Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

STRUKTUR PEMERINTAHAN MASA JEPANG


Mata kuliah : Sejarah Ketatanegaraan

Di Susun Oleh :

RIANTI A31119077
KELAS B

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

UNIVERSITAS TADULAKO

2021
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jepang adalah salah satu negara yang terletak di wilayah Asia Timur. Kepulauan Jepang
membentang pada 20° - 45° 33’ LU. Kepulauan Jepang memiliki luas wilayah sekitar
337.815 km². Jepang memiliki latar belakang sejarah yang cukup rumit. Sejarah Jepang
mempunyai kesinambungan antara satu peristiwa dengan peristiwa yang lain. Jepang
merupakan salah satu negara yang memiliki sejarah peperangan yang panjang, yang
kesemuanya saling berkaitan antara yang satu dengan yang lain walaupun berbeda kurun
waktunya.Bangsa Jepang mengalami sejarah yang panjang. Dalam sejarahnya Jepang
diwarnai dengan berbagai peperangan. Secara garis besar pembabakan sejarah Jepang dapat
dibagi menjadi 6 jaman, yaitu Jaman Purba, Jaman Awal Sejarah Jepang, Jaman Abad
Pertengahan, Jaman Peralihan, Jaman Kebangkitan Jepang, dan Jaman Baru. Pada tahun 1447
– 1467 Jepang mengalami peperangan yang disebut dengan Perang Onin. Perang Onin
melibatkan sebagian besar daimyo di Jepang. Setelah Perang Onin berakhir, Jepang dilanda
oleh pemberontakan-pemberontakan yang dilakukan oleh tuan tanah (daimyo). Para daimyo
saling berebut daerah untuk memperluas kekuasaanya. Pada saat itu, muncullah tiga orang
panglima perang yang berpengaruh dalam menyatukan Jepang yaitu, Oda Nobunaga,
Toyotomi Hideyoshi, dan Tokugawa Ieyasu.Masa penyatuan kembali ini disebut juga Jaman
peralihan. Oda Nobunaga mencoba untuk menyatukan seluruh Jepang dalam wilayah
kekuasaanya. Oda Nobunaga sendiri wafat sebelum berhasil menyatukan seluruh Jepang.
Setelah wafatnya Oda Nobunaga, pemerintahan diambil alih oleh Hideyoshi. Hideyoshi
berhasil menyingkirkan para pesaingnya untuk mengantikan posisi Oda Nobunaga.Hideyoshi
berhasil menyingkirkan anak-anak dari Nobunaga serta adiknya.3 Kemampuan Hideyoshi
sangat baik, dia berhasil melanjutkan misi Nobunaga untuk meyatukan seluruh Jepang, baik
itu dilakukan dengan peperangan maupun perdamaian. Hideyoshi merupakan pemimpin yang
mempunyai keinginan besar dalam menjunjung harga diri negaranya.Tujuan pertama
Hideyoshi adalah memastikan apa yang dicapainya dengan tindakan cepat dapat
dipertahankan dengan kekuatan. Di antara lawan-lawannya, lawan paling berbahaya adalah
Ieyasu. Hal ini dikarenakan bahwa Hideyoshi dan Tokugawa merupakan lawan yang sepadan
dan memiliki pengaruh yang sama besarnya sebagai para panglima perang kepercayaan
Nobunaga. Hideyoshi dan Ieyasu terlibat konflik singkat pada tahun 1584-1585, tetapi
memutuskan menghentikan konfrontasi itu sebelum keduanya hancur lebur, dan sejak itu
menjauh satu sama lain.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana peraturan-peraturan ketatanegaraan pada masa pendudukan Jepang ?
2. Bagaimana Bentuk-bentuk barisan militer yang dipersiapkan oleh Jepang ?
3. Bagaimana Bidang ekonomi pada masa pendudukan Jepang ?
BAB I
PEMBAHASAN

