Anda di halaman 1dari 13

KEPERAWATAN KOMUNITAS

KONSEP KESEHATAN MASYARAKAT DAN KELOMPOK KHUSUS

Disusun oleh:

Roisul Fahmi Ilyas

P1337420618085

SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN SEMARANG

JURUSAN KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum w.r.w.b.

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah yang berjudul
“”. Dan shalawat serta salam kita haturkan kepada junjungan kami Nabi Agung Muhammad
SAW yang kita nantikan syafa’atnya di hari akhir.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik agar kami dapat
memperbaiki makalh ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat terhadap
pembaca.

Wassalamu’alaikum w.r.w.b.
BAB I

PENDAHULUAN

Konsep pendekatan dalam upaya penanganan kesehatan penduduk mengalami banyak


perubahan sejalan dengan pemahaman dan pengetahuan kita bagaimana suatu masyarakat
menghayati dan menghargai bahwa kesehatan itu merupakan “Human Capital” yang sangat besar
nilainya. Konsep sehat–sakit senantiasa berubah sejalan dengan pemahaman kita tentang nilai,
peran, penghargaan dan pemahaman kita terhadap kesehatan. Dimulai pada zaman keemasan
Yunani bahwa sehat merupakan keadaan standard yang harus dicapai dan dibanggakan,
sedangkan sakit sebagai sesuatu yang tak bermanfaat. Setelah ditemukan kuman penyebab
penyakit, batasan sehat juga berubah, seseorang disebut sehat apabila setelah diadakan
pemeriksaan secara seksama tidak ditemukan penyebab penyakit. Tahun lima puluhan definisi
World Health Organization (WHO) tentang sehat sebagai keadaan sehat sejahtera fisik mental
sosial dan bukan hanya bebas dari penyakit dan kelemahan, dan tahun delapan puluhan
kemudian definisi sehat WHO mengalami perubahan seperti yang tertera dalam UndangUndang
Kesehatan Republik Indonesia No 23 tahun 1992 telah memasukkan unsur hidup produktif sosial
dan ekonomi.

Berbicara mengenai kesehatan tentunya kita tidak terlepas dari definisi klasik WHO
tentang kesehatan yaitu “Keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial dan tidak sedang
menderita sakit atau kelemahan”. Mengapa WHO memasukkan istilah sosial? Sosial berarti
“Hidup bersama dalam kelompok dengan situasi yang saling membutuhkan satu dengan yang
lain”.

Kesehatan yang optimal bagi setiap individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
merupakan tujuan dari keperawatan, khususnya keperawatan komunitas, yang lebih menekankan
kepada upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan terhadap berbagai gangguan kesehatan dan
keperawatan, dengan tidak melupakan upaya-upaya pengobatan dan perawatan serta pemulihan
bagi yang sedang menderita penyakit maupun dalam kondisi pemulihan terhadap penyakit.

Keperawatan komunitas ditujukan untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan,


serta memberikan bantuan melalui intervensi keperawatan sebagai dasar keahliannyadalam
membantu individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam mengatasi berbagai masalah
keperawatan kesehatan yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Perawat sebagai orang
pertama dalam tatanan pelayanan kesehatan, melaksanakan fungsi-fungsi yang sangat relevan
dengan kebutuhan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Sehat secara sosial meupakan
hasil dari interaksi positif di dalam komunitas. Kesehatan manusia berubah-ubah bergantung
pada stressor yang ada dan kemampuannya untuk mengatasi masalah serta memelihara
homeostasis. Setiap manusia mempunyai rentang yang terdiri dari dua kutub yaitu keadaan sehat
optimal dan keadaan sakit.
BAB II

