Anda di halaman 1dari 10

KERUSUHAN MAHASISWA 1998

RIANTI
NIM : A 311 9077
Pendahuluan
Demonstrasi sering dipilih oleh orang yang tertindas untuk menyuarakan
aspirasi kepada pihak yang kuat.Masyarakat memiliki harapan besar pada
mahasiswa untuk berperan besar dalam mencapai kemajuan negara, menjadi
agents of change, memiliki kesiapan untuk meneruskan estafet kepemimpinan,
dituntut untuk selalu kritis dan peka terhadap segala permasalahan yang ada
disekitarnya. Salah satu cara yang digunakan oleh mahasiswa agar dapat
menjalankan perannya tersebut adalah berpartisipasi dalam gerakan sosial.Pada
tahun 1998 krisis ekonomi semakin melanda Indonesia, yang semakin mendorong
keinginan masyarakat untuk melakukan suatu perubahan. Sebenarnya krisis ini
bukan satu-satunya penyebab gerakan mahasiswa yang terjadi pada Mei 1998.
Pada tahun 1974 terjadi aksi penolakan mahasiswa terhadap investor asing yang
masuk ke negara ini, hingga kini kita menganal peristiwa tersebut dengan sebutan
Malari (Malapetaka 15 Januari). Namun, sejak adanya gerakan tersebut, arena
politik mahasiwa dipersempit sehingga ide mereka yang kritis tidak dapat
disalurkan, sehingga pada saat itu mahasiswa hanya memiliki kewajiban belajar
dan belajar tanpa perlu mengurusi keadaan politik yang semakin bergejolag. Jika
ada yang berani menentang, atau menyampaikan kritik mereka terhadap
pemerintahan maka orang tersebut akan berhadapan dengan angkatan bersenjata,
ditangkap atau di penjara. Pada masa pemerintahan Soeharto, praktek Korupsi,
Kolusi, dan Nepotisme merajalela di panggung politik yang hanya diisi oleh
keluarga pejabat politik itu sendiri, sehingga KKN dapat dilakukan secara bebas
dan berkelanjutan. Memang pada awal pemerintahannya, Soeharto mampu
membawa Indonesia mengalami surplus beras. Pembangunan ekonomi juga
meningkat namun yang menjadi masalah adalah tidak meratanya pembangunan
tersebut. Dalam kata lain, pejabat yang kaya akan semakin kaya dan yang miskin
akan semakin miskin. KKN yang dilakukan oleh pemerintah berdampak langsung
pada masyarakat yang tidak berdaya, ditandai dengan harga pangan yang naik
namun tidak disertai dengan kemampuan daya beli masyarakat. Nilai-nilai jawa
yang ditanamkan oleh Soeharto juga menciptakan patron-patron yang pada
akhirnya panggung politik Indonesia hanya menjadi arena suap-menyuap untuk
mendapatkan jabatan, bukan berdasarkan pilihan rakyat.
Penyebab Terjadinya Reformasi 98
Kemenangan Golkar atas pemilu tahun 1997 telah membawa presiden
Seharto kembali memimpin sebagai presiden selanjutnya. Golkar berhasil
memperoleh suara sejumlah 684.187.907 (74,5 persen). 2 Presiden Soeharto
