LAPORAN PENDAHULUAN
OLEH :
2114901173
FAKULTAS KESEHATAN
2021
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
TEORITIS PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN RASA NYAMAN
4) Emosi
Kondisi psikis dengan kecemasan, depresi, dan marah akan
mudah mempengaruhi keamanan dan kenyamanan.
5) Status Mobilisasi
Status fisik dengan keterbatasan aktivitas, paralisis,
kelemahan otot, dan kesadaran menurun memudahkan
terjadinya resiko cedera
6) Gangguan Persepsi Sensori
Adanya gangguan persepsi sensori akan mempengaruhi
adaptasi terhadaprangsangan yang berbahaya seperti
gangguan penciuman dan penglihatan.
7) Keadaan Imunitas
Daya tahan tubuh kurang memudahkan terserang penyakit.
8) Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran yang menurun, pasien koma
menyebabkan responterhadap rangsangan, paralisis,
disorientasi, dan kurang tidur..
9) Gangguan Tingkat Pengetahuan
Kesadaran akan terjadi gangguan keselamatan dan
keamanan dapat diprediksi sebelumnya.
b. Faktor Presipitasi (pencetus)
1) Terkadang aktivitas tertentu dapat memicu muncunlnya nyeri.
Aktivitas fisik yang berat dapat menimbulkan nyeri. Selain
itu, faktor lingkungan, stressor fisik dan emosional juga dapat
memicu timbulnya nyeri dan ketidak nyamanan
2) Jatuh
Jatuh merupakan 90% jenis kecelakaan dilaporkan dari seluruh
kecelakaan yang terjadi di rumah sakit. Resiko jatuh lebih besar
dialami pasien lansia.
3) Oksigen
Kebutuhan fisiologis yang terdiri dari kebutuhan terhadap
oksigen akan mempengaruhi keamanan pasien.
4) Pencahayaan
Rumah sakit merupakan sarana pelayanan publik yang penting.
Tata pencahayaan dalam ruang rawat inap dapat mempengaruhi
kenyamanan pasien rawat inap.
6. Penatalaksanaan Medis
a. Penatalaksanaan Terapi
Penatalaksanaan nyeri melibatkan penggunaan obat AINS
(Anti Inflamasi Nonsteroid), obat – obat adjuvan atau analgesik.
(Berma, 2009). Pemberian obat analgesik sangat membantu dalam
manajemen nyeri seperti pemberian obat analgesik non-opioid
(aspirin, ibuprofen) yang bekerja pada saraf perifer di daerah luka
dan menurunkan tingkatan inflamasi, dan analgesik opioid (morfin,
kodein) yang dapat meningkatkan mood dan perasaan pasien
menjadi lebih nyaman walaupun terdapat nyeri.
b. Penatalaksanaan Operatif
1) Relaksasi
Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari
ketegangan dan stress. Teknik relaksasi memberikan
individu kontrol diri ketika terjadi rasa tidak nyaman atau
nyeri stress fisik dan emosi pada nyeri. Dalam imajinasi
terbimbing klien menciptakan kesan dalam pikiran,
berkonsentrasi pada kesan tersebut sehingga secara
bertahap klien dapat mengurangi rasa nyerinya
2) Teknik Biofeedback
Biofeedback merupakan terapi perilaku yang dilakukan
dengan memberikan individu informasi tentang respon
fisiologis misalnya tekanan darah. Hipnosis diri dapat
membantu mengubah persepsi nyeri melalui pengaruh
sugesti positif dan dapat mengurangi distraksi. Mengurangi
persepsi nyeri adalah suatu cara sederhana untuk
meningkatkan rasa nyaman dengan membuang atau
mencegah stimulus nyeri.
3) Teknik Distraksi
Teknik distraksi adalah pengalihan dari focus perhatian
terhadap nyeri ke stimulus yang lain. Ada beberapa jenis
distraksi yaitu ditraksi visual (melihat pertandingan,
menonton televise), distraksi pendengaran (mendengarkan
musik, suara gemericik air), distraksi pernafasan (bernafas
ritmik), distraksi intelektual (bermain kartu).
4) Immobilisasi
Biasanya korban tidur di splint yang biasanya diterapkan
pada saat kontraktur atau terjadi ketidakseimbangan otot
dan mencegah terjadinya penyakit baru seperti decubitus.
B. Tinjauan Teori Askep Kebutuhan Dasar
Proses keperawatan bertujuan untuk memberikan asuhan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan dan masalah klien sehingga mutu
pelayanan optimal. Dengan menggunakan proses keperawatan dapat
terhindar dari tindakan keperawatan yang bersifat rutin, intuisi tidak unik
bagi individu klien. Hubungan saling percaya antara perawat dan klien
merupakan dasar utama dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien
dengan gangguan nyeri. Hal ini penting karena peran perawat dalam
asuhan keperawatan adalah membantu klien untuk dapat menyelesaikan
masalah sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Proses keperawatan
terdiri atas 5 langkah yang sistematis yang dijabarkan sebagai berikut:
a. Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal dari proses
keperawatan, pengkajian keperawatan ini bertujuan untuk menggali
atau mendapatkan data utama tentang kesehatan pasien baik itu fisik,
psikologis, maupun emosional (Debora, 2013).
1) Identitas pasien
Identitas pasien yang terdiri dari, Nama, Umur, Jenis
kelamin, status perkawinan, suku/bangsa, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, nomer telepon, nomer register dan tanggal
masuk rumah sakit.
2) Riwayat Keperawatan
a) Keluhan utama saat pengkajian
Keluhan yang disampaikan oleh pasien pada saat
dilakukan pengkajian. Misalnya, klien mengeluh nyeri,
badannya merasa lemas, klien merasa cemas karena nyeri yang
dirasakan tidak berkurang maka ini tanda pasien merasa tidak
nyaman dengan kondisinya.
b) Riwayat Penyakit Sekarang
Lingkungan, kebisingan mempengaruhi rasa aman dan
nyaman. Lingkungan pasien mencakup semua faktor fisik dan
psikososial yang mempengaruhi atau berakibat terhadap
kehidupan atau kelangsungan hidup pasien. Keamanan yang
ada dalam lingkungan ini akan mengurangi insiden terjadinya
penyakit dan cedera yang akan mempenngaruhi rasa aman dan
nyaman pasien.
c) Riwayat Penyakit Dahulu
Trauma masa lalu yang terjadi pada jaringan tubuh,
misalnya ada luka bekas operasi/bedah menyebabkan
terjadinya kerusakan jaringan dan iritasi secar langsung pada
reseptor sehingga mengganggu rasa nyaman pasien.
d) Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat ini bisa dapat menyebabkan gangguan rasa aman
dan nyaman, karena dengan adanya riwayat penyakit maka
klien akan beresiko terkena penyakit sehingga menimbulka
rasa tidak nyaman seperti halnya nyeri.
3) Pola Kebiasaan
a) Gerak dan aktivitas
Kaji kemampuan gerak dan aktivitas klien. Apakah aktivitas
klien terbatas akibat nyeri yang dirasakan sehingga tidak
nyaman dalam melakukan aktivitas.
b) Istirahat dan tidur
Kaji pola istirahat dan tidur klien, klien dengan keluhan nyeri
biasanya susah untuk beristirahat ataupun tidur akibat nyeri
yang dirasakan sehingga tidur klien tidak nyaman.
c) Rasa nyaman
Kaji kenyamanan klien. Adanya nyeri yang dirasakan klien
akan mengganggu kenyamanan klien
d) Rasa aman
Kaji rasa aman klien. Klien merasa cemas, gelisah akibat nyeri
yang dirasakan sehingga rasa aman dan nyaman pasien
terganggu.
4) Pemeriksaan Fisik
a) Ekspresi wajah
(1) Menutup mata rapat-rapat
(2) Membuka mata lebar-lebar
(3) Menggigit bibir dibawah
b) Verbal
1) Menangis
2) Beteriak
c) Tanda-tanda Vital
(1) Tekanan darah
(2) Nadi
(3) Pernafasan
d) Ekstremitas
Amati gerak tubuh pasien untuk mengalokasi tempat atau rasa
yang tidak nyaman.
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah suatu penilaian klinis terhadap
adanya pengalaman dan respon individu, keluarga ataupun komunitas
terhadap masalah kesehatan, pada risiko masalah kesehatan atau pada
proses kehidupan. Diagnosis keperawatan adalah bagian vital dalam
menentukan proses asuhan keperawatan yang sesuai dalam membantu
pasien mencapai kesehatan yang optimal. Mengingat diagnosis
keperawatan sangat penting maka dibutuhkan standar diagnose
keperawatan yang bisa diterapkan secara nasional di Indonesia dengan
mengacu pada standar diagnosa yang telah dibakukan sebelumnya
(PPNI, 2016). Adapun diagnosa yang muncul yaitu:
a. Gangguan Rasa Nyaman berhubungan dengan nyeri saat
beraktivitas.
b. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisik.
