Anda di halaman 1dari 8

1.

Chirologi,
2. Astrologi,
3. Grafologi,
4. Phisiognomi,
5. Phrenologi,
6. Onychologi,

(1) Chirologi atau ilmu gurat – gurat tangan (Jawa: rajah)

Dasar pemikiran daripada pengetahuan ini ialah kenyataan bahwa gurat – gurat tangan orang itu
tidak ada yang sama satu sama lain, macamnya adalah sebanyak orangnya. Ini pulalah yang menjadi
dasar pikiran Daktiloskopi (Ilmu sidik jari)

Jika sekiranya orang dapat mengenal perbedaan – perbedaan serta sifat – sifat khusus gurat – gurat
tangan tersebut, maka dia akan mengenal perbedaan – perbedaan serta sifat – sifat khas orangnya.
Akan tetapi usaha yang biasa dilakukan orang tidaklah sejauh itu; orang hanya memperhatikan
beberapa gura (garis) saja.

(2) Astrologi atau ilmu perbintangan

Dasar pikiran daripada pengetahuan ini ialah adanya pengaruh kosmis terhadap manusia. Pada waktu
seseorang dilahirkan, dia ada dalam posisi tertentu terhadap benda – benda angkasa; jika sekiranya
kita dapat mengenal perbedaan – perbedaan mengenai soal ini dia juga akan dapat mengenal
perbedaan – perbedaan serta sifat – sifat khas orangnya; tetapi biasanya usaha yang dilakukan orang
tidak sejauh itu, dan orang – orang yang lebih kemudian secara tradisional meniru saja yang
dikatakan oleh orang sebelumnya, padahal reliabilitas dan validitas prinsip – prinsip yang telah ada
belum diuji.

(3) Grafologi atau Ilmu tentang tulisan tangan

Tentang sejarah pengetahuan ini tidak ada kesatuan pendapat di antara para ahli. Umumnya orang
berpendapat bahwa pengetahuan ini adalah hasil abad XIX, namun ada juga bukti – bukti yang
menunjukkan, bahwa sebelum itu telah ada juga orang yang memberhatikannya, misalnya Cammilo
Baldo (Italia, 1622). Karangan dalam lapangan ini yang besar yang berasal dari abad XIX
ialah; Systeme de Graphologie hasil karya Abbe Michon, yang kemudian dilanjutkan dan
disempurnakan oleh Crepiaux jamin dalam A B C de la graphologie.

Kini karangan – karangan dalam lapangan ini telah banyak dan di antaranya yang dapat dipandang
sebagai karya terbaik adalah karya L. Klages: Handschrift und Character.

Dasar pikiran grafologi itu ialah demikian: segala gerakan yang dilakukan oleh manusia itu merupakan
ekspresi daripada kehidupan jiwanya; jadi juga gerakan menulis dan selanjutnya tulisan sebagai hasil
gerakan menulis itu merupakan bentuk ekspresi kehidupan jiwa. Kalau sekirarnya orang dapat
mengetahui keadaan khusus tulisan seseorang dengan baik, berarti dia juga dapat mengenal keadaan
khusus kepribadian si penulisnya.

Dalam menganalisis tulisan tangan itu hal – hal yang diperhatikan antara lain:

· Apakah tulisan tetap lurus ataukah naik atau menuru,

· Condong atau tegaknya tulisan,

· Besar kecilnya huruf,

· Jarak tulisan dari garis yang satu ke garis lainnya.

· Tumpul runcingnya tulisan.

· Tetap dan tidaknya ukuran tulisan,

· Jarak tulisan dari tepi, dan sebagainya.

Hal – hal tersebut dianalisis, dicari sifat – sifatnya yang khas, dan dengan jalan demikian orang
mencoba menarik kesimpulan mengenai kepribadian penulisnya.

(4) Physiognomi atau ilmu tentang wajah

Pengetahuan ini berusaha memahami kepribadian atas dasar keadaan wajahnya. Dasar pikiran untuk
mengusahakan pengetahuan ini ialah keyakinan bahwa ada hubungan antara keadaan wajah dan
kepribadian. Hal – hal yang tampak pada wajah dapat dipergunakan untuk membuat interpretasi
mengenai apa yang terkandung dalam jiwa.

Orang yang mengusahakan secara luas pengetahuan ini dan mempergunakannya secara baik adalah:
Johann Casper Lavater (1741 – 1801), seorang pendeta di Zurich. Karya Lavater dalam lapangan ini
ialah:

Physiognomische Fragmente zur Beforderung der Menchenkenntniss und Menshenliebe. Dalam buku
tersebut dia menerangkan antara lain

(a) Keadaan dahi dan kening adalah petunjuk untuk mengerti kecerdasan seseorang;
(b) Hidung dan pipi adalah bagian yang dapat memberikan tanda mengenai halus atau kasarnya
perasaan seseorang.

