Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam pasal 3 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
disebutkan “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab”1.

Untuk melaksanakan tugas dalam meningkatkan mutu pendidikan


maka diadakan proses belajar mengajar. Guru merupakan figure sentral, di
tangan gurulah terletak kemungkinan berhasil atau tidaknya pencapaian
tujuan belajar mengajar di sekolah. Oleh karena itulah peran dan tugas
guru bukan saja mendidik, mengajar dan melatih tetapi juga bagaimana
guru dapat membaca situasi kelas dan kondisi siswanya dalam menerima
pelajaran.

Siswa adalah orang yang terlibat langsung dalam dunia pendidikan.


Dalam perkembangannya harus melalui proses pembelajaran. Termasuk di
dalamnya belajar mengenal diri, belajar mengenal orang lain, dan belajar
mengenal lingkungan sekitarnya.Apabila semua aspek tersebut telah
tercapai maka akan tumbuh rasa kedisiplinansiswa untuk selalu mengikuti
setiap peraturan yang berlaku di sekolah. Mematuhi semua peraturan yang
berlaku di sekolah merupakan suatu kewajiban bagi seorang siswa.

Konsep disiplin berkaitan dengan tata tertib, aturan, atau norma


dalam kehidupan bersama (yang melibatkan banyak orang).

1
Undang Undang Sisdiknas, Asa Mandiri 2006 : halaman 53

1
MenurutMoeliono2 disiplin artinya adalah ketaatan (kepatuhan) kepada
peraturan tata tertib, aturan, atau norma dan lain sebagainya.

Namun lama-kelamaan kedisiplinan siswa mulai menurun. Salah


satu contohnya dapat dilihat dari ketepatan kehadiran siswa di sekolah atau
absensi. Banyak siswa yang datang terlambat ke sekolah, oleh karena itu
mereka harus dikenakan sanksi agar timbul rasa jera. Tidak hanya sanksi
fisik sampai pemanggilan orang tua ke sekolah namun siswa tak juga
merasa jera.

Salah satu tindakan yang diambil oleh SMK Kesdam Jaya adalah
kegiatan apel pagi bersama Kepala Sekolah dan guru-guru. Setiap pagi
Kepala sekolah, Guru dan siswa berkumpul di lapangan untuk
melaksanakan apel pagi. Berbagai pengarahan diberikan ketika apel pagi
dilaksanakan. Oleh karena itu peneliti ingin membuktikan “ Apakah apel
pagi berpengaruh terhadap ketepatan kehadiran siswa ?”.

1.2 Identifikasi Masalah


Masalah-masalah yang mendasari dari penelitian ini adalah :
1. Mengapa masih banyak siswa SMK Kesdam Jaya yang terlambat ?
2. Mengapa masih banyak siswa SMK Kesdam Jaya yang kurang
mematuhi tata tertib?
3. Apakah penyebab siswa terlambat diakibatkan kurang perhatian dari
orang tua?
4. Apakah penyebab siswa terlambat diakibatkan kurangnya perhatian
dari guru?
5. Adakah pengaruh kegiatan apel pagi terhadap ketepatan kehadiran
siswa di sekolah?
6. Apakah apel pagi membuat siswa datang tepat waktu ?

2
Moeliono, Kamus Besar Bahasa Indonesia : halaman 208

2
1.3 Pembatasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada pengaruh atau manfaat apel pagi
terhadap ketepatan kehadiran siswa di sekolah.

1.4 Perumusan Masalah


Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “ Apakah apel pagi
yang biasa dilaksanakan setiap pagi berpengaruh terhadap ketepatan
kehadiran siswa di sekolah?”

1.5 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui pengaruh apel
pagisebagai salah satu upaya meningkatkan disiplin ketepatan kehadiran
siswa di sekolah.

1.6 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, sbb :
1. Bagi siswa diharapkan dapat termotivasi untuk menigkatkan
kedisiplinan dalam ketepatan kehadiran.
2. Bagi sekolah bisa dijadikan sumbangan dalam mewujudkan budaya /
kultur sekolah yang dapat mendorong keberhasilan dan peningkatan
mutu pembelajaran.