c. Nyeri Kronis berhubungan dengan agen pencedera
d. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan nyeri
c. Perencanaan Keperawatan
Adapun perencanaan yang di berikan sesuai dengan diagnosa yang di
dapatkan yaitu:
1. Prioritas Diagnosa Keperawatan
a) Gangguan Rasa Nyaman berhubungan dengan gejala penyakit
b) Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
c) Nyeri Kronis berhubungan dengan kondisi musculoskeletal
kronis
d) Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan nyeri
2. Rencana Asuhan Keperawatan
a) Gangguan Rasa Nyaman berhubungan dengan gejala penyakit
Setelah dilakukan perawatan selama … x 24 jam diharapkan
gangguan rasa nyaman teratasi, dengan kriteria hasil:
1) Mampu menongtrol kecemasan
2) Status lingkungan yang nyaman
3) Kontrol gejala
4) Status kesehatan meningkat
Rencana Tindakan:
1) Observasi ketidaknyamanan non verbal
Rasional : Untuk mengetahui tingkat kenyamanan
pasien.
2) Gunakan pendekatan yang menenangkan
Rasional : Untuk membina atau menjalin hubungan
saling percaya sehingga pasien merasa
tenang dan nyaman.
3) Ajarkan menggunakan teknik distraksi dan relaksasi
Rasional : Teknik distraksi dan relaksasi dapat
membantu mengatasi nyeri, karena mampu
merasang peningkatan hormone endorphin
kemudian merangsang substansi sejenis.
4) Berikan informasi terkait tindakan dan prosedur yang
diberikan
Rasional : Membantu pasien memahami tindakan dan
prosedur yang akan di berikan.
5) Delegative dalam pemberian analgetik untuk
mengurangi nyeri
Rasional : Analgetik dapat mengurangi rasa nyeri,
diperlukan untuk menghilangi nyeri sedang
sampai berat.
b) Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisik.
Setelah dilakukan perawatan selama … X 24 jam diharapkan
nyeri berkurang, dengan kriteria hasil:
1) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab, nyeri,
mampu mengurangi nyeri, mencari bantuan)
2) Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi
dan tanda nyeri)
3) Mengatakan rasa nyaman stelah nyeri berkurang
Rencana Tindakan :
1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi.
Rasional : Membantu menentukan pilihan intervensi
dan memberikan dasar untuk perbandingan
serta evaluasi terhadap nyeri
2) Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
Rasional : Melihat dan menilai adanya kemungkinan
syock yang terjadi akibat nyeri
3) Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
mengetahui pengalaman nyeri pasien
Rasional : Mengetahui kemampuan dan pengalaman
klien saat menghadai rasa nyeri
4) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan, pencahayaan, dan kebisingan
Rasional : Menghilangkan /mengurangi stress yang
dialami pasien dan mencegah trauma lebih
jauh
5) Ajarkan teknik non farmakologi dalam mengurangi
nyeri (nafas dalam)
Rasional : Memfokuskan perhatian pasien, membantu
menurunkan tegangan otot dan
meningkatkan proses penyembuhan
6) Delegative dalam pemberian analgetik untuk
mengurangi nyeri
Rasional : Analgetik dapat mengurangi rasa nyeri,
diperlukan untuk menghilangi nyeri sedang
sampai berat.
c) Nyeri Kronis berhubungan dengan agen pencedera
Setelah dilakukan perawatan selama … X 24 jam diharapkan
nyeri berkurang , dengan kriteria hasil :
1) Rasa nyeri pasien berkurang
2) Pasien mampu beraktivitas sehari-hari tanpa keluhan
nyeri.
3) TTV dalam rentang normal:
TD : 110/70 - 120/80 mmHg
N : 75-120x/menit
RR : 30-60x/menit
S : 360-370C
Rencana tindakan :
1) Bangun rasa saling percaya dengan klien
Rasional : Menumbuhkan kepercayaan klien
2) Kaji tingkat nyeri dengan teknik PQRST
Rasional : Untuk mengetahui tingkat nyeri dan
berguna dalam pengawasan keefektifan obat
serta kemajuan kesembuhan.