(c) Mulut dan dagu dapat memberikan petunjuk tentang nafsu makan, nafsu minum, dan sebagainya.

(d) Mata adalah bagian yang mencerminkan seluruh kehidupan jiwa, dan sebagainya.

Sewaktu masa hidupnya Lavater sebagai seorang pendeta yang banyak bergaul dengan bermacam –
macam orang memang cakap mempergunakan pedoman – pedomannya itu secara baik. Akan tetapi
suksesnya tersebut tidak terutama karena baiknya pedoman yang digunakannya, melainkan karena
ketajaman intuisinya; jadi kalau pedoman tersebut dipergunakan oleh orang lain, maka akan lain –
lain pulalah hasilnya.

(5) Phrenologi atau ilmu tentang tengkorak

Pengetahuan ini bermaksud memahami kepribadian atas dasar keadaan tengkoraknya. Usaha ini telah
dipersiapkan oleh Lavater dan mencapai bentuknya pada Frans Joseph Gall (1758 – 1828), seirang
dokter bangsa Jerman yang bersama – sama dengan G. Spurzheim (1776 – 1923) mengarang buku
mengenai anatomi dan fisiologi otak, yang merupakan karya penting pada zamannya.

Dasar pikiran ajaran mereka itu aialah bahwa tiap – tiap fungsi atau kecakapan itu masing – masing
mempunyai pusatnya di otak. Jikalau salah satu ( atau lebih ) dari kecakapan itu keadaannya luar
biasa, maka pusatnya di otak itupun luar biasa besarnya. Akibat hal ini ialah bentuk tengkorak lalu
terubah oleh pusat yang besar tersebut, sehingga ada tonjolan – tonjolannya. Dengan mengukur
secara teliti tonjolan – tonjolannya tersebut, dapat ditarik kesimpulan tentang kecakapan – kecakapan
atau sifat – sifat orangnya. Phrenologi ini selanjutnya dkembangkan oleh Brocca (1824 – 1880), yang
selanjutnya berhasil merumuskan teori lokalisasi, suatu teori yang walaupun telah banyak mendapat
kritik namun masih tetap populer sampai dewasa ini.

(6) Onychologi atau ilmu tentang kuku

Onychologi berusaha memahami kepribadian seseorang atas dasar keadaan kuku – kukunya. Kuku di
ujung jari itu mempunyai hubungan yang erat dengan susunan syaraf, dengan cabang – cabangnya
yang terhalus berujung di pucuk – pucuk jari. Warna serta bentuk kuku dapat dipakai sebagai
landasan untuk mengenal kepribadian orangnya.

Cabang pengetahuan ini baru dikembangkan pada bagian kedua abad ini, oleh sekelompok ahli di
Perancis, yang dipelopori oleh Henry Bouquest, Cartan Pierre Giram, dan Henry Mangin.

Definisi Kepribadian
Kepribadian adalah organisasi yang dinamis, yang artinya suatu yang terdiri dari
sejumlah aspek/unsure yang terus tumbuh dan berkembang sepanjang hidup manusia.
Aspek tersebut mengenai psiko – fisik yang merupakan suatu sistem (totalitas) dalam
menentukan cara yang khas dalam mengadakan penyesuaian diri terhadap lingkungan.

Temperamen, Watak dan Kepribadian

            Temperamen adalah sifat – sifat yang berhubungan dengan emosi, menunjukan


hubungan/perpaduan yang erat antara rohaniah dengan jasmaniah.

Watak adalah sifat – sifat yang berhubungan dengan nilai, bukan bawaan lahir.
Sedangkan kepribadian adalah keseluruhan aspek yang terdapat di dalam diri
seseorang, termasuk di dalamnya temperamen dan watak.

