Di Susun Oleh :
Ahmad Alvian
72020040007
Disusun Oleh :
1. Widiasari ( 212019010036 )
2. Syifa Alqorona Rizky ( 212019010043 )
3. Arlinda Stevani Wijayanti ( 212019010044 )
4. Aza Ayyubah ( 212019010045 )
5. Kholifah Anggraeni R.P ( 212019010047 )
6. Novita Putri Damayanti ( 212019010048 )
7. Yanuar Rizqi Azzakiy ( 212019010053 )
B. ETIOLOGI
1. Faktor Predisposisi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan
menurut teori biologik, teori psikologi, dan teori sosiokultural yang dijelaskan
oleh Towsend (1996 dalam Purba dkk, 2018) adalah:
a) Teori Biologik
Teori biologik terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh terhadap
perilaku:
1) Neurobiologik
Ada 3 area pada otak yang berpengaruh terhadap proses impuls agresif:
sistem limbik, lobus frontal dan hypothalamus. Neurotransmitter juga
mempunyai peranan dalam memfasilitasi atau menghambat proses
impuls agresif. Sistem limbik merupakan sistem informasi, ekspresi,
perilaku, dan memori. Apabila ada gangguan pada sistem ini maka akan
meningkatkan atau menurunkan potensial perilaku kekerasan. Adanya
gangguan pada lobus frontal maka individu tidak mampu membuat
keputusan, kerusakan pada penilaian, perilaku tidak sesuai, dan agresif.
Beragam komponen dari sistem neurologis mempunyai implikasi
memfasilitasi dan menghambat impuls agresif. Sistem limbik terlambat
dalam menstimulasi timbulnya perilaku agresif. Pusat otak atas secara
konstan berinteraksi dengan pusat agresif.
2) Biokimia
Berbagai neurotransmitter (epinephrine, norepinefrine, dopamine,
asetikolin, dan serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi atau
menghambat impuls agresif. Teori ini sangat konsisten dengan fight
atau flight yang dikenalkan oleh Selye dalam teorinya tentang respons
terhadap stress.
3) Genetik
Penelitian membuktikan adanya hubungan langsung antara perilaku
agresif dengan genetik karyotype XYY.
4) Gangguan Otak
Sindroma otak organik terbukti sebagai faktor predisposisi perilaku
agresif dan tindak kekerasan. Tumor otak, khususnya yang menyerang
sistem limbik dan lobus temporal; trauma otak, yang menimbulkan
perubahan serebral; dan penyakit seperti ensefalitis, dan epilepsy,
khususnya lobus temporal, terbukti berpengaruh terhadap perilaku
agresif dan tindak kekerasan.
b) Teori Psikologik
1) Teori Psikoanalitik
Teori ini menjelaskan tidak terpenuhinya kebutuhan untuk mendapatkan
kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego
dan membuat konsep diri rendah. Agresi dan tindak kekerasan
memberikan kekuatan dan prestise yang dapat meningkatkan citra diri
dan memberikan arti dalam kehidupannya. Perilaku agresif dan perilaku
kekerasan merupakan pengungkapan secara terbuka terhadap rasa
ketidakberdayaan dan rendahnya harga diri.
2) Teori Pembelajaran
Anak belajar melalui perilaku meniru dari contoh peran mereka, biasanya
orang tua mereka sendiri. Contoh peran tersebut ditiru karena
dipersepsikan sebagai prestise atau berpengaruh, atau jika perilaku
tersebut diikuti dengan pujian yang positif. Anak memiliki persepsi ideal
tentang orang tua mereka selama tahap perkembangan awal. Namun,
dengan perkembangan yang dialaminya, mereka mulai meniru pola
perilaku guru, teman, dan orang lain. Individu yang dianiaya ketika
masih kanak-kanak atau mempunyai orang tua yang mendisiplinkan anak
mereka dengan hukuman fisik akan cenderung untuk berperilaku
kekerasan setelah dewasa.
c) Teori Sosiokultural
2. Faktor Presipitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali berkaitan
dengan (Yosep, 2011):
a) Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol solidaritas
seperti dalam
sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian masal dan
sebagainya.
b) Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial
ekonomi.
c) Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak
membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melalukan
kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
d) Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan
dirinya sebagai seorang yang dewasa.
e) Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan
alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi
rasa frustasi.
f) Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,
perubahan tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan
keluarga.