Sistem Pemerintahan Militer Pendudukan Jepang


Dengan penyerahan tanpa syarat oleh Letnan Jenderal Ter Poorten, Panglima Angkatan
Perang Hindia Belanda atas nama Angkatan Perang Serikat di Indonesia, kepada tentara
ekspedisi Jepang di bawah pimpinan Letnan Jenderal Hitoshi Imamura. Pada tanggal 8 Maret
1942, berakhirlah pemerintahan Hindia Belanda di Indonesia, dan dengan resmi ditegakkan
kekuatan Kemaharajaan Jepang. Indonesia memasuki suatu periode baru, yaitu periode
pendudukan militer Jepang. Berbeda dengan zaman Hindia Belanda di mana hanya terdapat
satu pemerintahan sipil, maka pada zaman Jepang terdapat tiga pemerintahan militer
pendudukan, yaitu: Pemerintahan militer Angkatan Darat (Tentara Keduapuluh lima) untuk
Sumatera dengan pusatnya di Bukittinggi, Pemerintahan militer Angkatan Darat untuk Jawa-
Madura dengan pusatnya di Jakarta, Pemerintahan militer Angkatan Laut (Armada Selatan
Kedua) untuk daerah yang meliputi Sulawesi, Kalimantan dan Maluku dengan pusatnya di
makassar.
Pendudukan Militer Jepang di Jawa sifatnya hanya sementara, yang sesuai dengan Osamu
Seirei No. 1 Pasal 1 yang dikeluarkan tanggal 7 Maret 1942 oleh Panglima tentara keenam
belas. Undang-Undang ini menjadi pokok dari peraturan-peraturan ketatanegaraan pada
masa pendudukan Jepang. Kekuasaan tertinggi yang sebelumnya di bawah kendali Jenderal
dipindahtangankan kepada panglima tentara Jepang di Jawa. Undang-Undang tersebut juga
mengisyaratkan bahwa pemerintahan pendudukan Jepang berkeinginan untuk terus
menggunakan aparat pemerintah sipil yang sebelumnya pro pada pemerintah Belanda beserta
para pegawainya. Hal ini diciptakan agar pemerintah terus berjalan dan kekacauan yang
dicegah, sedangkan pimpinan pusat tetap dikendalikan oleh tentara Jepang Undang-Undang
tersebut berisi di antaranya :
a) Pasal 1: Balatentara Nippon melangsungkan pemerintahan militer sementara waktu
di daerah-daerah yang telah ditempati agar bertempat mendatangkan
b) Pasal 2: Pembesar balatentara memegang kekuasaan pemerintahan yang tertinggi
dan segala kekuasaan yang dahulu berada di tangan Gubernur Jenderal Hindia
Belanda.
c) Pasal 3: Semua badan-badan pemerintah dan kekuasaan hukum dan undang- undang
dan pemerintah yang dahulu tetap sah untuk sementara waktu, asal saja tidak
bertentangan dengan aturan pemerintah militer.
d) Pasal 4: Bahwa balatentara Jepang akan menghormati kedudukan dan kekuasaan
pegawai-pegawai yang setia pada Jepang.
dapat disimpulkan bahwa pemerintah militer Jepang ingin terus menggunakan aparat
pemerintahan sipil yang lama beserta para pegawainya. Tindakan Jepang itu dimaksudkan
agar pemerintahan dapat berjalan terus dan kekacauan dapat dicegah. Bedanya hanyalah
bahwa pimpinan dipegang oleh tentara Jepang, baik di pusat maupun di daerah. Susunan
Pemerintahan Militer Jepang terdiri atas : Gunshireikan (panglima tentara), kemudian disebut
Saiko Shikikan (panglima tertinggi) merupakan pucuk pimpinannya; di bawah Saiko
Shikikan terdapat Gunseikan(kepala pemerintah militer) yang dirangkap oleh Kepala Staf
Tentara. Gunshireikan menetapkan peraturan yang dikeluarkan oleh Gunseikan, namanya
Osamu Kanrei. Peraturan-peraturan itu diumumkan dalam Kan Po (berita pemerintah).

Kebijakan Pemerintah Pendudukan Jepang


Setelah menduduki Indonesia Jepang mengambil berbagai kerbijakan. Kebijakan
Pemerintah Balatentara Jepang, meliputi berbagai bidang, diantaranya.
a) Bidang ekonomi

Perluasan areal persawahan. Setelah menduduki Indonesia, Jepang melihat bahwa


produksi beras tidak akan mampu memenuhi kebutuhan. Oleh karena itu, perlu
dilakukan perluasan areal persawahan guna meningkatkan produksi beras. Meskipun
demikian produksi pangan antara tahun 1941-1944 terus menurun.Pengawasan
terhadap produksi perkebunan dilakukan secara ketat. Jepang hanya mengizinkan dua
jenis tanaman perkebunan yaitu karet dan kina. Kedua jenis tanaman itu berhubungan
langsung dengan kepentingan perang. Sedangkan tembakau, teh, kopi harus
dihentikan penanamannya karena hanya berhubungan dengan kenikmatan. Padahal,
ketiga jenis tanaman itu sangat laku di pasaran dunia. Dengan demikian, kebijakan
pemerintah Jepang di bidang ekonomi sangat merugikan rakyat. Pengerahan sumber
daya ekonomi untuk kepentingan perang. Untuk menguasai hasil-hasil pertanian dan
kekayaan penduduk, Jepang selalu berdalih bahwa untuk kepentingan perang. Setiap
penduduk harus menyerahkan kekayaannya kepada pemerintah Jepang. Rakyat harus
menyerahkan barang-barang berharga (emas dan berlian), hewan, bahan makanan
kepada pemerintah Jepang. Untuk memperlancar usaha usahanya, Jepang membentuk
Jawa Hokokai.