Tipe – Tipe Kepribadian

1. Menurut Galenus (129 – 199 M) temperamen dibagi empat tipe berdasarkan


jenis cairan yang paling berpengaruh pada tubuh manusia. Pembagian tersebut
adalah :
1. Cholericus : Empedu kuning (chole) yang paling berpengaruh. Orang ini besar
dan kuat tubuhnya, penaik darah, sukar mengendalikan diri.
2. Sanguinicus : Darah. Orang ini wajahnya berseri, periang, dan kekanak – kanak
3. Flegmaticus : Lendis. Orang ini tenang, pemalas, pemisis, dan wajahnya selalu
pucat
4. Melancholicus : Empedu Hitam. Orang ini pemurung dan murah curiga
5. Menurut Heymans (1857 – 1930) mengemukakan tujuh macam tipe manusia :
1. Gapasioneerden (Orang Hebat) : Orang yang aktif dan emosional serta
fungsi sekundernya kuat.
2. Cholerici (Orang Garang) : Orang yang aktif dan emosional, tetapi fungsi
sekundernya lemah.
3. Sentimentil (Orang Perayu) : Orang yang tidak aktif dan emosional, tetapi
fungsi sekundernya kuat.
4. Neveuzen (Orang Penggugup) : Orang yang tidak aktif dan fungsi
sekundernya lemah, tetapi emosinya kuat.
5. Flegmaciti (Orang Tenang) : Orang yang tidak aktif dan fungsi
sekundernya kuat.
6. Sanguinici (Orang Kekanak – kanakan) : Orang yang tidak aktif, tidak
emosional, tetapi fungsi sekundernya kuat.
7. Amorfen (Orang tak berbentuk) : Orang yang tidak aktif, tidak emosional
dan fungsi sekundernya lemah.
8. Menurut Spranger
1. Manusia teori, berpendapat ilmu pengetahuan paling penting.
2. Manusia ekonomi, berpendapat uang paling penting.
3. Manusia sosial, nilai – nilai sosial paling mempengaruhi jiwanya.
4. Manusia politik, nilai yang terpenting ialah politik.
5. Manusia seni, jiwa orang ini selalu dipengaruhi oleh nilai – nilai
kesenian.
6. Manusia saleh, orang ini pecinta nilai – nilai agama.
Mengukur Kepribadian

            Cara mengukur/menyelidiki kepribadian antara lain :

1. Observasi
2. Interview
 

1. Inventory, sejenis kuisioner yang harus dijawab oleh responden secara ringkas.
Contoh :
1. Gilford Zimmerman Temperament Survey, bertujuan menilai pengendalian diri
kepemimpinan, sosiabilitas, kestabilan emosi, persahabatan, keberanian dll.
2. Edward Personal Preference Schedule, menilai usaha mencapai prestasi,
kepatuhan, disiplin, dan kemauan.
3. Minnesota Multiphasic Inventory, mengidentifikasi depresi, histeria, dan
psikopatik
2. Tehnik Proyektif, individu yang dinilai akan memproyeksikan pribadinya melalui
gambar atau hal – hal lain yang dilakukannya.
3. Biografi dan autobiografi
4. Catatan Harian
Keluarga sebagai pembentuk utama kepribadian

Individu selalu bergaul dan lama menghabiskan waktu dengan keluarga, sehingga
komunikasi banyak terjadi dengan keluarga. Maka dari itu, tak heran keluarga sangat
berpengaruh dalam pembentukan kepribadian.

3. Aspek – Aspek Kepribadian

a. Aspek Kognitif (Pengenalan), yaitu pemikiran, ingatan, khayalan, inisiatif, kreativitas,


pengamatan, dan penginderaan. Berfungsi menunjukan jalan, mengarahkan dan
mengendalikan tingkah laku.

b.  Aspek Afektif, berhubungan dengan perasaan atau emosi, hasrat, kehendak, dan
semua aspek konatif atau psikomotorik. Berfungsi sebagai energy atau tenaga mental
yang menyebabkan manusia bertingkah laku.

c.  Aspek Motorik, berfungsi sebagai pelaksana tingkah laku manusia seperti perbuatan
dan gerakan jasmaniah lainnya.