sangat puas dengan hasil Pemilu tahun 1997. Hal ini diberitakan dalam surat
kabar Kompas, 30 Mei 1997 dengan judul berita Presiden Suharto Puas. Berikut
cuplikan beritanya : Usai menyaksikan hasil perolehan suara sementara dan
pelaksanaan pemungutan suara melalui layar monitor, Presiden Suharto merasa
puas. Kepala Negara meminta semua pihak terkait melanjutkan upaya perhitungan
suara. Hal itu harus dilakukan sesuai peraturan, serta tidak berlebihan. 3 Sebagian
masyarakat kecewa terhadap hasil Pemilu tahun 1997. Pada saat pengumuman
hasil Pemilu, sempat terjadi 1 adanya kerusuhan yaitu pembakaran gedung-gedung
pemerintah dan kantor-kantor Golkar serta penghancuran kotak suara di Madura.
Hal ini dilakukan oleh massa dari pendukung PPP yang kalah dalam pemilu
tersebut.4Kerusuhan-kerusuhan yang terjadi pada Pemilu1997 dikarenakan
masyarakat curiga akan adanya indikasi kecurangan dalam pelaksanaan Pemilu
tersebut. Kekecewaan masyarakat terhadap pemerintah di perparah lagi dengan
adanya pengumuman nama-nama kabinet, dimana terdapat nama-nama orang-
orang terdekat Soeharto seperti Siti Hardiyanti Hastuti Rukmana dan juga
Mohammad Hasan yang menjadi menteri pada kabinet baru tersebut. Masyarakat
sangat kesal terhadap pemerintah saat itu. pemerintah telah mengambil langkah
dengan mengundang IMF untuk membantu mengatasi krisis moneter yang terjadi
Indonesia. Pada saat itu, Indonesia berharap besar pada bantuan IMF untuk
mengatasi krisis moneter yang saat itu terjadi. Melemahnya nilai rupiah tersebut
menyebabkansemakin banyaknya perusahaan gulung tikar dan mengakibatkan
terjadinya PHK besar-besaran. Menurut laporan bidang ketenagakerjaan, krisis
moneter memiliki dampak terhadap meningkatnya jumlah pengangguran di
Indonesia masa itu. Kebijakan pemerintah dalam menaikkan harga.
BBM ternyata menuai beragam reaksi baik dari anggota DPR, mahasiswa,
maupun masyarakat. Anggota DPR menolak adanya kenaikan harga BBM
tersebut. Penolakan anggota DPR ini dimuat dalam surat kabar Kompas tanggal 5
Mei 1998. Inti dari beritanya ialah bahwa, anggota DPR tetap menolak keputusan
pemerintah dalam menaikkan harga BBM dan tariff dasar listrik. Keputusan
pemerintah dalam menaikkan harga BBM dan tarif dasar listrik tersebut dinilai
secara sepihak dan mengabaikkan fungsi serta peran DPR. Selain anggota DPR,
mahasiswa juga turut serta menolak adanya kebijakan pemerintah tersebut. Reaksi
mahasiswa atas kenaikan harga BBM diwujudkan dalam bentuk aksi keprihatinan.
1
¹ Anni Nur Baity dan Agus Satmoko Adi, Persepsi Aktivis Mahasiswa 1998 tentang Demonstrasi Tahun 1998 dalam
Rangka Menurunkan Soeharto, (Surabaya : Kajian Moral dan Kewarganegaraan 2016),hlm 1675-1679

² Devi febriyanti dan Aminuddin kasdi, signifikansi surat kabar Kompas dalam pemberitaan peristiwa reformasi 98,
( Surabaya : journal pendidikan sejarah,2016 ).hlm 3 - 4
Demonstrasi Mei 1998
Pada Mei tahun 1998 di Indonesia terjadi demonstrasi secara besar-besaran
yang dilakukan oleh seluruh mahasiswa di Indonesia untuk menyuarakan
pendapatnya di muka umum yang berkumpul menjadi satu di gedung Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR). Ada dua yang berpendapat bahwa latar belakang
terjadinya demonstrasi tersebut adalah yang pertama karena ada rasa kemuakan
para mahasiswa terhadap pemerintahan Soeharto karena pada masa
kepemimpinan Soeharto terdapat penyalahgunaan kekuasaan yang telah
dikerjakaannya, yang merugikan negara karena ulahnya, sehingga mahasiswa
sangatlah muak dengan apa yang telah dilakukan oleh Soeharto. suara rakyat
dibungkam. Tidak boleh untuk menyuarakan pendapat di muka umum. Yang
kedua adalah pada bulan Mei 1998 juga menjadi puncak kekesalan pada waktu
tersebut karena pemerintah pada saat itu mengumumkan kenaikan hargaBahan
Bakar Minyak (BBM) dan juga naiknya harga angkot beserta krisis moneter yang
mengakibatkan sembako mahal. Penyalahgunaan kekuasaan yang dilakukan oleh
Soeharto adalah yang memicu latar belakang terjadinya aksi demonstrasi pada
Mei 1998. Hal ini dikemukakanoleh Fianul Fata persepsinya mengenai latar
belakang terjadinya aksi demonstrasi Mei 1998:
“Jadi sebenarnya pada tahun tersebut adalah puncak mahasiswa tidak senang oleh
kepimimpinan soeharto. Karena pengekangan demokrasi dirasakan sebagai bentuk
penindasan. Penyalahgunaan kekuasaan yang telah Soeharto lakukan juga
membuat rakyat semakin geram akan apa yang telah Soeharto lakukan kepada
negara Indonesia tercinta ini mbak. Soeharto sangatlah otoriter dalam memimpin
Indonesia, KKN juga hal yang sangat buruk dilakukannya Soeharto dalam
memimpin Indonesia. tindak korupsi yang dilakukan Soeharto sudah banyak
merugikan negara Indonesia, dan kolusi di pemerintahan sangatlah tercium oleh
rakyat, karena keluarganya sendiri yang diangkat menjadi pemerintah. Rakyat
semakin pintar berfikir andai negeri ini tidak dikuasi oleh sekelompok Soeharto
akan jauh lebih tertib dan maju dibandingkan saat ini. Lalu ada kebebasaan
pendapat yang dijaga bukan dipenjara, sehingga kami para mahasiswa mau
berubah dan berbeda dari pemerintahan sebelumnya. Setelah sekian lama itu
menyembunyikan sebenarnya dari dulu menginginkan soeharto lengser tapi ada
rasa ketakutan dan belum terkumpul dengan baik. Maka pada tahun 1998
merupakan puncak momentum pada tahun tersebut semua lini bergerak yang
dipelopori oleh mahasiswa, mahasisswa ingin merubah suasana yang dirasakan
untuk lebih baik. Dengan cara menggulingkan Soeharto dari jabatan
kepresidenan.Berdasarkan wawancara di atas menunjukkan bahwa
penyalahgunaan kekuasaan yang telah dilakukan oleh Soeharto yang memicu aksi
demonstrasi pada Mei 1998. Mahasiswa geram dengan pemerintahan Soeharto,
karena Soeharto memimpin Indonesia ini dengan cara otoriter, suara rakyat
dibungkam, apabila ada suara yang tidak sesuai dengan Soeharto maka akan
dipenjara. Tindak pidana Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme juga hal yang memicu
melatar belakangi terjadinya aksi demonstrasi pada Mei 1998 secara besar-
besaran. Hal ini juga dipertegas oleh M. Rofiki persepsinya mengenai latar
belakang terjadinya aksi demonstrasi 1998 :
latar belakang demonstrasi 1998 adalah kekesalan yang sudah dirasakan oleh
masyarakat terutama mahasiswa terhadap pemerintahan Soeharto yang selalu
melakukan korupsi, kolusi, nepotisme serta yang selalu memikirkan keluarga
cendana tanpa memikirkan rakyatnya, padahal pada waktu tersebut sedang terjadi
krisis moneter dan juga kami para mahasiswa merasa bahwa Soeharto sudah
sangat lama menjadi presiden selama 32 tahun yang pada akhirnya Soeharto selalu
merasa kekuasaanya diatas segalanya, berpendapat di muka umum dilarang, oleh
karena itu kami para mahasiswa memberanikan diri untuk demonstrasi secara
besar-besaran.Berdasarkan wawancara di atas menunjukkan bahwa yang melatar
belakangi aksi demonstrasi adalah penyalahgunaan Soeharto yang Korupsi,
Kolusi, dan Nepotisme. Mengutamakan keluarga cendana bukan rakyatnya. Oleh
