenis ini ditandai oleh adanya rangkaian
motivasi, seperti keinginan untuk belajar di pusat-pusat pengajaran dan riset, mempelajari adat-
istiadat, kelembagaan, dan cara hidup masyarakat yang berbeda beda, mengunjungi monumen
bersejarah, peninggalan masa lalu, pusat pusat kesenian dan keagamaan, festival seni musik,
teater,tarian rakyat dan lain-lain.
d. Pariwisata untuk olahraga (Sports Tourism) Pariwisata ini dapat dibagi lagi menjadi dua kategori
berikut.
1) Big sports events, yaitu peristiwa-peristiwa olahraga besar seperti Olympiade Games, kejuaraan
ski dunia, kejuaraan tinju dunia, dan lain-lain yang menarik perhatian bagi penonton atau
penggemarnya
2) Sporting tourism of the Practitioners, yaitu pariwisata olahraga bagi mereka yang ingin berlatih
dan mempraktekkan sendiri seperti pendakian gunung, olahraga naik kuda, berburu, memancing dan
lain-lain.
e. Pariwisata untuk urusan usaha dagang (Business Tourism) Menurut para ahli teori, perjalanan
pariwisata ini adalah bentuk profesional travel atau perjalanan karena ada kaitannya dengan 4
pekerjaan atau jabatan yang tidak memberikan kepada seseorang untuk memilih tujuan maupun
waktu perjalanan.
f. Pariwisata untuk berkonvensi (Convention Tourism) Pariwisata ini banyak diminati olehnegara-
negara karena ketika diadakan suatu konvensi atau pertemuan maka akan banyak peserta yang hadir
untuk tinggal dalam jangka waktu tertentu dinegara yang mengadakan konvensi. Negara yang sering
mengadakan konvensi akan mendirikan bangunan-bangunan yang menunjang diadakannya
pariwisata konvensi
Pariwisata di daerah - daerah relatif banyak apabila mampu memanfaatkan potensi - potensi
yang ada, pemerintah dan masyarakat daerah saling membantu dalam pengembangannya
tersebut,sehingga akan mengangkat segi ekonomi, budaya dan pendidikan daerah itu. Pariwisata
mampu dalam mengatasi masalah kesejahteraan bila dikembangkan secara profesional.
BAB II
PEMBAHASAN