ISI

A. SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN KOMUNITAS INDONESIA


Berbagai definisi mengenai keperawatan kesehatan komunitas telah dikeluarkan oleh
organisasi-organisasi profesional. Pada tahun 2004, American Nurses Association (ANA)
mengidentifikasikan keperawatan kesehatan komunitas sebagai tindakan untuk meningkatkan
dan mempertahankan kesehatan dari populasi dengan mengintegrasikan keterampilan dan
pengetahuan yang sesuai dengan keperawatan dan kesehatan masyarakat. Praktik tersebut
dilakukan secara komprehensif, umum (tidak terbatas pada kelompok tertentu), berkelanjutan,
dan tidak terbatas pada perawatan yang bersifat episodik. Definisi keperawatan kesehatan
komunitas, menurut American Public Health Association (2004), yaitu sintesis dari ilmu
kesehatan masyarakat dan teori keperawatan profesional yang bertujuan meningkatkan derajat
kesehatan pada keseluruhan komunitas.
Keperawatan kesehatan masyarakat (perkesmas) adalah suatu bidang dalam
keperawatan kesehatan yang merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan
masyarakat dengan dukungan peran serta aktif masyarakat yang mengutamakan pelayanan
promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan
rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu. Pelayanan tersebut ditujukan kepada individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat sebagai suatu kesatuan yang utuh, melalui proses
keperawatan untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal sehingga dapat
mandiri dalam upaya kesehatannya (Depkes, 2006)
Perkesmas pada dasarnya adalah pelayanan keperawatan profesional yang merupakan
perpaduan antara konsep kesehatan masyarakat dan konsep keperawatan yang ditujukan pada
seluruh masyarakat dengan penekanan pada kelompok berisiko tinggi. Upaya pencapaian
derajat kesehatan yang optimal dilakukan melalui peningkatan kesehatan (promotif) dan
pencegahan penyakit (preventif) di semua tingkat pencegahan (levels of prevention) dengan
menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai
mitra kerja dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan keperawatan (Depkes,
2006).
Tujuan pelayanan perkesmas adalah meningkatkan kemandirian masyarakat dalam
mengatasi masalah perkesmas secara optimal. Pelayanan keperawatan diberikan secara
langsung kepada seluruh masyarakat dalam rentang sehat-sakit dengan mempertimbangkan
seberapa jauh masalah kesehatan masyarakat dapat memengaruhi individu, keluarga,
kelompok, maupun masyarakat.
Sasaran perkesmas adalah seluruh komponen masyarakat yang terdiri atas individu,
keluarga, dan kelompok berisiko tinggi termasuk kelompok atau penduduk di daerah kumuh,
terisolasi, berkonflik, dan daerah yang tidak terjangkau oleh pelayanan kesehatan.
Perkesmas merupakan salah satu kegiatan pokok puskesmas yang sudah ada sejak
konsep puskesmas diperkenalkan. Perkesmas sering disebut dengan public health nursing
(PHN) namun saat ini lebih tepat disebut dengan community health nursing (CHN).
Perubahan istilah public menjadi community, terjadi di banyak negara karena istilah public
sering kali dihubungkan dengan bantuan dana atau subsidi pemerintah (government subsidy
atau public funding). Sementara, perkesmas dapat dikembangkan tidak hanya oleh pemerintah
tetapi juga oleh masyarakat atau swasta, khususnya pada sasaran invidu (UKP) sebagai contoh
adalah perawatan kesehatan individu di rumah (home health nursing) (Depkes,2006).
Perawat kesehatan komunitas pada awalnya bekerja di sektor pemerintahan seperti
departemen kesehatan, dan puskesmas, tetapi dalam perkembangannya mereka juga bekerja di
tatanan (setting) lainnya seperti pusat layanan kesehatan mandiri, organisasi home care,
maupun organisasi kemasyarakatan lainnya. Menurut Institute of Medicine (IOM) pada tahun
2003, keperawatan kesehatan komunitas merupakan layanan keperawatan profesional yang
diberikan oleh perawat yang telah memperoleh pendidikan keperawatan komunitas atau
disiplin lain yang berkaitan dan bekerja untuk meningkatkan derajat kesehatan yang berfokus
pada masyarakat.