3
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Disiplin
Disiplin berasal dari bahasa latin Discere yang berarti belajar. Dari
kata ini timbul kata Disciplina yang berarti pengajaran atau pelatihan, dan
sekarang kata disiplin mengalami perkembangan makna dalam beberapa
pengertian. Pertama disiplin diartikan sebagai kepatuhan terhadap
peraturan atau tunduk pada pengawasan dan pengendalian. Kedua disiplin
sebagai latihan yang bertujuan mengembangkan diri agar dapat berprilaku
tertib.
Sesuai dengan pendapatSofiyah3“ bahwa kata disiplin sepadan
dengan tata tertib” . Peneliti sependapat bahwa disiplin tersebut berkaitan
dengan hal-hal yang seharusnya ditaati yaitu berupa peraturan dan tata
tertib. Karena disiplin ini erat kaitannya dengan pola tingkah laku
seseorang untuk menaatinya.
Jadi apabila seseorang kurang berdisiplin dapat diartikan bahwa
seseorang tersebut kurang bertingkah laku tertib sesuai dengan norma-
norma atau peraturan yang berlaku.Jadi dengan demikian pengertian
disiplin dalam penelitian ini adalah sikap dan pola tingkah laku siswa
untuk menaati norma-norma, peraturan tata tertib yang berlaku disekolah.
Dalam arti yang luas disiplin mencakup setiap macam pengaruh
yang ditujukan untuk membantu siswa agar mereka dapat memahami dan
menyesuaikan diri dengan tuntutan yang mungkin ditujukan siswa
terhadap lingkungannya.

3
Sofiyah Randhani E.S , Kamus Lengkap Bahasa Indonesia : halaman 158

4
Dengan disiplin siswa diharapkan bersedia untuk tunduk dan
mengikuti peraturan tertentu dan menjauhi larangan tertentu. Kesediaan
semacam ini harus dipelajari dan harus sabar diterima dalam rangka
memelihara kepentingan bersama atau memelihara kelancaran tugas
disekolah, sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai.
Jadi menegakkan disiplin tidak bertujuan untuk mengurangi
kebebasan dan kemerdekaan peserta didik akan sebaliknya ingin
memberikan kemerdekaan yang lebih besar kepada peserta didik dalam
batas-batas kemampuannya. Akan tetapi jika kebebasan peserta didik
terlampau dikurangi, dikekang dengan peraturan maka peserta didik akan
memberontak, mengalami frustasi dan kecemasan.
Apabila disiplin yang dilaksanakan di sekolah terhadap siswa
sesuai dengan pernyataan tersebut maka siswa akan belajar hidup dengan
pembiasaan yang baik, positif dan bermanfaat bagi dirinya dan
lingkungannya baik pada saat bersekolah maupun untuk bekal hidup
dikemudian hari. Tetapi pendekatan dengan penegakkan disiplin tersebut
janganlah sampai membuat siswa tertekan, dan penerapannya harus pula
demokratis dalam artian mendidik.
Namun sedemikian mulianya tujuan penegakkan disiplin seringkali
tidak mendapat respons yang positif dari siswa. Hal ini dikarenakan oleh
beberapa faktor yaitu:
a) Kepemimpinan Kepala Sekolah atau guru yang otoriter yang
menyebabkan sikap siswa yang agresif ingin berontak akibat
kekangan dan perlakuan yang tidak manusiawi.
b) Kurang diperhatikannya kelompok minoritas baik yang berada
diatas rata-rata maupun yang berada dibawah rata-rata dalam
berbagai aspek yang ada hubungannya dengan kehidupan di
sekolah.
c) Siswa kurang dilibatkan dan diikutsertakan dalam kegiatan
sekolah.
d) Latar belakang kehidupan keluarga.

5
e) Sekolah kurang mengadakan kerja sama dan saling melepas
tanggung jawab. Diantara penyebab pelanggaran tersebut
pelanggaran yang umum sering terjadi karena:
1) Kebosanan siswa dalam kelas, dikarenakan yang dikerjakan
siswa monoton tidak ada variasi dalam proses
pembelajaran.
2) Siswa kurang mendapat perhatian dan apresiasi yang wajar
bagi mereka yang berhasil. Untuk mengatasi hal ini seorang
guru sebagai pendidik harus memilih strategi, metode dan
berbagai pendekatan yang bervariasai agar tujuan yang
telah direncanakan dapat tercapai.

Sikap siswa kurang disiplin di sekolah dipengaruhi dari berbagai


faktor. Hal ini dikarenakan siswa berasal dari berbagai latar belakang
kehidupan sosial ekonomi maupun derajat pendidikan orang tuanya.
Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah :
a) Sekolah kurang menerapkan disiplin.
Sekolah yang kurang menerapkan disiplin, maka siswa
biasanya kurang bertanggung jawab karena siswa menganggap
tidak melaksanakan tugas pun di sekolah tidak akan dikenakan
sanksi dan tidak dimarahi guru.
b) Teman bergaul.
Anak yang bergaul dengan anak yang kurang baik
perilakunya akan berpengaruh terhadap anak yang diajak
berinteraksi sehari-hari.
c) Cara hidup di lingkungan anak tinggal
Anak yang tinggal di lingkungan hidupnya kurang baik,
maka anak akan cenderung bersikap dan berperilaku kurang
baik pula.

