Anda di halaman 1dari 19

hepatitis B

NUGROHO TRISTYANTO.S.Si., MM
Pendahuluan
• Infeksi virus hepatitis B merupakan
masalah kesehatan yang cukup besar di
Indonesia
• Prevalensi Hsb Ag :
– 3 – 17% (Soewigno dan Muljanto, 1984)
– 5 – 10% (sulaiman 1985)
Pendahuluan

• Dari angka – angka tersebut indonesia digolongkan


daerah prevalensi infeksi sedang dan tinggi menurut
klasifikasi WHO (Deinhart dan Gust, 1982).
– prevalensi didaerah pedesaan relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan didaerah kota terutama pada
kelompok masyarakat yang terpencil termasuk yang tinggal
di pulau – pulau kecil.
– Prevalensi infeksi VHB pada
WTS relatif lebih tinggi dibanding
kan dengan populasi umum sedang
kan Hbs pada petugas kesehatan
tidak jauh berbeda dengan angka
yang didapatkan pada populasi
umum.
Agent
• Virus B berupa partikel 2 lapis berukuran 42 nm.
• Lapisan luar virus ini terdiri atas antigent yang disingkat HBs Ag (Hepatitis
B-Surface Antigent)
• Antigent permukaan ini membungkus bagian dalam virus yang disebut
partikel inti atau core.
• Partikel mengandung bahan – bahan sbb:
– genome virus terdiri atas rantai DNA
– Suatu antigent yang disebut hepatitis B
care antigen (HBc Ag), suatu protein yang
tidak larut. Dalam serum, HBc Ag ini tidak
dideteksi karena HBc Ag hanya ada dalam
partikel ini yang selalu diliputi oleh antigen permukaan.
– Antigen e atau Hbe Ag, yang merupakan protein yang bisa larut, dan karena itu
dalam serum yang banyak mengandung virus maka deteksi antigen Hbe ini akan
positif.
Cara penularan
• Penularan infeksi HBV dapat dibagi menjadi 3 cara yaitu
– cara penularan melaui kulit
• Virus tidak dapat menembus kulit yang utuh  infeksi VHB melalui hanya
dapat terjadi melalui 2 cara yaitu:
– tembus kulit oleh tusukan jarum atau alat lain yang tercemar oleh bahan yang
infektif (apparent perkutaneous inoculations (cara penularan parental)
– kontak antara bahan yang infektif pada kulit dengan kelainan atau lesi
(inapparent percutaneous inculations)(Francis,1981).
– cara penularan melaui mukosa
• Selaput lendir yang menurut penelitian dapat menjadi port d’entre infeksi
VHB adalah selaput lendir: mulut, mata, hidung, saluran makanan bagian
bawah dan alat kelamin (Frances, dkk,1981).
– cara penularan melaui perinatal (penularan vertikal)
Cara penularan
• Salah satu cara penularan melalui mukosa yang sangat penting 
hubungan kelamin. 42% suami atau istri mendapat penularan. Terbukti pula
bahwa hubungan kelamin dengan banyak pasangan mningkatkan
kemungkinan penularan infeksi HBV. (Redeker, dkk, 1975)
• wanita tuna susila yang pada umumnya menunjukkan prevalensi petunjuk
serologik infeksi HBV yang relatif tinggi dibandingkan dengan populasi pada
umumnya (Deinstag, 1984),
• penularan melalui hubungan seksual ini, bisa juga terjadi pada hubungan
kelamin homoseksual.
• Walaupun hubungan kelamin tidak selalu disertai kontak dengan darah
tetapi pada hubungan tersebut kemungkinan untuk terjadinya pertukaran
sekreta antara pasangan seksual sangat besar (Deinstag,1984).
Penularan
• Didaerah dengan prevalensi infeksi virus B rendah, penularan
biasanya terjadi pada orang dewasa, sedangkan diderah dengan
prevalensi tinggi penularan kebanyakan terjadi pada masa bayi dan
anak – anak
• Makin muda umur seorang anak mendapat infeksi virus B maka
makin besar kemungkinan menjadi persisten. Pada orang dewasa
yang terkena infeksi virus B kemungkinan persistensi infeksi hanya
5 – 10%. Tetapi pada anak – anak dibawah umur 3 tahun, angka
persisten yang timbul akibat infeksi pada masa bayi dan anak –
anak inilah yang banyak menimbulkan kasus sirosis hati dan
hepatoma dikemudian hari.
Faktor yang mempengaruhi efektivitas
penularan
• konsentrasi virus
• Volume Inoculume
• lama “exposure”
• cara masuk VHB kedalam tubuh
• kesetaraan individu yang bersangkutan
Faktor yang mempengaruhi efektivitas
