Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Agama Islam yang mempunyai pemeluk terbesar di muka bumi ini tidak
berkembang dengan sendirinya. Nabi Muhammad SAW telah berjuang keras
mendakwahkan ajaran yang turun dari Allah kepada para sahabat dan keluarga beliau.
Beliau berjuang hingga tetes darah terakhir hingga agama Islam bediri kokoh di muka
bumi ini. Setelah sekian lama agama Islam berdiri kokoh, agama Islam sudah mulai
dilupakan oleh umat Islam sendiri. Banyak sunnah nabi yang ditinggalkan. Syariat
Islam mulai dilupakan dan mereka melakukan banyak kemaksiatan.
Melihat keadaan demikian, sebagian kaum muslimin merasakan musibah
yang menimpa mereka. Mereka kembali bangkit menyadarkan kaum muslimin atas
kelalaian yang mereka lakukan. Mereka berjuang kembali menghidupkan agama
Islam. Tidak jarang mereka menggunakan kekerasan bagi mereka yang menentang.
Setelah sekian lama, perjuangan mereka mulai menampakkan hasil. Umat Islam sadar
dan kembali ke jalan yang benar.
Setelah kita mengulas mengetahui betapa keras perjuangan umat terdahulu
menegakkan agama Allah, marilah kita menengok perkembangan Islam di zaman
modern ini. Di zaman seperti inilah cahaya Islam harus tetap dihidupkan meskipun di
sana sini terdapat banyak rintangan dan halangan khususnya dari kaum yang
memusuhi Islam. Tidak jarang kita dapati sekelompok kaum muslim masih sangat
peduli dengan perkembangan Islam dan berjuang sekuat tenaga dalam menghidupkan
Islam di zaman yang penuh tantangan ini. Berbagai upaya mereka lakukan dan salah
satu upaya yang dilakukan adalah dengan memanfaatkan teknologi informasi yang
semakin maju. Surat kabar, majalah, televisi, radio, bahkan internet telah menjadi
sasaran dalam mendakwahkan agama Islam.
Melihat fenomena yang terjadi di tengah-tengah kehidupan masyarakat di era
globalisasi ini, penulis bertujuan ikut andil dalam mengembalikan semangat amar
ma’ruf dan nahi munkar di muka bumi. Oleh karena itu, tersusunlah karya tulis
ilmiah yang berjudul “STRATEGI DAKWAH DI ZAMAN MILENIAL” ini yang
dimaksudkan untuk memberikan gambaran sekaligus wacana kepada para pembaca
agar tetap semangat memegang ajaran Islam dan saling mengajak kepada kebaikan.

1.2 Rumusan Masalah


Setelah penulis memaparkan latar belakang karya tulis ini, maka penulis akan
merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana strategi dakwah di zaman milenial?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan karya tulis ini adalah:
1. Mendiskripsikan strategi dakwah di zaman milenial
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Dakwah


Secara etimologi atau bahasa, kata dakwah berasal dari Bahasa Arab yang
berarti mengajak, menyeru atau memanggil. Akan tetapi, maksud seruan, ajakan atau
panggilan tersebut adalah panggilan kepada Allah SWT.
Sedangkan pengertian dakwah secara terminologi atau istilah ada beraneka
ragam yang dapat diambil kesimpulan bahwa dakwah adalah suatu usaha yang
dilakukan secara sadar dan sengaja dalam upaya meningkatkan nilai hidup manusia
dengan berlandaskan ketentuan Allah SWT dan Rasulullah SAW. Adapun bentuk
usaha yang dilakukan tersebut meliputi:
1. Mengajak manusia untuk beriman, bertaqwa serta mentaati segala perintah
Allah dan Rasulullah SAW
2. Melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar
3. Memperbaiki dan membangun masyarakat yang Islami
4. Menegakkan dan mensyi’arkan agama Islam.
Adapun semua proses tersebut merupakan suatu usaha untuk mencapai tujuan
yakni kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat.

