Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH KONSEP ANTROPOLOGI SOSIAL DAN ANTROPOLOGI

KESEHATAN

Disusun oleh Kelompok 1 kelas B :


1. Widiasari (212019010036)
2. Syifa alqorona Rizky (212019010043)
3. Arlinda Stevani W. (212019010044)
4. Aza ayyubah (212019010045)
5. Puji Lestari (212019010046)
6. Kholifah Anggraeni R P. (212019010047)
7. Novita putri D. (212019010048)
8. Leni Ayu Yudistiara S. (212019010049)
9. Sri Mularini A. (212019010050)
10. Nisrina Nuraida (212019010051)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2021/2020
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penayayang, puji
syukurkami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah- Nya jadi kami sanggup menyelesaikan penyusunan makalah Antropologi dengan
judul"KONSEP ANTROPOLOGI SOSIAL DAN KESEHATAN" tepat pada
waktunya.Penyusun makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung tunjangan
banyak sekali pesta, jadi sanggup memperlancar dalam penyusunannya. untuk itu tidak lupa
kami mengucapkan terima kasih untuk semua pesta yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan makalah ini. Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya
bahwa masih terdapat kekurangan baik dari segi enam penyusunan bahasa dan aspek lainnya.
Oleh karena itu, kami menerima saran maupun kritik demi memperbaiki makalah
ini.Akhirnya pembuat sangat berharap semoga makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat
dan dapat menjadi inspirasi pembaca untuk mengangkat permasalahan lain.

Kamis, 16 September 2021

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Sejarah Perkembangan Antropologi


Fase pertama (sebelum 1800). Suku-suku bangsa penduduk pribumi Afrika, Asia dan
Amerika mulai didatangi oleh orang Eropa Barat sejak akhir abad ke-15 dan permulaan abad
ke-16, dan lambat laun dalam suatu proses yang berlangsung kira-kira 4 abad lamanya.
Terdapat buku berisi pengetahuan berupa deskripsi tentang adat istiadat, susunan masyarakat,
dan ciri-ciri fisik dari beragam suku bangsa baik di Afrika, Asia, Oseania (yaitu kepulauan di
lautan teduh) maupun suku bangsa indian.Bahan deskripsi itu (disebut ‘etnografi’ dari kata
ethos= bangsa).Pandangan kalangan terpelajar di Eropa Barat menimbulkan tiga macam
sikap yang bertentangan terhadap bangsa” di Afrika, Asia, Oseania dan indian di Amerika
yaitu Bangsa tersebut manusia liar, keturunan iblis timbul istilah savages, primitives
Bangsa” itu contoh dari masyarakat yang masih murni, belum mengenal kejahatan dan
keburukan ada yang tertarik akan adat istiadat yang aneh & mulai mengumpulkan benda-
benda kebudayaan dari suku-suku bangsa tersebut muncul museum.

Fase kedua (Kira-Kira Pertengahan Abad ke-19). Integrasi yang sungguh-sungguh baru
timbul pada pertengahan abad ke-19, waktu timbul karangan-karangan yang menyusun bahan
etnografi tersebut berdasarkan cara berfikir evolusi masyarakat.
Fase kedua ini ilmu antropologi berupa suatu ilmu yang akademikal, dengan tujuan
mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitif dengan maksud untuk mendapat suatu
pengertian tentang tingkat” kuno dalam sejarah evolusi & sejarah penyebaran kebudayaan
manusia.

Fase ketiga (Permulaan Abad ke-20). Pada permulaan abad ke-20, sebagian besar dari
negara-negara penjajah di Eropa masing-masing berhasil untuk mencapai kemantapan
kekuasaannya di daerah-daerah jajahan diluar Eropa
Dalam fase ketiga ini ilmu antropologi menjadi suatu ilmu yang praktis, dan tujuannya dapat
dirumuskan sebagai berikut ; mempelajari masyarakat dan kebudayaan suku-suku bangsa di
luar Eropa guna kepentingan pemerintah colonial dan guna mendapat suatu pengertian
tentang masyarakat masa kini yang kompleks.