Dari sejarahnya leisure, semula diartikan atau dikonotasikan sebagai kegiatan non produktif,
leisure seringkali diterjemankan sebagai waktu luang, yaituwaktu di luar pekerjaan atau kewajiban
lain, yang panjangnya bervariasi dariukuran menit, jam sampai hari atau lebih panjang lagi.
Sementara itu dalamperkembangannya beberapa pustaka mendefinisikan leisure secara lebih
bermakna, tidak sekedar dilihat dari waktu luangnya, natonn fingsi yangterkandung di dalamnya:
leisure (Berasal dari bahasa Latin : licere, leisureberarti menjadi bebas) sebagai pengalaman. Kelly
mendefinisikannya sebagai kegiatan yang dipilih dalam suatu kebebasan relatif untuk sesuatu yang
berkualitas dan memberikan kepuasan, sementara Murphy melihatnya dalam berbagai pengertian
mulai dari bentuknya sebagai waktu yang tersisa dari suatu siklus kerja tertentu, sebagai instrumen
sosial untuk mencapai tujuan tertentu, untuk menunjukkan kelas sosial, sebagai suatu state of
freedom, sebagai suatu ekspresi diri, pemenuhan kepuasan yang tak kalahpenting dari kerja (bukan
nomer dua, setelah kerja sebagai nomer satu); secaraholistik leisure yang sebenanya adalah suatu
kebebasan untuk pengembangandiri yang terekspresikan dalam suatu kegiatan (Murphy 1974, Kelly,
1982).
Ada beberapa konsep tentang leisure, yaitu konsep waktu, konsep kebebasan,konsep
recovery, konsep pembagian tanggung jawab antar institusi, konsepepistomologi berdasarkan nilai-
nilai budaya maupun konsep sosiologis yang memberikan arti bagi kelompok-kelompok sosial.
(Max Kaplan, 1973, dalam Wilson, 1988). Dalam tulisan ini akan dilihat bagairnana kehidupan
netropolitan telah member:tuk pola pemanfaatan waktu, pola kerja pola hubungan sosial dan kelas-
kelas sosial yang beragam budaya yang berproses (daluri proses perubahan yang dinamik dan terus
menerus), yang mempunyai pengaruh terhadap bentuk-bentuk leisure masyarakatnya. Secara umum
leisure dapat berbentuk sebagai kegiatan (meinbaca, menonton tv, berjalan-jalan, dsb), melakukan
kegiatan rekreasi lokal (olahraga secara rutin setiap hari/jam tertentu, makan luar pada akhir minggu,
dsb), atau rekreasi di luar tempat tinggal seseorang (sebagai wisatawan atau disela-sela kegiatan
bisnis ditempat kunjungan). Di kawasan/kota metropolitan leisure telah menunjukkan bentuk-bentuk
yang tidak hanya beragam jenisnya tetapi juga berkelas-kelas dan berkembang menjadi industri
yang marak dan memberikan ciri terhadap kawasan-kawasan tertentu yang mempunyai fungsi
leisure.
Rekreasi merupakan sesuatu yang ekivalen dengan leisure, atau sebagai suatu institusi sosial
dengan dua elemen utama yaitu elemen restorasi dan organisasi sosial. Elemen pertama restorasi
adalah bagian dari rekreasi; rekreasi menjadi bagian dari kehidupan dan mempunyai arti tersendin.
Definisi yang semula hanya melihat rekreasi sebagai kegiatan yang memberi kesempatan bagi orang
untuk bebas dari kerja, dianggap terlalu sempit dan Kelly mengembangkannya dengan tidak hanya
mengkaitkan dengan kerja; restorasi dan recreate juga sangat diperlukan dalam mencapai berbagai
tujuan non kerja, menjadi warganegara yang baik, menjadi kepala anggota keluarga yang baik,
mencapai keseimbangan emosional, untuk dapat belajar lebih efektif atau sekedar merasa lebih enak
Jadi tujuannya restore dan recreate bukan hanya untuk kerja, tetapi untuk segala sesuatu tujuan yang
diinginkan,untuk kehidupan secara menyeluruh. Elemen kedua: organisasi sosial, rekrcasi tidak
dilakukan dengan tujuan rekreasi, tetapi menyunyai suatu tujuan sosial. Dalam hal ini rekreasi
adalah leisure yang dirasiðuálisasikan, bukan apa saja, di mana saja dan kapan saja, namun
mengandung suatu keteraturan, rutinisasi dan suatu kesenangan (enjoyment). Kalau leisure
merupakan fenomena human, rekreasi merupakan fenomena sosial. Rekreasi adalah sesuatu yang
disediakan provided for). dikelola/organisasikan dan juga diajarkan. Seseorang perlu belajar
bagaimana melakukan rekreasi yang baik, yang memberikan manfaat bagi kehidupannya sebagai
makhluk sosial, tidak hanya melakukan apa saja di luar kegiatan bekerja. Dalam masyarakat
perkotaan atau metropolitan dengan kompleksitas organisasi yang tinggi, rekreasi dapat merupakan
suatu komponen terpisah baik dalam penyelenggaraan maupun dalam pemanfaatan ruarg. Perbedaan
antara leisure dan rekreasi dapat dijelaskan lebih lanjut bahwa sebagai fenomena sosial ada masalah
akseptabilitas, masalah organisasi maupun tujuan-tujuan sosial yang ingin dicapai. Kegiatan rekreasi
harus merupakan sesuatu yang dapat diterima masyarakat. Perjudian, misalnya, tak dapat dilakukan
secara terbuka sebagai rekreasi resmi.
Meskipun sebagian orang tertentu melakukannya, tetapi masyarakat umumnya tak dapat
menerima sebagai kegiatan yang bermanfaat bagi pelaku maupun bagi masyarakat, berbeda dengan
olah raga tradisional maupun olah raga *impor' -seperti tai-chi- yang sudah banyak dilakukan secara
terorganisasi di tempat-tempat umum karena dianggap sebagai kegiatan yang memberikan manfaat
bagi pelaku maupun bagi masyarakat yang anggotanya menjadi lebih sehat dan lebih akrab satu
dengan lainnya. Di berbagai negara, bahkan rekreasi masal diselenggarakan untuk tujuan politis,
mengalihkan perhatian dari masalah pengangguran atau ketidakadilan sosial. Ada suatu tujuan yang
menguntungkan masyarakat. Secara singkat, sekarang ini rekreasi bukan lagi merupakan konsumsi
kemewahan, tetapi sudah menjadi kebutuhan, masyarakat tidak hanya menginginkan tetapi
membutuhkan rekreasi sebagai bagian dalam proses kehidupannya.
Faktor-faktor yang akan berpengaruh terhadap kebutuhan akan rekreasi adalah
kependudukan jumlah, pendidikan, umur, pendepatan, qiluence), tempat tinggal, pola kerja
pemanfaatan waktı, mobilitas,komunikasi, ketersediaan dan pola hidup (Douglas, 1978: 12,15).
Apabila rekreasi dilakukan di luar tempat tinggal sehari-hari seseorang, baik secara khusus ataupun
dikombinasikan dengan kegiatan iain, maka namanya sudah berubah menjadi pariwisata. Pariwisata
mencakup rekreasi non lokal, kombinasi antara perjalanan bisnis dan kegiatan rekreasi, atau
kegiatan bisnis dan perjalanan personal.
Pariwisata mempunyai definisi yang beragam, namun pada hakekatnya mempunyai unsur-
unsur pokok yang inembedakannya dengan leisure dan rekreasi. Unsur yang membedakannya
terutama adalah tempat dan waktu. Semua definisi tentang pariwisata menggambarkan adanya
perjalanan ke luar dari tempat tinggalnya sehari-hari menuju ke suatu tempat dengan berbagai tujuan
mulai dari belanja, ziarah ataupun mengikuti konferensi. Hal yang sama bila dilakukan di
lingkungan tempat tinggal seseorang, tidak tergolong pariwisata. Dari segi waktu definisi pariwisata
menyatakan lama perjalanan pelaku/wisatawan lebih dari 24 jam (namun kurang dari 6 bulan,
tidakmenjadikannya penduduk sementara), selain itu bersifat sementara dansukarela. Pariwisata
melibatkan banyak pihak dan merupakan fenomena yangkompleks mempunyai dimensi fisik
geogratis, ekonomi, budaya, politik dan lainnya.

