Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN REVIEW 3 JURNAL

Dosen Pengampu:
Dr. Arif Rahman Nugroho M.Sc

Disusun Oleh:
Sayid Lutfi Rama Chaniago Alaydrus
2010416310007

JURUSAN/PROGRAM STUDI GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kota merupakan pusat pemukiman dan kegiatan masyarakat, memiliki batasan wilayah
administrasi yang sifatnya non agraris, orang-orang didalamnya bersifat individualis. Kota
erat kaitannya dengan desa dimana kota merupakan hasil dari perkembangan desa. Seperti
yang kita tahu bahwa pada awalnya kota-kota merupakan desa dan tempat bermukim para
petani, peternak, nelayan dan lain-lainnya. Mereka saling berhubungan, berkomunikasi dan
berinteraksi.
Tahap terbentuknya kota mengalami proses yang sangat panjang, tidak terlepas dari
berbagai proses kultural dari masyarakat sehingga melahirkan sebuah kota. Hal ini dapat di
baca dalam Mirsa (2012:13) mengatakan bahwa kota merupakan suatu daerah yang
memiliki wilayah batas administrasi dan bentang lahan luas, penduduk relatif banyak,
adanya heterogenitas penduduk, sektor agraris sedikit atau bahkan tidak ada dan adanya
suatu sistem pemerintahan.
Melihat perkembangan kota-kota di Indonesia saat ini, Menno dan Alwi (1994:26)
mengatakan bahwa kota-kota di Indonesia dapat dilihat dan dikenali menurut statusnya
dalam struktur ketatanegaraan dan pemerintahan (administratif). Kita dapat menjumpai
kota-kota kecil yang pada umumnya adalah ibukota kabupaten atau kecamatan. Setingkat
lebih tinggi adalah kotamadya (kotapraja), yang sejajar dengan daerah otonom tingkat II.
Menno dan Alwi (2012:18) menjelaskan bahwa jika dilihat dari segi fisik kota-kota
merupakan suatu pemukiman yang menpunyai bangunan-bangunan yang jaraknya antara
satu dengan yang lainnya relatif rapat serta memiliki saranasarana dan prasarana -
prasarana serta fasilitas-fasilitas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
warganya. Sarana, prasarana dan fasilitas di perkotaan antara lain jalan, air minum,
penerangan, sarana ibadah, pertokoan, pasar, lembaga dan bangunan pemerintahan,
rekreasi, olahraga, peribadatan, listrik, lembaga-lembaga yang mengatur kehidupan
bersama warganya, pendidikan dan lain-lain.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perkembangan dan Urbanisasi kota di Indonesia