2.2. Tujuan Dakwah


Dakwah merupakan suatu rangkaian kegiatan atau proses dalam rangka
mencapai suatu tujuan tertentu. Tujuan ini dimaksudkan sebagai pemberi arah atau
pedoman bagi gerak langkah kegiatan dakwah. Sebab tanpa tujuan yang jelas, seluruh
aktivitas dakwah akan sia -sia. Secara mendasar, tujuan dakwah dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu tujuan sementara dan tujuan final. Tujuan dakwah yang bersifat
sementara artinya tujuan yang dimaksud menegakkan ajaran Islam demi tercapainya
kebahagiaan hidup manusia di dunia. Sedangkan tujuan dakwah yang bersifat final
artinya tujuan yang dimaksudkan untuk tercapainya kebahagiaan hidup manusia di
akhirat. Kategori tujuan dakwah tersebut merupakan hal sentral dalam paradigma
ilmu dakwah, yang membedakan ilmu dakwah dengan ilmu-ilmu lain.

2.3 Hukum Berdakwah Bagi Seorang Muslim


Telah ditunjukkan oleh Al-Qur’an dan As-Sunnah tentang hukum berdakwah
bagi muslim dalam mengajak menusia ke jalan Allah SWT yaitu bahwa berdakwah
termasuk kewajiban. Dalilnya sangat banyak, diantaranya, firman Allah SWT :

“Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran


yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik.” (An-Nahl :
125)

“Dan serulah mereka ke (jalan) Rabbmu dan janganlah sekali-kali kamu


termasuk orang-orang yang mempersekutukan Rabb.” (Al-Qashash : 87)

“Katakanlah, „Inilah jalan (agama) Ku, aku dan orang-orang yang


mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata.”
(Yusuf : 108)

Para ulama menjelaskan, bahwa mengajak manusia ke jalan Allah SWT


hukumnya fardhu kifayah. Artinya, jika di negeri-negeri atau wilayah-wilayah yang
sudah ada para da’i yang melaksanakan kegitan dakwah, maka kelompok lain sudah
terbebas dari kewajiban tersebut. Jadi, setiap negeri dan setiap wilayah diperlukan
sekelompok masyarakat dalam menjalankan aktifitas dakwah. Jika telah terlaksana
hal demikian, telah mencukupi pelaksanaannya sehingga menggugurkan kewajiban
ini. Terhadap yang lainnya hanya berhukum sunnah muakkadah dan sebagai suatu
amalan yang agung.
Akan tetapi, jika di suatu negeri atau suatu wilayah tertentu tidak ada yang
melaksanakan dakwah dengan sempurna, semuanya berdosa dan wajib atas
semuanya, yaitu atas setiap orang untuk melaksanakan dakwah sesuai dengan
kesanggupan dan kemampuannya. Adapun secara nasional, wajib adanya segolongan
yang konsisten melaksanakan dakwah di seluruh penjuru negeri dengan
menyampaikan risalah-risalah Allah dan menjelaskan perintah-perintah Allah SWT
dengan berbagai cara yang bisa dilakukan, karena Rasulullah SAW pun mengutus
para da’i dan berkirim surat kepada para pembesar dan para raja untuk mengajak
mereka ke jalan yang diridhoi Allah SWT.1

1
Al-Qur’anul Karim dan Terjemah, ( Bandung Departemen Agama Republik Indonesia. Sygma )
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Strategi Dakwah di Zaman Modern

Sebelum membicarakan dakwah di zaman modern, kita membahas


terlebih dahulu tentang komponen / unsur-unsur pokok dakwah sebagai sistem
komunikasi yang efektif dalam proses pelaksanaan dakwah. Oleh karena itu,
dakwah di zaman modern adalah dakwah yang dilaksanakan dengan
memperhatikan unsur-unsur penting dakwah tersebut, kemudian subjek atau juru
dakwah menyesuaikan materi, metode dan media dakwah dengan kondisi
masyarakat modern (sebagai objek dakwah) yang mungkin saja situasi dan
kondisi yang terjadi di zaman modern terutama dalam bidang keagamaman, tidak
pernah terjadi pada zaman sebelumnya, terutama di zaman klasik.
Dengan demikian, dakwah di era modern adalah dakwah yang
pelaksanaannya disesuaikan dengan kondisi dan keadaan masyarakat modern,
baik dari segi materi, metode dan media yang akan digunakan. Sebab mungkin
saja materi yang disampaikan itu bagus, tetapi metode atau media yang
digunakan tidak sesuai dengan kondisi masyarakat modern, maka dakwah akan
mengalami kegagalan. Begitu pula sebaliknya, mungkin saja media atau metode
yang digunakan sesuai dengan kondisi masyarakat modern, akan tetapi materi
yang disampaikan kurang tepat, apalagi bila tampilan kemasannya kurang
menarik, juga dakwah akan mengalami kegagalan.
Oleh karenanya, untuk mencapai tujuan dakwah yang efektif di era
modern maka juru dakwah sebaiknya adalah orang yang memiliki pengetahuan
dan wawasan yang luas, menyampaikan materi atau isi pesan dakwah yang
aktual, dengan menggunakan metode yang tepat dan relevan dengan kondisi
masyarakat modern, serta menggunakan media komunikasi yang sesuai dengan
kondisi dan kemajuan masyarakat modern yang dihadapinya.
3.2 Da’i Sebagai Strategi Dakwah

Dalam rangka keberhasilan dakwah di era global, maka diperlukan da’i


yang memiliki profil berikut ini, yaitu: memiliki komitmen tauhid, istiqamah dan
jujur, memiliki visi yang jelas, memiliki wawasan keIslaman, memiliki
kemampuan memadukan antara dakwah bil lisan dengan dakwah bil hal, sesuai
kata dengan perbuatan, berdiri di atas semua paham dan aliran, berpikir strategis,
memiliki kemampuan analisis interdisipliner, sanggup berbicara sesuai dengan
kemampuan masyarakat.
Dalam menjalankan visi dalam berdakwah, seorang da’i pasti
memiliki permasalahan-permasalahan baik dari diri seorang da’i (faktor internal)
maupun permasalahan yang timbul dari luar (faktor eksternal).2

3.3 Permasalahan yang Timbul dari Seorang Da’i

1. Terjadinya penyempitan makna dakwah oleh para da’i. Dakwah saat ini sering
terkesan dimaknai sebatas pada ceramah-ceramah di masjid, majelis ta’lim dan
pengajian-pengajian. Meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa metode lisan
merupakan salah satu metode dakwah namun hendaknya para da’i tidak
menjadikan dakwah dengan metode ceramah sebagai hal yang prinsip dalam
dakwah. Apalagi paham modern telah menyebar dan menjadikan umat Islam
mulai bosan dengan ceramah-ceramah di masjid atau di majelis ta’lim.

2. Merosotnya kualitas ilmu yang dimiliki para da’i. Hal ini berdampak pada
menurunnya profesionalisme sang da’i. Ditambah lagi sang da’i tidak memiliki
keilmuan yang cukup terutama dalam bidang Fiqih dakwah sehingga sering
mengecewakan objek dakwah. Kekurangan ilmu yang dimiliki da’i hari ini juga

2
Al-Banna Hasan, Kumpulan Risalah Dakwah Hasan Al-Banna ( Jakarta:. Al-I’tishom Cahaya
Umat,2005 )
banyak menimbulkan masalah tersendiri dalam bidang dakwah. Hal ini tentunya
berdampak negatif terhadap tatanan umat yang ada. Contoh lain adalah seringnya
para da’i terlalu memaksakan sebuah hukum namun tanpa alternatif sehingga tak
jarang sikap ini mengurangi tingkat kepercayaan masyarakat kepada da’i tersebut
atau malah masyarakat bisa menjadi apatis kepadanya.
3. Manajemen dakwah yang dilakukan oleh para da’i masih bersifat konvensional,
yang hanya terbatas pada ceramah dan kuliah agama. Kurangnya pengetahuan
da’i tentang ilmu dakwah ditambah lagi dengan kurangnya pengetahuan tentang
manajemen dakwah yang efektif dan efisien membuat dakwah sering hanya
berpatokan dalam ceramah dan kuliah agama.

