Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sirih dalam bahasa Aceh disebut dengan ranub. Tanaman ini telah lama
dikenal memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Dalam masyarakat Aceh sirih
bukan sekedar tanaman obat namun telah menjadi bagian dari budaya masyarakat
dimana ranub adalah bagian dari simbol pemuliaan tamu, simbol perdamaian dan
kehangatan sosial serta sebagai media komunikasi.1 Ramuan ranub merupakan
campuran biji pinang yang ditumbuk kasar, gambir, kencur kemudian dibungkus
daun sirih dan disemat dengan bunga cengkeh.
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk membuktikan manfaat dari bahan
– bahan alam yang terdapat dalam ramuan ranub. Daun sirih berguna untuk
menguatkan gigi, menyembuhkan sariawan, menghilangkan bau mulut serta
menghentikan pendarahan gusi.2 Berdasarkan hasil uji antibakteri ekstrak etanol
daun sirih (Piper betle Linn.) terhadap salah satu bakteri patogen dalam mulut,
yaitu Enterococcus faecalis diperoleh hasil Konsentrasi Hambat Minimal (KHM)
ekstrak daun sirih adalah pada konsentrasi 20%.3 Penelitian lain yang telah
dilakukan diketahui bahwa pemberian ekstrak etanol biji pinang (Areca catechu L.)
berpengaruh dalam menghambat pelepasan ion fosfor dalam proses demineralisasi
gigi yang distimulasi Streptococcus mutans.4 Kencur (Kaempferia galanga L.)
merupakan tanaman yang digunakan secara empiris sebagai obat batuk dan radang
tenggorokan. Penelitian yang dilakukan oleh Hasanah dkk. menunjukkan bahwa
rimpang kencur memiliki kandungan beberapa jenis minyak atsiri, yaitu 2,4,6
trimetil oktan, etilsinamat, limonen dioksida, asam etil ester 3-(4-metoksifenil)-2-
propenoat dan etil p-metoksisinamat yang memiliki aktivitas antiinflamasi.5
Berdasarkan hasil pengujian secara in vitro, ekstrak cengkeh terbukti dapat
menghambat bakteri Streptococcus mutans yang merupakan penyebab karies gigi. 6
Disamping kandungan eugenol didalam cengkeh juga memiliki aktivitas sebagai
analgetik.7 Kandungan lainnya dari ramuan ranub adalah gambir. Berdasarkan hasil
penelitian rebusan gambir dapat menurunkan pembentukan plak. Hal ini merupakan

1
aktivitas dari senyawa katekin yang terkandung dalam daun dan ranting tanaman
gambir.8
Berdasarkan berbagai hasil penelitian tentang manfaat dari tanaman tersebut
maka terbukti secara ilmiah bahwa ranub yang merupakan ramuan tradisional dapat
memberi manfaat dalam menunjang kesehatan gigi dan mulut. Untuk itu peneliti
tertarik untuk mengembangkan ramuan tersebut menjadi sediaan farmasi agar
pemanfaatannya lebih mudah oleh masyarakat umum. Salah satu bentuk sediaan
farmasi yang sesuai adalah pasta gigi. Pasta gigi merupakan sediaan semisolid yang
digunakan bersama – sama sikat gigi untuk membersihkan deposit dan memoles
seluruh permukaan gigi serta memberikan rasa nyaman dan menyegarkan pada
rongga mulut.
Dalam penelitian ini akan dirancang pasta gigi berdasarkan komposisi
ramuan ranub dengan kandungan bahan aktif kombinasi ekstrak sirih (Piper betle
L.), pinang (Areca catechu L.), kencur (Kaempferia galanga L.), cengkeh
(Syzygium aromaticum L.) dan gambir (Uncaria gambir (Hunt) Roxb) dalam
bentuk pasta gigi sehingga yang memiliki manfaat yang lebih bagi masyarakat.

1.2 Perumusan Masalah


1. Apakah kombinasi ekstrak sirih (Piper betle L.), pinang (Areca catechu L.),
kencur (Kaempferia galanga L.), cengkeh (Syzygium aromaticum L.) dan
gambir (Uncaria gambir (Hunt) Roxb) dapat diformulasi dalam bentuk
sediaan pasta gigi?
2. Apakah sediaan pasta gigi kombinasi ekstrak sirih (Piper betle L.), pinang
(Areca catechu L.), kencur (Kaempferia galanga L.), cengkeh (Syzygium
aromaticum L.) dan gambir (Uncaria gambir (Hunt) Roxb) memenuhi
evaluasi sediaan pasta?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui kombinasi ekstrak sirih (Piper betle L.), pinang (Areca
catechu L.), kencur (Kaempferia galanga L.), cengkeh (Syzygium
aromaticum L.) dan gambir (Uncaria gambir (Hunt) Roxb) dapat
diformulasi dalam bentuk sediaan pasta gigi.

