Anda di halaman 1dari 96

KONSEP KELISTRIKAN

Konsep kelistrikan
Dalam bahasan kita di buku ini, listrik akan diibaratkan oleh air,
yang memiliki banyak kesamaan karakteristiknya dengan listrik.
Pada gambar di samping, dua buah wadah berisi air dengan
ketinggian yang sama. Bila keduanya dilubangi, air akan
memancar keluar dengan jarak yang sama, tanpa terpengaruh
perbedaan volume air di dalam kedua wadah.
Pada gambar 2, wadah yang berdiameter lebih kecil , lebih tinggi
dibandingkan wadah disampingnya. Dengan percobaan yang
sama diketahui bahwa pancaran air pada wadah yang lebih
tinggi akan lebih panjang.

Percobaan di atas menjelaskan bahwa baterai yang ada di


sekitar kita, bila memiliki voltage yang sama, maka akan
memberikan efek listrik yang sama
Konsep kelistrikan (2)
Tegangan, arus dan resistansi
Gambar di samping menunjukkan dua buah wadah yang
terhubung satu dengan lainnya melalui sebuah pipa.
Tegangan dapat diibaratkan beda ketinggian di antara kedua
wadah, yang menyebabkan terjadinya aliran air.
Makin besar perbedaan ketinggian air, makin kuat keinginan air
untuk mengalir.

Arus listrik diibaratkan jumlah / volume air yang mengalir setiap


detiknya, melalui pipa.

Resistansi diibaratkan semua hambatan yang dijumpai air saat ia


mengalir di dalam pipa. Makin besar pipa, makin kecil hambatan
alirnya, sehingga makin besar arus air yang mengalir. dan begitu
sebaliknya.
Konsep kelistrikan (3)
Dengan beda ketinggian air yang sama, pada gambar di
samping ini , pipa memiliki hambatan alir yang lebih besar.
Akibatnya, arus air yang mengalir menjadi lebih kecil.

Pada saat ketinggian air di kedua wadah sama, tidak terjadi


aliran air lagi, walaupun pada kenyataannya volume air tetap di
kedua wadah.
Konsep kelistrikan (4)
Air yang mengalir pada suatu pipa dipengaruhi oleh besarnya
dorongan yang menyebabkan air tersebut mengalir dan
besarnya hambatan pada pipa. Besarnya dorongan untuk
mengalir ditimbulkan oleh perbedaan ketinggian air di kedua
wadah, dimana dalam kelistrikan, disebut tegangan atau beda
potensial.
Besarnya hambatan pada pipa disebabkan banyak faktor, yaitu,
mutu permukaan dalam pipa, dan luas penampang pipa serta
panjang pipa.
Mutu permukaan pipa x panjang pipa
Hambatan alir = --------------------------------------------------
Panjang pipa

Dalam kelistrikan,
- Hambatan alir sama dengan Resistansi ( R )
- Mutu permukaan dalam pipa sama dengan nilai hambat jenis
(specific resistivity) dari kawat penghantar, dilambangkan
dengan ρ (rho). Yaitu nilai hambatan yang timbul akibat jenis
bahan yang digunakan sebagai penghantar.
- Luas penampang pipa sama dengan luas penampang kawat
penghantar, dilambangkan dengan A dalam satuan meter.
- Panjang pipa sama dengan panjang penghantar,
dilambangkan dengan l.

Rumus :
ρxl
R = ---------
A

Pertanyaan :
Apa yang terjadi dengan resistansi seutas kabel saat suhu kawat
meningkat ?
Tegangan ( Voltage )
Tegangan listrik dapat diyatakan sebagai dorongan atau tenaga
untuk memungkinkan terjadinya aliran arus listrik.
Tegangan listrik dibedakan menjadi dua macam :
1. Tegangan listrik searah ( direct Current /DC )
2. Tegangan listrik bolak-balik ( alternating current / AC )

Tegangan listrik searah (DC ) memungkinkan arus listrik


mengalir hanya pada satu arah saja. Yaitu dari titik satu ke titik
lain.
Tegangan listrik bolak-balik (AC ) memungkinkan arus listrik
mengalir dengan dua arah, pada tiap-tiap setengah siklusnya.
Suatu sumber listrik AC dengan frekwensi 50 Hz menghasilkan
50 siklus dalam tiap detiknya.
Cara mengukur tegangan

beban paralel (1)


beban tunggal

beban paralel (2) beban seri (1)

beban seri (2) beban seri (3)


Resistansi
Resistansi dapat diartikan sebagai apapun yang menghambat
aliran arus listrik dan mempengaruhi besarnya arus yang dapat
mengalir.
Pada dasarnya semua material adalah konduktor, namun
resistansi-lah yang menyebabkan sebagian material dikatakan
isolator, karena memiliki resistansi yang besar dan sebagian lagi
disebut konduktor, karena memiliki resistansi yang kecil.
Resistansi ada pada kawat, kabel, body unit alat berat, namun
nilainya ditekan sekecil mungkin dengan menggunakan logam-
logam tertentu yang memiliki nilai ρ yang rendah.
Resistansi ada yang dibuat dengan sengaja untuk mengatur
besarnya arus listrik yang mengalir pada rangkaian tertentu, dan
komponen yang memiliki nilai resistansi khusus tersbut, disebut
Resistor.
Resistor dibagi menjadi dua jenis :
1. Resistor tetap ( fixed resistor )
2. Resistor variabel ( variable resistor )
Variable resistor terdiri dari beberapa macam :
a. Rotary-type Resistor
b. LDR ( Light Dependent Resistor )
c. Thermistor , terdiri dari :
c.1. NTC ( Negative Temperture Coeficient ) Thermistor
c.2. PTC ( positive Temperature Coeficient ) Thermistor
resistor bekerja pada daya listrik tertentu. Untuk resistor karbon,
besar daya maksimum yang dapat mengalir bervariasi, yaitu ¼
watt, ½ watt, 1 watt, 5 watt dan 10 watt. Daya maksimum ini
dapat diartikan : bila suatu resistor ½ watt dan nilai hambatan
200Ω, maka hanya dapat diberi suplai listrik langsung
bertegangan : V = √(P x R) = √(1/2 x 200) = √100 = 10 Volt
Cara membaca nilai resistor

untuk memudahkan menghafal :


hit co me ji ku hi bi u a p

Hitam 0 Biru 6
Coklat 1 Ungu 7
Merah 2 Abu-abu 8
Jingga/orange 3 Putih 9
Kuning 4 Gold 5%
Hijau 5 Silver 10%
Pada contoh di atas :
Gelang 1 = coklat = 1
Gelang 2 = hitam = 0
Gelang 3 = merah = 2
Gelang 4 = silver = 10%

Didapat : 10 x 102 = 1000 Ω ± 10% = 900 s/d 1100 Ω


Rangkaian resistor

Pertama :

Kedua :
Arus listrik
Arus listrik merupakan sejumlah elektron yang mengalir dalam
tiap detiknya pada suatu penghantar.
Banyaknya elektron yang mengalir ini ditentukan oleh dorongan
yang diberikan pada elektron-elektron dan kondisi jalan yang
akan dilalui elektron-elektron tersebut.
Arus listrik dilambangkan dengan huruf I dan diukur dalam
satuan Ampere.
Pada rangkaian seri, arus listrik yang melalui tiap-tiap komponen Pada rangkaian paralel, arus listrik yang mengalir pada tiap-tiap
adalah sama besar. komponen bergantung pada hambatan / resistansi masing-
masing komponen tersebut.
Cara menghitung arus listrik
Rumus arus listrik pada rangkaian seri : Rumus arus listrik pada rangkaian paralel :

Pada rangkaian kombinasi antara paralel dan seri :


Cara mengukur arus listrik

beban tunggal beban tunggal (2)

beban paralel (1) beban paralel (2)

beban paralel (arus total) beban seri (arus total)


Hukum Ohm (Ohm’s Law)
Hukum Ohm menerangkan hubungan antara Tegangan ( Voltage), kuat arus (Ampere) dan
resistansi (R).

1 2 3
Pada saat variable resistor diposisikan Pada saat nilai resistansi dinaikkan (R Pada saat nilai resistansi maksimal, kuat
pada nilai resistansi rendah, arus akan sedang), kuat arus yang mengalir arus yang mengalir sangat kecil namun
mengalir maksimal. Namun tegangan menurun (I sedang). Tegangan mulai tegangan meningkat mencapai maksimal.
akan menurun (mengecil). meningkat.

Dari percobaan di atas dapat disimpulkan bahwa besarnya Makin kecil arus yang mengalir, makin maksimal tegangan kerja
tegangan berbanding terbalik dengan kuat arus yang mengalir. (makin mendekati tegangan baterai/power supply).
Atau dengan kata lain, makin besar arus yang mengalir, makin (Adakan percobaan)
minimum tegangan kerja pada lintasan rangkaian dan makin
kecil (makin menjauhi tegangan baterai/power supply).
Pengaturan tegangan
Tegangan pada suatu rangkaian dapat diubah-ubah sesuai kebutuhan, misalnya, pada unit Volvo dengan tegangan sistem sebesar
24 V akan dipasangkan tape dengan tegangan kerja 12 V. Atau saat tegangan sinyal dari sensor terlampau lemah, agar informasi
yang dikirimnya dapat diolah oleh ECU, dan kasus-kasus lainnya.
Pengaturan tegangan dapat dilakukan dengan :
1. Menggunakan kombinasi resistor atau variable resistor.
2. Menggunakan transformator ( step-up atau step-down )
3. Menggunakan IC
4. Menggunakan transistor.

Pengaturan tegangan dengan kombinasi resistor / variable resistor


Dengan menyusun dua buah resistor seperti gambar, kita dapat mengubah
tegangan yang keluar di titik B, tanpa mengganggu kerja dari rangkaian
lainnya.
Tegangan output dapat dicari secara teoritis dengan rurmus :

Jadi misalnya kita ingin mendapat tegangan 12 V dari rangkaian di samping,


maka kita dapat pasangkan R1=200 Ω dan R2=200 Ω, atau R1 = 2000 Ω
dan R2= 2000 Ω.
Model pengaturan dapat diterapkan pada sumber listrik AC maupun DC,
namun besarnya daya listrik outputnya relatif kecil.
(percobaan)

Pertanyaan :
Berapa tegangan yang muncul di titik B bila R1 800 Ω dan R2 100Ω ?
Pengaturan menggunakan transformator
Pengaturan ini hanya dapat diterapkan pada sumber listrik AC, bila akan digunakan pada sumber listrik DC, tegangan harus diubah
lebih dahulu menjadi AC ( menggunakan DC to AC converter).
Kelebihannya adalah : daya listrik yang diperoleh pada outputnya besar sesuai kebutuhan.
Kekurangannya : rangkaian lebih rumit dan membutuhkan banyak komponen elektronika.