B. PERAN DAN FUNGSI KEPERAWATAN KOMUNITAS


1. Manager kasus
Jika, berperan sebagai manager, perawat harus mampu mengelola pelayanan yang
berkoordinasi dengan komunitas atau keluarga, penyedia pelayanan kesehatan atau
pelayanan sosial yang ada. Hal ini bertujuan untuk mempermudah pencapaian tujuan
asuhan keperawatan komunitas. Seyogyanya kualifikasi pendidikan seorang manager kasus
minimal Sarjana Keperawatan.
Anda mungkin pernah mengetahui tentang peran di atas, sebagai manager kasus
perawat komunitas harus dapat berfungsi untuk melakukan tindakan sebagai berikut.
a. Mengidentifikasi kebutuhan komunitas terhadap pelayanan kesehatan. Hal ini penting
dilakukan agar pelayanan kesehatan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan
komunitas.
b. Menyusun rencana asuhan keperawatan komunitas. Rencana ini dibuat berdasarkan
hasil pengkajian kebutuhan komunitas terhadap pelayanan kesehatan.
c. Mengoordinasikan aktivitas tim kesehatan multidisiplin sehingga pelayanan yang
diberikan dapat optimal dan tepat sasaran.
d. Menilai kualitas pelayanan keperawatan dan pelayanan kesehatan yang telah diberikan.
Sebagai manager, hal ini penting untuk meningkatkan pengelolaan berikutnya.

2. Pelaksana Asuhan keperawatan


Salah satu peran penting perawat adalah memberikan pelayanan langsung kepada
komunitas sesuai dengan kebutuhan komunitas atau keluarga. Anda dapat mencoba peran
ini sesuai dengan tahapan mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi keperawatan.
Sebagai pelaksana asuhan keperawatan, perawat dapat berfungsi untuk:
a. melakukan pengkajian secara komprehensif;
b. menetapkan masalah keperawatan komunitas;
c. menyusun rencana keperawatan dengan mempertimbangkan kebutuhan dan potensi
komunitas;
d. melakukan tindakan keperawatan langsung mencakup tindakan mandiri (seperti
melakukan perawatan luka, melatih napas dalam dan batuk efektif, melatih latihan
rentang gerak/rom, dan sebagainya), serta tindakan kolaboratif (seperti pemberian obat
TBC dan sebagainya);
e. mengevaluasi tindakan keperawatan yang sudah diberikan;
f. mendokumentasikan semua tindakan keperawatan.

3. Pendidik
Jika berperan sebagai pendidik, maka perawat harus mampu menjadi penyedia
informasi kesehatan dan mengajarkan komunitas atau keluarga tentang upaya kesehatan
yang dapat dilakukan komunitas. Peran tersebut dapat Anda lihat saat perawat melakukan
pendidikan kesehatan. Berikut fungsi yang dapat dijalankan oleh perawat komunitas dalam
menjalankan perannya sebagai pendidik.
a. Mengidentifikasi kebutuhan belajar, yaitu apa yang ingin diketahui oleh komunitas, ini
bisa diketahui saat perawat melakukan pengkajian komunitas.
b. Memilih metode pembelajaran (ceramah, diskusi, atau demonstrasi), dan materi yang
sesuai dengan kebutuhan.
c. Menyusun rencana pendidikan kesehatan.
d. Melaksanakan pendidikan kesehatan.
e. Melatih komunitas/kelompok/keluarga tentang keterampilan yang harus dimiliki sesuai
kebutuhannya.
f. Mendorong keluarga untuk melatih keterampilan yang sudah diajarkan perawat.
g. Mendokumentasikan kegiatan pendidikan kesehatan.

4. Pembela (Advocate)
Peran sebagai pembela (advocate) dapat dilakukan perawat dengan mendukung
pelayanan keperawatan yang berkualitas dan kompeten. Sikap perawat yang selalu
berupaya meningkatkan kompetensinya agar asuhan keperawatan komunitas yang
diberikan terjaga kualitasnya, merupakan contoh pelaksanaan peran sebagai pembela
(advocate). Bagaimana dengan Anda, apakah juga berkomitmen untuk selalu menjaga
kualitas asuhan keperawatan yang diberikan? Cobalah Anda sejak saat ini terus menjaga
komitmen tersebut.
Selain sikap di atas, tindakan lain yang dapat dilakukan perawat sebagai pembela
(advocate) adalah:
a. menyediakan informasi yang dibutuhkan komunitas atau keluarga untuk membuat
keputusan;
b. memfasilitasi komunitas atau keluarga dalam mengambil keputusan;
c. membuka akses ke provider agar komunitas atau keluarga mendapatkan pelayanan yang
terbaik (membangun jejaring kerja);
d. menghormati hak klien;
e. meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan;
f. melaksanakan fungsi pendampingan komunitas atau keluarga;
g. memberikan informasi terkait sumber-sumber pelayanan yang dapat digunakan;
h. memfasilitasi masyarakat dalam memanfaatkan sumber-sumber tersebut.