karena itu mahasiswa memutuskan untuk melakukan aksi demonstrasi secara
besar-besaran. Krisis moneter yang terjadi pada akhir tahun 1997 sampai tahun
1998 juga tak kunjung selesai yang mengakibatkan harga sembako menjadi
mahal, sehingga rakyat kelaparan.
Kota Surakarta Tahun 1965-1998
Konflik kerusuhan Mei 1998 tidak terlepas dari era pemerintahan orde
baru. Pergantian tonggak kepemimpinan dari Presiden Soekarno ke Presiden
Soeharto membawa pada perubahan sosial-ekonomi masyarakat. Diawal
pemerintahan Presiden Soeharto, ia menghadapi hutang luar negeri sebesar $2.400
juta, laju inflasi yang mencapai 20-30%, kondisi infrastruktur yang berantakan,
kapasitas produksi sektor industri dan ekspor yang menurun, penarikan pajak
yang macet, hingga kenaikan bahan-bahan pokok yang drastis. Runtuhnya
perekonomian Indonesia membawa jumlah penduduk miskin meningkat
drastis.Hingga periode ketiga pemerintahan Presiden Soeharto, sepertiga jenis
pekerjaan masyarakat Kota Surakarta tercatat sebagai buruh, baik buruh industri
maupun buruh bangunan. Jumlah buruh industri dan bangunan mendominasi
jumalah angkatan kerja sebesar 85.279 orang atau 30.45% di tahun 1976, angka
ini terus meningkat hingga tahun 1996 menjadi 142.024 atau 37.79%. jumlah
angka tersebut bisa saja naik jika melihat banyaknya oenduduk yang berada pada
kelompok lain-lain. Jumlah kelompok pekerja lain-lain menjadi mayoritas, tahun
1976 tercatat berjumlah 139.972 orang atau sama dengan 50.28%, tahun 1986
mengalami penurunan drastis menjadi 131.768 atau 39.52%, tahun 1986
mengalami kenaikan kembali menjadi 140.024 atau merangkak hingga 37.79%.
mereka yang termasuk dalam kelompok pekerja lain-lain merupakan orang yang
sementara tidak bekerja ataupun orang yang sedang mencari pekerjaaan (BPS
Kota Surakarta, 1986).Dari segi politik, kondisi politik Kota Surakarta tidak jauh
berbeda dengan daerah-daerah lain di Indonesia. Kondisi politik di Kota Surakarta
mengalami pasang surut setelah pergantian kepemimpinan. Mengacu kepada hasil
pemilu tahun 1955 di Kota Surakarta mengeluarkan Partai Nasional Indonesia
(PNI), Partai Komunis Indonesia (PKI), Masyumi dan Nahdatul Ulama (NU)
sebagai partai politik yang memiliki kekuatan yang dominan. Pada pemilu tahun
1955 di Surakarta PKI menjadi partai dengan jumlah perolehan suara yang
terbesar. PKI memperoleh 70.808 suara atau setara dengan 57.26%. tempat kedua
diraih oleh PNI dengan jumlah suara 37.144 suara atau 30%. Masyumi
memperoleh 13.733 suara atau 11.10%. sedangkan NU menjadi partai dengan
perolehan suara terkecil sebesar 1.998 suara atau 1.61%. PKI berhasil
memenangkan pemungutan suara di seluruh wilayah kecamatan di Kota Surakarta
(Mulyadi dan Sudarmono, 1999).Memasuki tahun 1980, Kota Surakarta tidak
luput dari konflik antar masyarakat. Peristiwa 19 November 1980 yang
diakibatkan berjalan selama dua hari. Akar masalah konflik ini bermula oleh
kejadian tabrakan lalu-lintas di jalan sekitar Warung Pelem pada 19 November
1980, antara pipit (Jawa) pelajar Sekolah Guru Olahraga (korban) dan kicak,
seorang pemuda Tionghoa. Kemudian disusul dengan pemukulan pipit oleh kicak.
Peristiwa ini dengan berkembang cepat menjadi kerusuhan massal di Kota
Surakarta terutama yang terdapat pertokoan milik orang-orang Tionghoa. Selain
merusak dan membakar toko-toko, massa juga melakukan aksi penjarahan.Selama
masa pemerintahan orde baru, pemerintah terus mencoba untuk meredam
pergerakan mahasiswa dan pemuda di Surakarta. Dimulai dari dibuatnya KNPI
sebagai wadah bagi organisasi kemahasiswaan dan pemuda. Ditingkat bawah
pemerintah membubarkan organisasi-organisasi seperti DEMA yang memiliki
konsep sebagai student government. Keberadaan KNPI sebenarnya mampu
menampung seluruh aspirasi mahasiswa. Hanya saja kepemimpinan KNPI diisi
oleh orang-orang yang berasa dari partai Golkar. Sehingga kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan KNPI terkadang tidak mencerminkan organisasi mahasiswa dan
pemuda Menjelang akhir tahun 70an hanya sedikit mahasiswa yang mau
bergabung dalam aktivitas gerakan-gerakan melawan resistensi negara. 2
2
Anni Nur Baity dan Agus Satmoko Adi, Persepsi Aktivis Mahasiswa 1998 tentang Demonstrasi
Tahun 1998 dalam Rangka Menurunkan Soeharto, (Surabaya : Kajian Moral dan
Kewarganegaraan 2016),hlm 1675-1679

