Anda di halaman 1dari 12

MODUL

TRANSFORMASI
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Geometri Transformasi
Dosen Pembimbing: Nunu Nurhayati, M.Pd.

Disusun oleh :

Eagar Marantika Megawanto 2013161003

Khusnul Khanifah Kalana 2014161014

Nani 2014161018

Robiyana 2014161028

UNIVERSITAS KUNINGAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
Maret 2016
PENDAHULUAN

Geometri Euclides bidang yaitu sebuah himpunan unsur-unsur tak


terdefinisikannya dinamakan titik. Bidang ini dinamakan bidang Euclides, apabila
pada himpunan titik-titik ini kita berlakukan suatu struktur geometri yang terbagi
atas unsur-unsur tak terdefinisi, macam-macam axoioma, definisi- definisi dan
teorema- teorema.
1. Sistem axioma insidensi:
a. Sebuah garis adalah himpunan titik yang kosong dan mengandung
paling sedikit 2 titik.
b. Kalau ada 2 titik maka ada tepat sebuah garis yang memuat dua titik
tersebut.
c. Ada 3 titik yang tidak semua terletak pada satu garis.
2. Sistem axioma urutan yang mengatur konsep urutan tiga titik pada sebuah
garis, konsep setengah garis (sinar), konsep ruas garis.
3. Sistem axioma kekongruenan yang mengatur kekongruenan dua ruas garis,
kekongruenan dua segitga dan sebagainya.
4. Axioma kekontinuan (atau Axioma Archimedes) yang mengatakan bahwa
apabila a dan b dua bilangan real positif dengan a < b maka ada bilangan
asli n sehingga na > b.
5. Axioma kesejajaran Euclides yang menyatakan bahwa apabila ada dua ruas
garis a dan b yang sejajar dan dipotong garis ke tiga C dititik A  a dan
titik B  b sehingga jumlah besarnya dua sudut dalam sepihak di A dan B
o
kurang dari 180 maka a dan b akan berpotongan pada bagian bidang
yang terbagi oleh garis c yang memuat kedua sudut dalam sepihak.
TRANSFORMASI

Suatu transformasi pada suatu bidang V adalah suatu fungsi yang bijektif
dengan daerah asalnya V dan daerah nilainya V juga. Fungsi yang bijektif adalah
sebuah fungsi yang bersifat :
1. Surjektif
Surjektif artinya bahwa pada tiap titik B  V ada prapeta. Jadi kalau T
suatu transformasi maka ada A  V sehingga B = T (A). B dinamakan peta
dari A oleh T dan A dinamakan prapeta dari B.
2. Injektif
Injektif artinya kalau A1 ≠ A2 dan T (A1) = B1, T (A2) = B2 maka B1 ≠ B2,
ungkapan ini setara dengan ungkapan sebagai berikut :
Kalau T (P1) = Q1 dan T (P2) = Q2 sedangkan Q1 = Q2 maka P1 = P2.

Pada contoh-contoh di bawah ini kita beranggapan bahwa V adalah sebuah


bidang Euclides, artinya pada himpunan titik-titik V diberlakukan sistem axioma
Euclides.
Contoh 1 :
Andaikan A V ada perpetaan (padanan) T dengan daerah asal V dan daerah
nilai juga V.
Jadi T : V → V yang didefenisikan sebagai berikut :
(1) T (A) = A
(2) Apabila P ≠ A, maka T (P) = Q dengan Q titik tengah garis . Selidiki
apakah padanan T tersebut suatu transformasi.
Jawab :

A R
S = T (R)
Q = T (P)

P
Jelas bahwa A memiliki peta, yaitu A sendiri
Ambil sebarang titik R ≠ A pada V. Oleh karena V bidang Euclides, maka ada
´ sehingga ada tepat satu
satu garis yang melalui A dan R, jadi ada satu ruas garis AR
titik S dengan S antara A dan R, sehingga AS = SR.
Ini berarti untuk setiap X  Y ada suatu Y dengan Y = T (X) yang memenuhi
persyaratan (2). Jadi daerah asal T adalah V.
1) Apakah T Surjektif, atau apakah daerah nilai T juga V?
Untuk menyelidiki ini cukuplah dipertanyakan apakah setiap titik di V memiliki prapeta.
Jadi apabila Y V apakah ada X  V yang bersifat bahwa T (X) = Y ? Menurut ketentuan
pertama, kalau Y = A prapetanya adalah A sendiri, sebab T (A) = A