3.4 Permasalahan yang Timbul dari Luar Seorang Da’i


Permasalahan yang timbul dari luar seorang da’i bisa diakibatkan dari diri
kalangan umat muslim sendiri atau dari kalangan non muslim. Adapun masalah
yang timbul dari umat Islam sendiri adalah kurangnya keinginan untuk
mendengarkan kebajikan, ditambah lagi dengan sistem masyarakat yang seolah-
olah membuat masyarakat gengsi untuk mendengarkan ceramah, majelis ta’lim
serta ajakan kepada kebaikan. Kurangnya budaya amar ma’ruf nahi munkar,
kurangnya niat untuk mengetahui pelajaran agama serta banyaknya penyakit
takhayyul, bid’ah an khurafat.
Sedangkan permasalahan yang muncul dari kalanagan non muslim adalah
:
1. Maraknya Ghazwul Fikri (perang pemikiran) yang dilakukan oleh beberapa
golongan yang tidak suka melihat laju pertumbuhan dakwah Islam. Baik yang
menyerang akidah maupun syari’ah. Pemahaman Ghazwul Fikri tersebut
didasari dengan keraguan, sehingga pada akhirnya membuat seorang muslim
meragukan kebenaran Islamnya. Pemahaman tersebut juga ada yang didasari
dengan paham relativisme yang pada akhirnya pemahaman ini kemudian
membawa kepada kebebasan beragama dan keseragaman agama dan
ketuhanan
2. Gerakan pemurtadan yang gencar dilakukan oleh para misionaris
3. Dampak negatif dari perkembangan IPTEK yang memberikan celah kepada
orang yang tidak senang dengan Islam untuk menyerang Islam sendiri.
Ditambah lagi dengan berkurangnya kesopanan dan etika akibat kesombongan
para intelek.

Berdasarkan penjelasan di atas, kita dapat mengambil kesimpulan


bahwa pada dasarnya konsep dakwah adalah “Hadam Wal Bina” artinya
merubah sesuatu dan menjadikannya kepada yang sebenarnya. Metode
dakwah yang digunakan tetap sesuai dengan metode yang digunakan oleh
ajaran Islam, namun tentunya metode tersebut disesuaikan dengan kondisi dan
realita zaman.3

3.5 Pemanfaatan Teknologi Modern sebagai Media Dakwah

Salah satu sasaran yang efektif untuk menyebarluaskan ajaran-ajaran


Islam adalah alat-alat teknologi modern di bidang informasi dan komunikasi.
Kemajuan di bidang informasi dan telekomunikasi harus dimanfaatkan oleh
aktivis dakwah sebagai media dalam melakukan dakwah Islam, sebab dengan
cara demikian ajaran agama Islam dapat diterima dalam waktu yang relatif
singkat oleh sasaran dakwah dalam skala luas. Dalam hal ini, lembaga-
lembaga dakwah masih banyak yang belum dapat memanfaatkan akses
teknologi informasi secara maksimal, begitu juga dengan penyediaan dakwah
modern.

3
Irfan S. Awwas,Musuh Cita-cita Pemgemban Dakwah,( Yogyakarta: USWAH, 2007 )
3.5.1 Internet
Fenomena dakwah digital tersebut memang berkembang seiring
dengan berkembangnya teknologi informasi di dunia. Internet baru
masuk ke Indonesia pada tahun 1994. Kemudian pada sekitar tahun 1998-
1999 bermunculanlah situs-situs Islam di Indonesia seperti,
MyQuran.com, Ukhuwah.or.id, MoslemWorld.co.id, IndoHalal.com dan
situs-situs Islami yang lain. Situs-situs tersebut tidak sekedar situs-situs
institusi Islam, tetapi berisi aneka informasi dan fasilitas yang memang
dibutuhkan oleh umat Islam.
Masuknya Internet dalam aspek kehidupan umat Islam mulai
menggeser pemikiran-pemikiran lama. Menjadi santri kini tidak harus
diidentikkan dengan sarung dan mengaji di langgar saja. Kebutuhan akan
aktualisasi diri sebagai seorang muslim ternyata sama pentingnya dengan
dakwah itu sendiri.
Dari sekelumit pembahasan tentang penggunaan internet di
Indonesia di atas, maka dapat ditarik satu pemahaman umum bahwa
Internet memang merupakan media yang efektif bagi dakwah dan
penyebaran informasi. Meskipun demikian Internet tidak akan bisa
menggantian peran ulama, kiai dan ustadz.