E. PENATALAKSANAAN
- Antidepressant
Penggunaan obat ini mampu mengontrol impulsif dan perilaku agresif
klien yang berkaitan dengan perubahan mood. Amitriptyline dan
Trazodone, efektif untuk menghilangkan agresivitas yang berhubungan
dengan cedera kepala dan gangguan mental organik.(Dr.Budi, 2012)
F. POHON MASALAH
Pohon Masalah Perilaku Kekerasan : Amuk
G. DIAGNOSAKEPERAWATAN
H. RENCANA TINDAKAN
Diagnosa 1: Resiko perilaku kekerasan
Tujuan Umum: Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan
lingkungan.
Tujuan Khusus:
Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
Bina hubungan saling percaya :salam terapeutik, empati, sebut
nama perawat dan jelaskan tujuan
Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak
2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku
Tindakan:
Beri kesempatan mengungkapkan
Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.
Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien
dengan sikap
3. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku
Tindakan :
Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat
jengkel/kesal.
Observasi tanda perilaku
Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel/kesal yang dialami
4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Tindakan:
Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa
Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang
biasa
Tanyakan "apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya
selesai?"
I IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. A H
Umur : 23 Tahun
No. RM : 00188815
Jenis Kelamin : Laki laki
Informan : Pasien, rekam medik, perawat
Pendidikan : SMk
Pekerjaan : Swasta
Suku/Bangsa : Jawa/indonesia
Alamat : Magelang Jawa Tengah
Ruangan Rawat : Wisma Drupada
Tanggal Dirawat : 13 Agustus 2021
Tgl Pengkajian : 24 Agustus 2021
II ALASAN MASUK
Pasien di bawa keluarga pada taggal 13 Agustus 2021 jam 10.30 ke RSJ.Prof
Dr.Soerojo Magelang karena pasien mengamuk saat di rumah, bicara sendiri dan marah
marah setelah pulang kerja. Keluarga merasa kuatir saat dirumah pasien memukul
televisi.
Pasien mengatakan sebelumnya belum pernah mengalami gangguan jiwa dan pernah di
rawat di rsj selama 1x pada tahun 2019
2. Pengobatan sebelumnya.
Pasien mengatakan di dalam anggota keluarganya tidak ada yang mengalami gangguan
jiwa
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami pengalaman masa lalu yang tidak
menyenangkan
Faktor Presipitasi
1. Keadaan umum pasien saat ini baik.karena dalam menjalankan Activity Daily
Living dilakukan secara mandiri, tanpa bantuan oleh perawat
2. Tingkat kesadaran pasien: Composmetis
3. Tanda-tanda Vital:
BB: 65 Kg
TB:175 Cm
5. Keluhan fisik
V PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Keterangan:
: Laki-laki : Garis keturunan
: pasien
: Perempuan
: Tinggal serumah
Klien tinggal Bersama bapak ibu daan adek perempuannya
d. Sumber pembiyaan
2. Konsep Diri
a. Gambaran diri
b. Identitas diri
- Klien bernama A H usia 23 tahun yang berjenis kelamin laki – laki dan merasa puas
dengan jenis kelaminnya.
c. Peran
- Pasien berperan sebagai anak kedua dari 3 bersaudara, saat ini ia tinggal dengan istrinya
dan anaknya.
d. Ideal diri
- Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan segera pulang berkumpul bersama keluarga
dan berkerja.
e. Harga diri
- Pasien mengatakan meski sekarang dalam keadaan sakit jiwa namun ia masih sangat
dibutuhkan atau berguna untuk dalam keluarga, kelompok, dan masyarakat.
f. Hubungan sosial
- Klien mengatakan orang yang paling berarti dalam hidupnya adalah ibu dan bapaknya.