Tegangan masukan (input) dapat bervariasi. Tr1, Tr2, C1, C2, R1 hingga R4 berfungsi mengubah listrik DC menjadi listrik AC yang
kemudian diumpankan sebagai input transformator. Dengan menggunakan transformator step-down, kita dapatkan tegangan
keluaran yang lebih rendah dari tegangan masukan, sesuai kebutuhan dan dengan menggunakan trafo step-up, kita dapat
menaikkan tegangan keluaran. Listrik output dari transformator ini masih berupa listrik AC, yang kemudian disearahkan ( diubah
kembali menjadi DC) oleh empat buah dioda (D3-D6) dan distabilkan menggunakan C3 dan keluar sebagai sumber listrik DC
dengan tegangan yang lebih rendah/tinggi.
Untuk penjelasan mengenai cara kerja masing-masing komponen, akan diterangkan lebih lanjut pada bahasan mengenai komponen
yang bersangkutan.
Pengaturan menggunakan IC
Pengaturan menggunakan IC dapat dilakukan dengan
sederhana dengan membuat rangkaian seperti gambar di
samping. Tegangan output dapat disetel sesuai dengan
kebutuhan dengan mengatur variable resistor pada kaki 02 dari
IC. Arus output dibatasi hanya sekitar 34 mA. Disini IC yang
digunakan adalah LM31T.
Pengukuran tegangan kerja Pengukuran kuat arus terpakai
Pada pemeriksaan tegangan kerja lampu, lakukan pengukuran Untuk pengukuran kuat arus, lepaskan salah satu kabel yang
pada kedua kaki lampu secara langsung dalam hubungan terhubung dengan objek yang akan diukur, lalu hubungkan
paralel. amperemeter secara seri dengan objek. Pastikan skala
pengukuran amperemeter lebih besar dari perkiraan kuat arus
yang mengalir.
Bila belum mengetahui secara pasti, pasang amperemeter pada
skala terbesar ( misalnya 10 A).
Pengukuran tegangan jatuh Pengukuran kotinyuitas
Pada pengukuran tegangan jatuh ( voltage drop), pasangkan Pada pengukuran kontinyuitas, lepaskan komponen yang akan
voltmeter secara paralel dengan objek yang akan diukur diukur dari rangkaian terlebih dahulu, bisa kedua kabel atau
tegangan jatuhnya. Pastikan probe positif terhubung dengan salah satunya saja.
bagian rangkaian yang lebih positif ( lebih dekat dengan positif Hal ini bertujuan untuk meghindari kesalahan pembacaan akibat
baterai ) dan probe negatif terhubung dengan bagian rangkaian lintasan lain dalam rangkaian.
yang lebih negatif ( lebih dekat dengan massa /negatif baterai).
Thermistor
Themistor memiliki dua jenis , yaitu :
1. NTC ( Negative Temperature Coefficient ) thermistor
2. PTC ( Positive Temperature Coefficient ) thermistor.

Pada NTC thermistor, nilai resistansi dari thermistor akan menurun pada saat suhu meningkat,
sedangkan pada PTC Thermistor, nilai resistansinya akan meningkat seiring dengan
meningkatnya suhu.
Thermistor digunakan untuk keperluan pendeteksian suhu suatu objek, misalnya suhu oli engine,
transmisi, axle dan lain-lain.
NTC dapat dimisalkan sebuah katup peka suhu seperti gambar di bawah ini. pada saat suhu
rendah, bahan peka suhu mengalami pengerutan, sehingga linkage akan tertarik dan menutup
valve sehingga aliran terhenti. Saat ini dikatakan hambatan alir pada pipa sangat tinggi. Saat suhu
mulai meningkat, bahan peka suhu akan mengembang ( memuai ) hingga piston akan bergerak
keluar dan menggerakkan linkage sehingga membuka valve secara proporsional. Saat ini
dikatakan hambatan alir pada pipa berkurang.
Percobaan :
Dioda

Dioda merupakan komponen semikonduktor yang


memungkinkan arus listrik mengalir pada satu arah ( forward
bias) yaitu, dari arah anoda ke katoda, dan mencegah arus listrik
mengalir pada arah yag berlawanan\sebaliknya (reverse bias).
Dioda dapat diumpamakan sebuah katup satu arah ( check
valve), dimana aliran yang mungkin mengalir pada satu arah
saja.
Aplikasi dioda

Dioda kita gunakan untuk keperluan tertentu, misalnya :


1. Mencegah “tertularnya” suatu rangkaian listrik akibat aktivitas rangkaian listrik yang lain.
2. Mencegah terjadinya gangguan atau kerusakan pada rangkaian elektronik yang sensitif , akibat timbulnya kejutan listrik yang
ditimbulkan oleh gaya gerak listrik balik ( back electromotive force).
3. Sirkuit logika.
Aplikasi dioda (2) : sirkuit logika
Aplikasi dioda (3) : Pencegah kerusakan komponen elektronik

Relay tanpa dioda pelindung


Gambar di atas menunjukkan suatu rangkaian relay yang dikendalikan oleh sebuah transistor NPN. Pada relay tidak dilengkapi
dengan dioda pengaman. Pada saat switch dihubungkan, arus mengalur menuju basis transistor dan transistor ON. Relay akan
mendapat suplai listrk dan bekerja secara normal. Pada saat ini arus listrik yang mengalir di dalam kumparan relay akan diubah
menjadi garis gaya magnet pada inti besinya.
Saat kemudian switch diputuskan, transistor akan Off, dan relay kehilangan suplai listriknya. Saat ini garis gaya magnet yang
tersimpan pada inti besinya akan kembali diubah menjadi energi listrik sebagai akibat induksi diri ( self induction) dan terbangkit
listrik dengan tegangan sebesar banyaknya gulungan kumparan ( dapat mencapai 400 V ) dengan arah gerak seperti arah arus
sebelum switch diputuskan. Tegangan sebesar ini akan berusaha mengalir menembus transistor yang dalam keadaan off.
Akibatnya transistor akan rusak dan rangkaian tidak dapat bekerja kembali.
Relay dengan dioda pelindung
Pada rangkaian di atas, relay dilengkapi dengan dioda pelindung yang dipasang secara panjar mundur ( reverse bias ). Saat switch
dihubungkan , arus mengalir melalui resistor menuju basis transistor dan transistor akan on dan relay akan mendapat suplai lisrik.
Arus yang mengalir di dalam kumparannya akan membentuk garis gaya magnet sebagai suatu bentuk energi.
Saat switch diputuskan, transistor akan off, dan relay kehilangan suplai listriknya. Pada saat ini garis gaya magnet akan
membangkitkan energi listrik dengan arah yang sama dengan arah arus listrik sebelum switch diputus, yang besarnya sama dengan
jumlah lilitan kumparan ( dapat mencapa 400 V). dengan adanya dioda , arus listrik tersebut akan mengalir pada dioda dan
membentuk lintasan pendek dan tidak perlu mengalir menembus transistor. Dengan begitu, transistor akan aman dari kerusakan.
Aplikasi dioda (4) : penyearah arus/pengubah AC ke DC