5. Konselor
Perawat konselor membutuhkan keterampilan khusus, yaitu perawat tersebut adalah
orang yang memahami (expert) di bidang keahliannya, dapat dipercaya untuk membantu
komunitas atau keluarga dan mengembangkan koping yang konstruktif dalam penyelesaian
masalah. Perawat juga dapat memberikan berbagai solusi dalam rangka menetapkan cara
yang lebih baik untuk penyelesaian masalah.

6. Role Model
Pelayanan keperawatan komunitas bersifat berkelanjutan dan berkesinambungan,
tentu saja ini menuntut perawat untuk mampu berinteraksi baik dengan komunitas. Dalam
interaksi, ada proses transformasi perilaku perawat yang dapat dipelajari oleh komunitas
atau keluarga. Proses inilah yang sebenarnya, bahwa perawat sedang menjalankan
perannya sebagai role model (contoh).

7. Penemu Kasus
Peran selanjutnya yang dapat dilakukan oleh perawat komunitas adalah melibatkan
diri dalam penelusuran kasus di komunitas atau keluarga, untuk selanjutnya dilakukan
kajian apa saja yang dibutuhkan komunitas. Tentu saja kasus tersebut mungkin
membutuhkan intervensi dari profesi lain atau pelayanan kesehatan yang lebih kompleks,
maka yang dilakukan perawat komunitas adalah segera merujuk klien. Merujuk juga
membutuhkan ketelitian perawat untuk mengidentifikasi, kasus mana yang seharusnya di
rujuk dan ke mana harus merujuk.

8. Pembaharu
Peran ini membantu komunitas untuk melakukan perubahan ke arah kehidupan
yang lebih sehat. Hal yang dilakukan perawat sebagai pembaharu adalah sebagai berikut.
a. Mengidentifikasi kekuatan dan penghambat perubahan. Hal ini penting dilakukan
karena suatu perubahan merupakan suatu hal yang baru yang membutuhkan dukungan.
b. Membantu pencairan dan memotivasi untuk berubah.
c. Membantu komunitas menginternalisasi perubahan.

9. Peneliti
Berkembangnya ilmu keperawatan, salah satunya banyak dipengaruhi oleh hasil-
hasil penelitian. Melalui penelitian, perawat komunitas dapat mengidentifikasi masalah
praktik dan mencari jawaban melalui pendekatan ilmiah. Meskipun perawat lulusan DIII
tidak mempunyai kompetensi melakukan penelitian mandiri, namun perawat lulusan DIII
dapat menjadi anggota penelitian dan menggunakan hasil penelitian dalam praktik
keperawatan komunitas.