6
d) Sikap orang tua
Anak yang dimanjakan oleh orang tuanya akan cenderung
kurang bertanggung jawab dan takut menghadapi tantangan
dan kesulitan-kesulitan. Begitu pula sebaliknya anak yang
sikap orang tuanya otoriter, maka anak akan jadi penakut dan
tidak berani mengambil keputusan dalam bertindak.
e) Keluarga yang tidak harmonis
Anak yang tumbuh dikeluarga yang kurang harmonis
(broken home) biasanya akan selalu mengganggu teman dan
sikapnya kurang disiplin. Terkadang mereka akan lebih
menutup diri.
f) Latar belakang kebiasaan dan budaya
Budaya dan tingkat pendidikan orang tuanya akan
berpengaruh terhadap sikap dan perilaku anak. Anak yang
hidup dikeluarga yang baik dan tingkat pendidikan orang
tuanya bagus maka anak akan cenderung berperilaku baik pula.

2.1.2 Siswa
Siswa adalah orang pertama yang terlibat langsung dalam dunia
pendidikan. Dalam perkembangannya harus melalui proses belajar.
Termasuk di dalamnya belajar mengenal lingkungan sekitarnya. Ini
dilakukan agar siswa dapat mengetahui dan menempatkan posisinya di
tengah-tengah masyarakat sekaligus mengendalikan diri. Sifat
pengendalian diri harus ditumbuhkembangkan pada diri siswa.
Pengendalian diri di sini dimaksudkan adalah suatu kondisi di
mana seseorang dalam perbuatannya selalu dapat menguasai diri sehingga
tetap mengontrol dirinya dari berbagai keinginan yang terlalu meluap-luap
dan berlebih-lebihan. Berarti dalam sifat pengendalian diri tersebut
terkandung keteraturan hidup dan kepatuhan akan segala peraturan.
Dengan kata lain, akan tumbuh rasa kedisiplinan siswa untuk selalu
mengikuti tiap-tiap peraturan yang berlaku di sekolah. Mematuhi semua

7
peraturan yang berlaku di sekolah merupakan suatu kewajiban bagi setiap
siswa.Siswa SMK Kesdam Jaya yang berusia di sekitar 15 tahun s/d 20
tahun berada pada fase remaja dengan berbagai fenomenanya.

2.1.3 Remaja
Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak
berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik cepat. Pertumbuhan cepat yang
terjadi pada tubuh remaja luar dan dalam itu, membawa akibat yang tidak
sedikit terhadap sikap, perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja.4
Hal inilah yang membawa para pakar pendidikan dan psikologi
cenderung untuk menanamkan tahap-tahap peralihan tersebut dalam
kelompok tersendiri, yaitu remaja yang merupakan tahap peralihan dari
kanak-kanak, serta persiapan untuk memasuki masa dewasa.Biasanya
remaja belum dianggap sebagai anggota masyarakat yang perlu didengar
dan dipertimbangkan pendapatnya serta dianggap bertanggung jawab atas
dirinya. Terlebih dahulu mereka perlu menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam kapasitas tertentu, serta mempunyai kemantapan emosi,
sosial dan kepribadian.
Dalam pandangan Islam seorang manusia bila telah akhil baligh,
maka telah bertanggung jawab atas setiap perbuatannya. Jika ia berbuat
baik akan mendapat pahala dan apabila melakukan perbuatan tidak baik
akan berdosa. Masa remaja merupakan masa dimana timbulnya berbagai
kebutuhan dan emosi serta tumbuhnya kekuatan dan kemampuan fisik
yang lebih jelas dan daya fikir menjadi matang.
Namun masa remaja penuh dengan berbagai perasaan yang tidak
menentu, cemas dan bimbang, dimana berkecamuk harapan dan tantangan,
kesenangan dan kesengsaraan, semuanya harus dilalui dengan perjuangan
yang berat menuju hari depan dan dewasa yang matang.
Secara psikologis masa remaja adalah usia dimana individu
berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi

4
Daraja Zakiah, Remaja Harapan dan Tantangan, halaman : 8.

8
merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada
dalam tingkat yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak.
Integrasi dalam masyarakat dewasa mempunyai banyak aspek efektif
kurang lebih berhubungan dengan masa puber. Termasuk juga perubahan
intelektual yang mencolok.
Transformasi intelektual yang khas dari cara berpikir remaja ini
memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang
dewasa yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum periode
perkembangan ini. Fase remaja merupakan perkembangan individu yang
sangat penting yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual)
sehingga mampu bereproduksi.

MenurutKonpka5masa remaja ini meliputi :


 Remaja awal : 12-15 tahun
 Remaja madya : 15-18 tahun
 Remaja akhir : 19-22 tahun

Sementara Salzman6 mengemukakan bahwa “ remaja merupakan


masa perkembangan sikap tergantung (Dependence) terhadap orang tua
kearah kemandirian (Independence), minat-minat seksual, perenungan
diri dan perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral”.
Dalam budaya Amerika periode remaja ini dipandang sebagai
“stress and strom” yang berarti frustasi dan penderitaan, konflik dan krisis
penyesuaian, mimpi dan melamun tentang cinta dan perasaan teralineasi
(tersisihkan) dari kehidupan sosial budaya orang dewasa.