Pada gambar di atas, diperlihatkan sebuah rangkaian konversi Pada fase kedua, titik B berubah menjadi titik keluarnya arus dan
tegangan dengan menggunakan transformator. Keluaran dari trafo titik A sebagai titik masuknya atau kembalinya arus dari rangkaian.
masih berbentuk tegangan bolak-balik (AC), untuk menyearahkan Agar arus listrik dapat mengalir ke lampu, arus listrik akan mengalir
arus yang mengalir keluar, dipasang empat buah dioda lewat D3 – lampu – D4 – titik A hingga membentuk lintasan
(D1,D2,D3,D4) yang akan bekerja berpasangan dan bergantian. tertutup. Dapat dlihat disini bahwa arus listrik yang mengalir ke
Pada fase pertama, titik A merupakan titik keluarnya arus dari dalam lampu menempuh arah yang tetap, yaitu dari arah kanan ke
kumparan (dapat dikatakan bernilai positif) dan titik B sebagai titik kiri. Disinilah terjadinya penyearahan arus listrik.
masuknya atau kembalinya arus dari rangkaian. Agar arus listrik
dapat mengalir ke dalam lampu, arus dari titik A akan melalui dioda
1 – lampu – dioda 2 – dan masuk ke titik B hingga membentuk
lintasan tertutup. Saat ini arus listrik yang mengalir ke dalam lampu
bergerak dari kanan ke kiri.
Light Emitting Diode ( LED )
Light emitting diode merupakan suatu jenis dioda yang dapat memancarkan cahaya. Tegangan kerja dari LED adalah sekitar 1,6
V dan mengkonsumsi arus sebesar 10 mA. LED dapat dihubungkan baik dengan sumber listrik DC maupun AC, dimana bila
dihubungkan dengan sumber listrik AC, ia akan berkedip ( kecepatan kedip bergantung frekwensi sumber ). Agar LED dapat
dihubungkan dengan sumber listrik sebesar 12 V, pada rangkaiannya harus dipasang sebuah resistor secara seri, sekitar 10 kΩ.
LED banyak digunakan sebagai lampu indikator pada sirkuit elektronika, karena hanya mengkonsumsi daya yang kecil sehingga
tidak mengganggu kerja sistem.
Zener diode
Zener diode merupakan suatu jenis diode yang memiliki sifat dioda hanya bila tegangan kerjanya (beda potensial diantara kedua
kakinya) belum melampaui tegangan tembusnya ( breakdown voltage ). Bila tegangan kerjanya melampaui tegangan tembusnya,
dioda ini akan kehilangan sifat ke-dioda-annya.
Zener diode dapat diibaratkan sebuah check valve dengan desain pada gambar di atas. Kedua saluran dilengkapi dengan bola
yang ditahan dengan dua buah spring dengan kekuatan yang berbeda. Spring A dibuat lebih kuat dibanding spring B. pada saat
pressure sistem rendah, oli hanya dapat mengalir dari anoda (A) ke katoda ( K ) ( karena spring B lemah). Oli tidak dapat mengalir
dengan arah kebalikan karena pressure belum cukup kuat untuk membuka spring A.
Saat pressure naik melebihi kekuatan spring A, spring A dapat terbuka dan memungkinkan oli dapat mengalir pada dua arah.
Saat pressure kembali turun, valve ini kembali hanya dapat mengalirkan oli hanya pada satu arah kembali.
Zener diode banyak digunakan pada rangkaian regulator tegangan pada alternator.
Aplikasi zener diode : regulator pada Alternator
Pada rangkaian di samping, suplai arus rotor dikendalikan oleh
sepasang transistor NPN.
Zener diode yang dipasang memiliki tegangan tembus sebesar
14 V. melalui dua buah resistor R2 dan R3 , tegangan yang
keluar di antara kedua resistor distel pada setengah tegangan
baterai.
Pada saat tegangan pada baterai masih 24 V, maka tegangan
yang terbaca diantara R4 dan R5 adalah setengahnya, yaitu 12
V dan masih lebih rendah dari tegangan tembus zener, yaitu
14V.
Pada saat ini tidak ada arus yang menuju basis T2 dan T2 off.
Akibatnya arus dari R1 hanya dapat mengalir ke basis T1 dan
T1 On. Bila T1 On, maka rotor akan mendapat suplai arus listrik
dan timbul kemagnetan padanya.
Saat tegangan baterai mencapai 28 V, tegangan yang muncul di
antara kedua Resistor R4 dan R5 adalah 14 V, dan telah
mencapai tegangan tembus zener diode, maka ada sebagian
arus listrik yang mengalir ke kaki basis T2 hingga T2 on, saat ini
arus yang mengalir pada R1 akan cenderung mengalir ke massa
lewat T2 dan suplai arus listrik ke basis T1 terhenti. Saat ini
rotor tidak mendapat suplai listrik sehingga kehilangan
kemagnetan, dan proses pengisian baterai terhenti.
Ketika tegangan baterai kembali menurun akibat konsumsi arus
listrik dan tegangan yang terbaca di titik hubungan R4 dan R5
kurang dari 14 V, zener dioda akan kembali bersifat dioda, dan
menyetop aliran listrik yang menuju kaki basis T2. saat ini T2
akan Off dan menghentikan aliran arus dari R1 yang menuju
massa. Arus dari R1 kemudian kembali dialihkan ke kaki basis
T1 dan T1 On hingga memungkinkan adanya aliran arus listrik di
dalam kumparan rotor. Pengisian kembali berjalan.
Persamaan konsep regulasi tegangan
A B

Gambar berikut menjelaskan cara kerja sistem regulasi pengisian baterai secara analogi hidrolik.
Pada gambar A, dalam keadaan sistem tidak bekerja.
Pada gambar B, pressure yang disuplai pada sistem masih rendah, katakanlah 24 Bar. Melalui orifice R2 dan R3 , pressure yang
terbangkit pada valve ZD hanya setengah dari pressure sistem, yaitu sebesar 12 Bar. Karena valve ZD didesain agar baru dapat
terbuka pada pressure 14 bar, saat ini tidak ada aliran menuju valve V2.
Valve V2 tetap pada posisi menutup dan oli hidrolik akan mengalir melalui R1 dan mendorong spool valve V1 hingga membuka.
Saat berikutnya, terjadi aliran oli melalui motor hidrolik dan motor hidrolik berputar.
Persamaan konsep regulasi tegangan : saat pressure pada sistem mencapai 28 Bar
Pada gambar C, pada saat sistem memiliki pressure yang lebih
C
tinggi, yaitu 28 bar, pressure yang terbangkit pada titik di antara
R2 dan R3 akan meningkat, yaitu 14 bar. Pada saat valve ZD
akan mulai membuka dan memungkinkan sejumlah oli mengalir
masuk ke valve V2 untuk mendorong spoolnya hingga
membuka.
Bila valve V2 terbuka, aliran oli yang melalui restrictor R1 akan
langsung mengalir ke tangki, dan tidak terbangkit pressure untuk
mendorong valve V1 dan spool valve V1 akan kembali menutup
karena dorongan spring. Bila valve V1 menutup, tidak ada aliran
pada motor hidrolik, dan motor hidrolik akan berhenti bekerja.
Kapasitor
Kapasitor merupakan komponen listrik yang dapat menyimpan energi listrik dalam
jangka waktu tertentu. Dikatakan dalam jangka waktu tertentu karena walaupun
kapasitor diisi sejumlah muatan listrik, muatan tersebut akan habis setelah beberapa
saat, bergantung besarnya kapasitas kapasitor.
Besarnya kapasitas kapasitor diukur dalam satuan Farad. Dalam prakteknya ukuran ini
terlampau besar, sehingga digunakan satuan yang lebih kecil seperti microfarad (µF)
1 1
atau Farad, nanofarad (nF) atau Farad , dan pikofarad (pF)
1.000.000 1.000.000.000
1
atau Farad.
1.000.000.000.000

Kapasitor memiliki dua jenis :


1. Kapasitor polar
2. Kapasitor non polar
Pada kapasitor polar, adanya penentuan kutub-kutub kapasitor bila hendak
dihubungkan dengan suatu rangkaian, dan hanya bekerja pada tegangan DC.
Kapasitor polar memiliki kapasitas yang relatif besar, dengan kelipatan angka-angka : 1
; 2,2 ; 3,3 ; 4,7 ; 6,8 ; 10 ; 100 ; 1000 ; 10.000. dalam satuan microfarad.
Sedangkan kapasitor non-polar tidak memiliki kutub-kutub sehingga dapat dipasang
pada posisi terbalik pada rangkaian, serta dapat dihubungkan dengan tegangan AC.
Ukuran kapasitor non polar kebanyak relatif kecil, dengan satuan nanofarad dan
pikofarad.
Kapasitor memiliki tegangan kerja maksimum yang tertera pada label di housingnya.
Tegangan rangkaian listrik yang dihubungkan pada kapasitor tidak boleh melampaui
tegangan kerja maksimum kapasitor yang bersangkutan, karena akan menyebabkan
kerusakan permanen (bahkan pada beberapa kasus, terjadi ledakan). Tegangan kerja
maksimum ini berkisar : 10V, 25V, 35V, 50V, 100V untuk kapasitor polar dan 250V
sampai 750V untuk kapasitor non-polar.
Dua ketentuan praktis :
1. Kapasitor yang kosong muatan bertindak seolah-olah konduktor (penghantar).
2. Kapasitor yang penuh muatan bertndak seolah-olah isolator.
Prinsip Kapasitor
Kapasitor dapat diibaratkan Pada saat kekutan hisap dan
sebuah tabung yang berisi dorong pompa tidak dapat lagi
sebuah piston yang disangga menekan piston ke kiri
oleh dua buah spring pada melawan spring, saat ini aliran
arah berlawanan satu sama oli terhenti dan dikatakan
lain. bahwa tabung telah mencapai
Beberapa ketentuan : kondisi stabil akhir-nya.
1. Volume silinder dapat Hal ini mengibaratkan
mengibaratkan kapasitor yang dihubungkan
kapasitas kapasitor. dengan baterai yang tegangan
2. Pressure maksimum di antara kedua kakinya telah
yang diperbolehkan sama dengan tegangan
mengibaratkan baterai. Pada saat itu , tidak
tegangan kerja terjadi lagi pengisian dan tidak
maksimum. ada lagi aliran listrik pada
kabel.
Bila tabung tersebut Dapat dikatakan, kapasitor
dihubungkan dengan sebuah yang telah tersisi atau
pompa hidrolik, dan padanya bermuatan penuh, bertindak
diisi sejumlah oli, maka oli sebagai isolator, karena idak
akan dihisap oleh pompa dari ada arus listrik yang dapat
sisi kiri dan dipompakan keluar Pada saat kapasitor dalam mengalir padanya. Dengan
ke sisi kanan. Akibatnya terjadi keadaan kosong, dan kata lain, telah menyumbat.
kevakuman di ruang kiri dan dihubungkan dengan baterai,
kelebihan oli di ruang kanan. terjadi aliran listrik di sepanjang
Hal ini menyebabkan piston kabel.
terdorong ke kiri melawan Dapat dikatakan, kapasitor
spring ke sebelah kiri. Pada yang kosong bertindak sebagai
proses pengisian ini, terjadi konduktor karena arus listrik
aliran oli di sepanjang pipa. dapat mengalir padanya.
Prinsip Kapasitor (2)
Pada gambar di samping, Setelah oli pada kedua ruang
tabung yang telah memiliki telah seimbang dan tidak ada
energi potensial spring lagi regangan spring, piston
didalamnya, bila kedua akan kembali di posisi tengah
lubangnya dihubungkan (netral) dan aliran oli terhenti.
dengan pipa, maka spring yang Dikatakan saat ini tabung tidak
dalam keadaan tertekan akan memiliki muatan lagi atau
mendorong piston untuk kosong muatan.
kembali ke posisi tengah, yang Kondisi ini juga tejadi pada
otomatis akan mendorong oli kapasitor yang telah
pada ruang kanan kembali ke dikosongkan muatannya akibat
ruang kiri dengan suatu hubungan kedua kakinya.
tenaga. Setelah muatan atau energi
Hal ini juga terjadi pada listrik di dalam kapasitor habis,
kapasitor yang telah berisi tidak ada lagi aliran listrik yang
muatan listrik, bila kedua kaki mengalir, dan dikatakan
kapasitor dihubungkan , maka kapasitor dalam keadaan
akan timbul aliran listrik yang kosong muatan.
terkadang menimbulkan
percikan api.
Aplikasi kapasitor ( penstabil tegangan )
Pada komponen penstabil tegangan, kapasitor dipasang secara
paralel dengan keluaran dari sumber listrik. saat tegangan
sumber listrik tinggi (mencapai peak voltage), sebagian energi
listrik disimpan di dalam kapasitor sehingga lonjakan tegangan
terkurangi, dan bila tegangan sumber menurun, energi lsitrik di
dalam kapasitor dikeluarkan untuk menaikkan kembali tegangan
sehingga penurunan tegangan tidak drastis.
Gelombang listrik DC yang dihasilkan menjadi lebih stabil,
seperti ditampilkan pada garis lengkung merah pada gambar.
Makin besar kapasitas kapasitor, makin stabil tegangan keluaran
yang terbangkit.
Aplikasi kapasitor : penundaan
Pada rangkaian pewaktu, muatan listrik dalam kapasitor
dikosongkan sedikit-demi sedikit untuk memungkinkan suatu
komponen tetap bekerja dalam jangka waktu tertentu.
Pada gambar A, SW1 off, dimana tidak ada arus untuk basis Tr.
Tr pun akan off bersama-sama dengan relay. Motor tidak
berputar.
Pada gambar B, SW1 dihubungkan sesaat, saat ini arus dari
baterai sebagian mengalir menuju basis Tr dan sebagian untuk
mengisi muatan kapasitor C. Tr kemudian akan On dan relay
bekerja, kontaknya menutup dan motor akan berputar.
Saat SW1 dilepas (gambar C), suplai dari SW1 terhenti untuk
arus basis Tr, namun saat ini muatan kapasitor dilepaskan untuk A
mensuplai arus basis ke transistor untuk beberapa waktu. Maka
motor akan tetap bekerja hingga muatan di dalam kapasitor
habis. Lama waktu tunda tersebut bergantung kapasitas
kapasitor. Makin besar kapasitasnya, makin lama waktu tunda
yang terjadi, dan begitu pula sebaliknya.

