Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

DASAR DASAR AKHLAK TASAWUF

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas makalah akhlak tasawuf

DI SUSUN OLEH KELOMPOK II :

AMAL SEPTIYAN

PAUNIA OKTOVIA

VIVI PUTRY

DOSEN PENGAMPU:

RIMIN, S.Ag.M.PdI

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KERINCI

2020 M/1441 H

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas berkah dan limpahan rahmat-nya
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul”ahklak dalam
kehidupan sosial kemasyarakatan terhadap sesama muslim”

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak lepas dari bimbungan bapak RIMIN,
S.Ag.M.PdI yang telah memberikan saran, waktu, bimbingan, semangat, pengatetahuan, dan
nasehat yang sangat bermanfaat kepada penulis. Penulis menyadari sepenuh nya bahwa makalah
ini masih jauh dari sempurna di karenakan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang di
miliki oleh si penulis oleh karna itu penulis mengharapkan saran, dan masukan yang membangun
dari berbagai pihak. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis, pembaca dan penelitian
selanjutnya. Akhir kata dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, penulis mohon maaf
apabila ada kesalahan dan kelemahan dalam makalah ini.

Terima kasih

Penulis

ii
PDAFTAR ISI

KATAPENGANTAR…………………………………………………………………………….i

BAB I………………………………………………………………………………………….…iii

PENDAHULUAN……………………………………………………………………………….iii

A. Latar belakang……………………………………………………………………...………iii

B. Rumusan masalah…………..………………………………………………………………iii

C. Tujuan……………...……………………………………………………………………….iv

D. Manfaat………………….………………………………………………………………….iv

BAB II ……………………………………………………………………………………………1

PEMBAHASAN…………………………………………………………………………………1

A. Pengertian tasawuf………….…………………………………………………………1
B. Dasar dasar tasawuf dalam al quran …………………………………………………..2

BAB III……………………………………………………………………..……………………11

PENUTUP………………………………………………………………..……………………..11

A. Kesimpulan………………………………………………………...………………………11

B. Saran………………………………………………………………..………………………11

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….....12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Ilmu tasawuf adalah ilmu yang membicarakan dan membahas tentang bagaimana cara
menanamkan penghayatan tentang ketuhanan ke dalam jiwa manusia, agar manusia lebih
menambah iman mereka kepada allah. Selain menanamkan penghayatan ke dalam hati manusia,
ilmu tasawuf juga sebagai ilmu yang menenangkan hati dan pikiran, saat menyampaikan
argumentasi berdasarkan aqliyah dan naqliyah, agae manusia tidak menganggap paling benar
argumentasinya dan menghargai argumetasi orang lain. Para pengkaji tentang tasawuf sepakat
bahwasannya tasawuf berasaskan kezuhudan sebagaimana yang dipraktekkan oleh Nabi SAW,
dan sebagian besar dari kalangan sahabat dan tabi’in.

Dalam menjalakan kehidupan sehari-hari , kita sering mendengar pernyatan-penyataan


yang meminta atas landasan atau dasar dari apa yang kita perbuat maka dari itu dasar-dasar
tasawuf dalam al-qur’an sangarlah berperan penting untuk dibahas. Karena tanpa kajian yang
khusus kita tidak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. karena masa modern ini kita
harus banyak-banyak mengkaji dan berpegang kepada al-quran dan hadist yang ditinggalkan
oleh nabi muhammad SAW yang digunakan sebagai pedoman bagi umat muslim supaya
senantiasa tidak terbawa ke atas zaman globalisasi yang saat ini semakin merajalela.

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui dan memahami tentang pengertian tasawuf

2. Untuk mengetahui dan memahami apasaja dasar dasar tasawuf

C. Manfaat

1. Dapat mengetahui dan memahami tentang pengertian tasawuf

2. Dapat mengetahui dan memahami apasaja dasar dasar tasawuf

1
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tasawuf

1. Pengertian Tasawuf Secara lughawi

Secara lughawi pengertian tasawuf dapat dilihat menjadi beberapa macam pengertian, seperti di
bawah ini.

Pertama, tasawuf berasal dari kata ahlu suffah ‫ ا هل ا لصفة‬yang berarti sekelompk orang pada
masa Rasulullah SAW, yang hidupnya berdiam di serambi-serambi masjid, mereka mengabdikan
hidupnya untuk beribadah kepada Allah SWT.

Kedua, tasawuf berasal dari kata shafa ( ‫ )صفا ء‬berarti “bersih” atau “suci” maksudnya adalah
orang-orang yang menyucikan dirinya di hadapan Tuhan-Nya

Ketiga, tasawuf berasal dari kata shaf ( ‫)صف‬artinya orang-orang yang ketika shalat selalu
berada di saf paling depan.

Keempat, istilah tasawuf dinisbahkan kepada orang-orang dari bani Shufah.

Kelima, tasawuf berasal dari kata saufi (‫ ) سو فئ‬yang berarti kebijaksanaan.

Keenam, tasawuf berasal dari kata shaufanah yaitu sebangsa buah-buahan kecil yang berbulu
dan banyak yang tumbuh di padang pasir di tanah arab.

Ketujuh, tasawuf berasal dari kata shuf ( ‫ )صو ف‬yang berarti bulu domba atau wol.

2. Pengertian tasawuf secara istilah

Pengertian tasawuf secara istilah adalah ilmu yang mengajarkan kepada manusia untuk
mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah.pada bingkai global, urgensi tasawuf yang
disajikan bagi kalangan intelektual muda, seperti para mahasiswa, adalah upaya positif untuk
sadar dan mengenal pada eksistensi dirinya, sehingga ia akan sampai pada eksistensi Tuhannya.
Konsep pendidikan tasawuf yang terkenal adalah : “ barang siapa mengenal dirinya, maka ia
akan mengenal Tuhannya”.

2
Menurut Muhammad Ali Al-Qossab, tasawuf adalah akhlak yang mulia, yang timbul
pada masa yang mulia dari seorang yang mulia ditengah-tengah kaum yang mulia.

Menurut Al-Junaid ai-Baghdadi mendefinisikan tasawuf sebagai berikut: “hendaknya kita


berhubungan dengan al-Haqq tanpa perantara (wasilah)” dan dikitab lain dia juga mendefinisikan
tasawuf adalah “hendaknya hidup dan matimu diserahkan kepada al-Haqq”.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa ilmu tasawuf adalah ilmu yang mempelajari usaha
membersihkan diri, berjuang memerangi hawa nafsu, mencari jalan kesucian dengan ma’rifat
menuju keabadian, saling mengingatkan antar manusia, serta berpegang teguh pada janji Allah
SWT dan mengikuti syari’at Rosulullah SAW dalam mendekatkan diri dan mencapai keridhoan-
Nya.

B. Dasar-dasar Tasawuf dalam Al Qur’an

Tasawuf yang berazazkan kezuhudan yang telah dipraktikkan oleh Nabi SAW. Kezuhudan
ini merupakan implementasi dari nash-nash Al Qur’an dan hadist-hadist Nabi SAW yang
berorientasi akhirat dan berusaha menjauhkan diri dari kkesenangan dunia yang berlebihan
dengan tujuan untuk mensucikan diri, bertawakal pada Allah, berserah diri pada Allah, takut
dengan ancaman-Nya dan mengharap rahmat da ridho dari-Nya.

Menurut Rif’i dan Mud’is (2010: 30), Tasawuf adalah ajaran-ajaran tentang kehidupan
kerohanian, kebersihan jiwa, cara-cara membersihkannya dari berbagai penyakit hati, godaan
hawa nafsu, kehidupan duniawi, cara-cara mendekatkan diri pada Allah, serta mendalam
kekekalan-Nya sehingga sampai pada pengenalan hati yang dalam terhadap Allah (ma’rifah).
Dapat diketahui bahwa landasan atau dasar tasawuf ada dua yaitu Al Qur’an dan Hadist, karena
keduanya merupakan kerangka acuan pokok yang dijadikan pegangan oleh umat Islam (Anwar
& Solihin, 2000).

1. Al Qur’an

Setiap muslim bertanggung jawab atas memahami dan melaksanakan kandungan Al Qur’an
dalam bentuk yang nyata. Menerapkan kandungan isi Al Qur’an merupakan implikasi sebuah

3
akhlak yang mulia. Mereka yang berakhlak dan berperilaku dengan mencontoh akhlak Nabi
Muhammad, yaitu akhlak Al Qur’an.

Tasawuf pada pembentukan yaitu terdapat pada aklak atau keagamaannya, sedangkan
moral keagamaan terdapat dan diatur dalam Al Qur’an dan Hadist (As Sunnah). Akhlak
merupakan sebuah implementasi dari ajaran yang telah diperolehnya. Tasawuf yang berobjekan
Tuhan yang menjadi sebuah tujuan kebenaran.

Berdasarkan tasawuf sebuah ilmu praktis untuk merasakan dan jalan untuk kebenaran
yaitu bersandar kepada pendapat Abbas Mahmud ‘Aqqad dalam al-Tafkir : Faridlah Islamiyah :

‫ذين‬VV‫فالتعمق في طلب األسرار صفة مشتركة بين الصوفية وفالسفة التفكير الذين يغوصون على الحقائق البعيدة وعلماء النفس ال‬
‫ينقبون عن ودائع الوعي الباطن وغرائب السريرة اإلنسانية‬

Maka ketiganya mendalami pencarian segala yang bersifat rahasia (gaib) yang dianggap sebagai
‘kebenaran terjauh’ dimana tidak semua orang dapat melakukannya.

Abu Nashr As Siraj Ath Thusi (Anwar & Solihin, 2000) menyebutkan dalam kitabnya Al
Luma, melihat bahwa dari Al Qur’an dan As Sunnah para sufi mendasarkan pendapatnya tentang
moral dan tingkah laku, kerinduan dan kecintaan pada Allah, ma’rifat, jalan (suluk), dan juga
laithan rohaniyah mereka susun demi terealisasikan tujuan hidup mistis.

Dasar-dasar tasawuf didalam Al Qur’an sangat banyak, karena semua berkaitan dengan
Tuhan. Ajaran Islam mengatur kehidupan yang bersifat lahiriah dan batiniah. Dari unsur batiniah
ini yang akan mampu melahirkan tasawuf. Kehidupan tasawuf mendapatkan perhatian besar dari
Al Qur’an, As Sunnah, kehidupan Nabi dan para sahabatnya. Al Qur’an antara lain berisikan
tentang kemungkinan manusia dapat saling mencintai (mahabbah) dengan Tuhannya. Firman
Allah dalam surat al Maidah ayat 54:

ٰۡ ۡ ۡ ْ ُ‫ٰيَٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمن‬


ِ Vِ‫ َّز ٍة َعلَى ٱل َكف‬V‫ؤ ِمنِينَ أَ ِع‬Vۡ V‫وا َمن يَ ۡرتَ َّد ِمن ُكمۡ عَن ِدينِ ِهۦ فَ َس ۡوفَ يَأتِي ٱهَّلل ُ بِقَ ۡو ٖم يُ ِحبُّهُمۡ َويُ ِحبُّونَ ٓۥهُ أَ ِذلَّ ٍة َعلَى ٱل ُم‬
َ‫ ُدون‬V‫رينَ ي ٰ َُج ِه‬V
٥٤ ‫ض ُل ٱهَّلل ِ ي ُۡؤتِي ِه َمن يَ َشٓا ۚ ُء َوٱهَّلل ُ ٰ َو ِس ٌع َعلِي ٌم‬ َ ِ‫يل ٱهَّلل ِ َواَل يَخَافُونَ لَ ۡو َمةَ ٓاَل ئِ ٖ ۚم ٰ َذل‬
ۡ َ‫ك ف‬ ِ ِ‫فِي َسب‬

54. Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya,
maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun
mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras

4
terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan
orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-
Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.

Kecintaan seorang hamba pada Tuhannya merupakan sebuah kewajiban bagi umat Islam.
Dengan mencintai Tuhannya dengan benar tanpa terlalu mementingkan kecintaan pada dunia,
akan memperoleh mahabbah dari Tuhan. Dengan hal ini seorang tasawuf akan mampu
bermahbbah dengan Tuhan melalui jalan yang baik dan menjaga akhlak dan perilakunya selama
di dunia. Diantara ayat-ayat Allah yang dijadikan landasan akan urgensi kezuhudan dalam
kehidupan dunia adalah firman Allah dalam al-Qur'an yang berbunyi:

٢٠ ‫ب‬ ِ َّ‫ث ٱل ُّد ۡنيَا نُ ۡؤتِِۦه ِم ۡنهَا َو َما لَ ۥهُ فِي ٱأۡل ٓ ِخ َر ِة ِمن ن‬
ٍ ‫صي‬ َ ‫ث ٱأۡل ٓ ِخ َر ِة ن َِز ۡد لَ ۥهُ فِي َح ۡرثِ ِۖۦه َو َمن َكانَ ي ُِري ُد َح ۡر‬
َ ‫َمن َكانَ ي ُِري ُد َح ۡر‬

20. Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu
baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya
sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat.

Diantara nash-nash al-Qur'an yang mememerintahkan orang-orang beriman agar senantiasa


berbekal untuk akhirat adalah firman Allah dalam Q.S al-Hadid [57] ayat: 20

َ َّ‫ب ۡٱل ُكف‬


ُ‫ ه‬V‫اتُ ۥهُ ثُ َّم يَ ِهي ُج فَتَ َر ٰى‬VVَ‫ار نَب‬ ٍ ‫ر فِي ٱأۡل َمۡ ٰ َو ِل َوٱأۡل َ ۡو ٰلَ ۖ ِد َك َمثَ ِل غ َۡي‬ٞ ُ‫َة َوتَفَا ُخ ۢ ُر بَ ۡينَ ُكمۡ َوتَ َكاث‬ٞ ‫و َو ِزين‬ٞ ‫ب َولَ ۡه‬ٞ ‫ٱعلَ ُم ٓو ْا أَنَّ َما ۡٱل َحيَ ٰوةُ ٱل ُّد ۡنيَا لَ ِع‬
َ ‫ث أَ ۡع َج‬ ۡ
٢٠ ‫ُور‬ ۡ ٰ ۡ ۚ ۡ ‫ة ِّمنَ ٱهَّلل ِ َور‬ٞ ‫يد َوم ۡغفِ َر‬Vٞ ‫اب َش ِد‬
ِ ‫ن َو َما ٱل َحيَ ٰوةُ ٱل ُّد ۡنيَٓا إِاَّل َمتَ ُع ٱل ُغر‬ٞ ‫ض ٰ َو‬ ِ َ ٞ ‫صفَ ٗ ّرا ثُ َّم يَ ُكونُ ُح ٰطَ ٗم ۖا َوفِي ٱأۡل ٓ ِخ َر ِة َع َذ‬ ۡ ‫ُم‬

20. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang
melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang
banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani;
kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi
hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya.
Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.

Al Qur’an juga menjelaskan tentang pertemuan dengan Allah dimanapun hamba hambanya
berada. Dalam Al Qur’an surat al Baqarah ayat 115.

ْ ُّ‫ق َو ۡٱل َم ۡغ ِر ۚبُ فَأ َ ۡينَ َما تُ َول‬


١١٥ ‫يم‬ٞ ِ‫وا فَثَ َّم َو ۡجهُ ٱهَّلل ۚ ِ إِ َّن ٱهَّلل َ ٰ َو ِس ٌع َعل‬ ُ ‫َوهَّلِل ِ ۡٱل َم ۡش ِر‬

5
115. Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah
wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui.

Bagi kaum sufi, ayat diatas mengandung arti bahwa dimana Tuhan ada, disitu pula Tuhan dapat
dijumpai. Dapat diartikan bahwa seseorang yang bertasawuf slalu berfikir bahwa Allah (Tuhan)
slalu melihat dimanapun itu berada.

Lebih dari pada itu, Tuhan slalu dekat dan berada dalam diri hamba-Nya, seperti dalam surat Qaf
ayat 16.

١٦ ‫َولَقَ ۡد َخلَ ۡقنَا ٱإۡل ِ ن ٰ َسنَ َون َۡعلَ ُم َما تُ َو ۡس ِوسُ بِ ِهۦ ن َۡف ُس ۖۥهُ َون َۡحنُ أَ ۡق َربُ إِلَ ۡي ِه ِم ۡن َح ۡب ِل ۡٱل َو ِري ِد‬

16. Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan
oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat leher (pembuluh darah) nya sendiri.

Ayat tersebut menandakan bahwa seorang hamba akan slalu dekat dengan Tuhannya seperti urat
atau pembuluh darahnya sendiri. Dan dapat dikatakan bahwa Tuhan slalu ada didekat kita dan
tanpa harus mencarinya.

Seorang yang bertasawuf dengan baik maka dia akan mendapatkan hasil yang baik dalam
kehidupannya. Seseorang yang bertasawuf juga mampu mengetahui mana yang baik dan buruk
untuk dirinya sendiri. Dan Allah mengingatkan agar manusia tidak diperbudak oleh kehidupan
dunia serta tidak tergiur dengan harta benda dunia. Dapat dilihat dalam Al Qur’an surat fatir ayat
5.

ّ ۖٞ ‫ٰيَٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِ َّن َو ۡع َد ٱهَّلل ِ َح‬


٥ ‫ق فَاَل تَ ُغ َّرنَّ ُك ُم ۡٱل َحيَ ٰوةُ ٱل ُّد ۡنيَا َواَل يَ ُغ َّرنَّ ُكم بِٱهَّلل ِ ۡٱل َغرُو ُر‬

Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan
dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syaitan yang pandai menipu,
memperdayakan kamu tentang Allah.

Dapat dilihat tingkatan para tasawuf dalam Al Qur’an yaitu

ٞ ِ‫…قُ ۡل َم ٰتَ ُع ٱل ُّد ۡنيَا قَل‬.


ۡ ُ‫يل َوٱأۡل ٓ ِخ َرة‬
…..‫ر لِّ َم ِن ٱتَّقَ ٰى‬ٞ ‫خَي‬

….. Katakanlah: "Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-
orang yang bertakwa… (Q.S. an nisa: 77)

6
Dan tingkatan bertasawuf pada firman Allah.

… ۚۡ‫…إِ َّن أَ ۡك َر َم ُكمۡ ِعن َد ٱهَّلل ِ أَ ۡتقَ ٰى ُكم‬

…..Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling
takwa diantara kamu… (Q.S al hujurat:13).

Dengan demikian sebagian ayat Al Qur’an dijadikan dasar atau landasan untuk orang yang
bertasawuf atau kaum sufi untuk melaksakan ajaran tasawuf dan mencapai tujuan kebenaran
pada Allah. Dasar Al Qur’an inilah yang paling kuat untuk dijadikan sebuah pedoman bagi orang
yang bertasawuf (kaum sufi). Karena Al Qur’an ini yang merupakan kalam Allah yang dijadikan
sebagai pedoman hidup manusia seumur hidup.

2. Hadist

Sejalan dengan yang disebut Al Qur’an, tasawuf dapat dilihat dalam kerangka hadits. Dalam
hadits rasullulah dapat dijumpai keterangan dengan yang membicarakan tentang kehidupan
rohaniah manusia. Dapat dilihat dari hadist berikut ini.

‫من عرف نفسه فقد عرف ربه‬

Yang artinya: “barangsiapa yang mengenal dirinya sendiri berarti ia mengenal Tuhannya.”

Dari hadist ini memberi petunjuk bahwa manusia dan Tuhan dapat bersatu. Dalam
kehidupan Rosulullah dapat menjadi petunjuk yag menggambarkan bahwa beliau seorang yang
ahli tasawuf (sufi) (Anwar & Solihin, 2000). Seperti contoh beliau mengasingkan diri di Goa
Hira menjelang datangnya wahyu. Beliau menjauhi pola hidup yang mengagungkan harta benda
yang waktu itu masyarakat arab sedang mengagung-agungkan, seperti berdagang dengan segala
cara.

Selama di gua hira Rasulullah hanya bertafakkur, beribadah, dan hidup sebagai orang
zahid. Beliau hidup secara sederhana, terkadang mengenakan pakaian tambalan, tidak makan
atau minum kecuali halal, dan ketika malam senantiasa mengerjakan shalat dan beribadah
kepada Allah.

7
Dari uraian diatas yang terkait dasar-dasar tasawuf baik Al Qur’an dan As Sunnah. Ilmu
tentang moral dan tingkah laku manusia terdapat rujukannya dalam Al Qur’an, dan sudah
dijelaskan bahwa tasawuf ditimba dari Al Qur’an dan berdasarkan aumber Al Qur’an.

C. Tasawuf Pada Masa Rosulullah

Melacak sejarah perkembangan dan munculnya tasawuf tidak bisa hanya dimulai ketika
tasawuf mulai dikaji sebagai ilmu. Tentunya perlu diteliti sejak zaman Rasulullah Saw.
Disebutkan bahwa perjalanan tasawuf diibaratkan sebagai proses produksi anggur berikut ini.
Disemaikan pada Nabi Adam dirawat dan dipelihara pada zaman Nabi Nuh mula bersemi pada
zaman Nabi Ibrahim tumbuh dan berkembang pesat pada zaman Nabi Musa mencapai
kematagan pada zaman Nabi Isa dan menghasilkan anggur murni pada zaman Nabi Muhammad
(Ahmad, 2013:169).