Ciri-ciri remaja :
5
Konpka Pikunas, Psikologi Perkembangan.
6
Salzman, Makalah Perkembangan Psikologi Remaja.

9
1. Masa remaja sebagai periode peralihan yaitu peralihan dari masa
kanak-kanak ke masa dewasa.
2. Masa remaja sebagai periode perubahan.
3. Masa remaja sebagai usia bermasalah.
4. Masa remaja sebagai masa mencari identitas.
5. Masa remaja sebagai usia menimbulkan ketakutan, karena masalah
penyesuaian diri dengan situasi dirinya yang baru, karena setiap
perubahan membutuhkan penyesuaian diri.
6. Masa remaja sebagai ambang dewasa.
7. Ciri-ciri kejiwaan remaja tidak stabil, keadaan emosinya goncang
mudah condong kepada ekstrim (amarah), sering terdorong,
bersemangat, peka, mudah tersinggung dan perhatiannya terpusat
pada dirinya.
8. Masa pubertas berada tumpang tindih antara masa kanak-kanak
dan masa remaja sehingga kesulitan yang ada pada masa tersebut
dapat menyebabkan remaja mengalami kesulitan dalam
menghadapi fase perkembangan selanjutnya. Pada fase tersebut
remaja mengalami perubahan dalam sistem hormon (dalam
tubuhnya) yang memberi dampak baik pada bentuk fisik
(terutama organ-organ seksual) dan psikis, terutama emosi.
Pergolakan emosi yang terjadi pada remaja tidak terlepas dari
pengaruh lingkungan tempat tinggal, keluarga, sekolah, teman-
teman sebaya serta aktivitas-aktivitas yang dilakukan dalam
kehidupan sehari-hari.
9. Masa remaja identik dengan lingkungan sosial. Lingkungan sosial
menurut mereka dapat menyesuaikan diri secara efektif. Jika
aktivitas-aktivitas yang dijalani di sekolah, dimana sebagian besar
waktunya berada di sana tidak memadai untuk memenuhi tuntunan
gejolak energinya maka remaja seringkali meluapkan kelebihan
energinya ke arah yang negatif (contoh : tawuran).
2.1.4 Ketepatan kehadiran siswa

10
Pengertian kehadiran menurut Carter V. Good7memberi batasan
kehadiran sebagai berikut : “ The act of being present, particulary at
school, attendance at school as not merelly being bodily presence but
including actual participation in the work and activities”
Pengertian kehadiran seperti yang dikemukakan di atas seringkali
dipertanyakan terutama pada saat teknologi pendidikan dan pengajaran
telah berkembang pesat seperti sekarang ini. Kalau misalnya saja aktivitas-
aktivitas sekolah dapat dipancarkan melalui TV dan bisa sampai ke rumah,
apakah kehadiran siswa secara fisik di sekolah masih dipandang mutlak?
Jika pendidikan atau pengajaran dipandang sebagai sekedar penyampaian
pengetahuan sedangkan para siswa dapat menyerap pesan-pesan
pendidikan melalui layar kacanya di rumah, ketidakhadiran siswa secara
fisik mungkin tidak menjadi persoalan.
Sebaliknya, jika pendidikan bukan sekedar penyerapan ilmu
pengetahuan melainkan lebih jauh membutuhkan keterlibatan aktif secara
fisik dan mental dalam prosesnya, maka kehadiran secara fisik di sekolah
tetap penting apapun alasannya dan bagaimanapun canggihnya teknologi
yang dipergunakan. Pendidikan telah lama dipandang sebagai suatu
aktivitas yang harus melibatkan siswa secara aktif dan tidak sekedar
sebagai penyampaian informasi belaka.
Siswa yang hadir di sekolah hendaknya dicatat oleh guru dalam
buku presensi. Sementara siswa yang tidak hadir di sekolah dicatat dalam
buku absensi. Dengan perkataan lain, presensi adalah daftar kehadiran
siswa, sementara absensi adalah daftar ketidakhadiran siswa.
Begitu jam pertama dinyatakan masuk, serta para siswa masuk ke
kelas, guru mempresensi siswanya satu persatu. Selain agar mengenali
satu persatu siswanya yang masuk sekolah dan yang tidak masuk sekolah.
Demikian juga pada jam-jam berikutnya setelah istirahat, guru
perlu mempresensi kembali, barangkali ada siswanya yang pulang

7
Carter V. Good , Dictionary Of Education.

11
sebelum waktunya. Tidak jarang, siswa pulang sebelum waktunya, hanya
karena sudah dinyatakan masuk melalui presensi pada jam pertama.
Pada umumya ketidakhadiran siswa dapat dibagi kedalam tiga bagian:
1) Alpa, yaitu ketidakhadiran tanpa keterangan yang jelas, dengan
alasan yang tidak bisa dipertanggungjawabkan.
2) Ijin, yaitu ketidakhadiran dengan keterangan dan alasan tertentu
yang bisa dipertanggungjawabkan, biasanya disertai surat
pemberitahuan dari orang tua.
3) Sakit, yaitu ketidakhadiran dengan alasan gangguan kesehatan,
biasanya disertai surat pemberitahuan dari orang tua atau surat
keterangan sakit dari dokter.