B C
Aplikasi Kapasitor ( peredam kejutan listrik )

1 2
Pada rangkaian peredam kejutan listrik, kapasitor akan menampung sebagian muatan listrik yang disuplaikan ke suatu komponen
listrik agar komponen yang bersangkutan tidak langsung menerima energi listrik dengan tegangan yang tinggi.
Pada rangkaian, bila switch SW dihubungkan, arus akan mengalir menuju kumparan relay dan kapasitor. Karena kapasitor dalam
keadaan kosong, sebagian besar arus akan mengisi terlebih dahulu kapasitor, berangsur-angsur mulai mengalir ke kumparan relay
seiring makin penuhnya kapasitor. Saat kapasitor telah terisi penuh, seluruh arus akan mengalir ke kumparan relay dan relay mulai
bekerja optimal. Adanya kapasitor memungkinkan arus yang masuk ke kumparan relay membesar secara bertahap.
Saat switch SW diputus, relay tidak langsung kehilangan arus suplainya, karena muatan kapasitor dilepas untuk mensuplai ke
kumparan relay hingga muatannya habis.
Hal ini dapat dianalogikan seperti gambar 2. aliran oli dari pompa yang dihubungkan ke suatu silinder kerja, sebelumnya akan
mengisi dahulu sebuah shock reducer. Flow oli terpecah ke shock reducer dan ke dalam silinder kerja. Flow maksimum baru akan
terjadi ketika piston di dalam shock reducer telah terdorong maksimum ke bawah melawan spring dan tidak ada lagi gerakan. Tidak
terkonsentrasinya flow oli menyebabkan kejutan pada slinder kerja dapat dikurangi.
Transistor
Transistor merupakan kependekan dari Transfer Resistor,
atau suatu komponen elektronika yang dapat mengalirkan atau
memutuskan aliran arus yang besar dengan pengendalian arus
listrik yang relatif sangat kecil, dengan mengubah resistansi
lintasannya.
Kemampuannya tersebut hampir sama dengan relay, namun
transistor memiliki kelebihan lain yaitu :
1. Arus pengendali pada transistor jauh lebih kecil sehingga
lebih mudah mengendalikannya.
2. Transistor tidak menggunakan kontak mekanis, sehingga
tidak menimbulkan percikan api dan lebih tahan lama.
3. Ukuran transistor relatif lebih kecil dan kompak dibanding
relay.
4. dapat bekerja pada tegangan kerja yang bervariasi. bentuk fisik transistor
Kelemahan transistor :
1. Kesalahan penghubungan kaki transistor akan berakibat
kerusakan permanen.
2. Panas yang dihasilkan pada transistor lebih besar sehingga
bila tidak diberi pendinginan yang cukup, akan
memperpendek usia transistor.
Transistor terdiri dari jenis :
1. Tipe NPN
2. Tipe PNP
Simbol dari keduanya dapat dilihat dari gambar di samping.
Untuk menentukan apakah suatu transistor adalah NPN atau
PNP tidak dapat secara fisik. Kita dapat melihat dari kode dan lambang transistor
mencocokkannya dengan Transistor handbook.
Pada transistor terdapat dua aliran arus lsitrik, yaitu arus dari
kaki Basis ke Emitor ( atau sebaliknya ) yaitu IB-E dan arus yang
mengalir dari Kolektor ke Emitor ( atau sebaliknya ) yaitu IC-E.
Perbandingan besarnya IB-E dengan IC-E menghasilkan Hfe, Berarti arus yang akan dilewatkan pada transistor ( dari kaki
yaitu nilai penguatan transistor, yang dirumuskan sebagai berikut Kolektor ke Emitor atau IC-E ) sebesar 2 A.
: Dengan nilai penguatan atau Hfe 200, maka kuat arus yang
IC-E mengalir pada kaki Basis harus sebesar :

Hfe = ---------- IC-E


IB-E Hfe = ----------
IB-E

Dimana nilai tersebut mulai dari 50 hingga 250. IC-E 2A


Pengertiannya adalah, bila kita menjumpai sebuah transistor IB-E = --------- = ------------ = 0,01 A
dengan nilai Hfe sebesar 200, ini berarti dengan memberikan Hfe 200
arus sebesar 1 A pada kaki Basis, maka akan mengalir arus
listrik sebesar 200 kali lipat pada kaki Kolektor ke Emitor. Karena agar arus listrik yang mengalir di kaki Basis hanya sebesar 0,01
besarnya arus listrik yang mengalir pada kaki kolektor ke emitor A, maka kita butuhkan sebuah resistor dengan ukuran :
ini merupakan besarnya arus yang akan dikonsumsi oleh beban V V 24 V
listrik, misalnya lampu-lampu, solenoid, motor listrik dan lain-lain, R = -------- = ---------- = ----------- = 2400 Ω atau 2,4 kΩ
maka besarnya arus ini harus dihitung terlebih dahulu I IB-E 0,01 A
berdasarkan rumus Hukum Ohm.

Study kasus :
Sebuah lampu dengan daya 48 Watt akan dinyalakan oleh
rangkaian transistor pada tegangan kerja 24 V. transistor yang
digunakan bertipe NPN dan memiliki Hfe = 200.

Jawab :
Kuat arus yang dibutuhkan oleh lampu adalah :
P 48 Watt
I = ------ = -------------- = 2 A.
V 24 V
Percobaan
Bagaimana bila resistor yang digunakan lebih besar dari 2400 Ω
? Katakan : R terpasang bernilai 4800 Ω.
Apa yang terjadi dengan lampu ?
Coba pelajari, apa yang terjadi dengan rangkaian di samping ini,
bila jari kita kemudian ditempelkan pada dua kabel yang
terputus?
.......................................................................................................
.......................................................................................................
.......................................................................................................
.......................................................................................................
.......................................................................................................
.......................................................................................................
.......................................................................................................
.......................................................................................................
.......................................................................................................
.......................................................................................................
.......................................................................................................
.......................................................................................................
.......................................................................................................
.......................................................................................................
.......................................................................................................
Kesimpulan :
.......................................................................................................
.......................................................................................................
.......................................................................................................
.......................................................................................................
.......................................................................................................
Prinsip kerja transistor NPN
A C D

Untuk menjelaskan mengenai cara kerja transistor secara Pada gambar C, keran (tap) dibuka sedikit, memungkinkan
hidrolik, kita dapat lihat gambar berikut : sejumlah oli masuk ke bagian bawah spool, dan menekan spool
Pada gambar A, keran (tap) dalam keadaan tertutup. Aliran oli ke atas melawan spring. Namun karena tekanan oli di bagian
yang dihasilkan pompa tidak dapat masuk ke bagian bawah dari bawah lemah, spool hanya terangkat sedikit. Saat ini terjadi
spool valve melalui saluran B. akibatnya spool tetap menutup aliran dari kolektor ke emitor.
aliran dari Kolektor ke Emitor karena tekanan spring. Pada gambar D, keran dibuka lebih besar, akibatnya pressure
yang terbangkit di bagian bawah spool cukup besar untuk
membuka spool lebih besar. Aliran oli dari kolektor ke Emitor
akan lebih besar secara proporsional.
Prinsip kerja transistor PNP
A B C