2
1.3.2 Tujuan Khusus
Untuk mengetahui sediaan pasta gigi kombinasi ekstrak sirih (Piper betle
L.), pinang (Areca catechu L.), kencur (Kaempferia galanga L.),
cengkeh (Syzygium aromaticum L.) dan gambir (Uncaria gambir (Hunt)
Roxb) dapat memenuhi evaluasi sediaan pasta gigi.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis khususnya dalam
pemanfaatan ranub menjadi salah satu bentuk sediaan farmasi.
2. Untuk menambah referensi dalam pengobatan tradisional dan meningkatkan
gerakan back to nature.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ranup (Ramuan sirih Aceh)


Tradisi makan sirih sudah ada sejak 3000 tahun yang lalu pada masa
Neolitikum. Selain di Aceh, sirih juga dikenal oleh masyarakat Melayu yang
mereka gunakan dalam berbagai acara dan juga untuk dimakan dengan bahan
pelengkapnya. Ranub bagi masyarakat Aceh tidak hanya sekedar tumbuhan yang
memiliki manfaat secara fisik semata. Namun dibalik itu ada berbagai nilai dari
setiap bahan yang digunakan untuk pajoh ranub, karena didalam memahami esensi
dari nilai ranub mennjadi simbol yang multi rupa. Pemaknaannya secara sosial dan
kultural yang digunakan dalam banyak cara dan berbagai aktivitas.
Sesuai dengan perkembangan zaman maka sirih dipergunakan tidak hanya
untuk dimakan saja, tapi juga dipakai dalam acara hajatan, penyambutan tamu,
acara lamaran sampai pesta perkawinan, bahkan ketika acara penguburan jenazah
sampai tahlilan pun sirih ini tetap diperlukan. Ini semua dilakukan untuk menjalin
keakraban dan perasaan solidaritas kelompok, maupun sebagai media untuk
meredam/menyelesaikan konflik serta menjaga harmoni sosial. Sehingga sirih
(ranub) ini sudah menjadi sebuah ikon adat/tradisi serta budaya daerah Aceh yang
selalu menjaga keakraban sesama.9

2.2 Tanaman Sirih Hijau (Piper betle L.)


2.1.1 Klasifikasi
Tanaman sirih diklasifikasikan sebagai berikut10 :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnolipsida
Ordo : Piperales
Famili : Piperaceae
Genus : Piper
Spesies : Piper betle L.

4
2.2.2 Deskripsi Tanaman
Tanaman yang tumbuh memanjat dengan tinggi 5-15 m. Helaian daun berbentuk
bundar telur atau bundar lonjong, pada bagian pangkal berbentuk jantung atau agak
bundar. Tulang daun bagian bawah gandul atau berambut pendek, tebal dan
berwarna putih. Panjangnya berkisar 5-18 cm dengan lebar 2,5-10,5 cm.11

Gambar 1. Tanaman Sirih (Piper betle L.) (Vandana Dwivedi dan Shalini Tripathi,
2014)

2.2.3 Kandungan Kimia


Daun sirih hijau mengandung minyak atsiri dan tanin sebesar 1-4%. Selain itu
mengandung alkaloid, flavonoid, fenol dan steroid. Kandungan lain yang terdapat
dalam daun sirih hijau yaitu 1-alanine, β-alanine,α-amino butyric acid, 1-arginine,
asparagine,1-asam aspartat, 1-asam glutamat, glisin, histidin, 1-leusin, 1-lisin, 1-
metionin, fenilalanin,1-prolin, 1-serin, 1-teronin, 1-triptopan, 1-rirosin, 1-valin, α-
alanin, sistin, asam oksalat, nhentriakontan, n-pentatriakontan, sitosterol, terpen,
fenil propane, saponin dan vitamin C.12

2.2.4 Bioaktivitas Daun Sirih Hijau sebagai Antibakteri


Ekstrak etanol daun sirih dilaporkan memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri
S.aureus dan E.coli pada konsentrasi 2,5% dan 10%.13 Pada penelitian Putri (2010)

5
disebutkan bahwa kandungan flavonoid dalam ekstrak etanol daun sirih hijau
memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri P. acnes dengan nilai KBM (Kadar
Bunuh Minimum) masing-masing sebesar 0,25% b/v dengan nilai Rf 0,77 dan
kandungan minyak atsiri dan saponin menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap
bakteri S. aureus dengan nilai Rf masing-masing 0,15 dan 0,92 pada pengujian
menggunakan metode KLT-bioautografi.