Pada awal munculnya islam di Jazirah Arab, agama islam yang didakwahkan oleh Nabi
Muhammad. Tampak begitu sederhana. Formulasi ajarannya begitu mudah dipahami karena
Nabi Muhammad sendiri masih menjadi panutan utama bagi umat islam. Yang ajaran dan contoh
teladannya dapat diberikan secara langsung tanpa perantara.

Sebenarnya kehidupan sufi sudah terdapat pada diri Nabi Muhammad SAW. dimana
dalam kehisdupan beliau sehari-hari yang sangat sederhana dan menderita, disamping
menghabiskan waktunya dalam beribadat dan mendekati Tuhannya. Bahkan seperti kita ketahui,
sebelum beliau diangkat menjadi Rasul Allah, beliau sudah seringkali melakukan kegiatan shufi
dengan melakukan uzlah di Gua Hira selama berbulan-bulan lamanya sampai beliau menerima
wahyu pertama saat diangkat sebagai Rasul Allah (Labib, 2000:40).

Setelah beliau resmi diangkat sebagai Nabi utusan Allah, keadaan dan cara hidup beliau
masih ditanda oleh jiwa dan suasana kerakyatan, meskipun dirinya berada dalam lingkaran
keadaan hidup yang serba terpenuhi semua keinginan lantaran kekuasaannya sebagai seorang
Nabi yang menjad kekasih Tuhannya. Pada waktu malam sedikit sekali tidur waktunya
dihabiskan untuk bertawajjuh kepada Allah dengan memperbanyak dzikir kepadaNya. Tempat
tidur beliau terdiri dari balai kayu biasa dengan alas (tikar) dari daun kurma tidak pernah
memakai pakaian yang terdiri dari bahan wool, meskipun mampu membelinya.

8
Kehidupan Rasulullah SAW dalam rumah tangganya yang amat sederhana memberikan
contoh bagi para sahabatnya dalam hidup sederhana dan meninggalkan kehidupan bermewah-
mewah. Mulai dari perabotan rumah tangga, makanan dan minumannya serta pakaian yang
dipakai sehari-hari. Memang ajaran yang dibawa oleh Nabi, bukanlah hanya pengajaran semata-
mata. Beliu memberi contoh dengan perbuatan dan tingkah lakunya, bukan hanya ia menyuruh
atau menganjurkan yang ia sendiri tidak melakukannya.

Dapat dicatat bahwa pada suatu hari pernah diletakkan orang di depannya sekaligus tujuh
puluh ribu dirham emas. Semua uang emas itu seketika itu juga dibagi-bagikan dan sebutirpun
tidak ada yang tertinggal. Juga kita catat disini, bahwa sejarah menceritakan pada suatu waktu
Nabi sakit hendak meninggal dunia, teringat olehnya bahwa dirumahnya masih tersimpan tujuh
buah dinar emas. Maka dipanggillah ahli rumahnya untuk membagi-bagikan kepada fakir
miskin.

Memang prinsip kesederhanaan hidup ini sangat dipegang teguh dan dianjurkan oleh
Nabi. Batas antara kaya dan miskin baginya ditetapkan: “Barang siapa berpagi-pagi hari merasa
aman dirumahnya, merasa sehat badan dan melihat cukup makanannya untuk sehari, maka
seakan-akan Tuhan telah mengurniai kepada orang itu seluruh dunia seisinya.” Oleh karena itu
Utsman Bin Affan menetapkan ukuran hidup sepanjang ajaran Nabi ialah bahwa taka da
seseorang manusia yang mempunyai hal lebih dari pada tiga perkara yaitu rumah untuk
didiaminya, pakaian untuk menutupi auratnya, dan sepotong roti dan air minum untuknya
(Ahmad, 2013:170).

Demikian gambaran kehidupan shufi pada zaman Nabi di praktikkan oleh beliau sendiri
dan diikuti oleh para sahabat-sahabatnya dalam kehidupan sehari-hari. Hal inilah yang pada
akhirnya akan mempengaruhi kehidupan para pengikut-pengikutnya dan berlangsung hingga
kini. Dengan demikian, Nabi telah memberikan contoh tuntunan hidup kerohanian dengan
thoriqoh sekali, yakni manakala seseorang mendapat cobaan maka harus bersabar, bila
berkecukupan haruslah bersyukur pada Allah.