Pada gambar A, keran (tap) dalam Pada gambar B, keran (tap) dibuka Pada gambar C, keran dibuka lebih lebar,
keadaan tertutup. Oli akan mengisi pada sedikit, memungkinkan oli pada ruang hingga semua oli di ruang spring didrain ,
sisi atas spool dan membantu spring spring sebagian didrain, pressure oli di saat ini pressure oli di bagian bawah spool
untuk menekan spool ke bawah. Pada ruang spring menurun, sehingga pressure hanya berhadapan dengan spring, dan
bagian bawah spool bekerja pula pressure oli dari sebelah bawah akan mampu karena spring didesain lebih lemah, maka
oli, namun karena di bagian atas dibantu mendorong spool sedikit ke atas, dan spool akan terangkat ke atas lebih jauh,
oleh pressure dari spring, maka spool membuka aliran dari emitor ke Kolektor. dan aliran oli dari Emitor ke Kolektor
akan tetap terdorong ke bawah dan menjadi lebih besar.
menutup aliran dari Emitor ke Kolektor.
Cara kerja praktis transistor PNP Cara kerja praktis transistor NPN
Pada penerapannya, transistor banyak digunakan sebagai Pada gambar di atas, dijelaskan cara kerja transistor NPN.
saklar. Untuk memahami cara kerjanya secara lebih praktis, Transistor disini diibaratkan pula dengan sebuah relay yang dua
dapat dilihat pada gambar di atas. kakinya dihubungkan bersama (85 dengan 87), namun sedikit
Gambar di atas menjelaskan cara kerja transistor PNP. berbeda dengan tipe PNP. Bila relay dirangkai seperti di atas,
Transistor disini digantikan oleh sebuah relay yang dua buah kaki Basis harus dihubungkan dengan positif baterai agar
kakinya dihubungkan bersama (30 dan 85). Bila relay rangkaian dapat bekerja, untuk menghidupkan lampu.
dihubungkan sedemikian rupa seperti gambar di atas, maka kaki Untuk itu SW1 perlu dihubungkan dan SW2 dilepas.
B harus dihubungkan dengan negatif baterai agar rangkaian Dapat dilihat perbedaannya, bahwa beban (lampu) pada
dapat bekerja, untuk menghidupkan lampu. Untuk itu SW2 yang rangkaian PNP berada sesudah transistor, sedangkan pada
perlu dihubungkan. transistor NPN, beban berada sebelum transistor.
Sensor
Sensor berguna untuk mengindera
parameter-parameter (besaran-besaran) vital
dari suatu objek pengendalian
(engine,transmisi), mengubahnya menjadi
sinyal listrik yang kemudian akan dikirim ke
ECU (Electronic Control Unit) sebagai
informasi untuk diolah lebih lanjut. Parameter-
parameter tersebut meliputi :
1. Suhu
2. Tekanan (pressure)
3. Posisi
4. Level
5. Kecepatan (speed)
6. Kandungan/konsentrasi zat
terkandung.
7. Tegangan logam (tension)
8. Getaran (knocking)
Pressure sensor
Pressure sensor dilengkapi dengan silicone chip yang bertugas
mengubah besaran tekanan menjadi besaran resistansi di dalam
bahannya. Silicone chip ini dipasangkan diantara dua ruangan
berbeda tekanan, yaitu ruangan tempat terjadinya fluktuasi
pressure dan ruangan yang bertekanan absolut (tetap). Bila
pressure di ruangan yang diukur lebih tinggi dari ruangan
absolut, silicone chip akan melengkung dan menyebabkan
panjangnya berubah. Karena resistansi berbanding lurus dengan
panjang penghantar, maka saat ini nilai resistansi silicone chip
tersebut bertambah.
Karena perubahan resistansi ini kemudian diubah menjadi
perubahan besaran tegangan (voltage) maka harus diperkuat
menggunakan rangkaian penguat mula (pre-amplifier). Tujuan
pemasangan pre-amplifier menyatu (integrated) dengan silicone
chip adalah untuk mencegah kehilangan tegangan sinyal karena
sangat kecilnya perubahan tegangan yang terjadi.
Kelengkungan dari silicone chip ini berbanding lurus dengan
besarnya pressure yang terjadi, sehingga berdampak pula pada
perubahan tegangan yang dikirimkan oleh pressure sensor.
Untuk itu pressure sensor dilengkapi dengan tiga pin, yaitu (+),(-)
dan SIGNAL.
Pressure switch
Terdapat perbedaan antara pressure sensor dengan pressure
switch. Pressure sensor mengirimkan sinyal berupa tegangan
(voltage) yang berfluktuasi, sehingga setiap perubahan pada
pressure dapat dideteksi, sedangkan pressure switch hanya
mengirimkan sinyal ON dan OFF saja.
Pressure switch memiliki membran (diaphragm ) yang salah satu
sisinya terhubung dengan ruang bertekanan. Bila tekanan
(pressure) belum cukup untuk melengkungkan membran, kontak
dalam keadaan OFF. Bila tekanan telah cukup kuat, kontak akan
terhubung. Fluktuasi tekanan tidak dapat dideteksi oleh pressure
switch, biasanya hanya digunakan untuk menginformasikan
apakah suatu sistem telah mencapai pressure kerjanya atau
belum.

Temperature sensor
Temperature sensor menggunakan bahan semikonduktor yang
terbuat dari bahan Galium Arsenida (GaAs) yang peka suhu. Bila
bahan tersebut mengalami pemanasan, konduktivitasnya
meningkat, atau dengan kata lain, resistansinya menurun. Dan
saat mengalami pendinginan, konduktivitasnya menurun atau
resistansinya meningkat ( untuk tipe NTC = Negative
Temperature coefficient, dan sebaliknya pada PTC = Positie
Teperatuer coefficient). Perubahan resistansi ini kemudian diolah
ECU dengan memperbandingkan dengan resistansi patokan
untuk menentukan pekerjaan apa yang harus dikerjakan pada
suhu tertentu (menaikkan RPM hydraulic fan saat suhu engine
mencapai suhu kerjanya).
Position sensor

Position sensor digunakan untuk memberikan informasi ke terhubung dengan housing dari toothed gear. Kumparan pick-up
ECU mengenai posisi dari suatu shaft yang bergerak, dihubungkan keluar dengan kabel. Terdapat celah sempit antara
seperti pada camshaft pada engine D12C, atau shaft dari ujung inti besi dengan gigi dari toothed gear.
stepper motor. Terdapat beberapa desain dari position Mengenai prinsip kerja induksi listrik, akan dibahas pada bahasan
sensor : speed sensor. Tiap-tiap ujung dari toothed gear akan membangkitkan
1. Menggunakan slitted disc dan photodiode satu pulsa tegangan yang akan digunakan oleh ECU untuk
2. Menggunakan toothed gear dan induction sensor menentukan solenoid valve silinder engine yang akan dikontrol.
3. Menggunakan rotary variable resistor Jumlah dari gigi adalah sejumlah silinder ditambah satu sebagai
Disini hanya akan dibahas prinsip kerja dari toothed gear patokan bagi ECU untuk mengetahui pulsa dari silinder pertama.
dan induction sensor. Pada gambar 1, position sensor Jarak pulsa yang lebih dekat antara pulsa silinder 6 dengan pulsa
disusun dari sebatang inti besi yang dipasang ditengah- reset menginformasikan bahwa seluruh silinder telah menjalani
tengah kumparan pick-up. Di bagian atas inti besi siklusnya.
dipasangkan magnet batang dengan ujung kutub yang satu Pulsa reset berguna bagi ECU saat engine mulai dihidupkan. Posisi
(S) menempel dengan inti besi dan ujung kutub lain kelengkapan engine mulai bergerak di sebarang posisi yang sulit
diketahui oleh ECU tanpa informasi dimana posisi silinder 1 berada.
Speed sensor

Gaya magnet merambat dengan baik pada bahan logam yang mudah
dirambatkan kemagnetan (Ferromagnetik). Housing, shaft serta gear terbuat
dari bahan tersebut. untuk membentuk lintasan gaya magnet dari kutub Utara
ke kutub Selatan dari magnet permanen, garis gaya harus melalui medium
housing, shaft dan gear ditambah celah udara antara inti besi dengan gear.
Makin kecil celah udara tersebut, makin kuat gaya magnet yang terbentuk.
Pada gambar 1, gear pada posisi dimana gap atau celah udara besar (karena
gaya magnet menurun dan menimbulkan Gaya
gear sedang berputar). Hal ini menyebabkan lemahnya gaya magnet yang
Gerak Listrik dengan arah berlawanan. Denyutan
terbentuk.
tegangan ini kemudian diumpankan ke ECU dan
Saat gigi dari gear mendekati ujung inti besi, gaya magnet menguat, termasuk
ECU akan memprosesnya sebagai berikut :
di dalam inti besi. Ikut menjadi magnetnya suatu benda akibat terkena garis
gaya magnet dari suatu magnet disebut induksi magnet. Karena inti besi dililit
kumparan induksi, perubahan kekuatan gaya magnet ini menyebabkan
timbulnya Gaya Gerak Listrik (GGL) di dalam kumparan yang mencapai
puncaknya ketika celah (gap) mencapai nilai minimum. Saat berikutnya, gigi
gear akan kembali menjauh dan menimbulkan gap yang besar. Kekuatan
Microprocessor