3.5.2 Televisi dan Radio


Sebagai media penampil gambar dan suara digital, televisi dan
radio amat digemari oleh masyarakat. Oleh sebagian besar masyarakat
Indonesia televisi dijadikan sebagai sarana hiburan dan sumber informasi
utama. Di beberapa daerah, masyarakat di Indonesia lebih banyak
menghabiskan waktunya untuk melihat televisi dan mendengarkan radio.
Apabila dakwah Islam dapat memanfaatkan media ini dengan efektif,
maka secara otomatis jangkauan dakwah akan lebih luas dan kesan
keagamaan yang ditimbulkan akan lebih dalam. Namun seberapapun
besar keunggulan media televisi dan radio, belum mampu merangkum
beberapa keunggulan dalam media massa lainnya terutama media cetak
seperti surat kabar, koran dan lain sebagainya.
Dalam menyampaikan materi dakwahnya, para da’i harus
sanantiasa merujuk pada Al-Qur’an dan Hadits. Keduanya harus menjadi
pegangan dalam setiap aktivitas dakwah apapun, di manapun, kapanpun
dan menggunakan media apapun termasuk televisi dan radio. Dalam
menyampaikan materi dakwahnya, Al-Qur’an terlebih dulu meletakan
prinsipnya bahwa manusia yang dihadapi adalah makhluk yang terdiri
atas unsur jasmani, akal dan jiwa, sehingga ia harus dilihat dan
diperlakukan dengan keseluruhan unsur-unsurnya secara serempak. Baik
dari segi materi maupun waktu penyajiannya.
Materi dakwah yang disajikan oleh Al-Qur’an dibuktikan
kebenarannya dengan argumentasi yang dipaparkan atau dapat dibuktikan
manusia melalui penalaran akalnya. Kenyataan ini dapat ditemui pada
hampir setiap permisalan yang disajikan oleh Al-Qur’an. Ada kalanya
Al-Qur’an menuntun manusia dengan redaksi yang sangat jelas dan
dengan tahapan pemikiran yang sistematis sehingga manusia menemukan
sendiri kebenarannya.
Dengan mencermati uraian di atas hendaknya materi dakwah
dalam televisi dan radio hendaknya tetap mengacu pada kedua sumber
pokok ajaran Islam tersebut.

3.5.3 Media Cetak


Berdakwah melalui media cetak juga merupakan metode yang
efektif dalam menyebarkan dakwah. Sebagai contohnya adalah surat
kabar atau koran. Berbeda dengan berdakwah pada media lainnya, surat
kabar adalah salah satu sarana sumber informasi masyarakat yang sangat
besar pengaruhnya terhadap pembacanya. Berdakwah melalui koran
dapat dilakukan dalam bentuk tulisan maupun gambar-gambar yang
mendiskripsikan suatu ajaran dan aplikasinya bagi kehidupan umat
manusia.
Dakwah melalui koran lebih tepat dan cepat tersebar ke seluruh
masyarakat, di samping itu masyarakat mudah memahaminya, sebab
koran merupakan media yang telah mampu menjangkau keberadaan
masyarakat. Oleh karena itu menulis pesan-pesan dakwah dalam sebuah
koran maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu tulisan
bernuansa dakwah itu akan dikonsumsikan kepada media apa, apakah
media pers khusus Islam atau pers umum. Menulis dakwah untuk media
pers khusus Islam memiliki teknik dan cara yang sedikit berbeda dengan
menulis di media pers umum. Media khusus Islam pembacanya sudah
jelas, sedang media pers umum pembacanya berasal dari beragam latar
belakang kepercayaan. Jadi, menyebarkan dakwah dengan memakai ilmu
jurnalistik harus memiliki sifat singkat, padat, sederhana, lancar, jelas,
lugas dan menarik. Sedang bahasa agama adalah bahasa yang
mengedepankan kebenaran, kebersihan, tidak simpatik dan
menyingkirkan kata-kata yang bernada hasutan.4

4
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam. (Jakarta : Bulan Bintang,2001 )
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Setelah penulis memaparkan segala permasalahan yang berkaitan