Fase keempat (Sesudah Kira-Kira 1930). Dalam fase ini ilmu antropologi mengalami masa
perkembangan yang paling luas, baik mengenai bertambahnya bahan pengetahuan yang jauh
lebih teliti, maupun mengenai ketajaman dari metode-metode ilmiahnya. Kecuali itu kita lihat
adanya dua perubahan di dunia :
1) Timbulnya antipati terhadap kolonialisme sesudah Perang Dunia II
2) Cepat hilangnya bangsa-bangsa primitiaf (dalam arti bangsa-bangsa asli dan terpencil dari
pengaruh kebudayaan Eropa-Amerika) yang sekitar tahun 1930 mulai hilang, dan sesudah
Perang Dunia II memang hampir tak ada lagi di muka bumi ini.

Tujuannya Ilmu Antropologi dalam fase perkembangannya yang keempat ini dapat dibagi
dua, yaitu tujuan akademikal, dan tujuan praktisnya. Tujuan akademikalnya adalah :
mencapai pengertian tentang makhluk manusia pada umumnya dengan mempelajari
anekawarna bentuk fisiknya, masyarakat, serta kebudayaannya, dan tujuan praktisnya
adalah : mempelajari manusia dalam anekawarna masyarakat suku-bangsa guna membangun
masyarakat suku-bangsa itu.

Fase keempat (Sesudah Kira-Kira 1930). Dalam fase ini ilmu antropologi mengalami masa
perkembangan yang paling luas, baik mengenai bertambahnya bahan pengetahuan yang jauh
lebih teliti, maupun mengenai ketajaman dari metode-metode ilmiahnya. Kecuali itu kita lihat
adanya dua perubahan di dunia :
1) Timbulnya antipati terhadap kolonialisme sesudah Perang Dunia II
2) Cepat hilangnya bangsa-bangsa primitiaf (dalam arti bangsa-bangsa asli dan terpencil dari
pengaruh kebudayaan Eropa-Amerika) yang sekitar tahun 1930 mulai hilang, dan sesudah
Perang Dunia II memang hampir tak ada lagi di muka bumi ini.

B. Sejarah Antropologi Kesehatan


Tahun 1849 Rudolf Virchow, ahli patologi Jerman terkemuka, yang pada tahun 1849
menulis apabila kedokteran adalah ilmu mengenai manusia yang sehat maupun yang sakit,
maka apa pula ilmu yang merumuskan hukum-hukum sebagai dasar struktur sosial, untuk
menjadikan efektif hal-hal yang inheren dalam manusia itu sendiri sehingga kedokteran dapat
melihat struktur sosial yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit, maka kedokteran dapat
ditetapkan sebagai antropologi. Namun demikian tidak dapat dikatakan bahwa Vichrow
berperan dalam pembentukan asal-usul bidang Antropologi Kesehatan tersebut., munculnya
bidang baru memerlukan lebih dari sekedar cetusan inspirasi yang cemerlang.

Tahun 1953 Sejarah pertama tentang timbulnya perhatian Antropologi Kesehatan terdapat
pada tulisan yang ditulis Caudill berjudul “Applied Anthropology in Medicine”. Tulisan ini
merupakan tour the force yang cemerlang , tetapi meskipun telah menimbulkan antusiasme,
tulisan itu tidaklah menciptakan suatu subdisiplin baru.