2.3 Tumbuhan Pinang (Areca catechu L.)


2.3.1 Klasifikasi
Tanaman pinang diklasifikasikan sebagai berikut14:
Divisi : Spermatophyte
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Aarecales
Famili : Arecaceae/Palmae
Genus : Areca
Spesies : Areca catechu L.

2.3.2 Morfologi
Pinang (Areca catechu L.) merupakan tanaman famili Arecaceae yang dapat
mencapai mencapai tinggi 15-20 m dengan batang tegak lurus bergaris tengah 15
cm. Buahnya berkecambah setelah 1,5 bulan dan 4 bulan kemudian mempunyai
jambul daun-daun kecil yang belum terbuka. Pembentukan batang baru terjadi
setelah 2 tahun dan berbuah pada umur 5-8 tahun tergantung keadaan tanah.15
Bagian-bagian dari tanaman pinang antara lain: (a). Akar: berakar serabut,
putih kotor. (b). Batang: tegak lurus dengan tinggi 10-30 meter, bergaris tengah 15
cm, tidak bercabang dengan bekas daun yang lepas. (c). Daun: majemuk menyirip
tumbuh berkumpul di ujung batang membentuk roset batang. (d). Bunga: tongkol
bunga dengan seludang panjang yang mudah rontok, keluar dari bawah roset daun,
panjang sekitar 75 cm, dengan tangkai pendek bercabang rangkap. (f). Biji: biji
satu, bentuknya seperti kerucut pendek dengan ujung membulat, pangkal agak datar

6
dengan suatu lekukan dangkal, panjang 15-30 mm, permukaan luar berwarna
kecoklatan sampai coklat kemerahan, agak berlekuk-lekuk menyerupai jala dengan
warna yang lebih muda. Pada bidang irisan biji tampak perisperm berwarna coklat
tua dengan lipatan tidak beraturan.

Gambar 2. Tumbuhan Pinang (Areca catechu L.) (Depkes RI, 1989)

2.3.3 Kandungan Kimia dan Manfaat


Analisis pinang di Filipina menyatakan bahwa buah pinang mengandung senyawa
bioaktif yaitu flavonoid di antaranya tannin, yang dapat menguatkan gigi. 16 Tannin
merupakan substansi yang tersebar luas dalam tanaman, seperti daun, buah yang
belum matang, batang dan kulit kayu. Pada buah yangbelum matang, tannin
digunakan sebagai energi dalam proses metabolisme dalam bentuk oksidasi tannin.
Sifat kimia tannin antara lain merupakan senyawa kompleks dalam bentuk
campuran polifenol yang sukar dipisahkan sehingga sukar mengkristal; tannin dapat
diidentifikasikan dengan kromotografi; mengendapkan protein dari larutannya dan
bersenyawa dengan protein tersebut sehingga tidak dipengaruhi enzim proteolitik;
serta senyawa fenol dari tannin mempunyai aksi adstrigensia, antiseptik dan
pemberi warna.
Tannin berguna sebagai pelindung pada tumbuhan pada saat masa
pertumbuhan bagian tertentu pada tanaman, sebagai antihama pada tanaman,
digunakan dalam proses metabolisme bagian tertentu tanaman, efek terapinya
sebagai adstrigensia misalnya pada gastrointestinal dan kulit, serta efek terapi yang
lain seperti antiseptik pada jaringan luka dengan mengendapkan protein.17
Biji pinang dapat dimakan bersama sirih dan kapur, yang berkhasiat untuk

7
menguatkan gigi. Air rebusan biji pinang juga digunakan sebagai obat kumur dan
penguat gigi. Diduga bahwa tanaman pinang mengandung sejumlah komponen
utama senyawa berbasis Selenium (Se) sebagai antibakteri. Hal tersebut dibuktikan
dengan peranannya sebagai obat tradisional yang telah dimanfaatkan oleh
masyarakat luas dalam hal Se. Komponen Selenium (Se) ini dapat dihasilkan
melalui proses fermentasi konsorsium Acetobacter-Saccharomyces.16
Efek biologis dari Se awalnya hanya dipertimbangkan dari segi
toksisitasnya saja. Sebagai mikroelemen, Se berperan dalam pertumbuhan,
mengontrol metabolisme hormon tiroid dan testosteron, sebagai antioksidan Se
mereduksi senyawa peroksida, sehingga menurunkan radikal bebas dalam tubuh
dan menghambat timbul dan berkembangnya kanker.18 Kebutuhan Se rata-rata
orang dewasa 50-200 μg sehari, sementara yang direkomendasikan 55 μg per hari.
Menurut penelitian LD50 konsumsi Se adalah 2,3- 13 mg per kg. Asupan bahan
mengandung Se berasal dari bahan makanan sehari-hari misalnya makanan yang
berasal dari tumbuhan. Kemampuan beberapa jenis tumbuhan untuk
mengakumulasi dan mentransformasi Se menjadi senyawa bioaktif sangat
penting untuk kesehatan manusia dan lingkungan.19

2.4 Tanaman Kencur (Kaempferia galanga L.)


2.4.1 Klasifikasi
Tanaman pinang diklasifikasikan sebagai berikut20:
Divisi : Spermatophyte
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Scitaminales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Kaempferia
Spesies : Kaempferia galanga L.