- Klien mengatakan tidak memiliki hambatan hubungan sosial dengan orang lain.
- Klien berperan aktif dalam kegiatan dan aktivitas sehari - hari, rumah sakit.
- Perilaku saat dikaji sangatlah kooperatif, namun saat mengingat keluarganya dan bila
sesekali halusinasinya muncul emosinya labil.
g. Spiritual
- Klien mengatakan bahwa gangguan jiwanya adalah penyakit yang berasal dari tuhannya
dalam bentuk cobaan.
- Klien adalah seorang yang beragama islam dan mengatakan sholat itu wajib.
1. Penampilan Fisik
- Kebersihan dan kondisi klien dari rambut sampai kuku dan kulit baik, cara berpakaian
klien rapi, kancing baju terpasang dengan baik.
Pembicaraan
- Klien berbicara tegas dan jelas, komunikasi koheren.
2. Aktifitas Motorik
- Pasien terlihat agitasi (gelisah motorik, mondar-mandir)
- Klien terkadang menyendiri, gelisah karena pengen cepat pulang kangen dengan
keluarganya
3. Alam Perasaan
- Klien merasa sedih ketika teringat keluarga dirumah.
4. Afek
- Inappropriate: labil, mood / emosi pasien yang cepat berubah.
6. Persepsi
- Pasien mengatakan tidak mendengar bisikan-bisikan aneh dan melihat bayangan –
bayangan namun berbicara sendiri.
- Pasien mengatakan banyak fikiran soal ekonomi dan lelah bekerja sehingga membuat ia
emosi dan mengamuk.
7. Proses Pikir
- Klien saat diwawancarai pembicaraanya
8. Isi Pikir
- Tidak ditemukan adanya hipokondria, phobia, maupun waham.
10. Memori
- Ingatan jangka panjang dan jangka pendek klien masih baik karena klien dapat
menceritakan masalalunya dan mengingat kenapa dia bisa dibawa ke RSJ.
2. BAK/BAB :
Pasien mampu mengontrol BAK/BAB di WC, membersihkan WC, membersihkan diri,
memakai pakaian/ celana.
3. Mandi :
Pasien mampu mandi, menggosok gigi dan keramas.
4. Berpakaian/ berdandan :
Pasien mampu memilih pakaian, memakai pakaian dan mencukur jenggot (laki-laki)
6. Penggunaan obat :
Saat di RSJ klien hanya menerima obat yang diberikan oleh perawat dan di bimbing
dalam pemberian obat.
7. Pemeliharaan kesehatan :
Pasien 2 kali ini dirawat RSJ.
- Klien mengatakan ketika ada masalaah selalu dipendam sendiri, jika tidak tahan marah
marah mengamuk dan membanting barang.
Terapi medik :
• Clozapine 100 mg / 12 jam ( pagi – malam )
• Risperidone 2 mg / 12 jam ( pagi – malam )
XII Analisis Data
Tgl./jam Data Masalah Paraf
Keperawatan
24-08-2021 Ds
Pasien mengatakan ingin mengamuk, Resiko Perilaku
keinginan untuk memukul, pernah
Jam 09.00 memukul televisi. kekerasan
Do
- Afek Labil
- Klien mudah tersinggung
- Klien berbicara tegas dan
jelas
- Tatapan mata tajam
- Gelisah
24-08-2021 Ds :
- Pasien mengatakan tidak pernah Gangguan Sensori
mendengar bisikan bisikan aneh,
Jam 09.05 - Klien mengatakan tidak suka Persepsi : Halusinasi
keramaian Visual
Do : - Klien bicaraa sendiri
- Afek Labil
- Klien sering melamun
- Tampak sedikit cemas / gelisah
- Kontak mata mudah beralih
- Klien suka menyendiri