Ny.Yoesoef Noesyirwan (1978) menganalisis kepribadian kedalam empat aspek


1. Vitalitas, konstanta semangat hidup pribadi seseorang. Vitalitas adalah pusat
tenaga, semangat hidup seseorang yang menentukan kemampuan berprestasi.
Vitalitas yang kuat akan melahirkan kepribadian ideal.
2. Temperamen, konstanta, warna, dan bentuk penghayatan atau pengalaman
seseorang serta cara bereaksi dan cara bergeraknya. Warna penghayatan atau
pengalaman merupakan suasana jiwa yang melatarbelakangi rasa kegembiraan dan
kesedihan. Temperamen merupakan pembawaan karena terikat pada konstitusi atau
bentuk tubuh dan proses faali seseorang, sehingga sukar diubah.
3. Watak
1. Hasrat, merupakan kebutuhan manusiawi yang tidak saja terarah pada pemuasan
kebutuhan hidup, tetapi juga terarah untuk mengejar tujuan yang lebih tinggi yang
tergolong kedalam dunia nilai, dunia ideal, dan rohaniah. Remplein membedakan tiga
macam hasrat.
1. Hasrat yang menyangkut “ adanya “ seseorang sebagai makhluk hidup
(triebfedern des lebendigen daseins). Terdiri dari hasrat akan kenikmatan, pengalaman,
dan rasa ingin tahu.
2. Hasrat yang menyangkut adanya seseorang sebagai satu pribadi
(triebfedern des individuellen selbsteins). Terdiri dari hasrat mempertahankan diri,
mandiri, merdeka, dan mengembangkan keakuan.
3. Hasrat yang mentransendir kedua macam bentuk diatas (triebfedern des
uber sich hinaus seins). Tujuan terakhirnya bukanlah aku, tetapi dunia luar.
4. Perasaan, memiliki ciri pokok pasif, subjektif dan adanya pengahayatan
yang spontan. Perasaan dapat dibagi kedalam tiga macam
1. Kemampuan perasaan yang berhubungan dengan keberadaan
seseorang sebagai makhluk hidup (perasaan des lebendigen dasseins)
2. Kemampuan perasaan yang menyangkut dengan keberadaan
seseorang sebagai satu pribadi (perasaan des individuellen selbsteins)
3. Kemampuan perasaan yang melampaui batas keakuan
(perasaan des uber sich hinaus seins)
1. Kemampuan perasaan yang menyangkut eksistensi manusia
sebagai makhluk hidup ialah kemampuan menikmati dan menghayati.
2. Kemampuan perasaan yang menyangkut dengan
keberadaan seseorang sebagai satu pribadi dapat diringkas sebagai perasaan diri.
3. Kemampuan perasaan yang melampaui batas keakuan
(transitif).
4. Kehendak. Kehendak dan hasrat menimbulkan motifasi
sebagai penggerak tingkah laku. Perbedaan kehendak dan hasrat atau motivasi
terletak pada derajat kesadaran yang tinggi pada kehendak. Ada empat hal penting
dari kehendak, yaitu mudah tidaknya kehendak digerakan, kemampuan
memberikan diri sepenuhnya pada tujuan kehendak, daya kehendak dan perhatian.
4. Bakat. Menurut Ny.Yoesoef Noesyirwan jenis bakat menurut fungsi yang terlibat
adalah

a.  Bakat yang lebih berdasarkan psikofisik yaitu kemampuan yang berakar pada
jasmaniah sebagai dasar dan fondamen bakat
b.  Bakat kejiwaan yang bersifat umum yaitu kemampuan ingatan daya khayal atau
imajinasi dan intelegensi

c.  Bakat kejiwaan yang khas, ialah bakat yang dari semula sudah ada dan terarah
pada satu lapangan yang terbatas

d.  Bakat kejiwaan yang majemuk, berkembang lambat laun dari bakat produktif kearah
yang sangat bergantung dari keadaan didalam dan diluar individu

e.  Bakat yang berdasarkan pada alam perasaan dan kemauan.

Berdasarkan prestasinya bakat juga terdiri dari bakat reproduktif, bakat aplikatif, bakat
interpreatif, dan bakat produktif.

4. Kepribadian dan Perkembangan

W. Allport (1961) menyatakan kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu
yang terdiri dari system psikofisik yang menentukan cara penyesuaian diri yang unik
dari individu terhadap lingkungannya. Pengalaman yang membentuk kepribadian yaitu :

1. Pengalaman Umum yang dialami tiap individu dalam kebudayaan tertentu.

2. Pengalaman khusus, yaitu pengalaman yang khusus dialami individu sendiri.

Pembentukan Identitas Diri

Proses integrasi pengalaman ke dalam kepribadian yang makin lama menjadi dewasa,
disebut proses pembentukan identitas diri. Awalnya individu akan mengidentifikasi
dirinya untuk menjadi identik dengan orang lain. Tapi, berangsur angsur individu
tersebut akan menjadi dirinya sendiri.

Ekspresi Kepribadian

Hal ini dirasa perlu karena kepribadian begitu beragam sehingga harus digolongkan
dalam beberapa karakteristik seperti penampilan fisik, temperamen, kecerdasan dan
kemampuan, arah minat dan pandangan mengenai nilai, sikap sosial, kecenderungan
motifasi, cara pembawaan diri dan kecenderungan patologis.

Jenis Kepribadian

1. Menurut Kretschmer, mendasarkan penggolangannya pada cirri fisik dan


berorientasi pada penyakit kejiwaan, yaitu Jenis Asthenis, Atletis, Piknis, Dislpiastis.
2. Hipocrates menggolongkan menjadi jenis sanguin, fregmatik, dan kholerik
3. Carl G. Jung, menggolongkan kepribadian menjadi :
1. Jenis Introvert : Cenderung menarik diri
2. Jenis Ekstrovert : Menggabungkan diri jika tertekan
3. Jenis Ambivert : Campuran Introvert dan Ekstrovert

Anda mungkin juga menyukai