b) Bidang pemerintahan

Pada dasarnya pemerintahan pendudukan Jepang adalah pemerintahan militer yang


sangat diktator. Untuk mengendalikan keadaan, pemerintahan dibagi menjadi
beberapa bagian. Jawa dan Madura diperintah oleh Tentara ke 16 dengan pusatnya di
Jakarta (dulu Batavia). Sumatera diperintah oleh Tentara ke 25 dengan pusatnya di
Bukittinggi (Sumbar). Sedangkan Indonesia bagian Timur diperintah oleh Tentara ke
2 (Angkatan Laut) dengan pusatnya di Makasar (Sulsel). Pemerintahan Angkatan
Darat disebut Gunseibu, dan pemerintahan Angkatan Laut disebut Minseibu. Untuk
mengawai dan menjalankan pemerintahan secara efektif merupakan tantangan yang
berat karena terbatasnya jumlah pegawai atau orang-orang yang dapat dipercaya
untuk memegang jabatan penting dalam pemerintahan. Untuk mengatasi kekurangan
jumlah pegawai, pemerintah Jepang dapat menempuh beberapa pilihan, di antaranya:
 Memanfaatkan orang-orang Belanda yang masih ada di Indonesia. Pilihan ini sangat
tidak mungkin karena Jepang sedang menanamkan sikap anti Belanda di kalangan
pen-duduk Indonesia.
 Menggunakan tenaga Timur Asing (Cina). Pilihan ini juga sangat berat karena Cina
dianggap sebagai lawan politik Jepang yang paling berbahaya untuk mewujudkan
cita-cita Jepang, yaitu membangun Asia Timur Raya.
 Memanfaatkan penduduk Indonesia. Pilihan ini dianggap yang paling realistik karena
sesuai dengan semboyan Jepang sebagai saudara tua yang ingin membebaskan
suadara mudanya dari belenggu penjajahan bangsa Eropa. Di samping itu, pemakaian
bangsa Indonesia sebagai dalih agar bangsa Indonesia benar-benar bersedia
membantu untuk memenangkan perang yang sedang dilakukan Jepang.

c) Bidang militer

Badan-badan militer yang dibuat Jepang semata-mata hanya karena kondisi


militer Jepang yang semakin terdesak dalam Perang Pasifik. Untuk itu, memasuki
tahun kedua pendudukannya, Jepang semakin intensif mendidik dan melatih pemuda-
pemuda Indonesia di bidang militer. Hal ini disebabkan karena situasi semakin
menyulitkan posisi Jepang. Situasi di atas membuat Jepang melakukan konsolidasi
kekuatan dengan
menghimpun kekuatan dari kalangan pemuda dan pelajar Indonesia sebagai tenaga
potensial yang akan diikutsertakan dalam pertempuran menghadapi Sekutu.
Bentuk-bentuk barisan militer yang dipersiapkan oleh Jepang

 9 Maret 1943 didirikan gerakan Seinendan (Barisan Pemuda). Tujuannya untuk


melatih dan mendidik para pemuda, agar mampu menjaga dan mempertahankan tanah
air dengan kekuatan sendiri
 Pembentukan Barisan Pelajar (Gokutai) untuk pelajar SD -SLTA
 Pembentukan barisan bantu polisi (Keibodan) dengan syarat yang lebih ringan dari
Seinendan, usia yang diprioritaskan ± 23-25 tahun. Untuk Keibodan ini ada keharusan
untuk setiap desa (ku) yang memiliki pemuda dengan usia tersebut dan berbadan sehat
wajib menjadi Keibodan. Sistem pengawasan Keibodan ini diserahkan pada polisi
Jepang
 Pembentukan barisan pembantu Prajurit Jepang (Heiho) bulan April 1943. Anggota
Heiho adalah pemuda berusia ± 18-25 tahun, dengan pendidikan terendah SD. Mereka
akan ditempatkan langsung pada angkatan perang Jepang (AL-AD).
 Pembentukan barisan semi militer khusus direkrut dari golongan Islam dengan nama :
Hizbullah (Tentara Allah) tokoh di antaranya adalah Otto Iskandinata dan Dr.
Buntaran Martoatmojo
 Pembentukan Pasukan Pembela Tanah Air (PETA) pada tanggal 3 Oktober 1943
didirikan oleh Letjen Kumakichi
 Pembentukan Jawa Hokokai. Memasuki tahun 1944 kondisi Jepang bertambah buruk.
Satu persatu wilayahnya berhasil dikuasai Sekutu, bahkan serangan langsung mulai
diarahkan ke negeri Jepang sendiri. Melihat kondisi tersebut pada tanggal 9
September 1944, PM Kaiso mendeklarasikan janji kemerdekaan untuk Indonesia di
kemudian hari. Janji ini semata-mata untuk memotivasi bangsa Indonesia agar tetap
setia membantu perjuangan militer Jepang dalam menghadapi Sekutu.