Tahun 1963 Sepuluh tahun kemudian, Scoth memberi judul “Antropologi Kesehatan” dan
Paul membicarakan “Ahli Antropologi Kesehatan” dalam suatu artikel mengenai kedokteran
dan kesehatan masyarakat. Setelah itu baru ahli-ahli antropologi Amerika benar-benar
menghargai implikasi dari penelitian-penelitian tentang kesehatan dan penyakit bagi ilmu
antropologi.
Pengesahan lebih lanjut atas subdisiplin Antropologi Kesehatan ini adalah dengan munculnya
tulisan yang dibuat Pearsall (1963) yang berjudul Medical Behaviour Science yang
berorientasi antroplogi, sejumlah besar (3000 judul) dari yang terdaftar dalam bibliografi
tersebut tak diragukan lagi menampakan pentingnya sistem medis bagi Antropologi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
C. Pengertian Antropologi Kesehata
Beberapa pengertian antropologi kesehatan menurut beberapa ahli, diantaranya :
 Menurut Weaver, Antropologi Kesehatan adalah cabang dari antropologi terapan
yang menangani berbagai aspek dari kesehatan dan penyakit (Weaver, 1968;1)
 Menurut Hasan dan Prasad, Antropologi Kesehatan adalah cabang dari ilmu mengenai
manusia yang mempelajari aspek-aspek biologi dan kebudayaan manusia (termasuk
sejarahnya) dari titik tolak pandangan untuk memahami kedokteran (medical), sejarah
kedokteran (medico-historical), hukum kedokteran (medico-legal), aspek sosial
kedokteran (medico-social) dan masalah-masalah kesehatan manusia (Hasan dan
Prasad, 1959; 21-22).
 Menurut Hochstrasser, Antropologi Kesehatan adalah pemahaman biobudaya manusia
dan karya-karyanya, yang berhubungan dengan kesehatan dan pengobatan
(Hochstrasser dan Tapp, 1970; 245).
 Menurut Lieban, Antropologi Kesehatan adalah studi tentang fenomena medis
(Lieban 1973, 1034).
 Menurut Fabrega, Antropologi Kesehatan adalah studi yang menjelaskan:
Berbagai faktor, mekanisme dan proses yang memainkan peranan didalam atau
mempengaruhi cara-cara dimana individu-individu dan kelompok-kelompok terkena
oleh atau berespons terhadap sakit dan penyakit.
 Mempelajari masalah-masalah sakit dan penyakit dengan penekanan terhadap pola-
pola tingkah laku. (Fabrega, 1972;167).
Dari definisi-definisi yang dibuat oleh ahli-ahli antropologi mengenai Antropologi
Kesehatan seperti tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Antropologi
Kesehatan mencakup:
1. Mendefinisi secara komprehensif dan interpretasi berbagai macam masalah
tentang hubungan timbal-balik biobudaya, antara tingkah laku manusia dimasa
lalu dan masa kini dengan derajat kesehatan dan penyakit, tanpa
mengutamakan perhatian pada penggunaan praktis dari pengetahuan tersebut;
2. Partisipasi profesional mereka dalam program-program yang bertujuan
memperbaiki derajat kesehatan melalui pemahaman yang lebih besar tentang
hubungan antara gejala bio-sosial-budaya dengan kesehatan, serta melalui
perubahan tingkah laku sehat kearah yang diyakini akan meningkatkan
kesehatan yang lebih baik.

A. Ruang Lingkup Dan Peranan Antropologi Kesehatan


Penyakit muncul tidak bersamaan dengan saat munculnya manusia, tetapi
sebagaimana dikemukakan oleh Sigerit (Landy 1977), penyakit adalah bagian dari
kehidupan yang ada di bawah kondisi yang berubah-ubah.
Menurut Foster dan Anderson kesehatan berhubungan dengan perilaku. Perilaku
manusia cenderung bersifat adaptif. Terdapat hubungan antara penyakit, obat-obatan,
dan kebudayaan. Menurut Landy antropologi kesehatan adalah suatu studi tentang
konfrotasi manusia dengan penyakit serta rasa sakit, dan rencana adaptif yaitu sistem
pengobatan dan obat-obat yang dibuat oleh kelompok manusia berkaitan dengan
ancaman yang akan dating.

B. Batasan Dan Ruang Lingkup


Buku berjudul anthropology in Medicine menurut Foster dan Anderson belum
melahirkan disiplin baru dan hanya merupakan lapangan perhatian dari antropologi
terapan. Munculnya istilah Medicine Anthropology dari tulisan Scotch dan Paul
dalam artikel tentang pengobatan dan kesehatan masyarakat. Atas dasar ini kemudian
di Amerika lahirlah antropologi kesehatan. Ahli-ahli antropologi tertarik untuk
mempelajari faktor-faktor biologis, dan sosio-budaya yang mempengaruhi kesehatan
dan munculnya penyakit pada masa sekarang dan sepanjang sejarah kehidupan
manusia dipengaruhi oleh keinginan untuk memahami perilaku sehat manusia dalam
manifestasi yang luas dan berkaitan segi praktis.