Kajian pola uıbanisasi peılu dilakukan sebab banyak studi mempeılihatkan bahwa tingkat
konsentıasi penduduk di kota-kota besaı telah beıkembang dengan pesat. "tudi yang dilakukan
oleh Rutz tahun 1987 (Kaıyoedi, 1993) mempeılihatkan bahwa jumlahkota kecil (kota dengan
penduduk kuıang daıi 100,000 jiwa) di Indonesia sangat besaı dibanding- kan dengan kota
menengah (kota dengan penduduk 500.000 sampai 1 juta jiwa). Kondisi ini mengakibat- kan
peıpindahan penduduk menuju kota besaı menjadi kuıang teıkendali. Lebih lanjut teılihat
bahwa 62 peısen daıi 43 kota di Indonesia dengan penduduk di atas 100 ıibu jiwa teıdapat di
Pulau Jawa. "ekitaı 50 peısen sisanya teıdapat di Pulau "umatıa.
Ada kecendeıungan bebeıapa kota besaı akan selalu teıus tumbuh dan beıkembang, kemudian
mem- bentuk kota yang disebut kota-kota metıopolitan. Jakaıta, misalnya, telah lama menjadi
kota yang teıpadat di wilayah Asia †enggaıa dengan peıkiıaan jumlah pen- duduk mencapai dua
belas juta jiwa pada tahun 1995. Dipeıkiıakan pada sekitaı tahun 2015, Jakaıta akan menduduki
tempat ke-5 dalam 10 besaı kota-kota teıbesaı di dunia. Dengan peıkembangan kota yang
sedemikian ıupa maka kondisi kehidupan, baik di Jakaıta dan kota-kota besaı lainnya mau- pun
kota kecil pada saat ini akan menjadi peıhatian paıa peıencana peıkotaan (urban plannerc).
Peıkembangan kota di Indonesia juga beılangsung dengan sangat pesat. Pada tahun 1950
hanya ada satu kota dengan penduduk di atas 1 juta jiwa yaitu Jakaıta. pada tahun 1980 jumlah
teısebut meningkat menjadi 4 kota yaitu Jakaıta, Bandung, "uıabaya, dan Medan. "elanjutnya
pada tahun 1990 jumlah teısebut meningkat lagi menjadi delapan dengan tambahan
yaitu kota "emaıang, Yogyakaıta (teımasuk "leman), Palembang, seıta Ujung Pandang.
Dipeıkiıakan pada tahun 2020 mendatang di Indonesia akan teıdapat 23 kota dengan penduduk di
atas 1 juta jiwa, 11 di antaıanya beıada di Pulau Jawa. Daıi 23 kota teısebut, 5 di antaıanya
akan beıpenduduk di atas 5 juta jiwa, teımasuk Jabotabek yang pada saat ini dipeıkiıakan
beıpenduduk 35 juta jiwa (Fiıman, 1996).
Kota-kota di Indonesia cende- ıung beıgeıak ke aıah sistem kota yang teıpadu dan menyebaı.
Peıkembangan kota-kota di Indonesia cendeıung menciptakan mega-urban. Bebeıapa contoh
dari megauıban yang sudah muncul adalah Jabotabek (Jakaıta-Bogor-Tangeıang-Bekasi); Medan
Lubuk Pakam-Binjai-"tabat-†ebing †inggi; B a n dun g - Cima h i - Lemb a n g - Banjaıan-
Majalaya; "emaıang- Kendal-Demak-Ungaıan-"alatiga; seıta Gıesik-Bangkalan-"uıabaya-
"idoaıjo-Lamongan.
Pola pengembangan kota di atas jika tidak ditangani secaıa seıius akan mengakibatkan
teıbentuknya kota pıimat (primate citn), yang bila tingkatnya beılebihan akan beı- dampak
buıuk, baik pada peıkem- bangan kota itu sendiıi maupun peıkembangan pembangunan
nasional. Pemantauan teıhadap primatn citn biasanya di1akukan dengan mempeıhatikan
indeks pıimat (primacn index). * Fiıman (1996) menghitung dengan mem- peıgunakan
metode peıbandingan antaıa jum1ah penduduk kota teısebut dengan tota1 penduduk tiga
kota teıbesaı beıikutnya mendapatkan hasi1 bahwa indeks pıimasi di Indonesia pada tahun
1980 ada1ah 1,27 yang kemudian meningkat menjadi 1,39 pada tahun 1990. Koefisien ini
menunjukkan bahwa penduduk peıkotaan di Indonesia masih sangat teıkonsen- tıasi di
kawasan Jabotabek, wa1au- pun keadaan ini tidak sebesaı konsentıasi penduduk peıkotaan
†hai1and. Kota Bangkok, misa1nya, yang memang meıupakan contoh kota pıimat di dunia
memi1iki koefisien 1ebih daıi 6.
Dampak daıi primacn ada1ah beıkuıangnya fungsi kota besaı sebagai kata1isatoı
pengembangan wi1ayah. Kota-kota keci1 yang tumbuh di sekitaı pusat kota menjadi
kuıang mandiıi. Ha1 ini dapat di1ihat daıi sebagian penduduk yang tingga1 di kota keci1
teısebut bekeıja di kota inti dan tuıut menikmati fasi1itas pe1ayanan umum yang teısedia di
kota inti. Kondisi ini akan menyebabkan timbu1nya beıbagai masa1ah di kota inti sepeıti
menuıunnya fasi1itas pe1ayanan umum (angkutan umum, aiı minum, 1istıik, eneıgi,
sampah, dan 1ain sebagainya), degıadasi 1ingkungan, daeıah kumuh, po1usi industıi,
tidak efisiennya penggunaan tanah, seıta minimnya akses tanah bagi pendatang baıu.