Y = T (X)

A X

Apabila Y ≠ A, maka oleh karena V suatu bidang Euclides, ada X tunggal dengan
X  AY
´ sehingga AY
´ = AY
´ yang merupakan satu-satunya titik tengah. Jadi
Jadi Y adalah titik tengah tengah AX
Y = T (X).
Ini berarti bahwa X adalah prapeta dari titik Y. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa setiap titik pada V memiliki prapeta. Jadi T adalah suatu padanan yang
surjektif.
2) Apakah T Injektif itu?
Untuk menyelidiki ini ambillah dua titik P ≠ A, Q ≠ A dan P ≠ Q. P, Q, A tidak
segaris (kolinear). Kita akan menyelidiki kedudukan T (P) dan T (Q)
A

T (Q)

T (P)

P Q
Andaikan T (P) = T (Q)
Oleh karena itu T (P)  AP
´ dan T (Q)  AQ
´ maka dalam hal ini AP
´ dan AQ
´
´ dan
memiliki dua titik sekutu yaitu A dan T (P) = T (Q). Ini berarti bahwa garis AP
´ berimpit, sehingga mengakibatkan bahwa Q  AP
AQ ´ . Ini berlawanan dengan
pemisalan bahwa A, P, Q tidak segaris.
Jadi pengandaian bahwa T (P) = T (Q) tidak benar sehingga haruslah T (P)  T (Q)

Dari uraian di atas tampak bahwa padanan T itu injektif dan surjektif, sehingga T

adalah padanan yang bijektif. Dengan demikian terbukti T suatu transformasi dari

V ke V. ditulis T : V → V.

Contoh 2 :

Pilihlah pada bidang Euclides V suatu sistem Koordinat Ortogonal. T adalah

padanan yang mengkaitkan setiap titik P dengan titik P’ yang letaknya satu satuan

dari P dengan arah sumbu X yang positif. Selidiki apakah T suatu transformasi?

Jawab :
Y

P P1

Q X

Kalau P = (x, y) maka T (P) = P’ dan P’ = (x + 1, y). Jelas daerah asal T adalah
seluruh bidang V. Kita harus menyelidiki lagi dua hal, yaitu :
1) Apakah T surjektif?
2) Apakah T injektif?
Jika A (x, y), pertanyaan yang harus di jawab ialah apakah A memiliki prapeta
oleh T?
Andaikan B = (x’, y’)
1) Kalau B ini prapeta titik A (x’, y’) maka haruslah berlaku T (B) = (x’ + 1, y’).
Jadi x’ + 1 = x, y’ = y.
x' =x −1
Atau { y'= y
Jelas T (x - 1, y) = (( x – 1) + 1, y) = (x, y). Oleh karena x’, y’ selalu ada, untuk
segala nilai x, y maka B selalu ada sehingga T (B) = A. Karena A sebarang, maka
setiap titik di V prapeta yang berarti bahwa T surjektif.
2) Andaikan P ( x1, y1) dan Q (x2, y2) dengan P ≠ Q. Apakah T (P) ≠ T (Q) ?
Di sini T (P) = (x1 + 1, y1) dan T (Q) = (x1 + 1, y2). Kalau T(P) = T (Q), maka
(x1 + 1, y1) = (x2 + 1, y2).
Jadi x1 + 1 = x1 + 1 dan y1 = y2, ini berarti x1 = x2 dan y1 = y2. Jadi P = Q.
Ini berlawanan dengan yang diketahui bahwa P ≠ Q. Jadi haruslah T (P) ≠ T (Q).
dengan demikian ternyata bahwa T injektif dan T adalah padanan yang bijektif. Jadi
T suatu transformasi dari V ke V.

SOAL LATIHAN
1. T : V → V, didefenisikan sebagai berikut : Apabila P (x, y) maka :
i. T (P) = (x + 1, y) untuk x > 0
ii. T (P) = (x - 1, y) x < 0
a. Apakah T injektif ?
b. Apakah T suatu transformasi ?

(ii) x < 0 (i) untuk x> 0

P1 P P P1

Penyelesaian :
Missal P = (x, y), B = (x’, y’)
1) Jika B prapeta titik P (x, y) maka T (B) =(x’+ 1, y’)

Jadi x’ + 1 = x

x’ = x-1
y’ = y
2) Jika B prapeta titik P (x, y) maka T (C) = (x’ - 1, y’).
Jadi x’ – 1 = x
x=x+1
y=y
T ( (x’ + 1), y’) = ( (x – 1) + 1, y)
= (x, y)
T ((x’ – 1), y’) = ( (x + 1) – 1, y)

= (x, y)
Karena (x’, y’) untuk (i) dan (ii) selalu ada untuk segala (x, y) maka titik B

selalu ada sehingga : T(B) untuk (i) dan (ii) = P.