3) Observasi tanda-tanda vital
Rasional : Untuk mengetahui keadaan umum pasien
4) Pertahankan tirah baring selama fase nyeri
Rasional : Istirahat dapat mengurangi rasa nyeri
pasien
5) Ajarkan teknik distraksi dan teknik relaksasi
Rasional : Tindakan ini dapat menurunkan tekanan
vaskuler serebral dan yang memperlambat
atau memblok respon simpatis efektif dalam
menghilangkan nyeri
6) Delegatif pemberian analgesik sesuai indikasi
Rasional : Analgetik dapat mengurangi rasa nyeri,
diperlukan untuk menghilangi nyeri sedang
sampai berat.
d) Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan nyeri abdomen
Setelah dilakukan perawatan selama …X 24 jam diharapkan
gangguan mobilitas fisik teratasi, dengan kriteria hasil:
1) Meningkat dalam aktifitas fisik
2) Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas fisik
3) Memperagakan penggunaan alat bantu
Rencana Tindakan:
1) Kaji kemampuan pasien untuk mobilisasi
Rasional : Mengetahui tingkat kemampuan klien
dalam mobilisasi
2) Ajarkan pasien teknik mobilisasi
Rasional : Dapat meningkatkan kemampuan klien
untuk melakukan rentang gerak
3) Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara
mandiri sesuai dengan kebutuhan
Rasional : Partisipasi klien akan meningkatkan
kemandirian klien dan perasaan terkontrol
terhadap nyeri
4) Ajarkan pasien dalam perubahan posisi
Rasional : Mempercepat pemulihan kondisi tubuh dan
membentuk kekuatan otot
5) Kolaborasikan dengan terapi fisik terkait mobilisasi
Rasional : Membantu memperkuat otot abdomen dan
fleksor tulang belakang, memperbaiki
mekanika tubuh sehingga dapat mengurangi
nyeri yang dirasakan.
d. Implementasi Keperawatan
Perawat mengimplementasikan dari rencana keperawatan yang
telah disusun bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara
optimal. Implementasi keperawatan terdiri dari 7 proses yaitu:
a. Bekerja sama dengan pasien
dalam pelaksanaan tindakan Keperawatan.
b. Kolaborasi profesi kesehatan,
meningkatkan status kesehatan.
c. Melakukan tindakan
keperawatan untuk mengatasi masalah kesehatan klien.
d. Melakukan supervisi terhadap
tenaga pelaksanaan, tenaga keperawatan dibawah tanggung
jawabnya.
e. Menjadi coordinator pelayanan
dan advokasi terhadap klien tentang status kesehatan dan
fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada.
f. Memberikan pendidikan kepada
klien tentang status keluarga mengenai konsep, keterampilan
asuhan diri serta membantu klien memodifikasi lingkungan
yang digunakan.
g. Mengkaji ulang dan merevisi
pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan respon klien.
e. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keoperawatan
dengan cara melakukan identitas sejauh mana tujuan dari rencana
keperawatan tercapai atau tidak. Dalam melakukan evaluasi perawat
harus memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam memahami respon
terhadap intervensi keperawatan, kemampuan menggambarkan
kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta kemampuan dalam
menghubungkan tidakan keperawatan dengan criteria hasil. Menurut
Nursalam (2008), pada tahapan evaluasi ini terdiri dari dua kegiatan
yaitu kegiatan yang dilakukan dengan mengevaluasiselama proses
perawatan berlangsung (evaluasi proses) dan kegiatan melakukan
evalusia dengan targettujuan yang diharapkan (evaluasi hasil).
1. Evaluasi proses (evaluasi formatif)
Fokus padaevaluasi ini adalah aktivitas dari proses
keperawatan dan hasil kualitas pelayanan asuhan keperawatan.
Evaluasi ini harus dilaksanakan segera setelah perencanaan
keperawatan diimplementasikan untuk membantu menilai
efektifitas intervensi tersebut. Metode pengumpulan data
evaluasi ini menggunakan analisis rencana sduhan
keperawatan, open chart audit, pertemuaan kelompok,
wawancara, observasi, dan menggunakan form evaluasi. Sistem
penulisannya dapat menggunakan system SOAP.
2. Evaluasi hasil (evaluasi sumatif)
Focus pada evaluasi hasil (evaluasi sumatif) adalah pada
perubahan perilaku atau status kesehatan klien pada akhir
asuhan keperawatan. Evaluasi ini dilakukan pada akhirnya
asuhan keperawatan secara paripurna. Evaluasi hasil bersifat
objektif, fleksibel, dan efesien. Metode pelaksanaannya terdiri
dari close chart audit, wawancara pada pertemuan terakhir
asuhan, dan pertanyaan kepada klien dan keluarga.
Daftar Pustaka
Kerusakan sel
Merangsang nonsiseptor
(reseptor nyeri)
Nyeri kronis
Sistem aktivasi Sistem aktivasi Area grisea
retikular retikular perikuduktus
Otak (korteks)
somatosensori
Persepsi nyeri
Defisit
pengetahuan