Microprocessor merupakan otak dari Electronic control unit Di dalam ECU, microprocessor bekerja sama dengan komponen
(ECU). Terdiri dari rangkaian-rangkaian transistor yang kompleks lain seperti Analog to Digital (A/D) converter, signal atau pre-
yang dapat menangani pengolahan sinyal yang diterima dari amplifier serta power amplifier.
sensor-sensor A/D converter merupakan IC (integrated circuit) yang dapat
Microprocessor menentukan tindakan apa yang perlu diambil mengubah sinyal analog (gelombang listrik) menjadi sinyal
berdasarkan masukan aktual dari sensor dan diperbandingkan digital. Harga sinyal analog dapat bervariasi sedangkan sinyal
dengan data yang tersimpan di memorynya (merupakan ‘bekal’ digital hanya memiliki dua nilai, tinggi/high/on bernilai 5 V dan
dari pabrik pembuat). Microprocessor hanya bekerja dengan rendah/low/off bernilai 0V.
sinyal-sinyal digital, dimana denyut kecepatan prosesnya Signal/pre-amplifier (misalnya : IC LM741) bertugas memperkuat
ditentukan dari pembangkit denyut (seperti jantung) yang disebut sinyal-sinyal listrik yang sangat lemah yang dihasilkan sensor
Clock. Makin tinggi nilai clock, makin cepat reaksi tertentu, seperti Intake air pressure sensor, agar sinyal tersebut
microprocessor bekerja, sehingga makin banyak tindakan yang dapat diproses lebih lanjut oleh microprocessor.
terselesaikan tiap detiknya.
Sebagai acuan bagi microprocessor dalam ‘mengambil Data yang tersimpan dalam RAM akan hilang bila RAM tidak
keputusan’, ECU dilengkapi dengan memory. Terdapat beberapa mendapat suplai listrik (reset).
jenis memory : PROM : Programmable Read-Only Memory : yaitu memory
ROM : Read-Only Memory : yaitu memory yang berisi data yang berisi data yang dapat diubah-ubah nilainya dalam jangkah
yang telah baku yang diisikan oleh pabrik pembuat ECU. ROM tertentu yang telah disediakan, misalkan pengubahan unit
menyimpan data-data spesifikasi pabrik yang akan tetap satuan. Data yang tersimpan dalam PROM akan tetap tersimpan
tersimpan walaupun ROM tidak mendapat suplai listrik (kunci walau PROM tidak mendapat suplai listrik.
kontak dan master switch off).
RAM : Random-Access Memory : yaitu memory yang berisi
data temporer yang dituliskan oleh ECU selama ECU bekerja.
Data tersebut disimpan oleh ECU untuk keperluan penyimpanan
error Dan nilai-nilai (parameter) tertentu yang selalu aktual.
Pengolahan informasi
Microprocessor memproses informasi dan memutuskan
tindakan yang tepat sesuai program yang telah ditentukan oleh
pabrik. Untuk dapat mengambil keputusan , microprocessor
harus menerima informasi dari berbagai sensor. Microprocessor
tidak selalu dapat memproses informasi tersebut dengan segera,
untuk itu informasi tersebut disimpan sementara di dalam RAM
dalam address-address tertentu. Untuk membaca informasi dari
RAM, microprocessor menentukan terlebih dahulu lokasi
address dimana informasi yang diinginkan disimpan, dan
melakukan permintaan. Untuk memproses informasi,
microprocessor membaca semua masukan dari sensor-sensor,
mengambil nilainya – dan sesuai program, memerintahkan
aktuator atau instrument display untuk melakukan tugasnya.
Microprocessor juga menguji masukan-masukan untuk
memastikan bahwa sirkuit pengirim data tersebut bekerja
dengan normal. Ia telah diprogram agar dapat mengenali
masukan data dengan mengetahui jangkah (range)/kisaran
tegangan listrik yang normal. Jika nilai dari infomasi tersebut
diluar range, microprocessor akan menduga adanya masalah
pada sensor dan sirkuit yang bersangkutan, lalu mengirim sinyal Closed loop merupakan loop yang komplit. Dilengkapi dengan
gangguan (error code) ke instrument display. Microprocessor sensor feedback yang akan ‘memata-matai’ pelaksanaan
juga selalu melaksanakan POST (power on self test) setiap pekerjaan yang diperintahkan microprocessor kepada suatu
memulai kerjanya. aktuator.
Microprocessor menggunakan control loop untuk menghasilkan Open loop hanya digunakan saat objek pengendalian (engine,
suatu proses yang cepat, otomatis dan akurat. Control loop transmisi) dalam keadaan belum memenuhi kondisi kerja
adalah suatu siklus dimana proses dapat dikontrol oleh masukan optimum, seperti suhu kerja belum tercapai. Pada saat ini sensor
input, pengolahan data, dan keluaran (output) dari perintah feedback belum dapat menghasilkan informasi pemantauan
tertentu untuk mengendalikan suatu perangkat aktuator. yang akurat (juga disebabkan karena sensor-sensor tertentu
Terdapat dua loop yang digunakan, yaitu open loop dan closed belum siap bekerja).
loop. Contoh dari closed loop adalah pada pengaturan RPM engine di
excavator Volvo.
ELEKTROMAGNETIKA
Magnet permanen

Magnet selalu memiliki dua kutub, yaitu Utara dan Selatan. Dari Pada magnet berbentuk U, lintasan yang perlu dilalui oleh garis
kedua kutub tersebut mengalir garis gaya magnet , yaitu dari gaya magnet di udara lebih pendek, maka gaya magnet
kutub Utara ke kutub Selatan. Garis gaya magnet tersebut berbentuk U lebih kuat.
merambat lewat udara di sekitar batang magnet.
Pada magnet berbentuk batang, lintasan yang harus dilalui oleh
garis gaya magnet melalui udara relatif panjang, sehingga gaya
magnet pada magnet batang lebih lemah.
Garis gaya magnet pada kawat berarus listrik
Pada kawat yang dialiri listrik terdapat garis-garis gaya magnet
yang melingkarinya. Dengan kaidah Tangan Kanan Fleming,
diketahui bahwa garis gaya magnet yang terbentuk tersebut
memiliki arah tertentu.
Bila kawat berarus listrik tersebut digenggam dengan tangan
kanan, dan ibu jari mengarah ke arah aliran arus, maka keempat
jari lainnya menunjukkan arah garis gaya magnet.
Dengan kaidah ini kita dapat menentukan kutub-kutub magnet
yang terbentuk pada inti besi yang dililit kumparan.
Efek perubahan arah aliran arus listrik pada kumparan

1 2
Apabila kawat penghantar dililitkan pada sebuah inti besi Pada gambar 2 di atas, arus listrik masuk dari sisi bawah dan
silindris, dan pada kawat tersebut dialirkan sejumlah arus listrik, keluar pada sisi atas, menyebabkan timbulnya garis gaya
maka garis gaya magnet yang terbangkit pada kawat akan saling magnet yang mengarah ke atas pada kawat penghantar.
memperkuat. Garis gaya magnet gabungan tersebut akan Pada inti besi kemudian timbul garis gaya magnet yang
muncul pada inti besi dengan arah yang sama dengan arah garis diperkuat dengan arah dari bawah ke atas, hingga sisi bawah inti
gaya magnet pada kumparan. besi menjadi Utara dan sisi atas menjadi kutub selatan.
Pada gambar 1 di atas, arus listrik masuk pada sisi atas dan Dengan mengubah arah aliran arus pada suatu kumparan, kita
timbul garis gaya magnet sesuai kaidah Flemming, di sekeliling bisa mendapatkan pergantian kutub-kutub elektromagnet yang
inti besi dengan arah ke bawah. Maka timbul garis gaya magnet terbangkit.
yang diperkuat pada inti besi, dengan arah dari atas ke bawah.
Akibatnya, timbul kutub Utara di sebelah atas inti besi dan kutub
selatan di bagian bawah.
Aplikasi elektromagnet : Stepper Motor

Stepper motor merupakan bentuk penerapan elektromagnet


yang berguna untuk menghasilkan gerak putar. Gerak berputar
ini dimanfaatkan untuk pekerjaan presisi seperti pengaturan
RPM pada engine di excavator Volvo.
Satu hal yang spesifik pada stepper motor adalah gerakannya
yang tertatih-tatih ( stepping ) seperti gerak jarum detik pada
jam. Dengan gerakan seperti itu, gerakan shaft menjadi lebih
mudah untuk dikontrol, karena tidak menimbulkan energi kinetik
seperti pada motor konvensional. Stepper motor terdiri dari
Stator, rotor magnet, shaft, ball bearing, pole dan housing.
Tiap satu langkah gerak putar stepper motor menempuh derajat
tertentu, misalnya 1,8°. hal ini berarti untuk menempuh satu
putaran penuh (360°) diperlukan 200 langkah. Makin kecil sudut
yang ditempuh tiap langkahnya, makin presisi stepper motor
tersebut. Kelebihan lainnya adalah bahwa stepper motor dapat
dihentikan putarannya dan menahan shaft pada posisi akhir
(memiliki braking effect), dengan menghentikan pengubahan
kombinasi suplai listrik ke dalam kumparannya. Dengan begitu
beban tidak mengalami perubahan posisi.
Tiap-tiap langkah yang timbul pada rotor stepper motor
dihasilkan dari pembangkitan satu kombinasi pemberian arus
listrik pada kumparan-kumparan stator.
Rotor magnet didesain sedemikian rupa sehingga bagian puncak
gigi adalah kutub U ( utara ) dan bagian lembah gigi adalah
kutub S ( selatan ).
Wiring pada kumparan stator

Dapat dilihat bahwa semua kumparan stator yang


berhuruf sama ( yaitu : A1,A2 dan B1,B2 )
dihubungkan secara seri satu sama lain. Antara
kumparan A1 dengan kumparan A2 dihubungkan
secara twist, sehingga menghasilkan kutub-kutub
yang berbeda. Begitu pula pada kumparan B1 dan
B2.
Dinyatakan bahwa : (berlaku pula pada B1 dan B2 )
1. Bila pin A1 dihubungkan ke (+), maka akan timbul
kutub S (selatan) pada ujung inti besi sebelah
dalam kumparan A1 dan kutub U (utara) pada
kumparan A2.
2. Bila pin A2 dihubungkan ke (+), timbul kutub S
pada kumparan A2 dan kutub U pada kumparan
A1.
Langkah 1 Pin A1 – B1 ( + )
Langkah 2 Pin A1 – B2 ( + )
Langkah 3 Pin A2 – B2 ( + )
Langkah 4 Pin A2 – B1 ( + )
Langkah 5 Berulang kembali ke langkah 1
Bila arah putaran akan dibalik, urutan kombinasi
pemberian listrik mengacu pada teberl berikut :
Langkah 1 Pin A1 – B1 ( + )
Langkah 2 Pin A2 – B1 ( + )
Langkah 3 Pin A2 – B2 ( + )
Langkah 4 Pin A1 – B2 ( + )
Langkah 5 Berulang kembali ke langkah 1
Cara membacanya adalah : Pin A1 – B1 ( + ) berarti kedua pin tersebut dihubungkan dengan positif baterai, sedangkan pin-pin
yang tidak disebutkan, dihubungkan ke negatif baterai. (lakukan percobaan)
A A’ B B’

A1 – B1 (mulai) A1 – B1 (akhir) A1 – B2 (mulai) A1 – B2 (akhir)


C C’ D D’

A2 – B2 (mulai) A2 – B2 (akhir) A2 – B1 (mulai) A2 – B1 (akhir)


Kontrol sederhana stepper motor

Untuk mengontrol kerja stepper motor, dapat digunakan dua Switch SW1 dan SW2 ditekan secara bergantian. Urutan
buah switch tandem seperti gambar di atas ( SW1 dan SW2). penekanan yang berbeda akan menghasilkan arah putaran
stepper motor yang berbeda pula.
DC Electric Motor
DC electric motor didesain untuk memanfaatkan gaya magnet
untuk menghasilkan gerak berputar yang kontinyu. Disusun oleh
komponen-komponen :
1. Stator magnet : sebagai penghasil gaya magnet
permanen. Dibentuk menyesuaikan bentuk housing motor
dengan setengah lingkaran atau satu lingkaran penuh.
2. Armature coil : sebagai kumpulan penghantar
(konduktor) yang digulung sedemikian rupa hingga dapat
menghasilkan torsi yang optimum. Duduk pada yoke yang
dipasang permanen terhadap shaft.
3. Commutator : sebagai jalur masuk dan keluarnya arus
listrik pada armature coil. Terbuat dari tembaga yang
tersekat antar segmen oleh bahan isolator seperti mika.
4. Brush : sebagai medium penyalur arus listrik dari sumber
listrik ke commutator. Terbuat dari tembaga atau carbon
dan dedesain untuk lebih mudah aus dibandingkan
dengan commutator.
5. Bearing : sebagai penyangga shaft pada housing motor.