Untuk
1) T (P) = (x + 1, y)
Jika P sembarang, maka titik di V memiliki prapeta yang berarti bahwa T injektif.
Misal : P (x1, y1) dan Q ( x2, y2) dengan P ≠ Q ,
T (P) ≠ T (Q) ….. ?
T (P) = (x1 + 1, y1) dan T (Q) = ( x2 + 1, y2)

T (P) = T (Q) maka (x1 + 1, y1) = ( x2 + 1, y2)

x1 + 1 = x2 + 1 dan y1 = y2
x1 = x2 dan y1 = y2
Sehingga P = Q dan berlawanan bahwa P ≠ Q jadi T (P) ≠ T (Q) dengan demikian T
injektif.
Misal jika A (x, y) maka kita harus jawab apakah A memiliki prapeta oleh T?
Misal = B (x1 , y1)
Jika B prapeta titik A (x, y) maka berlaku T(B) = (x1 + 1, y1)

x ' + 1=1
Jadi
{ x' =x −1
y'= y
Jelas T (x – 1, y) = ((x – 1) + 1, y)
= (x, y)
Karena (x1 , y1) selalu ada untuk segala nilai (x, y) maka B selalu ada sehingga T
(B) = A. Karena A sembarang, maka setiap titik di V memiliki prapeta yang berarti
bahwa T surjektif, dengan demikian ternyata T suatu transformasi dari V ke V.
2) T (P) = (x - 1, y)
Misal : P ((x1, y1) dan Q (x2, y2) dengan P ≠ Q
T (P) ≠ T (Q)………. ?
T (P) = (x1 - 1, y1) dan T (Q) = (x2 - 1, y2)
T (P) = T (Q), maka (x1 - 1, y1) = (x2 - 1, y2)
x1 - 1 = x2 - 1 dan y1 = y2

berarti x1 = x2 dan y1 = y2

sehingga P = Q dan berlawanan bahwa P ≠ Q, jadi T (P) ≠ T (Q), dengan kata lain T
injektif.

Misal jika A (x, y) maka berlaku T (P) = P dan P’ = (x-1, y)
Jelas daerah asal T adalah sebuah bidang V
Misal A = (x, y) maka kita harus jawab apakah A memiliki prapeta oleh T?
Misalkan B = (x’ , y’)
Jika B prapeta titik A (x, y) maka haruslah berlaku
T (B) = (x’ - 1, y’)

Jadi x - 1 = x
x’ = x + 1
y’ = y
Jelas T ( x + 1, y) = ((x+ 1) – 1, y) = ( x, y)
Karena (x’, y’) selalu ada untuk segala nilai (x, y) maka B selalu ada sehingga T(B)
= A. Karena A sembarang, maka setiap titik di V memiliki prapeta yang berarti
bahwa T surjektif, dengan demikian ternyata T suatu transformasi dari V ke V.

2. Diketahui f = V→V jika P (x, y) maka f (P) = (x, y)


Tentukanlah f (A) jika A = (-3, 6)
Penyelesaian

A = (-3, 6) maka f (A) =

f (-3, 6) =

= (3, 6)
3. Diketahui fungsi g : sumbu x → V yang didefenisikan sebagai berikut :
Apabila P (x, O) maka g (P) = (x, x2). Tentukan peta A ( 3, 0) oleh g
Penyelesaian
2
A (3, 0) maka g (A) = (x, x )
2
g (3, 0) = (3, (3) )

g (3, 0) = (3, 9)
DAFTAR PUSTAKA

Rawuh. 2013. Geometri Transformasi. Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan


IPA, ITB Bandung.
Herdian. 2008.  1-c-transformasi.pdf.  [Online].
https://herdy07.files.wordpress.com/2010/11/1-c-transformasi.pdf [ 3 Maret 2016]
Anonim.2015.  Materi Kuliah Matematika Komputasi Fungsi.[Online].
http://gembong.lecture.ub.ac.id/files/2013/10/Matematika-Komputasi-Fungsi.pdf
[3 Maret 2016].

Anda mungkin juga menyukai