2.1.5 Apel Pagi

Apel adalah suatu kegiatan yang dilakukan disuatu instansi di pagi


hari yang bertujuan untuk mengetahui jumlah kehadiran personil serta
berfungsi untuk menyampaikan informasi. Rencana kerja/perintah untuk
pelaksanaan kegiatan dan memupuk jiwa korsa atau kebersamaan, apel
pagi juga berfungsi untuk mengetahui tingkat disiplin siswa.
Disiplin adalah potret keberhasilan seseorang dalam mengelola
sumber daya. Pendisiplinan Sekolah adalah usaha atau perilaku agar
berdisiplin berjalan dengan baik agar tidak menyimpang dan pemberian
motivasi untuk berperilaku yang baik. Pendisiplinan sekolah perlu
dilakukan, selain untuk membuat nama sekolah menjadi lebih baik juga
secara tidak langsung dapat melatih perilaku seluruh masyarakat sekolah
menjadi lebih baik.

12
2.2 Kerangka Berpikir

Apel Pagi

Ketepatan kehadiran siswa/absensi

3S
( senyum, salam dan sapa )

2.3 Hipotesis

Adapun hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apel pagi berpengaruh terhadap absensi siswa.


2. Gerakan 3S (Senyum, Salam dan Sapa) dapat meningkatkan
kedisiplinan siswa.
3. Hadir tidak tepat waktu merupakan salah satu contoh ketidak
disiplinan yang susah diubah.

13
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode


deskriptif, dengan tujuan untuk mendeskriptifkan pengaruh apel pagi
terhadap ketepatan kehadiran siswa di SMK Kesdam Jaya.

3.1.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian (dilakukan) merupakan penelitian mengenai sikap dan


perilaku siswa, dengan berkonsentrasi pada pemecahan masalah siswa
tidak tepat waktu pada saat jammasuk (terlambat), maka waktu penelitian
yang tepat adalah mulai bulan Maret sampai Mei Tahun Pembelajaran
2011-2012, karena di bulan pertengahan semester genap biasanya siswa
akan mulai merasa jenuh dan bosan ketika akan berangkat ke sekolah,
sehingga rata-rata dari siswa akan datang terlambat. Meski sudah berbagai
sanksi diterapkan namun siswa tidak pernah jera. Dengan diterapkannya
apel pagi maka diharapkan siswa akan datang tepat waktu di sekolah.
Penelitian dilaksanakan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
Kesdam Jaya.SMK Kesdam Jaya berada di wilayah Kecamatan Kenari,
Kota MadyaJakarta Pusat, beralamat Jl. Kramat Raya No.174 Senen
Jakarta Pusat.SMK Kesdam Jaya adalah Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) kelompok kesehatan Program Studi Keperawatan. Jumlah guru
sekarang (Thn. 2012) berjumlah 30 orang dan jumlah siswa sebanyak 260
orang.Tempat penelitian ini dipilih, karena tempat ini merupakan tempat
peneliti bersekolah.

14
3.2 Sumber Data
Sumber data yang peneliti dapatkan berasal dari data absensi siswa
SMK Kesdam Jaya tahun pelajaran 2011-2012, sekaligus sebagai objek
penelitian.

3.3 Populasi

Populasi adalah keseluruhan jumlah obyek yang akan diteliti.


Dalam penelitian kali ini, peneliti ingin mengetahui pengaruh apel pagi
terhadap semua siswa SMK Kesdam Jaya tahun pelajaran 2011-2012.
Oleh karena itu peneliti menggunakan teknik populasi dan tidak
menggunakan teknik sampling.
Sebagai subyek penelitian adalah siswa SMK Kesdam Jaya tahun
pelajaran 2011/2012 yang kehadirannya tidak tepat waktu ( terlambat ).
Perlu disampaikan bahwa jumlah keseluruhan siswa SMK Kesdam Jaya
pada Tahun Pelajaran 2011-2012 adalah sebagai berikut :

No Kelas Jumlah Keterangan


1 I 77 Laki-laki = 14 siswa
Perempuan = 63 siswa
2 II 89 Laki-laki = 11 siswa
Perempuan = 78 siswa
3 III 94 Laki-laki = 12 siswa
Perempuan = 82 siswa
Jumlah 260 Laki-laki = 37 siswa
Perempuan = 223 siswa

15
3.4 Pengumpulan Data.

3.4.1 Observasi
Spradly tahun 1980 yang dikutip ( Dra. Ari P ) 8“ menyebutkan
bahwa teknik observasi adalah suatu pengamatan dan pencatatan
sistematis dan teratur mengenai objek yang sedang diteliti. Observasi
menjadi teknik pengumpulan data yang baik bagi penelitian yang ingin
menjaring data tentang perilaku atau sikap. Observasi terutama ditujukan
untuk memperoleh data berkaitan dengan apa yang dikerjakan (cultural
behavior) dan apa yang dibuat dan dipergunakan (cultural artifacts) oleh
partisipan”.
Bentuk observasi yang peneliti pakai adalah observasi secara
langsung. Yang dimaksud observasi secara langsung adalah pengamatan
langsung pada objek yang diamati yaitu siswa itu sendiri.
Pelaksanaan observasi penelitian ini dilaksanakan melalui
beberapa kegiatan, antara lain:
a) Berkoordinasi dengan petugas piket yang terdiri dari 2 orang
petugas, yaitu dari guru yang tidak mempunyai jam mengajar pada
hari itu dan satu orang dari tatausaha. Petugas piket akan mencatat
siswa-siswa yang terlambat. Siswa yang terlambat lebih dari 15
menit, dianggap tidak hadir dan diberi tanda silang. Walaupun
tetap masih diizinkan untuk ikut belajar.
b) Setelah selesai jam pelajaran, dilakukan rekapitulasi dari hasil
pengamatan, baik dari guru piket, dari siswa maupun dari peneliti.
Kegiatan tersebut dilakukan setiap hari kepada setiap siswa yang
terlambat selama 3 minggu.

8
Dra. Ari Pudjiastuti , Widyaiswara P4TK PKn dan IPS Malang, 2007

16
3.4.2 Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan dengan cara
tanya jawab sambil bertatapan muka dengan responden atau tanpa
menggunakan pedoman (guide). Materi wawancara persoalan yang
ditanyakan kepada responden berkisar masalah dan tujuan penelitian .
(Dra. Ari P) 9
Wawancara yang peneliti lakukan adalah dengan siswa yang
berkaitandengan disiplin yang dilaksanakan di sekolah dan rasa tanggung
jawab terutama yang berkaitan dengan sikap siswa apabila terlambat
masuk sekolah. Selain itu penggunaan teknik wawancara ini dilakukan
untuk mendapat data yang lain seperti pandangan siswa terhadap
pentingnya datang tepat waktu untuk meningkatkan kedisiplinan siswa.

3.5 Analisis Data


Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan komparatif.
Hasil observasi yang telah dilakukan diolah dan dianalisis secara deskriptif
komparatif yaitu membandingkan nilai antar minggu observasi maupun
indikator dalam penelitian. Observasi dengan analisis deskriptif ini
berdasarkan hasil observasi yaitu :

 Membandingkan antara data disiplin pada dokumen dengan


data disiplin hasil observasi.
 Membandingkan data disiplin hasil wawancara dan observasi.

9
Dra.Ari pudjiastuti, M.Pd, Widyaiswara P4TK PKndan IPS Malang, 2007.

17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

4.1 Deskripsi Kondisi Awal


Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di sekolah tidak
lepas dari sarana prasarana, manajemen sekolah serta lingkungan termasuk
orang tua untuk tercapainya tujuan pendidikan.
Setelah adanya Peraturan Gubernur DKI No 11 Tahun 2009
tentang jam masuk sekolah menjadi pukul 06.30, angka siswa yang
terlambat di SMK Kesdam Jaya menjadi naik. Setelah hampir tiga tahun
sejak Peraturan Gubernur tersebut diterbitkan angka siswa terlambat masih
saja belum bisa diturunkan secara signifikan. Padahal upaya-upaya telah
dilakukan mulai dari sanksi yang mendidik sampai pemanggilan orang tua.
Adapun hasil pengamatan angket sebagai berikut :

Persentase faktor penyebab keterlambatan


5%

faktor kesengajaan

faktor ketidak sengajaan


32%
faktor keluarga

63%

18
Adapun hasil pengamatan angket sebagai berikut :

A) Pandangan siswa yang terlambat terhadap budaya tepat waktu dalam hal
ini hadir ke sekolah tidak terlambat ternyata positif, dalam arti
sesungguhnya keterlambatan mereka tidak didasarkan faktor kesengajaaan.
Mereka tetap mengakui bahwa datang tepat waktu adalah sesuatu yang
penting untuk mereka lakukan.Hasil angket ini memberikan masukan bagi
pihak sekolah bahwa sesungguhnya kebiasaan mereka terlambat masih
besar harapannya untuk dapat diperbaiki.
B) Dilihat dari faktor penyebab mereka terlambat datang adalah disebabkan
karena mereka bangun kesiangan yang diakibatkan jam tidur mereka tidak
teratur dan diatas jam tidur normal (di atas jam 23.00) .
Hasil angket ini memberikan bahan masukan bagi peneliti hal apa yang
paling penting disampaikan kepada mereka dalam tindakan senyum, salam
dan sapa. Peneliti dapat mengingatkan mereka kalau tidak mau terlambat
maka mereka harus berusaha memperbaiki jam tidur mereka.