B,ANALISA ADMINISTRASI PEMBANGUNAN (STRATEGI PENGEMBANGAN


PERKOTAAN MAMMINASATA)
Kemampuan pemerintah dalam pengembangan perkotaan Mamminasata, penerapannya tidak
terlepas dari tiga pertimbangan penting yang dihadapi oleh Provinsi Sulawesi Selatan dalam
melakukan pembangunan. Ketiga pertimbangan itu meliputi: 1) problematika pengembangan
perkotaan Mamminasata; 2) analisa kemampuan pemerintah; dan 3) realisasi pengembangan
kawasan perkotaan. Pertimbangan dari tiga hal tersebut menentukan komponen pengembangan tata
ruang dan menjadi strategi pengembangan kawasan perkotaan.
Problematika pengembangan perkotaan Mamminasata merupakan suatu urgensi yang harus
dibenahi oleh pemerintah dalam membuat suatu kebijakan yang strategis dalam memecahkan
permasalahan perkotaan sehubungan dengan kebijakan pengembangan perkotaan yang melibatkan
empat kabupaten dalam melakukan dan mensosialisasikan terwujudnya kawasan perkotaan terpadu.
Kemampuan pemerintah menganalisa pengembangan perkotaan Mamminasata tidak terlepas dari
isu-isu yang menjadi problematika yang urgensi dihadapi oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan.
Berdasarkan hasil penelitian yang didukung oleh fakta, data dan prediksi rencana pengembangan
yang ada saat ini belum menunjukkan dengan jelas kerangka pembangunan. Agar pelaksanaan
rencana tersebut berjalan dengan baik, maka pemerintah dituntut memiliki kemampuan dalam
menganalisa pengembangan perkotaan Mamminasata. Pengembangan perkotaan Mamminasata tidak
terlepas dari pentingnya rencana tata ruang.
Fakta-fakta yang ditemukan menunjukkan bahwa rencana tata ruang wilayah Mamminasata
dirumuskan untuk mewujudkan metropolitan yang kreatif (creative), bersih (clean) dan
terkoordinasi (coordinated).
Mewujudkan tujuan tersebut, dilakukan penggambaran zonasi tata guna lahan dan penetapan
kebijakan lingkungan hidup. Komponen keberhasilan pengembangan kawasan perkotaan
Mamminasata berdasarkan hasil penelitian mengemukakan beberapa komponen keberhasilan antara
lain kenyataan menunjukkan bahwa dalam melaksanakan program pengembangan perkotaan
Mamminasata diperlukan pedoman tata guna lahan yang disiapkan untuk kegiatan pembangunan di
masing-masing zona dan kawasan yang telah ditentukan pada zonasi tata guna lahan. Garis besar
yang dibuat secara umum mengenai pedoman ini telah dipersiapkan. Konsep ini memerlukan
pembahasan dan pengkajian teknis yang dikombinasikan dengan penentuan ruang dalam zonasi tata
guna lahan.
Pembangunan perkotaan sebagai komponen keberhasilan pengembangan kawasan perkotaan
Mamminasata. Pelaksanaan program pembangunan perkotaan memiliki rencana tindak untuk
merumuskan proyek yang akan dikerjakan. Proyek yang diusulkan untuk diimplementasikan dalam
jangka pendek (dalam kurun waktu lima tahun ke depan). Proyek-proyek yang penting dilaksanakan
untuk wilayah Metropolitan Mamminasata dan berkontribusi terhadap strategi pembangunan
Mamminasata, khususnya proyek yang berkaitan dengan perbaikan lingkungan perkotaan dan
prasarana ekonomi yang merupakan prioritas utama.Proyek-proyek yang berkontribusi terhadap
upaya penguatan kelem-bagaan, khususnya pembentukan organisasi dan peraturan perundangan tata
guna lahan, dan proyek yang akan dipadukan untuk mencapai tujuan pembangunan yang serupa.
Penelitian ini menghasilkan temuan yang menjadi konstruksi dalam membuat sebuah dalil dalam
penelitian ini. Temuan
penelitian ini antara lain:

1. Strategi pengembangan perkotaan Mamminasata merupakan sebuah kebijakan program yang


harus mampu dilakukan oleh Pemerintah di dalam menangani berbagai problematika perkotaan,
sesuai dengan analisa pengembangan program perkotaan untuk merealisasikan pengembangan
kawasan perkotaan Mammina
sata.
2. Mewujudkan perkotaan Mamminasata ditentukan oleh komponen keberhasilan pembangunan
berdasarkan kondisi struktur kawasan, kegiatan pembangunan perkotaan dan strategi yang tepat
dalam pengembangan kawasan perkotaan.
3. Strategi yang tepat dalam mewujudkan pengembangan perkotaan Mamminasata dilakukan
berdasarkan strategi kelayakan dan strategi kawasan terpadu. Strategi ini menjadi solusi dalam
merealisasikan dan mewujudkan kawasan perkotaan terpadu.