A. Konsep jarak
Jarak sangat erat kaitannya dengan lokasi, karena nilai suatu obyek dapat ditentukan oleh jaraknya
terhaadap suatu obyek lain. Jarak merupakan suatu pembatas yang bersifat alami. Seperti halnya
lokasi, jarak juga dibagi menjadi dua, yaitu jarak absolut dan jarak relatif. Jarak absolut adalah jarak
dua tempat yang diukur berdasarkan garis lurus diudara dengan memperhatikan skala peta.
Sedangkan jarak relatif disebut juga dengan jarak tempuh, baik yang berkaitan dengan waktu
perjalanan yang dibutuhkan maupun satuan biaya angkut yang diperlukan. Disebut relatif karena
tidak tetap. Kemajuan teknologi dapat mempengaruhi jarak tempuh maupun biaya angkutan antara
dua tempat. Faktor ini berkaitan dengan jarak menuju lokasi wisata yang mana dapat mempengaruhi
lokasi Rawa Jombor sebagai daya tarik wisata.
B. Konsep Aksesbilitas
Konsep ini menunjukan derajat keterkaitan persebaran suatu fenomena dengan fenomena yang lain
di suatu tempat atau ruang, baik yang menyangkut fenomena alam, tumbuhan, maupun kehidupan
sosial.
C. Konsep lokasi
konsep lokasi atau letak merupakan konsep utama yang sejak awal pertumbuhan geografi telah
menjadi ciri khusus ilmu atau pengetahuan geografi.secara pokok lokasi dapat dibedakan menjadi
dua yaitu lokasi absolut dan lokasi relatif.Lokasi absolut menunjukkan letak yang tetap terhadap
sistem koordinat.Penentuan lokasi absolut dimuka bumi memakai system koordinat garis lintang dan
garis bujur. Sedangkan lokasi adalah lokasi suatu objek yang nilainya ditentukan berdasarkan obyek
atau obyek lain diluarnya.
D. Konsep nilai kegunaan
Konsep nilai kegunaan atau fenomena-fenomena atau sumbersumber di muka bumi bersifat relatif
tidak sama bagi semua orang atau golongan penduduk tertentu. Keberadaan Rawa Jombor ini
mempunyai nilai kegunaan yang cukup besar bagi penduduk setempat dan penduduk lain.
E. Konsep interaksi (interdependensi) Interaksi atau interdependensi merupakan peristiwa saling
mempengaruhi antara tempat yang satu dengan tempat yang lain. Hal ini terjadi karena setiap tempat
mampu mengembangkan potensi sumber-sumber serta kebutuhan yang tidak selalu sama dengan
apa yang ada di tempat lain. Oleh karena itu terjadi interkasi atau interdependensi antara tempat satu
dengan tempat yang lain. Konsep interakasi atau interdependensi dimaksudkan untuk mengetahui
interaksi wilayah Rawa Jombor dengan daerah disekitarnya.