Lydiana Salim dan Akhmad Ramdhon, Dinamika konflik kerusuhan mei 1998 dikota Surakarta,
(Surakarta : Journal of Development and Social Change 2020), hlm 62 – 63
Kondisi Jambi masa reformasi 1998
Turunnya Soeharto dari jabatan presiden tidak menghentikan perjuangan
mahasiswa, karena target mahasiswa adalah reformasi total. Sedangkan turunnya
Soeharto merupakan komponen dalam tuntutan unjukrasa yang selalu dilakukan
mahasiswa di Indonesia. Mahasiswa Jambi tetap akan mengawal reformasi di
segala bidang baik dalam skala nasional maupun lokal, namun yang terutama di
Jambi. Mahasiswa menuntut pemerintah Jambi dapat merealisasikan tuntutan-
tuntutan yang telah berkali-kali disampaikan mahasiswa dalam unjukrasa.
Tuntutan mahasiswa yang menguat setelah turunnya Soeharto adalah tentang
penghapusan tempat perjudian. Bahkan mahasiswa Unja sampai menduduki
kantor Gubernur untuk menunjukkan keseriusan mahasiswa mengenai masalah
perjudian di kota Jambi. Mahasiswa menuntut kesungguhan pejabat terkait dalam
memusnahkan bisnis haram di daerah Jambi dengan cara membakar peralatan judi
yang masih disimpan pengelola. Selain meminta pemusnahan peralatan judi,
mahasiswa Unja yang menduduki kantor Gubernur juga melontarkan isu-isu
pedas tentang KKN. Bahkan isu yang menyangkut nepotisme di lingkungan
keluarga gubernur. Mengenai tuntutan mahasiswa untuk memusnahkan peralatan
judi, Gubernur dan Kapolda sepakat dengan mahasiswa namun tetap harus
mengacu pada aturan-aturan yang berlaku. Menurut mahasiswa, keberadaan bisnis
hitam di Jambi tidak lepas dari keterlibatan ABRI sebagai backingnya. Sehingga
sangat sulit untuk menyelidiki kegiatan perjudian tersebut, karena operasi
pemberantasn akan “bocor” dan pengolal tempat perjudian lebih dulu
bersembunyi.56 Meskipun sudah 38 mesin judi yang terdiri dari 30 mesin mickey
mouse dan 8 mesin jackpot dibakar ditengah lapangan kantor Gubernur, namun
mahasiswa Unja tidak beranjak. Mahasiswa Unja bertekad akan terus bertahan di
kantor Gubernur Jambi sampai tuntutannya dipenuhi, yaitu membakar 500 mesin
judi. Ditengah aksi mahasiswa menduduki kantor Gubernur, mahasiswa Unja
yang sudah dua hari menduduki kantor Gubernur secara tiba-tiba diserang oleh
sekelompok orang yang memakai ikat kepala putih dan tidak dikenal. Tidak hanya
mahasiswa Unja, mahasiswa IAIN juga menduduki gedung DPRD Tk I Jambi.
Kedatangan mahasiswa IAIN disertai juga oleh Rektor dan beberapa dosen.
Begitu memasuki gedung DPRD Tk I, mereka langsung membentangkan spanduk
di pintu masuk yang bertuliskan “Bumi Hanguskan Jackpot Sebagai Bukti
Kebersihan Hati Nurani Pemerintah. serta menggelar mimbar bebas. Menurut
Ketua MUI Jambi yang juga sebagai Rektor IAIN, aksi yang dilakukan