dengan dakwah, penulis dapat menyimpulkan apa yang telah dibahas dalam
karya tulis ilmiah ini untuk mendalami pemahaman yang akan diperoleh oleh
pembaca.
a. Dakwah, Tujuan dan Hukumnya
Secara bahasa, kata dakwah berasal dari Bahasa Arab yang berarti
mengajak, menyeru atau memanggil. Sedangkan pengertian dakwah menurut
istilah mempunyai cakupan arti yang sangat luas dan dapat ditarik kesimpulan
bahwa dakwah adalah suatu aktifitas dilakukan dalam upaya meningkatkan
tata nilai hidup manusia dengan berlandaskan ketentuan Allah SWT dan
Rasulullah SAW untuk mencapai tujuan yakni kebahagiaan dan kesejahteraan
hidup di dunia dan di akhirat.
Secara mendasar, tujuan dakwah dapat dikelompokkan menjadi dua,
yaitu tujuan sementara dan tujuan final. Tujuan dakwah yang bersifat
sementara artinya tujuan yang dimaksud menegakkan ajaran Islam demi
tercapainya kebahagiaan hidup manusia di dunia. Sedangkan tujuan dakwah
yang bersifat final artinya tujuan yang dimaksudkan untuk tercapainya
kebahagiaan hidup manusia di akhirat.
Berdakwah bagi muslim dalam mengajak menusia ke jalan Allah SWT
adalah suatu kewajiban. Dalilnya sangat banyak disebutkan dalam Al-Qur’an
maupun hadits. Para ulama sepakat, bahwa mengajak manusia ke jalan Allah
SWT hukumnya fardhu kifayah. Artinya, jika di negeri-negeri atau wilayah-
wilayah sudah ada para da’i yang melaksanakan kegitan dakwah, maka bagi
yang lain sudah terbebas dari kewajiban tersebut. Akan tetapi jika di suatu
negeri atau suatu wilayah tertentu tidak ada yang melaksanakan dakwah
dengan sempurna, semua penduduk di wilayah tersebut berdosa.
b. Dakwah di Zaman Modern

Menghadapi zaman globalisasi ini, para pengemban misi dakwah juga


harus mengubah metode dalam menyampaikan materi dakwahnya.
Menyebarnya faham modern telah mengubah cara pandang masyarakat
terhadap Islam. Malihat kenyataan itu, para da’i tidak boleh tinggal diam dan
juga harus mengubah metode dakwah agar materi yang disampaikan dapat
diserap oleh penerima dakwah.
Metode yang dapat dilakukan adalah dengan memperbaiki kualitas
para da’i dengan menambah wawasan keilmuan dan memperdalam ilmu
tentang cara-cara menyampaikan materi dakwah. Di samping itu, para da’i
juga harus mempersiapkan segalanya untuk menghadapi segala tantangan dan
halangan yang akan dihadapi dalam menjalankan misi dakwah.
Selain materi dakwah disampaikan secara lisan oleh para da’i di
hadapan para objek dakwah, metode lain dapat ditempuh seperti menyajikan
materi dakwah dalam bentuk tulisan, gambar atau suara digital yang semua itu
lebih dapat dijangkau oleh masyarakat luas. Internet, televisi, radio, buku,
surat kabar, majalah dan media masa lain dapat dijadikan sebagai perantara
dalam menyebarkan risalah dakwah Islamiyah dan lebih mudah dijangkau dan
dicerna oleh objek dakwah.

4.2 Saran
Di akhir penulisan karya ilmiah ini, penulis berharap kepada seluruh
pembaca agar mengetahui bagaimana realita kehidupan masyarakat di era
globalisasi ini dan mengetahui perkembangan dakwah Islamiah di zaman ini.
Oleh karena itu, marilah kita lebih mendekatkan diri kepada Allah dengan:
1. Lebih mendalami keilmuan tentang agama Islam
2. Saling berwasiat ke dalam kebaikan
3. Menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemunkaran
4. Menghidupkan risalah dakwah di muka bumi.
Jika semua hal tersebut dilakukan, Insya Allah kita selalu dalam naungan
Allah dan negara kita menjadi baldah toyyibah, negeri yang dirahmati Allah.
DAFTAR PUSTAKA
Nasution, Harun. 2001. Pembaharuan dalam Islam. Bulan Bintang. Jakarta
Al-Banna, Hasan. 2005. Kumpulan Risalah Dakwah Hasan Al-Banna. Al-I’tishom
Cahaya Umat. Jakarta.
S. Awwas, Irfan. 2007. Musuh Cita-cita Pemgemban Dakwah. USWAH. Yogyakarta
Al-Qur‟anul Karim dan Terjemah, Departemen Agama Republik Indonesia. Sygma.
Bandung

Anda mungkin juga menyukai