Elemen dasar kepariwisataan sebagai berikut:


a. Daerah Asal Wisatawan (DAW) dinamis
Daerah tempat asal wisatawan berada, tempat dimana mereka melakukan aktivitias kesehariannya
seperti bekerja, belajar, tidur dan kebutuhan dasar lainnya, dan rutinitas tersebut adalah pendorong
untuk memotivasi seseorang berwisata. Dari DAW, seseorang dapat mencari informasi tentang
obyek dan daya tarik wisata yang diminati, membuat pemesanan dan berangkat menuju daerah
tujuan.
b. Daerah Transit (DT) statis
Tidak seluruh wisatawan harus berhenti di daerah tersebut, namun seluruh wisatawan pasti akan
melalui daerah tersebut, sehingga peranan DT pun penting. Seringkali terjadi, perjalanan wisata
berakhir di daerah transit, bukan di daerah tujuan. Hal inilah yang membuat banyak negara-negara
seperti Singapura dan Hongkong, berupaya menjadikan daerahnya multifungsi, yakni sebagai
Daerah Transit dan Daerah Tujuan Wisata.
c. Daerah Tujuan Wisata (DTW) akibat
Daerah ini sering dikatakan sebagai sharp end (ujung tombak) pariwisata. Di DTW ini, dampak
pariwisata sangat dirasakan sehingga dibutuhkan perencanaan dan strategi manajemen yang tepat.
Untuk menarik wisatawan, DTW merupakan pemacu keseluruhan sistem pariwisata dan
menciptakan permintaan untuk perjalanan dari DAW. DTW juga merupakan raison d’etre atau
alasan utama perkembangan pariwisata yang menawarkan hal-hal yang berbeda dengan rutinitas
wisatawan.

Motivasi dan tahapan kputusan pariwisata


Motivasi wisata merupakan komponen yang penting dalam diri wisatawan, yang mendorong atau
menjadi alasan wisatawan melakukan kegiatan wisata. Menurut Sarwono menjelaskan motif sebagai
rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga bagi tejadinya suatu perilaku. Perilaku bermotif
merupakan perilaku yang dilaksanakan oleh manusia karena adanya kebutuhan yang dirasakannya
sehingga perilaku itu ditujukan ke arah tercapainya suatu tujuan. (Sunaryo, 2004). Motivasi sendiri
merupakan perwujudan motif yang berbentuk tingkah laku yang nyata.
Mcintosh, and Gupta (1977) membagi motivasi kedalam empat kategori yaitu:
1) Motivasi fisik, yang berkaitan dengan penyegaran tubuh dan pikiran, tujuan kesehatan, olahraga
dan kesenangan, yang dimanifestasikan dalam kegiatan untuk mengurangi tekanan yang dihadapi
sehari-hari (rutinitas).
2) Motivasi budaya, yang diidentifikasi oleh keinginan untuk melihat dan tahu lebih banyak tentang
budaya lain, untuk encari tahu tentang penduduk asli suatu negara, gaya hidup mereka, musik, seni,
cerita rakyat, tari, dll. Keinginan untuk mengetahui budaya, adat, tradisi, dan kesenian daerah lain.
3) Motivasi interpersonal, kelompok ini termasuk keinginan untuk bertemu orang baru,
mengunjungi teman atau kerabat, dan mencari pengalaman baru dan berbeda. Keinginan untuk relax
dari rutinitas mencari suasana baru atau mengunjungi beberapa kerabat.
4) Motivasi Status dan prestise: ini termasuk keinginan untuk kelanjutan.
Sedangkan Middleton dan Clarke (2001) mengklasifikasikan motif berwisata yaitu:
1) Motif terkait dengan bidang pekerjaan, misalnya menghadiri konferensi, seminar, dan lain
sebagainya.
2) Motif fisik / fisiologis, misalnya saja melakukan perjalanan untuk memperoleh kebugaran fisik,
relaksasi di pantai, dan lain sebagainya.
3) Motif budaya / psikologis / motif pendidikan pribadi, misalnya melakukan perjalanan karena
berpartisipasi dalam kegiatan festival, konser, mengunjungi daya tarik wisata untuk melihat warisan
budaya atau alam, dan lain sebagainya.
4) Motif sosial / interpersonal dan etnik, misalnya mengikuti kegiatan perusahaan dan mengunjungi
teman dan kerabat, atau mengunjungi tempat kelahiran seseorang dan mengeksplorasi akar sejarah,
dan lain sebagainya.
5) Motif hiburan / hiburan / kesenangan, misalnya mengunjungi taman hiburan, dan lain sebagainya.
6) Motif religius, misalnya melakukan ziarah, dan melakukan retret untuk meditasi dan belajar.