mahasiswa merupakan gerakan moral yang harus mendapat perhatian, agar
praktik perjudian dihapuskan dari daerah Jambi.58 Dalam memperjuangkan
pemusnahan jackpot dan prostitusi, harus di laksanakan hingga tuntas karena
tuntutan tersebut demi perbaikan moral. Aksi pendudukan kantor Gubernur yang
dilakukan mahasiswa Unja akhirnya bubar setelah Kabag Kemahasiswaan Unja
mendapatkan teror melalui telepon yang mengaku dari preman. Penelepon
mengancam akan membakar rumah Masturo jika mahasiswa Unja tidak
meninggalkan kantor Gubernur. Setelah mendapat informasi adanya
pengancaman, Rektor Unja mengultimatum mahasiswanya untuk meninggalkan
kantor Gubernur.
Mundurnya Presiden Soeharto.
Mundurnya Presiden Soeharto sepertinya belum memuaskan tuntutan
mahasiswa. Meskipun setelah mendengar pidato Presiden mereka bergembira,
akan tetapi hal tersebut tidak berlangsung lama. Banyak pihak yang tetap
menuntut pengunduran diri Soeharto tersebut melalui Sidang Istimewa. Dengan
adanya sidang tersebut, Presiden Soeharto akan dimintai pertanggungjawaban
selama memimpin Indonesia. Banyak pula yang menilai bahwa Proses mundurnya
Presiden Soeharto tersebut merupakan inkonstitusional. Prof. Dr. Dimyati
Hartono, S.H. dan juga Prof. Dr. Loebby Loqman, S.H berpendapat bahwa, proses
pengunduran diri Presiden dan kemudian digantikan oleh B.J. Habibie merupakan
suatu penyimpangan. Mereka berlandaskan pasal 9 UUD 1945. Dalam pasal ini
dijelaskan bahwa sebelum memangku jabatan, Presiden dan Wakil Presiden telah
bersumpah menurut agama, atau berjanji sungguh-sungguh di hadapan MPR atau
DPR. Seharusnya Presiden Soeharto mengembalikan mandatnya terlebih dahulu
kepada MPR, mengingat bahwa MPR merupakan lembaga tertinggi negara dan
yang memberi mandat kepada Presiden. Peristiwa yang terjadi saat itu adalah
ketika Presiden Soeharto mundur, langsung menyerahkan jabatannya kepada B.J.
Habibie. Prof. Dr. M. Dimyati Hartono, S.H. berpendapat bahwa sebenarnya
terdapat kepentingan politik yang disembunyikan dengan adanya pengunduran
diri Presiden yang demikian. Kepentingan politik tersebut ialah kewajiban
konstitusional yang harus dilakukan oleh Presiden Soeharto untuk memberi
pertanggung jawaban selama pemerintahannya. secara tidak langsung
menunjukkan bahwa, pengunduran diri Presiden Soeharto yang kemudian
digantikan oleh wakilnya adalah sah dan konstitusional. Mengenai pertanggung
jawaban Presiden Soeharto dirasa tidak tepat. Saat itu Presiden Soeharto belum
menuntaskan masa kepemimpinannya untuk periode 1998-2003. Soeharto baru
memerintah pada periode tersebut selama kurang lebih dua bulan dan langsung
digantikan oleh wakilnya yaitu B.J. Habibie. Pemberitaan terakhir peristiwa
penyerahan jabatan dari Presiden kepada wakilnya tersebut terjadi begitu cepat3