d) Di Bidang sosial

Salah satu kebijakan yang cukup penting dalam bidang sosial adalah pembagian
kelas masyarakat seperti pada zaman Belanda. Masyarakat hanya dibedakan menjadi
saudara tua (Jepang) dan saudara muda (Indonesia). Sedangkan penduduk Timur
asing, terutama Cina adalah golongan masyarakat yang sangat dicurigai karena di
negeri leluhurnya bangsa Cina telah mempersulit bangsa Jepang dalam mewujudkan
cita-citanya. Untuk mencapai tujuannya, Jepang mengeluarkan beberapa kebijakan di
bidang sosial, seperti :

a) Pembentukkan Rukun Tetangga (RT). Untuk mempermudah pengawasan dan


pengerahan penduduk, pemerintah Jepang membentuk Tanarigumi (RT). Pada waktu
itu, Jepang membutuhkan tenaga yang sangat besar jumlahnya untuk membuat
benteng-benteng pertahanan, lapangan pesawat terbang darurat, jalan, dan jembatan.
b) Romusha adalah pengerahan tenaga kerja secara paksa untuk membantu tugas-tugas
yang harus dilaksanakan oleh Jepang. Pada awalnya, romusha dilaksanakan dengan
sukarela, tetapi lama kelamaan dilaksanakan secara paksa. Bahkan, setiap desa
diwajibkan untuk menyediakan tenaga dalam jumlah tertentu. Hal itu dapat
dimaklumi karena daerah peperangan Jepang semakin luas. Para tenaga romusha
diperlakukan secara kasar oleh Balatentara Jepang. Mereka dipaksa untuk bekerja
berat tanpa mendapatkan makanan, minuman, dan jaminan kesehatan yang layak.
BAB II
PENUTUP
Kesimpulan
Pada tanggal 8 Maret 1942, berakhirlah pemerintahan Hindia Belanda di Indonesia,
dan dengan resmi ditegakkan kekuatan Kemaharajaan Jepang. Indonesia memasuki suatu
periode baru, yaitu periode pendudukan militer Jepang. Kekuasaan tertinggi yang
sebelumnya di bawah kendali Jenderal dipindahtangankan kepada panglima tentara Jepang di
Jawa. Undang-Undang tersebut juga mengisyaratkan bahwa pemerintahan pendudukan
Jepang berkeinginan untuk terus menggunakan aparat pemerintah sipil yang sebelumnya pro
pada pemerintah Belanda beserta para pegawainya. bahwa pemerintah militer Jepang ingin
terus menggunakan aparat pemerintahan sipil yang lama beserta para pegawainya. Tindakan
Jepang itu dimaksudkan agar pemerintahan dapat berjalan terus dan kekacauan dapat dicegah.
Bedanya hanyalah bahwa pimpinan dipegang oleh tentara Jepang, baik di pusat maupun di
daerah.
DAFTAR PUSTAKA
Fadli, M. R. and Kumalasari, D. (2019) ‘SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA
PADA MASA PENDUDUKAN’, pp. 189–205. doi: 10.17977/um020v13i22019p189.
Hendri F. Isnaeni dan Apid (2008) ‘PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA’, pp. 11–35.
Available at: http://repository.uinbanten.ac.id/191/4/BAB II.pdf.
LARASATI, C. Z. (2013) ‘KEBIJAKAN JEPANG SEMASA PENDUDUKANNYA DI
INDONESIA’, p. 21. Available at: http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20352129-MK-Clarissa
Zaskia Larasati.pdf.
P.N.K.M, D. E. (1942) ‘Pendudukan Jepang di Indonesia’, pp. 1–7. Available at:
http://eprints.dinus.ac.id/14415/1/[Materi]_pendudukan_jepang_di_indonesia.pdf.

Anda mungkin juga menyukai