C. ETIKA KEPERAWATAN KOMUNITAS


Etik adalah terminologi dengan berbagai makna. Singkatnya, etik berhubungan dengan
bagimana seseorang harus bertindak dan bagaimna mereka melakukan hubungan dengan
orang lain.
Etik profesi keperawatan adalah kesadaran dan pedoman yang mengatur nilai-nilai
moral di dalam melaksanakan kegiatan profesi keperawatan, sehingga mutu dan kualitas
profesi keperawatan tetap terjaga dengan cara yang terhormat.
Etik keperawatan merupakan kesadaran dan pedoman yang mengatur prinsip-prinsip
moral dan etik dalam melaksanakan kegiatan profesi keperawatan. Etika keperawatan tersebut
antara lain mengandung unsur-unsur pengorbanan, dedikasi, pengabdian, dan hubungan
antara perawat dengan klien, dokter, sejawat perawat, maupun diri sendiri. Perilaku etik dapat
dibagi menjadi dua kelompok yaitu sebagai berikut.
1. Etik yang berorientasi kepada kewajiban. Pedoman yang digunakan adalah apa yang
seharusnya dan wajib dilakukan oleh seseorang untuk mencapai kebaikan dan kebajikan.
2. Etik yang berorientasi kepada larangan. Pedoman yang digunakan adalah apa yang
dilarang dan tidak boleh dilakukan untuk mencapai suatu kebaikan dan kebajikan.
Enam asas etik yang tidak akan berubah dalam etik profesi keperawatan dan asuhan
keperawatan adalah sebagai berikut.
1. Asas menhormati otonomi klien (autonomy)
Setelah mendapatkan informasi yang memadai, klien bebas dan berhak
memutuskan apa yang akan dilakukan terhadapnya. Klien berhak untuk dihormati dan
didengarkan pendapatnya; untuk itu perlu adanya persetujuan tindakan medik (informed
consent). Perawat tidak boleh memaksakan suatu tindakan atau pengobatan.

2. Asas manfaat (beneficence)


Semua tindakan dan pengobatan harus bermanfaat untuk menolong klien. Untuk
itu, dokter atau perawat harus menyadari bahwa tindakan atau pengobatan yang akan
dilakukan benar-benar bermanfaat bagi kesehatan dan kesembuhan klien. Kesehatan klien
senantiasa harus diutamakan oleh perawat. Risiko yang mungkin timbul dikurangi sampai
seminimal mungkin dan memaksimalkan manfaat bagi klien.

3. Asas tidak merugikan (non-maleficence)


Tindakan dan pengobatan harus berpedoman pada prinsip Primum Non Nocere
(yang paling utama, jangan merugikan). Risiko fisik, psikologis, maupun sosial akibat
tindakan dan pengobatan yang akan dilakukan hendaknya seminimal mungkin.

4. Asas kejujuran (veracity)


Perawat hendaknya mengatakan secara jujur dan jelas apa yang akan dilakukan,
serta akibat yang dapat terjadi. Informasi yang diberikan hendaknya sesuai dengan tingkat
pendidikan klien.

5. Asas kerahasiaan (confidentiality)


Perawat harus menghormati privasi (privacy) dan kerahasiaan klien, meskipun klien
telah meninggal.

6. Asas keadilan (justice)


Perawat harus berlaku adil dan tidak berat sebelah.
BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN

Keperawatan komunitas ditujukan untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan,


serta memberikan bantuan melalui intervensi keperawatan sebagai dasar keahliannya dalam
membantu individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam mengatasi berbagai masalah
keperawatan kesehatan yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Perawat sebagai orang
pertama dalam tatanan pelayanan kesehatan, melaksanakan fungsi-fungsi yang sangat relevan
dengan kebutuhan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Sehat secara sosial meupakan
hasil dari interaksi positif di dalam komunitas. Kesehatan manusia berubah-ubah bergantung
pada stressor yang ada dan kemampuannya untuk mengatasi masalah serta memelihara
homeostasis. Setiap manusia mempunyai rentang yang terdiri dari dua kutub yaitu keadaan sehat
optimal dan keadaan sakit.

Dalam mencapai keberhasilan dalam keperawatan komunitas, perlu diperhatikan peran


dan fungsi serta etika keperawatan komunitas. Dimana perawat komunitas dapat bertindak sesuai
peran dan fungsinya, serta mengikut pada etika kepeerawatan maternitas.

B. SARAN
1. Perlu diadakannya kajian agar tercipta inovasi baru dalam keperawatan komunitas guna
terus mengembangkan ilmu keperawatan komunitas.
2. Perlu diadakan pendalaman peran dan fungsi perawatan komunitas.
3. Perlu diadakan pembahasan tentang etika keperawatan komunitas, agar perawat lebih
mengerti tentang etika keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Effendi, F. & Makhfudli (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Kholifah, S. N. & Widagdo, W. (2016). Keperawatan Keluarga dan Komunitas. Jakarta: Pusdik
SDM Kesehatan.

Potter & Perry (1997). Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4. Asih,
Y., dkk. (2005). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai