Anda di halaman 1dari 9

Pengenalan Dan Pengembangan E-Modul Bagi Guru- Guru

Anggota MGMP Kimia Dan Biologi Kota Padang Panjang


Budhi Oktavia1, Rahadian Zainul2, Guspatni3, Ananda Putra4
1-4
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Padang
email : budhioktavia8@gmail.com

Abstrak:
E-modul merupakan bahan ajar yang dinilai inovatif untuk pembelajaran. Sebagai bahan
ajar yang inovatif, sebaiknya e-modul dikembangkan oleh guru itu sendiri agar sesuai
dengan karakter siswa dan metoda pembelajaran yang akan digunakan. Kegiatan ini
bertujuan untuk memberi pelatihan kepada guru untuk membuat e-modul yang
berbasiskan pendekatan saintifik. E-modul dilengkapi dengan komponen bahan ajar
sebagaimana mestinya serta gambar, video/ animasi dan quiz dan fiturinteraktif untuk
menarik perhatian siswa. Analisis data yang diperoleh dari kegiatan pelatihan
membuktikan bahwa guru tertarik untuk membuat dan menggunakan e-modul untuk
pembelajaran. E-modul dinilai mempunyai design yang menarik dan efektif untuk
pembelajaran.
Kata Kunci: e-modul, video/animasi, gambar, quiz interkatif, fitur interaktif.

Abstract:
E-module is considered innovative for learning especially if designed by teacher, for it
can be suited to students and methods used in learning. This activity aims to give training
to teachers to develop scientific approach based e-module. E-module is designed with the
prerequired components, pictures, videos/animations, interactive quizzes, and other
interactive features. Data analysis shows that teachers are interested to develop e-module
because it has attractive design, interactive and effective for students to learn.
Key Words : e-module, videos/animations, pictures, interactive quizzes and features

1. Pendahuluan

Selain mempunyai dan mengembangkan empat kompetensi dasar (kepribadian, sosial,


pedagogic dan professional), guru diwajibkan untuk mengikuti literasi dasar TIK
(Kemendiknas, 2010). Kewajiban ini termuat dalam renstra 2010-2014 yang menekankan
program peningkatan kompetensi guru dalam pemanfaatan TIK untuk kegiatan
pembelajaran yang dianggap sangat strategis dalam upaya percepatan pemerataan mutu
pendidikan di Indonesia. Literasi TIK dapat digunakan guru untuk meningkatkan proses
pembelajaran melalui berbagai bentuk kegiatan. Pertama guru dapat memanfaatkan
literasi ini untuk mencari bahan pembelajaran dari Internet. Kedua, guru dapat
menggunakan TIK dalam proses pembelajaran baik itu sebagai alat bantu, media maupun
sistem pembelajaran. Yang ketiga, guru dapat menggunakan TIK untuk membuat bahan
ajar dan media pembelajarannya sendiri sehingga dapat disesuaikan dengan strategi
pembelajaran pilihan dan karakteristik siswanya.
Penggunaan TIK dalam pembelajaran sains di SMA seperti bidang kimia dan
biologi sudah menjadi suatu keharusan di zaman sekarang ini. Pelajaran kimia dan
biologi terdiri atas kosep-konsep yang bersifat abstrak, prinsipal, simbolik dan lain
sebagainya yang membutuhkan pemodelan, media dan ilustrasi agar dapat dipahami.
Banyak model, bahan dan media pembelajaran kimia maupun biologi yang bisa diakses
di Internet, diambil dari buku ataupun diperoleh di toko. Namun tentu tidak semuanya
sesuai dengan kurikulum, strategi pembelajaran yang dipilih guru dan karakteristik siswa.
Untuk itu guru harus mampu membuat sendiri bahan ajar dan media pembelajarannya
sehingga dapat memenuhi tuntutan kurikulum dan sesuai dengan strategi pembelajaran
pilihan dan karakteristik siswa.
Sebagai seorang professional, guru diharapkan untuk menggunakan karya
innovatif dalam pembelajaran. Karya innovatif dapat berupa bahan ajar dan media
pembelajaran yang memiliki nilai innovasi untuk pembelajaran di sekolah. Karya
innovatif ini dapat diperoleh dari sumber-sumber seperti Internet dan toko perlengkapan
sekolah. Karya innovatif juga dapat dibuat oleh guru itu sendiri. Pembuatan karya
innovatif oleh guru bisa menjadi poin dan termasuk salah satu persyaratan untuk dapat
mengajukan kenaikan pangkat dan jabatan fungsional guru (Kemendiknas, 2010).

2. Studi Literatur dan Analisis Situasi

2.1. Guru dan pengembangan bahan ajar


Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran baik itu tertulis maupun tidak tertulis
(Depdiknas, 2008). Beberapa manfaat yang dapat diperoleh apabila seorang guru
mengembangkan bahan ajar sendiri. Yang pertama, diperoleh bahan ajar yang sesuai
tuntutan kurikulum dan sesuai dengan kebutuhan belajar siswa. Kedua, pembelajaran
tidak lagi tergantung kepada buku teks yang terkadang sulit untuk diperoleh. Ketiga,
bahan ajar menjadi labih kaya karena dikembangkan dengan menggunakan berbagai
referensi. Keempat, khasanah pengetahuan dan pengalaman guru dalam menulis bahan
ajar bertambah. Kelima, komunikasi antara guru dan siswa menjadi lebih efektif
(Depdiknas, 2008).
Bahan ajar merupakan seperangkat materi/substansi pembelajaran (teaching
material) yang disusun secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang
akan dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran. Sebuah bahan ajar paling tidak
mencakup antara lain, petunjuk belajar (petunjuk siswa/guru, kompetensi yang akan
dicapai, konten atau isi materi pembelajaran, informasi pendukung, latihan-latihan,
petunjuk kerja (dapat berupa Lembar Kerja), evaluasi, respon atau balikan terhadap hasil
evaluasi. Keutuhan bahan ajar memungkinkan siswa untuk mempelajari suatu kompetensi
atau KD secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai
semua kompetensi secara utuh dan terpadu.
Berdasarkan teknologi yang digunakan, bahan ajar dapat dikelompokkan menjadi
empat kategori. Yang pertama, bahan cetak (printed) seperti handout, buku, modul,
lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, model/maket. Yang kedua,
bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio.
Yang ketiga, bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact disk, film.
Dan yang ke empat, bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material)
seperti CAI (Computer Assisted Instruction), compact disk (CD) multimedia
pembelajaran interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based learning materials).

2.2. Prinsip pengembangan bahan ajar


Pengembangan bahan ajar merupakan suatu proses yang kompleks, kreatif, aktif
dan berulang yang menganut metode atau model sistem desain instruksional tertentu.
Beberapa model desain instruksional yang banyak digunakan adalah model IDI, Dick &
Carey; Gagne, Briggs, & Wager; Kemp, Morrison, & Ross; Smith & Ragan; ASSURE,
dan ADDIE (Seels dan Glasgow, 1997; Reiser dan Dempsey, 2001). Apapun model yang
dipilih, terdapat prinsip dasar yang harus diikuti dalam pembuatan bahan ajar (desain
instruksional) secara umum yaitu bahwa desain instruksional (1) berorientasi kepada
siswa, (2) berorientasi kepada tujuan, (3) fokus kepada performa dunia nyata, (4) fokus
kepada hasil belajar yang dapat diukur dengan cara yang valid dan reliable, (5) bersifat
empiris, dan (6) pada umumnya merupakan produk kerja tim (Reiser dan Dempsey,
2001).

2.3. Modul dan e-modul


Dalam panduan pengembangan bajan ajar oleh Depdiknas (2008) dijelaskan bahwa
modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar
secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru. Pembelajaran dengan modul
memungkinkan seorang peserta didik yang memiliki kecepatan tinggi dalam belajar akan
lebih cepat menyelesaikan satu atau lebih KD dibandingkan dengan peserta didik lainnya.
Dengan demikian maka modul harus menggambarkan KD yang akan dicapai oleh peserta
didik, disajikan dengan menggunakan bahasa yang baik, menarik, dan dilengkapi dengan
ilustrasi.
E-modul adalah modul versi elektronik dimana akses dan penggunaannya
dilakukan melalui alat elektronik seperti komputer, laptop, tablet atau bahkan
smartphone. Text pada e-modul dapat dibuat menggunakan Microsoft Word. Tapi untuk
menampilkan media yang interaktif, e-modul harus dibuat menggunakan program e-book
khusus seperti Flipbook Maker, ibooks Author, Calibre, dan lain sebagainya. Kelebihan
e-modul dari bahan ajar cetak adalah bahwa e-modul lengkap dengan media interaktif
seperti video, audio, animasi dan fitur interaktif lain yang dapat dimainkan dan diputar
ulang oleh siswa saat menggunakan e-modul. E-modul dinilai bersifat innovatif karena
dapat menampilkan bahan ajar yang lengkap, menarik, interaktif, dan mengemban fungsi
kognitif yang bagus. Suasana dan Mahayukti (2013) menemukan bahwa e-modul dapat
meningkatkan keterampilan berpikir kritis pada siswa dan mendapatkan respon positif
dari siswa.
E-modul yang sudah jadi dapat disimpan dalam berbagai extension file sehingga
dapat diputar pada komputer dengan sistem operasi berbeda. Untuk komputer Windows,
e-modul disimpan dalam bentuk .exe. Untuk computer macintosh e-modul disimpan
dalam bentuk .app. Dan untuk web, e-modul disimpan dalam bentuk file.html.
Selanjutnya, e-modul dapat diputar pada komputer yang telah memiliki program-program
yang digunakan dalam mebuat media dalam e-modul itu. Jika e-modul memuat media
yang dibuat dengan Macromedia Flash, maka e-modul dapat diputar pada komputer yang
telah memiliki program Flash Player. Beruntungnya, program-program yang banyak
digunakan dalam membuat e-modul sudah terdapat gratis pada banyak komputer
windows.

2.4. TIK, Pembelajaran , Bahan ajar dan Media Pembelajaran


Produk TIK yang digunakan di sekolah dapat berupa TV, OHP/OHT, komputer, LCD
Infocus, laptop, tablet, website, e-learning dan lain sebagainya. Beberapa produk TIK
tersebut sudah terdapat di beberapa sekolah untuk digunakan guru dalam pembelajaran.
Bahkan, guru pada umumnya juga sudah mempunyai laptop pribadi, sedangkan beberapa
siswa sudah mempunyai laptop atau setidaknya komputer pribadi di rumah masing-
masing. Penggunaan laptop dan produk/layanan TIK lainnya dalam kegiatan mengajar
atau belajar bukanlah hal yang aneh dan susah lagi bagi guru maupun siswa, tapi malah
membantu tugas guru dan siswa tersebut. Oleh sebab itu TIK serta kemudahan yang
dibawanya harus dimanfaatkan sebaik mungkin di dalam pembelajaran.

3. Metodologi

3.1. Konteks
Pelatihan pembuatan bahan ajar berbasis TIK dalam bentuk e-modul diberikan kepada
guru-guru kimia dan biologi di kota Padang Panjang yang tergabung pada organisasi
MGMP Kimia dan MGMP Biologi. Melalui pelatihan ini diharapkan guru mempunyai
literasi TIK yang bagus sehingga dapat mengembangkan bahan ajar innovatif untuk
semua topik pelajaran yang dibutuhkan, khususnya dalam bentuk e-modul. Pelatihan
pengembangan e-modul diharapkan dapat memberikan keterampilan kepada guru untuk
membuat sendiri bahan ajar yang innovatif, menarik, interaktif, dan bisa mendukung
proses kognitif pada siswa sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013. Keterampilan yang
diperoleh guru diharapkan dapat berguna bagi guru dalam menunjang tugas
professionalnya dimasa yang akan datang.
3.2. Setting
Berdasarkan analisis situasi, permasalahan guru dan kajian teoritis yang telah
dikemukakan di atas, tim kami memutuskan bahwa pelatihan untuk meningkatkan
kemampuan guru dalam bidang TIK untuk membuat bahan ajar dalam bentuk e-modul
perlu diberikan kepada guru. Adapun materi dan pelatihan yang diberikan dalam kegiatan
ini adalah (1) karakteristik bahan ajar dan modul, (2) pendekatan saintifik, (3) e-modul
dan software, (4) visual dan video editing. Di akhir kegiatan, guru diharapkan dapat
mengumpulkan e-modul yang mengintegrasikan pendekatan saintifik, memuat visual,
video atau animasi yang membantu pemahaman konsep sesuai dengan prinsip
pengembangan bahan ajar.

3.3. Instrumen penilaian


Penilaian keberhasilan pelatihan yang kami berikan akan dilakukan kepada e-modul yang
dikumpulkan oleh guru, aktivitas guru selama pelatihan, serta persepsi guru terhadap e-
modul yang diperoleh menggunakan angket e-modul. Angket e-modul adalah angket
tertutup dengan tujuh pilihan jawaban yaitu STS, Sangat Tidak Setuju (1); TS, Tidak
Setuju (2); ATS, Agak Tidak Setuju (3); N, Netral (4); AS, Agak setuju (5); S, Setuju (6);
SS, Sangat Setuju (7). Angket ini berisi delapan item positif yang secara umum terkait
dengan design e-modul untuk pembelajaran, efisiensi penggunaan e-modul, dan minat
guru untuk menggunakan e-modul. Adapun kedelapan item tersebut adalah (1) e-modul
mempunyai tampilan yang menarik (attractive) (2) e-modul mempunyai fitur yang
interaktif untuk pembelajaran (3) e-modul mudah digunakan dalam pembelajaran (4) e-
modul mempermudah siswa belajar dimana saja (5) e-modul mempermudah siswa belajar
kapan saja (6) Saya suka dengan e-modul (7) Saya ingin menggunakan e-modul dalam
pembelajaran dan (8) Saya akan membuat e-modul saya sendiri.

4. Hasil dan Pembahasan


Kegiatan pelatihan pembuatan e-modul dilaksanakan selama tiga hari berturut-turut
kepada guru-guru anggota MGMP Kimia dan Biologi kota Padang Panjang. Pada hari
pertama kegiatan terdapat 25 orang guru kimia dan biologi yang hadir. Pada hari tersebut
materi pelatihan yang diberikan adalah pengenalan e-modul secara teoritis, editing visual
pembuatan dan editing video. Pada saat itu juga dilakukan instalasi software Kvisoft
Flipbook Maker dan uji coba awal pembuatan e-modul.
Pada hari kedua kegiatan, diberikan pelatihan pembuatan e-modul yang
berbasiskan pendekatan saintifik dan memuat semua komponen modul yang ditetapkan
oleh panduan pengembangan bahan ajar. Para guru sudah mulai membuat e-modul untuk
materi pilihan masing-masing. Jadi para guru telah mengetahui urutan materi dan
kegiatan, narasi/ teks, gambar atau video yang akan dimuat di dalam e-modul masing-
masing.
Pada kegiatan ini terlihat bahwa para guru sangat antusias dengan e-modul. Hal
ini terlihat dengan banyaknya pertanyaan yang diajukan, banyaknya bimbingan yang
dibutuhkan untuk membuat komponen e-modul. Gambar 1 menampilkan contoh e-modul
yang telah dibuat oleh guru peserta kegiatan pelatihan.