C. KRITIK TEORI LOKASI UNTUK ANALISIS KERUANGAN


Asumsi dasar dalam teori ekonomi konvensional adalah bahwa perusahaan bertujuan
memperoleh keuntungan yang setinggi-tingginya. Hal ini dapat dilakukan dengan peneapaian
kondisi optimal yang didasari oleh skala dan teknik optimalisasi lokasi, asumsi sifat pasar
persaingan sempuma, dengan sistem ekonomi kapitalis. Teori ekonomi neo-klasik memberikan
panduan tentang efisiensi alokasi sumberdaya, namun dalam kenyataannya memiliki kapasitas
terbatas dalam menjelaskan keputusan penerapan lokasi industri. Malinowski dan Kinnard (1961)
dalam Smith (1981) mengambil sampel secara acak pada beberapa perusahaan kecil di Hanford,
Connecticut dan menemukan bahwa dari total 359 alasan yang disebutkan oleh pengelola, ternyata
pemilihan 44 lokasi diantatanya dilakukan dengan alasan yang benar-benar bersifat pribadi. Alasan-
alasan pribadi ini antara lain meneakup kedekatan dengan kampung halaman dan keluarga, serta
alasan-alasan penting lainnya.
Djoyodipuro (1992) mengemukakan bahwa Gejala preferensi pribadi membuat seorang
manajer enggan meninggalkan keta dan mau ditempatkan di daerah yang belum berkembang
tampaknya lebih dominan dalam perusahaan perorangan atau keluarga. Dalam perusahaan yang
pemilikannya lebih abstrak, seperti perseroan terbatas maka kedudukan manajer merupakan karir
dan lokasi perusahaan atau industri ditentukan oleh direksi yang tidak akan pergi dan mengelola
ditempat lokasi.
Kesimpulan umum yang dapat diambil dan sampel ini dan studi serupa lainnya adalah bahwa
fakter biaya dan permintaan rutin memiliki pengaruh yang sangat penting dalam pengambilan
keputusan mengenai lokasi, begitu juga fakter ekonomi dan fakter non ekonomi lainnya. Oleh
karena itu asumsi keuntungan setinggi-tingginya menjadi terlalu sempit untuk analisis pemilihan
lokasi industri. Proses pemilihan suatu lokasi industri menjadi jelas jika kita mengenal
kecenderungankecenderungan lain disamping keinginan untuk meraih keuntungan tinggi (Meeller
dan Mergan, 1962, p.204 dalam Smith 1981).
Penting dibedakan antara apa yang disebut dengan fakter-kakter personal dan perilaku tidak
optimal, Berdasarkan pengamatan terdapat keterkaitan antara lokasi industri dengan kampung
halaman si pendiri (fakter personal) dapat menjadi pilihan yang menguntungkan, seperti dinyafakan
oleh Webber (1972, p,100) dalam Smith (1981). Berdirinya sebuah usaha yang didasari oleh
ketergantungan erat dengan wilayah sekitarnya, pengetabuan dan kredit, serta tidak melibatkan
pilihan lokasi sama sekali, merupakan salah satu kemungkinan yang dapat terjadi. Dalam hal ini
perusahaan tidak perlu menentukan kondisi optimum, baik berdasarkan pada skala. teknik atau
lokasi. Perilaku dan keadaan individu sedemikian dapat digolongkan dalam perilaku ekonomi yang
tidak leluasa. Greenbut menyafakan pentingnya facter orang/pribadi dalam teori lokasi industrinya,
totapi hanya terbatas pada akumulasi bukti empiris, bukan sebagai dasar utama dalam menjelaskan
masalah ketidakeptimalan dalam pengambilan keputusan. Pendekatan yang lebih berorientasi
industri mulai menggantikan teori ekonomi deduksi sebagai paradigma yang berlaku untuk analisis
lokasi. Penyelidikan secara empiris terhadap lokasi perindustrian dengan menggunakan kuisioner
atau wawancara menunjukkan kecenderungan adanya faktor personal untuk beberapa lama sebelum
munculnya perilaku pandangan terhadap geografi. Sebagai conteh, dalam sebuah survei di daerah
baru pengembangan industri atau perluasan wilayah industri di Atlanta, Chapman dan Wells (1958)
dalam Smith (1981), menemukan adanya alasan-alasan pribadi yang terdapat dalam 11 dari 49
perusahaan sebagai fakter yang mempengaruhi pemilihan keta-keta tertentu sebagai lokasi
industri.Secara keseluruhan, fakter pribadi menduduki urutan ke-4 setelah pasar, transpotasi dan
tenaga kerja. Katena dan Mergan (1952) dalam Smith (1981), mewawanearai eksekutif dari 188