19
C) Hasil angket dari faktor dukungan dan perhatian orang tua, lingkungan
rumah dan lingkungan sekolah dalam penerapan budaya tidak terlambat
siswa yang sebagian besar mengindikasikan masih rendahnya dukungan
lingkungan agar mereka menjadi terbiasa tidak terlambat memberi
masukan kepada peneliti bahwa mereka perlu banyak contoh figur yang
dapat mereka tauladani. Setidaknya salah satu contohnya adalah Kepala
Sekolah yang dapat menempatkan diri menjadi figur yang dapat mereka
contoh dalam menghargai ketetapan waktu dan tidak terlambat.

4.2 Pembuatan Angket Untuk Pengamatan


Sebelum penelitian dimulai peneliti memerlukan beberapa data
pengantar, tentang pandangan siswa yang sering datang terlambat terhadap
hal-hal sebagai berikut :
 Bagaimanakah pandangan siswa yang terlambat tentang
pentingnya datang tepat waktu ?
Untuk menjaring data atas permasalahan di atas maka peneliti menyusun
angket (angket terlampir).

4.3 Pelaksanaan Tindakan Penelitian


Kepada siswa yang terlambat peneliti selain tetap berusaha
menampilkan mimik senyum, memberikan salam lalu mengumpulkan
mereka berdasarkan kategori jam terlambat mereka :
Kategori 1 : terlambat 1 - 10 menit
Kategori 2 : terlambat 11 - 20 menit
Kategori 3: terlambat lebih dari 21 - 30 menit
memberikan pengarahan dan pemahaman terhadap siswa mengenai hal-hal
yang harus diperhatikan dalam menuntut ilmu di sekolah terutama sikap
disiplin dan tanggung jawab dan tugas-tugas, akan menentukan tingkat
keberhasilan pendidikan. Hanya dengan sikap disiplin dan rasa tanggung
jawab yang tinggi kualitas sekolah akan tercapai (hal ini akan selalu

20
disampaikan secara umum kepada seluruh siswa pada waktu upacara
bendera)
Pada saat tindakan dilakukan peneliti dibantu oleh guru piket
mencatat siswa yang terlambat untuk mengetahui proses dari tindakan
yang diambil. Peneliti datang lebih awal sebelum siswa datang berdiri di
lapangan apel bersama guru yang mengajar pada jam pertama pada saat
apel pagi. Kepada yang tidak terlambat selalu diberikan apresiasi berupa
ucapan terima kasih karena sudah datang tepat waktu.

4.4 Hasil Pengamatan


Kurang lebih dalam 1 bulan penelitian (18 Maret s.d 23 April
2012) terlihat jumlah siswa yang terlambat fluktuatif, artinya masih naik
turun.

 Tabel 4.4.1 Daftar siswa yang terlambat pada observasi minggu I


(pertama)

No Hari/Tanggal Jumlah
1 Senin, 19Maret 2012 15 siswa
2 Selasa,20 Maret 2012 10 siswa
3 Rabu, 21 Maret 2012 12 siswa
4 Kamis, 23Maret 2012 8 siswa
5 Jumat,24 Maret 2012 6 siswa
6 Sabtu, 25 Maret 2012 5 siswa
  Jumlah 56 siswa

21
 Gra

 Grafik4.4.1 Siswayang terlambatpadaobservasi mingguI (pertama)

16
14
12
10
8
6
4
2
0
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu

Keterangan :

A = Banyaknya siswa yang terlambat


 Tabel 4.4.2 Daftar siswa yang terlambat pada observasi minggu
ke 2 ( dua )

No Hari/Tanggal Jumlah Keterangan


1 Senin,26 Maret 2012 14 siswa Apel
2 Selasa,27 Maret 2012 19 siswa Tidak
3 Rabu,28 Maret 2012 12 siswa Apel
4 Kamis,29 Maret 2012 15 siswa Tidak
5 Jumat,30 Maret 2012 8 siswa Apel
6 Sabtu,31 Maret 2012 13 siswa Tidak
  Jumlah 81 siswa  

22
 Grafik 4.4.2 Siswa yang terlambat ketika ada apel pagi dan tidak
ada apel pagi pada observasi minggu ke 2 (dua)

20
18
16
14
12
10 A
8 B
6
4
2
0
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu

Keterangan :