3
Aksi mahasiswa menuntut reformasi 1998,2021, ibid,hlm 49-50 https://repository.unja.ac.id
›PDF

⁴Aksi mahasiswa menuntut reformasi 1998,2021,ibid,hlm 51

Devi febriyanti dan Aminuddin kasdi, signifikansi surat kabar Kompas dalam pemberitaan peristiwa
reformasi 98, ( Surabaya : journal pendidikan sejarah,2016 ).hlm 3

PENUTUP
Kesimpulan

Pada saat pengumuman hasil Pemilu, sempat terjadi adanya kerusuhan yaitu
pembakaran gedung-gedung pemerintah dan kantor-kantor Golkar serta
penghancuran kotak suara di Madura. Hal ini dilakukan oleh massa dari
pendukung PPP yang kalah dalam pemilu tersebut.Kerusuhan-kerusuhan yang
terjadi pada Pemilu1997 dikarenakan masyarakat curiga akan adanya indikasi
kecurangan dalam pelaksanaan Pemilu dan mengenai latar belakang terjadinya
aksi demonstrasi 1998 adalah kekesalan yang sudah dirasakan oleh masyarakat
terutama mahasiswa terhadap pemerintahan Soeharto yang selalu melakukan
korupsi, kolusi, nepotisme serta yang selalu memikirkan keluarga cendana tanpa
memikirkan rakyatnya, padahal pada waktu tersebut sedang terjadi krisis moneter
dan juga kami para mahasiswa merasa bahwa Soeharto sudah sangat lama menjadi
presiden selama 32 tahun yang pada akhirnya Soeharto selalu merasa kekuasaanya
diatas segalanya.
Mahasiswa bertekad akan terus bertahan di kantor Gubernur sampai
tuntutannya dipenuhi, yaitu membakar 500 mesin judi. Ditengah aksi mahasiswa
menduduki kantor Gubernur, mahasiswa Unja yang sudah dua hari menduduki
kantor Gubernur secara tiba-tiba diserang oleh sekelompok orang yang memakai
ikat kepala putih dan tidak dikenal. Dalam memperjuangkan pemusnahan jackpot
dan prostitusi, harus di laksanakan hingga tuntas karena tuntutan tersebut demi
perbaikan moral. Aksi pendudukan kantor Gubernur yang dilakukan mahasiswa
akhirnya bubar setelah Kabag Kemahasiswaan mendapatkan teror melalui telepon
yang mengaku dari preman. Penelepon mengancam akan membakar rumah
Masturo jika mahasiswa tidak meninggalkan kantor Gubernur. Dan ketika
Presiden Soeharto mundur, langsung menyerahkan jabatannya kepada B.J.
Habibie. Prof. Dr. M. Dimyati Hartono, S.H. berpendapat bahwa sebenarnya
terdapat kepentingan politik yang disembunyikan Kepentingan politik tersebut
ialah kewajiban konstitusional yang harus dilakukan oleh Presiden Soeharto untuk
memberi pertanggung jawaban selama pemerintahannya.

DAFTAR PUSTAKA

Baity, A. N. and Adi, A. S. (1998) ‘PERSEPSI AKTIVIS MAHASISWA 1998


TENTANG DEMONSTRASI TAHUN 1998 DALAM RANGKA
MENURUNKAN SOEHARTO’, Kajian Moral dan Kewarganegaraan,
1204025400, pp. 1675–1690.
Febriyanti, D., Sejarah, J. P. and Ilmu, F. (2016) ‘SIGNIFIKANSI SURAT
KABAR KOMPAS DALAM PEMBERITAAN PERISTIWA REFORMASI 98’,
Journal Pendidikan Sejarah, 4(3), pp. 1156–1170.
AKSI MAHASISWA MENUNTUT REFORMASI 1998’ (1998), pp. 22–53.
Available at: https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://repository.unja.ac.id/14748/7/7.%2520BAB
%2520III.pdf&ved=2ahUKEwjIjqOxp_jwAhWReX0KHbIiBTAQFjALegQIFhA
C&usg=AOvVaw3yx_7fOL2BTk6eSgJhSPb5&cshid=1622615138104.
Lydiana Salim, A. R. (2020) ‘DINAMIKA KONFLIK KERUSUHAN MEI 1998
DI KOTA SURAKARTA MELALUI PERSPEKTIF KORBAN’, Journal of
Development and Social Change, 3(1), pp. 58–71.

Anda mungkin juga menyukai