C. Akar Antropologi Kesehatan


Tipe kajian antropologi budaya yang menjadi akar antropologi kesehatan:
1. Kajian tentang obat primitif, tukang sihir, dan majik.
2. Kajian tentang kepribadian dan kesehatan di berbagai seting budaya.
3. Keterlibatan ahli-ahli antropologi dalam program-program kesehatan internasional
dan perubahan komunitas yang terencana.
4. Antropologi ekologi.
5. Teori evolusioner.

Akar dari Antropologi Kesehatan


a. Antropologi fisik
b. Ahli-ahli antropologi fisik, belajar dan melakukan penelitian di sekolah-sekolah
kedokteran (anatomi).
c. Ahli-ahli antropologi fisik adalah ahli antropologi kesehatan.
d. Sejumlah besar ahli antropologi fisik adalah dokter

D. Individu, masyarakat & kebudayaan


1. Individu
2. Individuum : yang tak terbagi
3. Individu memiliki jasmani - rohani / fisik-psikis yang menyatu/utuh
Memiliki keunikan tdk ada orang yang persis sama.

Manusia sebagai makhluk sosialTunduk pada aturan / norma sosial


 Menampilkan perilaku yang mengharapkan penilaian org lain
 Memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dg orang lain
 Potensi akan berkembang bl hidup di tengah manusia

E. Masyarakat
 Masyarakat : suatu kelompok manusia di bawah tekanan kebutuhan dan
pengaruh kepercayaan, ideal dan tujuan,tersatukan dalam suatu rangkaian
kesatuan kehidupan bersama
1. Unsur dasar masyarakat :
- Interaksi antar individu tindakan yang saling berkaitan
- Hubungan antar-individu terbentuk dalam satukomunikasi yang saling
ketergantungan (interdependensi)
- Menempati wilayah ukuran kecil maupun sangat luas
- Adaptasi budaya daya / kekuatan internal masyarakat untuk menyesuaikan diri
dgn perubahan sosial
- Memiliki identitas
- Kelompok perkumpulan secara formal
 Kategori tingkah laku :
- Social episode : bereaksi thd seseorang dalam hubungannya dg orang lain
- Potentially social episode : tidak bereaksi walaupun hanya terhadap satu
orang saja yang dihadapinyasikap tidak kooperatif
- Nonsocial episode : apatis, menyendiri atau egois
2. Masyarakat pedesaan
a. Warga memiliki hubungan yang lebih erat
b. Sistem kehidupan berkelompok atas dasar kekeluargaan
c. Umumnya hidup dr pertanian
d. Golongan orang tua memegang peranan penting
e. Dr sudut pemerintah, hubungan antara penguasa & rakyat bersifat informal
f. Perhatian masyarakat lebih pada keperluan utama kehidupan
g. Kehidupan keagamaan lebih kental
h. Banyak berurbanisasi ke kota
Community
Masyarakat yang bertempat tinggal di suatu wilayah (geografis ) dgn batas-batas tertentu,
dimana faktor utama yang menjadi dasar adalah interaksi yang lebih dibandingkan dg
penduduk di luar batas wilayahnya Kriteria Klasifikasi masyarakat :
 Jumlah penduduk
 Luas, kekayaan & kepadatan penduduk
 Fungsi khusus thd seluruh masyarakat
 Organisasi masyarakat setempat yang bersangkutan