A = Banyaknya siswa yang terlambat ketika ada apel pagi

B = Banyaknya siswa yang terlambat ketika tidak ada apel pagi

 Tabel 4.4.3 Daftar siswa yang terlambat pada observasi minggu ke


3 ( tiga )

No Hari/Tanggal Jumlah
1 Senin, 09 April 2012 13 siswa
2 Selasa, 10 April 2012 9 siswa
3 Rabu, 11 April 2012 10 siswa
4 Kamis, 12 April 2012 8 siswa
5 Jumat, 13 April 2012 7 siswa
6 Sabtu, 14 April 2012 3 siswa
  Jumlah 50 siswa

23
 Grafik 4.4.3 Siswa yang terlambatpada observasi minggu ke 3
(tiga)

14

12

10
Keterangan
:
8

6 A
A =
4 Banyaknya
2 siswa yang
0 terlambat
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu

Dari hasil observasi tingkat keterlambatan siswa pada jam


pelajaran pertama, pada minggu I (pertama)ternyata hasilnya sangat
positif. Ketika peneliti mencoba membuat variasi yaitu pada observasi
minggu ke 2 (dua) ketika apel hanya dilaksanakan pada hari Senin, Rabu
dan Jumat didapat perbandingan seperti yang terdapat pada tabel dan
grafik observasi minggu ke 2 (dua).

Namun pada minggu ke 3 (tiga) apel pagi mulai dilakukan setiap


pagi lagi dan hasilnya jumlah siswa yang terlambat kembali mengalami
penurunan. Walaupun belum mencapai tingkat 100% siswa tidak terlambat
akan tetapi tindakan apel pagi yang dilakukan telah menunjukkan sebuah
hasil bahwa disiplin siswa dalam ketepatan kehadiran melalui senyum,
sapa, dan salam di SMK Kesdam Jaya dapat mencapai ekspektasi yang
diharapkan.

24
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa setelah
diadakan kegiatan apel pagi siswa yang terlambat tinggal 3 orang. Maka
dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan tindakan apel
pagi di SMK Kesdam Jaya ternyata cukup efektif untuk meningkatkan
kedisiplinan siswa SMK Kesdam Jaya dalam ketepatan kehadiran dan
untuk mengubah kultur/budaya terlambat siswa khususnya di SMK
Kesdam Jaya.

5.2 Saran
Karena adanya pengaruh positif penerapan tindakan pengambilan
apel pagi oleh kepala sekolah terhadap disiplin siswa di SMK Kesdam
Jaya dalam ketepatan kehadiran (tidak terlambat) maka melalui
kesempatan ini penulis mengajukan beberapa saran :

25
1. Semua sekolah yang memiliki kasus yang sama dengan di
sekolah peneliti yaitu tingginya tingkat siswa yang datang ke
sekolah terlambat disarankan melakukan tindakan sebagaimana
yang telah dilakukan di sekolah peneliti.
2. Kepada semua pihak yang berperan penting di sekolah terutama
Kepala Sekolah, guru dan staf hendaknya selalu menjadi orang
pertama yang menanamkan budaya tepat waktu dalam
melaksanakan tugas untuk dapat meningkatkan disiplin dalam
kehadiran di kelas sebagai bentuk pelayanan minimal kepada
peserta didik di sekolah.

26
DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi, H. Drs. dan Nur Uhbiyati, Dra. (2001). Ilmu Pendidikan
Rineka Cipta.
Branson, dkk. (1999). Belajar Civis Education dari Amerika. Yogyakarta: LKiS.
Darajat, Zakiah. (1989). Pembinaan Nilai Moral Norma di Indonesia.
Haji Mas Agung.
Dasim Budimansyah (2000). Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Bandung: Epsilon.
Djahiri, Kosasih. (2007). Kapita Selekta Pembelajaran Pembaharuan Paradigma
Hurlock, Elizabeth B. (1990). Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988) , Balai Pustaka.
Kokom Siti Komariah (2002). Proses Pengembangan Kedisiplinan Anak Melalui
Cerita. Tesis Pada Program Pasca Sarjana UPI (tidak diterbitkan).
Lina F.R (2006). Studi Tentang Pelaksanaan Pemberian Sanksi Hukuman Untuk
Meningkatkan Kedisiplinan Siswa di Sekolah. Skripsi Pada Program
M. Uzer Usman (1999). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Purwanto, Ngalim (1993). Ilmu Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Suherman, Usman (2000). Memahami Karakteristik Individu. FIP UPI.
Sujanto, Agus. (1984). Pskologi Kepribadian. Jakarta: Bumi Aksara.
Suparman. (2003). Pengaruh Pola Pendidikan Berbasis Disiplin Terhadap
Thomas Gordon (1996). Mengajar Anak Berdisiplin Diri di Rumah dan di
Sekolah. Jakarta; PT. Gramedia.
Usman Radiana (1999). Strategi Pembinaan Disiplin siswa di sekolah

27

Anda mungkin juga menyukai