9
ANALISA

Al qur'an dan hadits merupakan kerangka acuan pokok yang selalu dipegang oleh umat
islam . Al qur'an dan al hadits adalah nash setiap umat muslim kapan dan dimanapun dibebani
tanggung jawab untuk memahami dan melaksanakan kandungannya dalam bentuk amalan yang
nyata. Ayat al qur'an lainnya yang dijadikan sebagai landasan kesufian adalah ayat ayat yang
berkaitan dengan kewajiban seorang mu'min untuk senantiasa bertawakal dan hanya berserah diri
kepada allah swt.

Pada awal munculnya islam di jazirah arab, agama islam yang didakwahkan oleh nabi
muhammad Tampak begitu sederhana. formulasi ajarnnya begitu mudah dipahami karena nabi
muhammad sendiri masih menjadi panutan utama bagi umat islam. Setelah beliau resmi diangkat
sebagai nabi utusan Allah, keadaan dan cara hidup beliau masih ditanda oleh jiwa dan suasana
kerakyataan, meskipun dirinya berada dalam lingkaran keadaan hidup yang serba terpenuhi
semua keinginan lantaran keadaan hidup yang serba terpenuhi semua keinginan lantaran
kekuasaannya sebagai seorang nabi yangi kekasih tuhannya.

10
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Tasawuf adalah usaha seseorang untuk mensucikan diri dari hal hal yang dapat membuat
merusak hati dan juga dapat merusak ibadah umat islam. Maka dapat dipahami bahwa tasawuf
dan sufi memiliki posisi yang tertentu diruang lingkup islam. Dengan kata lain bahwa tasawuf
dikehidupan sufi dapat ditemukan dalam islam baik dari segi al qur'an dan dari segi al hadits.
Dasar dasar tasawuf dalam al quran maupun al hadits sangatlah banyak, dan semua itu berkaitan
dengan tuhan. Al qur'an juga dapat sebagai tempat pertemuan dengan allah kepada hamba
hambanya.

Sejarah perkembangan munculnya tasawuf dapat dipacu dengan tasawuf yang dikaji
ketika tasawuf sebagai ilmu. Pembelajaran tasawuf juga dapat diibaratkan sebagai proses
produksi anggur. Setelah resmi diangkat menjadi nabi utusan allah, keadaan dan cara hidup
beliau yang masih ditandai dengan jiwa dan rasa kerakyataan yang masih begitu lekat ketika
masih dikuasainya. Begitu pula dengan mulai perabotan rumah tangga dan makanan, minuman
maupun pakainnya berubah menjadi sederhana yang dapat memberikan contoh teladan yang baik
kepada sahabat sahabatnya. Dan pengajara yang diajarkan oleh nabi bukanlah pelajaran yang
semata mata saja.

B. SARAN

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak lepas dari dosen bimbingan
bapak RIMIN, S.Ag.M.PdI yang telah memberikan saran, waktu, bimbingan, semangat,
pengatetahuan, dan nasehat yang sangat bermanfaat kepada penulis. Penulis menyadari sepenuh
nya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna di karenakan keterbatasan pengalaman dan
pengetahuan yang di miliki oleh si penulis oleh karna itu penulis mengharapkan saran, dan
masukan yang membangun dari berbagai pihak. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis,
pembaca dan penelitian selanjutnya. Akhir kata dengan segala ketulusan dan kerendahan hati,
penulis mohon maaf apabila ada kesalahan dan kelemahan dalam makalah ini.

Terima kasih

11
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Bangun A. J. 2013. Akhlak Tasawuf: Pengenalan, Pemahaman, dan Pengaplikasian.


Jakarta: Rajawali Pers.

Anwar, R., & Solihin, M. (2000). Ilmu Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia.

Labib dan Al aziz. 2000. Tashawwuf dan Jalan Hidup Para Wali. Surabaya: Bintang Usaha Jaya.

Rif'i, Bachrun, dan Hasan Mud'is. 2010. Filsafat Tasawuf. Bandung: CV PUSTAKA SETIA

12

Anda mungkin juga menyukai