penularan
• konsentrasi virus
– indikator VHB yang paling praktis dan paling baik adalah Hbe Ag
(France, dkk,1981, Dienstag, 1984).
– Bila Hbe Ag (+) maka penularan akan terjadi pada 10 – 20%
individu
– Bila Hbe Ag (-) kemungkinan penularan hanya 1 – 2,5% (Seef
dkk, 1978).
– dalam penularan perinatal:
» bila Hbe Ag ibu (+), maka penularan dpat terjadi pada 90 – 100%
bayi yang dilahirkan.
» Bila Hbe Ag ibu (-), maka penularan hanya terjadi pada 10 – 25%
dari bayi yang dilahirkan (Okada, dkk,1976, Stevens dkk, 1976).
Faktor yang mempengaruhi efektivitas
penularan
• Volume inokulum
– setelah tranfusi dengan darah yang VHBs Ag Positif
kemungkinan untuk timbulnya infeksi sampai 75%.
– Sedangkan risiko untuk mendapat infeksi VHB setelah suntikan
dengan jarum yang tercemar oleh darahyang HBs Ag Positif
adalah kurang dari 15%
– Makin besar volume inoculume, masa tunas dari penyakit makin
pendek dan gejala klinik makin berat.
Faktor yang mempengaruhi efektivitas
penularan
• lama “exposure”
– penularan infeksi VHB perinatal melalui tusukan jarum yang
tercemar oleh darah yang HBs Ag dan Hbbe positif hanya
menimbulkan infeksi pada 10 – 20%. Sedangkan penularan
melalui hubungan seksual pada suami istri terjadi pada 23 –
42% dari kasus, (dkk 1977).
– Hal ini dapat diterangkan karena penularan melalui hubungan
seksual pada suami istri terjadi berulang kali dan dalam waktu
yang lebih lama (Diestag, 1984).
Faktor yang mempengaruhi efektivitas
penularan
• cara masuk VHB kedalam tubuh
– penularan perkutan HBs Ag bisa Positif dalam waktu 1 minggu
dan SGPT sudah meningkat 6 minggu setelah penularan.
– Penularan peroral HBs Ag baru positif 2 bulan setelah
penularan dan SGPT meningkat dalam 3 bulan.
– Hal tersebut mungkin disebabkan karena perbedaan jumlah
virus yang berhasil masuk kedalam peredaran darah dan
mencapai hati (Dienstag 1984).
• kesetaraan individu yang bersangkutan:
– walaupun suatu cara penularan ukup efektif tetapi bila individu
tersebut sudah kebal maka tak akan terjadi penularan
(Dienstag 1984).
Kelompok populasi dengan risiko tertular
yang tinggi
– staf serta penderita pada tempat perawatan untuk Px dengan
lemah mental.
– penghuni institusi yang besifat tertutup, misalnya penjara dll.
– pecandu narkotika (terutama yang menggunakan obat suntik)
– staf dan penderita uni hemodialisis
– petugas kesehatan yang sering berhubungan dengan darah
maupun produk yang berasal dari darah
– penderita yang sering mendapat transfusi darah misal :
penderita thelasemia, hemofilia, dll
Kelompok populasi dengan risiko tertular
yang tinggi
– individu yang sering berganti – ganti pasangan seksual
– pria homo seksual
– suami/istri atau anggota keluarga penderita yang menderita
infeksi VHB kronik
– bayi yang dilahirkan oleh ibu yang HBs Ag positif
– individu – individu yang tinggal didaerah dengan prevalensi
infeksi VHB yang tinggi
– populasi dari golongan sosial – ekonomi rendah yang tinggal
dalam daerah berjejal (crowded) dan higiene kurang walaupun
tinggal didaerah dengan prevalensi infeksi VHB rendah.
Manifestasi klinik
• Ada tiga manifestasi utama infeksi virus
heptitis B adalah
– hepatitis akut
– hepatitis kronik
– carrier sehat
Manifestasi klinik
• Hepatitis akut :
perjalanan penyakit dibagi menjadi 4 tahap yaitu:
– masa inkubasi berkisar antara 28 – 225 dengan rata – rata 75 hari. tergantung
pada dosis inokulum yang infektif makin besar dosis makin pendek masa
inkubasi HB.
– fase pra ikterik : Keluhan paling dini adalah malaise disertai anorexia dan
dysgensia (perubahan pada rasa) mual sampai muntah serta rasa tidak enak
pada perut kanan atas. Febris jarang didapatkan dan walaupun ada tinggi. Pada
fase ini dapat terjadi febris, gejala kulit dan anthralgin.
– Fase ikterik : berkisar antara 1 sampai 3 minggu, tetapi juga dapat terjadi hanya
beberapa hari atau selama 6 – 7 bulan.
– fase penyembuhan