Masyarakat perkotaan
 Jumlah penduduknya tidak tentu
 Bersifat individualistis
 Pekerjaan lebih bervariasi, lebih tegas batasannya & lebih sulit mencari pekerjaan
Perubahan sosial terjadi secara cepat, menimbulkan konflik antara golongan muda dg
golongan orang tua
 Interaksi lebih disebabkan faktor kepentingan daripada faktor pribadi
 Perhatian lebih pada penggunaan kebutuhan hidup yang dikaitkan dg masalah
prestise
 Kehidupan keagamaan lebih longgarBanyak migran yang berasal dr daerah berakibat
pengangguran, naiknya kriminalitas, dll
F. K e b u d a y a a n
 Culture : mengolah tanah
 Kebudayaan : seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan, karya yang dihasilkan
manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan miliknya dgn belajarCo.
seorang sakit ingin sehat gagasanmerasa menderita jika sakit rasajika sakit mencari
pengobatan tindakan dokter mengobati menggunakan obat karya.
 Wujud budaya (Koentjaraningrat) : artefak/benda fisik, sistem tingkah laku/tindakan
berpola, sistem gagasan, ideologis/ keyakinan
Kebudayaan sebagai sistem norma :
 Kebiasaan (folkways): cara yang lazim& wajar untuk melakukan sesuatu
secara berulang-ulang oleh sekelompok org
 Tata kelakuan (mores) : gagasan kuat mengenai salah-benar yang menuntuk
tindakan tertentu/melarang yang lain
 Hukum : perangkat aturan yang telah ditetapkan secara resmi oleh kelompok
sebagai tata kelakuan yang berlaku
 Lembaga (institution): sistem hubungan sosial yang terorganisasi yang
mewujudkan nilai-nilai & tata cara tertentu serta memenuhi kebutuhan dasar
masyarakat tertentu

Unsur Budaya :
 Bahasa : alat / media komunikasi lisan, tulisan atau simbolik
 Sistem pengetahuan : aspek fungsi dr akal-pikiran manusia
 Organisasi sosial : kelembagaan sosial di masyarakat
 Sistem peralatan hidup & teknologi : perangkat bantu dalam memperlancar
aktivitas manusia dalam mencapai kebutuhannya
 Sistem mata pencaharian
 Sistem religi : aspek kepercayaan/keyakinan manusia pada sesuatu yang suci
 Kesenian : wujud ekspresi seni masyarakat.

G. Anthropologi berkaitan dengan sosial kebudayaan dan biologi, dimana keduanya


sama-sama meneliti berbagai obyek fisik kebudayaan yang tercipta baik di masa
sekarang maupun di masa lampau sebagai sebuah sarana pemahaman nilai-nilai
budaya.
Sejumlah sub bidang terletak multi bidang (interface) dalam berbagi divisi di atas,
sebagai contoh medical anthropology sering dipandang sebagai sub bidang
anthropologi social budaya ; namun banyak anthropolog yang mempelajari topic
kesehatan sering harus mengambil materi keragaman biologis disamping harus
memperhatikan berbagai interaksi antara budaya dan biologi.