Terdapat dua jenis stator pada DC electric motor yaitu yang Penggerak daya besar, seperti starter motor. Namun jenis ini
menggunakan magnet permanen dan magnet remanen memiliki konstruksi yang lebih rumit dan mengkonsumsi daya
(electromagnet). Motor-motor dengan magnet permanen listrik yang relatif lebih besar pula.
desainnya ringkas dan praktis, namun tidak dapat menghasilkan
torsi yang besar, sehingga hanya digunakan pada aplikasi
penggerak daya rendah (windshield wiper, oil filler pump, AC
blower fan).
Motor dengan electromagnetic stator dapat menghasilkan torsi
yang besar dengan ukuran yang relatif sama dengan magnet
permanen. Hal ini karena kekuatan magnet yang dihasilkan
dapat ditingkatkan dengan memperbesar arus listrik yang
mengalir padanya sehingga banyak digunakan pada aplikasi
Aplikasi Elektromagnet – Permanent magnet type DC Motor
Gambar di samping menjelaskan sebuah konstruksi Permanent
magnet type – DC motor. Disini kita akan mengaplikasikan dua
pengetahuan pada bahasan yang lalu mengenai garis gaya
magnet.
Bila sebuah penghantar ditempatkan sedemikian rupa di antara
dua kutub magnet, dan pada kawat penghantar tersebut dialirkan
arus listrik melalui brush dan komutator, maka akan timbul garis
gaya magnet yang masuk pada sisi hiaju kawat dan keluar pada
sisi merah kawat. Pada sisi hijau dan merah, garis gaya magnet
mengarah ke dalam. Di sisi lain, terdapat aliran garis gaya
magnet dari kutub-kutub magnet permanen, yang kemudian
bergelung diantara kawat mengikuti arah garis gaya magnet
pada kumparan. Karena garis gaya magnet dari kutub magnet
tersebut nmemiliki gaya tarik-menarik , diibaratkan seutas karet
yang ditarik di kedua ujungnya, kawat akan terlontar, dimana
pada sisi hijau ke arah bawah dan pada sisi merah ke arah atas.
Hal ini menimbulkan kopel atau gaya puntir yang menyebabkan
poros yang menopang kawat menjadi berputar berlawanan arah
jarum jam.
Pembalikan arah aliran arus listrik
Pada gambar di samping, arah aliran arus listrik dari baterai
dibalik dengan posisi kutub-kutub tetap, dan arus masuk ke
kawat pada kawat hijau dan keluar pada kawat merah. Garis
gaya magnet yang terbangkit pada kawat mengarah keluar di
kedua sisi kawat, saat ini garis gaya magnet yang dihasilkan
oleh kutub-kutub magnet permanen melengkung sedemikian
rupa mengikuti arah putaran garis gaya magnet dari penghantar.
Bila garis gaya magnet dari kutub-kutub magnet permanen
diibaratkan seutas karet, bila ditarik di kedua ujungnya, akan
melontarkan kedua sisi kawat ke arah yang berlawanan.
Pada kawat sisi hijau terlontar ke bawah dan pada sisi merah
terlontar ke arah atas.
Hal ini menimbulkan tenaga putar pada sumbu kawat searah
dengan jarum jam.
Starter motor
Pre-engage drive starting motor
Pre-engage drive starting motor atau yang lebih dikenal
dengan overrunning type starter motor terdiri dari komponen-
komponen utama :
1. Solenoid : yang bertugas seperti relay, menghubungkan
arus yang besar dari baterai ke starter motor (melalui
moving contact) dengan bantuan sejumlah kecil arus
listrik yang dikontrol dari kunci kontak. Untuk
memungkinkan terjadinya penghubungan tersebut,
digunakan dua kumparan , yaitu pull-in coil dan holding
coil. Pull-in coil bertugas menarik plunger melawan spring
hingga kontak terhubung, dan holding coil bertugas
memegang (hold) plunger pada posisi tertarik agar
pengontakan tetap berlangsung. Di samping itu, solenoid
bersama shift lever bertugas pula untuk mengkisarkan
(shifting) pinion gear motor starter ke depan hingga terkait
dengan flywheel gear.
2. starter motor : yang bertugas menghasilkan gerak
berputar dengan torsi besar untuk memutarkan flywheel.
Torsi yang besar ini berasal dari perputaran armature di
antara electromagnetic stator yang disusun oleh field coil
dan pole shoe.
3. Overrunning clutch dan pinion gear : yang bertugas
menyalurkan torsi yang dihasilkan starter motor ke
flywheel engine dan mencegah terjadinya putaran yang
berlebihan (overrunning) akibat terbawa berputarnya shaft
starter motor saat engine telah hidup dan perkaitan antara
pinion gear dan flywheel masih terjadi.
Pertanyaan :
Mengapa solenoid starter motor tidak menggunakan satu buah
kumparan saja (pull-in coil) ?
Prinsip kerja pre-engage drive starting motor

1 2
Pada saat kunci kontak posisi off, tidak ada arus mengalir ke dalam
solenoid maupun starter motor. Arus (+) stand-by pada kontak ponint
sebelah atas. Pinion gear tidak terkait dengan flywheel (gambar 1)
Kemudian bila kunci kontak di-on-kan, arus listrik akan mengalir ke
pull-in coil dan holding coil secara bersamaan. Pull-in coil akan
menarik plunger ke arah kanan, dan holding coil akan menahan
plunger pada posisi terakhirnya. Karena pull-in coil terpasang secara
seri dengan field coil, arus keluaran pull-in coil akan terus mengalir ke
field coil dan menyebabkan putaran lambat pada armature (gambar
2). Pada saat yang sama, plunger menarik shift lever hingga pinion
gear terkisar ke kiri dan terkait dengan flywheel.
Ketika plunger bergerak ke kanan, moving contact akan
menghubungkan contact point hingga arus (+) stand-by akan
mengalir arus besar menuju field coil secara langsung dari baterai.
Akibatnya armature akan berputar cepat dan putarannya diteruskan
ke flywheel melalui overrunning clutch dan pinion gear (gambar3). 3
Overrunning clutch
Overunning clutch atau disebut one-way clutch atau
free-wheeling mechanism berfungsi mencegah ikut
berputarnya armature shaft saat engine telah hidup
dimana pinion gear dan flywheel masih terhubung.
Saat start, armature shaft akan berputar searah jarum
jam, menyebabkan bola-bola tertinggal dan terdorong
oleh spring ke celah tersempit dari clutch housing.
Karena celah menyempit, terjadi gesekan yang besar
antara clutch housing dengan pinion gear dengan
perantara bola. Saat ini pinion gear akan terbawa
berputar mengikuti putaran armature shaft. Engine
diputar dengan RPM ±100 RPM.
Bila engine kemudian hidup, engine akan berputar
minimum 850 RPM. Saat ini pinion gear akan terbawa
berputar oleh flywheel dengan kecepatan yang lebih
tinggi dari kecepatan armature shaft. Pada kondisi ini
bola akan tergeser oleh pinion gear ke arah putaran
pinion, hingga terbebas dari celah sempit. Dengan
bebasnya bola, tidak terjadi penguncian antara pinion
gear dengan clutch housing yang terhubung dengan
armature, sehingga armature tidak akan terbawa
berputar dengan kecepatan engine yang lebih tinggi.
Sliding gear starting motor

Sliding gear starting motor didesain untuk menghasilkan torsi yang lebih besar
daripada model pre-engage drive starting motor, dengan menggunakan armature dan
stator yang lebih panjang. Pada sliding gear starting motor, pinion gear dikisarkan untuk
berkaitan dengan flywheel dengan mendorong engagement rod keluar secara aksial
dengan bantuan solenoid. Dilengkapi dengan control relay untuk mengendalikan suplai
arus listrik besar. Sebagai pengganti overrunning clutch, digunakan multi-disc clutch
yang bertindak untuk menghubungkan putaran dari armature shaft ke pinion gear lewat
engagement rod, juga membatasi torsi yang disalurkan. Model seperti ini digunakan
untuk starting system engine articulated hauler dan Wheel loader Volvo.
Prinsip kerja starter motor (1)
Saat kunci kontak dalam
posisi ON, arus dari
baterai akan mengalir ke
control relay,
menyebabkan kontaknya
terhubung dengan holding
coil pada solenoid dan
terus ke massa. Pada saat
bersamaan, arus juga
dikirim ke pull-in coil untuk
mendorong engagement
rod dan pinion gear.
Ketika kontak control relay
terhubung, sebagian arus
akan mengalir pula ke
shunt field coil (melalui
shunt release switch yang
masih terhubung),
menyebabkan armature
berputar namun dengan
kecepatan rendah. Arus
yang akan masuk ke
series field coil dihambat
pengontakannya oleh
tripping lever.
Prinsip kerja starter motor (2)
Berikutnya, saat
engagement rod
terdorong ke kanan,
pinion gear akan
terhubung dengan
flywheel dan release
lever akan menekan
tripping lever ke atas,
dan memungkinkan
kontak dari control relay
menghubungkan arus
suplai dari baterai ke
serie field coil di dalam
motor. Bersamaan
dengan itu, shunt
release switch menjadi
OFF karena terdorong
oleh release lever,
sehingga shunt feld coil
tidak dialiri listrik lagi.
Series field coil akan
mengambil alih tugas
dari shunt field coil dan
memutar armature
dengan torsi maksimum.
Engagement rod
ditahan pada posisi
akhirnya oleh holding
coil.
Identifikasi jalur listrik sliding gear starting motor