industri di Miehigan dan menemukan bahwa terdapat sekitar 51 persen dari para pemilik di
Miehigan yang menuliskan fakter pribadi dan sejenisnya sebagai asal usul penetapan lokasi di keta
tersebut. Tanggapan yang paling sering muncul terhadap pertanyaan mengapa perusahaan
memutuskan berlokasi di Miehigan daripada di negara bagian lainnya adalah bahwa sang pendiri
tinggal di Miehigan. Ketidakeptimalan lebih terkait pada pengambilan keputusan bukan yang
terbaik.Baik yang didasari kriteria keuntungan tinggi atau tindakan-tindakan non-okonomi lainnya.
Pengambilan keputusan yang berdasat pada fakter-faktot personal biasanya tidak berhubungan
dengan ketidakeptimalan.
Seperti halnya dalam perkembangan teori lokasi konvensional. pembuatan konsep
pengambilan keputusan yang tidak optimal pada dasarnya merupakan suatu langkah bergantung
pada kemajuan bidang penelitian lainnya. Terobosan muncul dari teori administrasi, dalam bentuk
teori yang didasarkan pada perilaku pengelola industri. Menurut teori tersebut optimalisasi menuntut
kemampuan tertentu dalam pemanfaatan informasi dan pengambilan keputusan, yang keduanya
diluar jangkauan pikiran manusia dan pengorganisasian sumber-sumber industri, Simen (19577 p.2)
dalam Smith (1981) merujuk pada teori rasional terbatas dari perilaku manusia yang merasa puas
karena mereka tidak memiliki cukup kecerdasan untuk berbuat maksimal. Pengalaman sehari-hari
membuktikan bahwa kita terus menerus membuat keputusan yang memuaskan sesuai keadaan dan
tidak perlu harus optimal, begitu juga halnya dalam pemilihan lokasi industri. Jadi seseorang yang
merasa puas akan dapat memiliki pandangan, pengetahuan, kemampuan dan rasionalisasi ekonomi
yang berbeda terhadap teori konvensional.
Bagaimana mungkin teori lokasi konvensional mengakomedasi ciri yang kurang lazim atau
mengakomedasi masalah perilaku ini. Sebuah kutipan oleh Loseh (1954. p16) dalam Smith (1981)
memberikan kesimpulan singkat "sepanjang pemilihan tersebut membutuhkan biaya yang tidak
melebihi keuntungan perusahaan. maka hal tersebut masih sejalan dengan teori". Menurut Simen,
dalam kaitannya dengan teori rasional terbatas, kita dapat menganggap kebebasan dalam
berkehendak pada perilaku tidak optimal sebagai sisi ketidakleluasaan. keadaan-keadaan ekonomi
menentukan batas sejauh mana lokasi industri menjadi tidak optimum dan sejauh mana pabrik
mampu bertahan.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Kota merupakan pusat pemukiman dan kegiatan masyarakat, memiliki batasan wilayah
administrasi yang sifatnya non agraris, orang-orang didalamnya bersifat individualis. Kota
erat kaitannya dengan desa dimana kota merupakan hasil dari perkembangan desa. Seperti
yang kita tahu bahwa pada awalnya kota-kota merupakan desa dan tempat bermukim para
petani, peternak, nelayan dan lain-lainnya. Mereka saling berhubungan, berkomunikasi dan
berinteraksi.
Ada kecendeıungan bebeıapa kota besaı akan selalu teıus tumbuh dan beıkembang,
kemudian mem- bentuk kota yang disebut kota-kota metıopolitan.Peıkembangan kota di
Indonesia juga beılangsung dengan sangat pesat. Pada tahun 1950 hanya ada satu kota
dengan penduduk di atas 1 juta jiwa yaitu Jakaıta. pada tahun 1980 jumlah teısebut
meningkat menjadi 4 kota yaitu Jakaıta, Bandung, "uıabaya, dan Medan.
Pola pengembangan kota di atas jika tidak ditangani secaıa seıius akan mengakibatkan
teıbentuknya kota pıimat (primate citn), yang bila tingkatnya beılebihan akan beı-
dampak buıuk, baik pada perkebangan kota itu sendiıi maupun perkembangan
pembangunan nasional.
DAFTAR PUSTAKA
Tjiptoherijanto, P. (1999). Urbanisasi dan pengembangan kota di
Indonesia. Populasi, 10(2), 57-72.

Nawi, R. (2014). ANALISA ADMINISTRASI PEMBANGUNAN (STRATEGI


PENGEMBANGAN PERKOTAAN MAMMINASATA). administrasita', 5(2), 279-288.

Harun, U. R. (2011). Kritik Teori Lokasi Untuk Analisis Keruangan. Jurnal Perencanaan
Wilayah dan Kota, 11(2).

Anda mungkin juga menyukai