Gambar 1. Contoh e-modul yang dibuat guru (ganti dengan e-modul guru yaaaa pak)

Kegiatan hari kedua hanya dihadiri oleh 20 orang guru kimia dan biologi. Lima
orang guru lainnya tidak dapat menghadiri kegiatan karena alasan akademik di sekolah
masing-masing. Beruntungnya, 20 orang guru tersebut masih terus hadir pada hari ketiga
pelatihan yang berupa finalisasi e-modul yang telah dibuat. Dan kedua puluh orang
tersebut juga mengumpulkan e-modul yang telah dibuat. Ada e-modul yang lengkap
komponen dan materinya dan ada juga e-modul yang belum lengkap materi tapi telah
mencakup semua komponen modul yang disyaratkan. Hal ini membuktikan bahwa guru
sangat antusias membuat e-modul mereka dalam waktu tiga hari disela banyak kegiatan
mereka lainnya.

Pada hari ketiga kegiatan disebar angket e-modul untuk mendapatkan persepsi
guru tentang e-modul yang telah diperkenalkan dan dibuat. Tabel 1 menunjukkan hasil
analisis deskriptif angket yang diperoleh dari 20 orang guru peserta pelatihan. Dari
ketujuh pilihan jawaban yang diberikan, terlihat bahwa jawaban guru cenderung positif
yaitu berkisar antara sangat setuju, setuju dan agak setuju.

Tabel 1. Persentase respon guru terhadap item angket e-modul


Item Angket %AS %S %SS
E-modul mempunyai tampilan yang menarik (attractive) 0.00 42.86 57.14
E-modul mempunyai fitur yang interaktif untuk pembelajaran. 0.00 42.86 57.14
E-modul mudah digunakan dalam pembelajaran. 0.00 71.43 28.57
E-modul mempermudah siswa belajar dimana saja. 14.29 64.29 21.43
E-modul mempermudah siswa belajar kapan saja. 0.00 71.43 28.57
Saya suka dengan e-modul 0.00 57.14 42.86
Saya ingin menggunakan e-modul dalam pembelajaran 0.00 64.29 35.71
Saya akan membuat e-modul saya sendiri 14.29 57.14 28.57

Tabel 1 menunjukkan bahwa guru mempunyai persepsi bahwa e-modul


mempunyai design yang menarik dan efektif untuk pembelajaran. Guru juga terlihat
antusias untuk menggunakan e-modul atau membuat e-modul untuk pembelajaran
mereka. Hal ini juga dibuktikan dengan adanya permintaan pelatihan pembuatan e-modul
untuk guru-guru SMAN 2 Padang Panjang satu bulan setelah kegiatan selesai.

5. Kesimpulan
E-modul merupakan bahan ajar yang dapat dirancang guru dengan mempertimbangkan
siswa dan metoda mengajar pilihan guru. E-modul dinilai guru sebagai bahan ajar
interaktif karena dapat memuat teks, gambar, video/animasi, quiz interaktif dan fitur
interaktif lainnya yang dapat menarik perhatian siswa. E-modul juga dinilai efisien oleh
guru karena mudah digunakan siswa untuk belajar. Guru berminat untuk membuat dan
menggunakan e-modul dalam pembelajaran. Hal ini juga terlihat pada antusiasme guru
dalam mengikuti pelatihan dan menyelesaikan e-modul mereka dalam tiga hari kegiatan
yang telah dilakukan.

Referensi
Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Dirjen Manajemen
Pendidikan dasar dan Menengah.
Kemendiknas. 2010. Panduan Pengembangan Bahan Ajar Berbasis TIK. Jakarta: Dirjen
Manajemen Pendidikan dasar dan Menengah.
Kemendiknas. 2010. Pedoman Kegiatan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
(PKB) Dan Angka Kreditnya. Jakarta: Dirjen Manajemen Pendidikan dasar dan
Menengah.
Reiser, R. A., & Dempsey, J.V. (2011). Trends and Issues in Instructional Design and
Technology. Pearson.
Seel, B., & Glasgow, Z. (1997). Making Instructional Design Decisions, 2nd Edition.
Pittsburg, Pearson.
Suarsana I,M. & Mahayukti, G.A. (2013). Pengembangan E-Modul Berorientasi
Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis
Mahasiswa. Jurnal Pendidikan Indonesia, 2(2), 270-275.

Anda mungkin juga menyukai