Pandangan kanan Pandangan belakang Pandangan kiri


Multi-disc clutch
Sebagai pengganti overrunning clutch, pada sliding gear starting motor
digunakan multi-disc clutch. Bertindak sebagai kopling yang
menghubungkan putaran armature dengan pinion gear lewat engagement
rod. Saat engagement rod didorong keluar oleh solenoid dan pinion gear
terkait dengan flywheel, pressure sleeve yang padanya terdapat spiral
splines menyebabkan internal disc tertekan ke arah external disc melawan
pressure spring (gambar 2). Karena internal disc terkait dengan pressure
sleeve sedangkan external disc terkait dengan clutch housing (yang
merupakan ujung dari armature shaft), maka kedua disc akan saling
bergesekan hingga putaran arai armature shaft dapat disalurkan ke pinion
gear.
Saat engine telah hidup dan pinion gear dan flywheel masih terhubung,
putaran engine akan menyebabkan pinion gear berputar lebih cepat dari
putaran clutch housing (yang terhubung dengan armature shaft). Spiral
spline akan menggeser internal disc untuk menjauhi external disc, hingga
perkaitannya terlepas (gambar 3). Putaran dari pinion gear tidak dapat
diteruskan ke armature dan armature akan tetap berputar dengan
kecepatannya sendiri.
Induksi listrik

Bila suatu kawat penghantar dililitkan pada sebuah inti besi, lalu
didekatnya digerak-gerakkan sebuah magnet permanen, maka
akan timbul energi listrik pada kawat tersebut, yang ditandai oleh
bergeraknya jarum milivoltmeter. Hal ini hanya terjadi saat ujung
magnet mendekati dan saat menjauhi inti besi. Induksi listrik
hanya terjadi bila magnet dalam keadaan bergerak. Karena
garis gaya magnet terkuat di bagian ujung-ujung magnet, maka
saat ujung magnet mendekati inti besi, garis gaya magnet yang
mempengaruhi inti besi menguat, sedangkan saat ujung magnet
menjauh, garis gaya magnet yang mempengaruhi tersebut akan
melemah. Perubahan kekuatan garis gaya magnet inilah yang
menimbulkan induksi listrik. Pada kondisi ini terjadi perubahan
energi, yaitu dari energi mekanik menjadi energi listrik. Penelitian
ini dilakukan oleh Michael Faraday.

Besarnya energi listrik yang terbangkit sebanding dengan :


1. Kuatnya garis gaya magnet.
2. Kecepatan putar magnet , atau kecepatan perubahan
kekuatan garis gaya magnet.
3. Banyaknya gulungan kawat penghantar.
Aplikasi induksi listrik – Generator arus searah (DC)
Posisi 0°
Pada gambar di samping, batang kawat dibentuk
sedemikian rupa, ditopang oleh sebuah shaft, dan
pada ujung-ujungnya dilengkapi dengan cincin yang
disebut Komutator. Melalui komutator dan brush
(sikat), dihubungkan seutas kabel.
Kawat penghantar diletakkan di antara dua kutub
magnet yang tarik-menarik ( kutub U dan S).
Pada gambar di samping, kawat penghantar belum
mendapat pengaruh dari garis gaya magnet.

Posisi 45°
Pada saat kawat penghantar diputar oleh suatu gaya
luar, dalam gambar, searah jarum jam, kawat
penghantar mulai mengalami pengaruh perubahan
kuat garis gaya magnet pada daerah dengan medan
magnet yang menguat. Saat ini mulai terbangkit energi
listrik di dalam kawat penghantar yang kemudian
dsalurkan ke bola lampu. Lampu mulai menyala.
Posisi 90°
Pada gambar di samping, kata penghantar melalui
daerah dengan medan magnet terkuat. Saat ini
terbangkit energi listrik dengan tegangan tertinggi,
yang membuat bola lampu menyala paling terang.

Posisi 135°
Saat berikutnya, kawat penghantar berangsur-angsur
menjauhi daerah bermedan magnet terkuat dan
pengaruh garis gaya magnet kembali melemah. Saat
ini hanya terbangkit energi listrik dalam jumlah kecil
dan lampu hanya menyala redup.
Posisi 180°
Pada saat kawat penghantar telah mencapai posisi
tegak kembali, kawat tidak mendapa pengaruh medan
magnet sehingga saat ini tidak terbangkit energi listrik
di dalam kawat penghantar, dan lampu padam.
Generator arus bolak-balik : alternator
Alternator merupakan jenis generator arus bolak-balik (AC).
Terdiri dari komponen-komponen :
1. Stator coil : merupakan 3 lilitan kumparan yang dibentuk
dalam hubungan delta atau bintang yang bertindak
sebagai medium terjadinya pembangkitan arus listrik di
dalam alternator. Stator coil statis terhadap housing (tidak
berputar).
2. Rotor coil : merupakan kumparan elektromagnet untuk
membangkitkan gaya magnet yang akan memotong
stator coil selama berputar hingga menghasilkan arus
listrik. Rotor coil membangkitkan kemagnetan pada claw
pole selama mendapat suplai listrik dari baterai ( arus
listrik eksitasi).
3. claw pole : merupakan kutub-kutub inti kumparan rotor
(rotor coil) yang dibentuk sedemikian rupa hingga
dihasilkan gaya magnet yang lebih kuat dan
terkonsentrasi. Tiap sisi dari claw pole menghasilkan
kutub yang berbeda.
4. Brush dan slip ring : sebagai jalur masuk dan keluarnya
arus listrik eksitasi ( pemicu) menuju rotor coil. Dengan
cara ini, arus listrik dari baterai dapat disalurkan ke dalam
Alternator memiliki kod spesifikasi yang dicantumkan pada rotor coil selama rotor berputar.
housingnya. Berikut penjelasan masing-masing kode :

K : menunjukkan stator diameter, dimana G=100 – 109 mm, (Æ ) berarti berputar searah jarum jam, (Å) berarti berlawanan
K=120-129 mm, N=130-139 mm, T= 170-179 mm dan U=diatas jarum jam, dan ( -- ) berarti dapat berputar bolak-balik.
200 mm. 14 V : tegangan alternator
1 : clawpole alternator dan 2 : rotor tanpa gulungan (brushless) 23 adalah kuat arus listrik yang dihasilkan pada 1500 RPM dan
55 A adalah kuat arus maksimum.
Prinsip kerja alternator
Saat arus listrik dialirkan menuju kumparan rotor alternator,
timbul medan magnet dengan di kedua ujung inti besi rotor.
Karena kedua ujung inti besi tersebut dibentuk sedemikian rupa
seperti cakar yang saling berhadapan, kutub-kutub magnet yang
terbangkit menjadi berselang-seling. Sesuai ketetapan, garis
gaya magnet keluar dari kutub Utara menuju kutub Selatan,
sehingga berbentuk seperti pada gambar di samping.
Pada gambar 1, kumparan stator berada di antara dua kutub
utara, dan ditengah-tengahnya kutub selatan. Garis gaya magnet
akan seolah-olah bergerak ke arah dalam dan menghasilkan
induksi magnet pada inti besi dari kumparan stator dengan kutub
selatan di sebelah luar dan kutub utara di sebelah dalam. Saat
magnet induksi pada inti besi ini menguat, energi listrik yang
terbangkit di dalam kumparanpun akan menguat.
Saat kutub-kutub menjauh, medan magnet kembali melemah
dan listrik yang terbangkit pada kumparan juga melemah dan
ketika kutub selatan mengapit kumparan, garis gaya magnet
berbalik arah dan menghasilkan pengutuban yang terbalik pula.
Hasilnya, arah aliran listrik berbalik. Listrik tersebut yang
kemudian disearahkan untuk mengisi baterai.

1 2
Transformer
Transformer atau transformator atau trafo merupakan peralatan
listrik yang dapat mengubah voltage (tegangan) sesuai yang
dibutuhkan, tanpa kehilangan daya listrik yang besar. Namun
hanya dapat bekerja dengan listrik bolak-balik (AC). Berdasarkan
perubahan tegangannya, terdapat dua jenis trafo, yaitu :
1. Trafo step-down : dimana tegangan input/primer(sumber)
diturunkan untuk mendapatkan tegangan output/sekunder
yang lebih rendah, namun dengan kuat arus yang lebih
besar. Hal ini dimungkinkan dengan perbandingan
banyaknya lilitan kawat input yang lebih banyak (lebih
panjang) dibanding kawat output.
2. Trafo step-up : dimana tegangan input /primer (sumber)
dinaikkan untuk mendapatkan tegangan output/sekunder
yang lebih tinggi, namun dengan kuat arus yang lebih
lemah. Banyaknya lilitan kawat input lebih sedikit
dibandingkan kawat output.
Gambar di samping menjelaskan prinsip kerja dari trafo step-down.
Kumparan primer di bagian atas menerima arus listrik bolak-balik,
dimana arah alirannya bertukar-tukar (katakan, sumber listrik input
bertegangan 220 V AC dengan frekwensi 50 Hz. Ini berarti terjadi
perubahan arah aliran arus 50 kali dalam satu detik. Perubahan
arah aliran arus ini berdampak pada perubahan kutub-kutub
magnet pada inti besi (lihat penjelasan pada bahasan “perubahan
arah aliran arus pada kumparan”).
Perubahan kutub-kutub ini menyebabkan terjadinya perubahan
kekuatan magnet pada inti besi, sebab setiap akan terjadi
pembalikan kutub, harus diselingi dengan pelemahan medan
magnet terlebih dahulu. Perubahan ini menyebabkan terbangkitkan
arus listrik bolak-balik pula di kumparan sekunder, yang kemudian
keluar sebagai output trafo.
Pada gambar di halaman sebelumnya, gaya magnet ‘mengalir’
pada inti besi dan udara di sekitarnya, dimana hal ini
menyebabkan kerugian energi, karena kekuatan magnet tidak
optimal (sebagian energi magnet terbuang). Efeknya, tegangan
maupun kuat arus listrik yang keluar sebagai output tidak optimal.
Untuk mengatasi hal itu, inti besi dibentuk sedemikian rupa seperti
gambar di samping, dimana garis gaya magnet akan berputar di
dalam inti besi.
KODE YANG DIGUNAKAN PADA WIRING DIAGRAM :
BA Baterai
DI Dioda
EA/EB/EC Konektor ECU dan adapter
FA Fuse, pada circuit board
FC Fuse
FH Fuse
FR Fuse
GC/GF/GE Hubungan ground
HE Pemanas
IA Koneksi Servis
IM Instrument
LA Lampu
LC Lampu kontrol
MA Solenoid Valve
MO Motor
RE Relay
RF Flasher relay
RT Timer relay
S Solenoid
SA Sinyal bunyi ( audible signal)
SE Sensor
SO Voltage converter
SOM Voltage conveter untuk memory
SP Hubungan (Volvo base)
SW Switch
TUTUP FILE INI

Anda mungkin juga menyukai