Ada berbagai macam permasalahan yang diakibatkan karena pariwisata beberapa dari permasalahan
sebagai berikut:
1. Support Capacity
Ketika pariwisata mengalami perkembangan seperti diharapkan semua pihak, ada beberapa faktor
yang perlu mendapat perhatian dan penanganan yang baik, sehingga tidak menimbulkan
permasalahan, tetapi justru menjadi daya dukung yang diandalkan, karena dapat memperkaya
kepariwisataan itu sendiri.

2. Efek Globalisasi dan Urbanisasi Masyarakat Pendatang


Begitu semaraknya perkembangan pariwisata dan kehidupan di Bali, sangat menarik penduduk luar
masuk dan bermukim di Bali, sekaligus menjadikan Bali tempat meraih pedapatan yang sangat
layak dimata penduduk luar Bali. Hal ini menjadikan urbaniasi ke Bali terjadi secara besarbesaran.
Hal ini juga menjadi Bali penuh sesak oleh penduduk pendatang. Daya tampung Bali semula dengan
penduduk 2 juta, sekarang penduduk Bali menjadi hampir 3 juta ditambah 2 kali lipat penduduk
yang berasal dari luar Bali dengan berbagai dampak negatifnya. Banyak kriminal terjadi di Bali,
termasuk pernah terjadi Bom Bali I tahun 2002, dan 2005 bom Bali II, ini menjadi fakta dan
tantangan Bali dan masyarakat umumnya dan dunia pariwisata khususnya.
3. Perubahan Kultur
Masyarakat Bali Perubahan yang signifikan sebagai imbas adanya perkembangan pariwisata Bali,
menimbulkan adanya perubahan kultur masyarakatnya. Hal ini terjadi karena adanya orientasi
kehidupan masyarakat Bali yang dulunya masyarakat agraris tradisional ke masyarakat agraris
modern, yang lebih banyak berorientasi secara ekonomis, dimana segala galanya diukur dengan nilai
uang.
4. Cultured and Economic Oriented
Pariwisata sebagai suatu aktivitas yang secara langsung menyentuh berbagai aspek kehidupan dan
melibatkan masyarakat, sehingga membawa dampak terhadap masyarakat. Dampak yang dapat
ditimbulkan seperti dampak sosial-budaya, sosial-ekonomi dan dampak terhadap lingkungan.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
geografi mempelajari hubungan kausal gejala - gejala di permukaan bumi, baik yang bersifat
fisik maupun yang menyangkut kehidupan makhluk hidup beserta permasalahannya melalui
pendekatan keruangan, kelingkungan, dan regional untuk kepentingan program, proses, dan
keberhasilan pembangunan. pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ketempat lain, bersifat
sementara, dilakukan perorangan atau kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau
keserasian dan kebahagian dengan lingkungan dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu.
Berbagai macam aspek geografi yang diperlukan oleh informan pariwisata seperti kondisi iklim,
keindahan alam, rute perjalanan, adat istiadat dan budaya setempat dan lain sebagainya untuk
mendukung kegiatan pariwisata. Unsur - unsur geografis suatu daerah memiliki potensi dan
karakteristik yang berbeda-beda.
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, R., & Eviana, N. (2018). PENGARUH PRODUK WISATA, MOTIVASI WISATA, CITRA DAYA TARIK
WISATA DAN KEPUTUSAN BERWISATA TERHADAP KEPUASAN WISATAWAN DI DAYA TARIK WISATA
TAMAN BUAH MEKARSARI. EDUTURISMA, 2(2).

Wijaya, K. (2015). Masa depan pariwisata Bali (Perspektif permasalahan dan solusinya). J Riset Ekon
Manaj.(15), 1, 118-135.
Gunawan, M. P. (2007). Leisure, rekreasi, pariwisata dalam berbagai dimensi metropolitan. Jurnal Perencanaan
Wilayah dan Kota, 18(1), 49-64.

Anda mungkin juga menyukai