Biocultural anthropology adalah sebuah sub bidang yang digunakan untuk


mendeskripsikan sintesa antara perspektif cultural dan biologi. Masalah kesehatan
merupakan masalah kompleks yang merupakan resultante dari berbagai masalah
lingkungan yang bersifat alamiah maupun masalah buatan manusia, social budaya,
perilaku, populasi penduduk, genetika, dan sebagainya. Derajat kesehatan masyarakat
yang disebut sebagai psycho socio somatic health well being , merupakan resultante
dari 4 faktor (3) yaitu :
1. Environment atau lingkungan
Behaviour atau perilaku, Antara yang pertama dan kedua dihubungkan dengan
ecological balance
2. Heredity atau keturunan yang dipengaruhi oleh populasi, distribusi penduduk, dan
sebagainya.
3. Health care service berupa program kesehatan yang bersifat preventif, promotif,
kuratif, dan rehabilitative
Dari empat faktor tersebut di atas, lingkungan dan perilaku merupakan faktor yang
paling besar pengaruhnya (dominan) terhadap tinggi rendahnya derajat kesehatan
masyarakat. Tingkah laku sakit, peranan sakit dan peranan pasien sangat
dipengaruhi oleh faktor -faktor seperti kelas social, perbedaan suku bangsa dan
budaya. Maka ancaman kesehatan yang sama (yang ditentukan secara klinis),
bergantung dari variable-variabel tersebut dapat menimbulkan reaksi yang
berbeda di kalangan pasien. Misalnya dalam bidang biologi, antropologi
kesehatan menggambarkan teknik dan penemuan ilmu-ilmu kedokteran dan
variasinya, termasuk mikrobiologi, biokimia, genetik, parasitologi, patologi,
nutrisi, dan epidemiologi. Hal ini memungkinkan untuk menghubungkan antara
perubahan biologi yang didapatkan dengan menggunakan teknik tersebut terhadap
faktor-faktor sosial dan budaya di masyarakat tertentu. Contoh : penyakit
keturunan albinism di suatu daerah di Nusa Tenggara Timur ditransmisikan
melalui gen resesif karena pernikahan diantara anggota keluarga.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Antropologi kesehatan merupakan bagian dari ilmu antropologi yang sangat penting
sekali, karena di dalam antropologi kesehatan diterangkan dengan jelas kaitan antara
manusia, budaya, dan kesehatan sehingga kita dapat mengetahui kaitan antara budaya
suatu masyarakat dengan kesehatan masyarakat itu sendiri. Masalah kesehatan
merupakan masalah kompleks yang merupakan resultante dari berbagai masalah
lingkungan yang bersifat alamiah maupun masalah buatan manusia, social budaya,
perilaku, populasi penduduk, genetika, dan sebagainya. Antropologi kesehatan
memiliki beberapa kegunaan, salah satunya yaitu memberikan suatu cara untuk
memandang masyarakat secara keseluruhan termasuk individunya. Hubungan antara
antropologi dengan gizi itu sangat erat sekali, karena banyak sekali orang yang
kekurangan gizi yang bukan diakibatkan oleh masalah ekonomi, akan tetapi
diakibatkan oleh kepercayaan atau kebudayaan mereka yang melarang memakan
makanan yang sebenarnya mengandung banyak gizi. Hal ini menimbulkan sesuatu
yang sangat mengecewakan. Di satu sisi terdapat masyarakat yang kekurangan gizi
karena mereka tidak bisa mendapatkannya karena masalah ekonomi, di sisi lain
terdapat masyarakat yang kekurangan gizi akibat kebudayaan mereka tidak
mengizinkan atau melarang mereka memakan makanan tersebut yang seharusnya
dipergunakan dengan sebaik-baiknya karena makanan tersebut sangat bermanfaat bagi
mereka..
B. Saran
Setelah membaca makalah ini, penulis berharap pembaca lebih mendapatkan
pengetahuan tentang hubungan antara antropologi dengan gizi, sehingga pembaca
dapat mengetahui tentang pentingnya gizi dan pengaruh antropologi terhadap gizi
suatu masyarakat, sehingga pembaca mendapatkan pengetahuan tentang cara-cara 16
meningkatkan derajat kesehatan. Akhirnya, semoga penyusunan makalah ini dapat
bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

17 DAFTAR PUSTAKA Almatsier, Sunita. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama. Anderson, Foster. 2006. Antropologi Kesehatan. Jakarta : UI
Press. FKM UI. 2007. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.
Akbar H, M. Ilham. 2014. Definisi, Tujuan, dan Ruang Lingkup Antropologi.
http://sosbud.kompasiana.com/2014/04/17/definisi-tujuan-dan-ruang-lingkup-antropologi-
648444.html. Diakses pada 4 Maret 2015 pada pukul 11.30 WITA.
Basri, mutmainnah. 2013. Antropologi Kesehatan. http://mutmannah94.blogspot.com/
Diakses pada 4 Maret 2015 pada pukul 11.45 WITA.
Rinjani,KiMDini.2012.AntropologiSosial.http://kimdinirinjani.blogspot.com/2012/12/antrop
ologi-sosial.html. Diakses pada 4 Maret 2015 pada pukul 11.50 WITA.

Anda mungkin juga menyukai