• Gejala fisik pada hepatitis akut


– hepatomegali, biasanya tidak terlalu besar
– nyeri tekan daerah hati tanpa tanda – tanda
hepatomegali (lebih banyak)
– Splenomegali ringan: 10 – 25% kasus
– Pembesaran kelenjar bening ringan
Manifestasi klinik
• Labotarium:
– billirubin serum meningkat
– kadar enzim aminotransferase (SGOT & SGPT) meningkat
– kadar alfa fetoprotein mencapai 400 ng/l
– HBs Ag positif  masa tunas sudah positif
– Hbe Ag positif menjadi negatif dengan timbulnya gejala
– DNA polymerase & DNA VHB positif menjadi negatif dengan
timbulnya gejala
– Anti – HBc positif sebelum permulaan timbulnya gejala
– Anti – HBs positif pada fase penyembuhan
Manifestasi klinik
• Hepatitis B kronis
– keradangan dan nekrosis pada hati yang menetap (persistent) akibat infeksi virus
hepatitis B dan gangguan faal hati tetapi terjadi selama lebih dari 6 bulan
– pada umumnya penderita menunjukkan keluhan yang ringan dan tidak khas.
Pemeriksaan fisik juga tidak khas.
– Faktor – faktor predisposisi yang mempengaruhi seorang yang menderita infeksi
virus hepatitis B mengalami infeksi VHB akut atau kronik, yaitu:
• umur
• jenis kelamin
• faktor imunologik
– neonatus : 90 – 100% akan menjadi infeksi kronik, bila infeksi VHB terjadi saat
dilahirkan.
– Bila infeksi VHB terjadi pada anak – anak kecil kemungkinan ingfeksi menjadi
kronik : 20 – 30%.
– Infeksi VHB pada orang dewasa akan menjadi kronik pada 5 – 10%.
Pencegahan infeksi HBV
• pemeriksaan HBs Ag sebelum transfusi darah dan tidak menggunakan
menggunakan darah yang HBs Ag positif.
• sterilisasi virusidal untuk semua alat – alat yang rendah dipakai untuk
melakukan tindakan yang parental.
• imunisasi (pasif aktif dan gabungan imunisasi pasif dan aktif
• imunisasi pasif dengan hepatitis B imune globulin (HBIG).
» Untuk pencegahan infeksi pada lingkungan endemik
» Untuk pencegahan hepatitis pasca transfusi
» Untuk pencegahan infeksi VHB akibat hemodialins
» Untuk pencegahan infeksi VHB akibat hubungan kelamin
» Untuk pencegahan infeksi VHB melalui tusukan jarum
» Untuk pencegahan infeksi VHB parinatal

Anda mungkin juga menyukai