2.4.2 Morfologi
Kencur (Kaempferia galanga L.) merupakan terna tahunan, berbatang basal
tidak begitu tinggi, lebih kurang 20 cm. Tumbuh dalam rumpun. Daun tunggal,

8
berwarna hijau dengan pinggir merah kecoklatan bergelombang. Bentuk daun
jorong lebar sampai bundar, panjang 7-15 cm, lebar 2-8 cm, ujung runcing, pangkal
berlekuk dan tepinya rata. Permukaan daun bagian atas tidak berbulu, sedangkan
bagian bawah berbulu halus. Tangkai daun pendek, berukuran 3-10 cm, pelepah
terbenam dalam tanah, panjang 1,5-3,5 cm, berwarna putih. Bunga tunggal, bentuk
terompet, panjang sekitar 2,5-5 cm. Benang sari panjang sekitar 4 mm, berwarna
kuning. Putik berwarna putih atau putih keunguan. Akar serabut berwarna coklat
kekuningan. Rimpang pendek berwarna coklat, berbentuk jari dan tumpul. Bagian
luarnya seperti bersisik. Daging rimpang tidak keras, rapuh, mudah patah dan
bergetah. Berbau harum dengan rasa pedas yang khas.20

Gambar 3. Tanaman kencur (Kaempferia galanga L.) (Preetha, T.S,dkk., 2016)

2.4.3 Kandungan Kimia dan Manfaat


Rimpang kencur mengandung saponin, flavonoid dan senyawa – senyawa
polifenol, disamping minyak atsiri (2,4 – 3,9 %) yang mengandung sineol, borneol,
kamfer, etil alkohol, asam metil- kaneelat dan senyawa – senyawa pentadekan.
Secara tradisional rimpang kencur digunakan sebagai obat gosok pada bengkak
yang disebabkan terkilir atau terpukul benda tumpul, serta rematik. Selain itu juga
digunakan untuk mengobati masuk angin, radang lambung, kejang perut, mual,
diare, penawar racun serta sebagai obat batuk.

2.5 Tanaman Cengkeh (Syzygium aromaticum L.)


2.5.1 Klasifikasi
Tanaman cengkeh diklasifikasikan sebagai berikut21:

9
Divisi : Tracheophyta
Sub divisi : Spermatophytina
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Syzygium P.Br.
Spesies : Syzygium aromaticum L.

2.5.2 Morfologi Bunga Cengkeh


Bunga cengkeh muncul pada ujung ranting daun, tangkainya pendek dan
bertandan. Bunga cengkeh merupakan bunga majemuk yang berbatas karena ujung
ibu tangkainya selalu ditutup bunga. Bunga cengkeh terdiri dari tangkai, ibu tangkai
dan dasar bunga. Bunga cengkeh adalah bunga tunggal. Dasar bunga menjadi
pendukung benang sari dan putik.

Gambar 4. Bunga Cengkeh (Mittal, M. dkk, 2014)

2.5.3 Kandungan Kimia dan Manfaat


Bunga cengkeh mengandung 15-20% minyak esensial yang didominasi oleh
eugenol (70-85%), eugenil asetat (15%) dan β-caryophillene (5-12%). Kandungan
eugenol yang terdapat dalam bunga cengkeh mampu mengurangi rasa nyeri pada
gigi dan gusi. Disamping itu cengkeh juga memiliki aktivitas sebagai antifungi,
antibakteri, antioksidan, anti inflamasi dan berbagai aktivitas farmakologi lainnya.7

2.6 Tanaman Gambir (Uncaria gambir (Hunt.) Roxb.)


2.6.1 Klasifikasi
Tanaman gambir diklasifikasikan sebagai berikut22:
Divisi : Tracheophyta

10
Sub divisi : Spermatophytina
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Gentianales
Famili : Rubiaceae
Genus : Uncaria
Spesies : Uncaria gambir (Hunt.) Roxb.

2.6.2 Morfologi Gambir


Daun gambir tumbuh tunggal pada tangkai batang dan saling berhadapan,
berwarna hijau dan memiliki panjang 8-13 cm dan lebar 4-7 cm. Bentuk daun oval,
bagian ujung meruncing, bagian tepi bergerigi, dan permukaan tidak berbulu.
Tanaman gambir memiliki bunga majemuk berbentuk lonceng dan berwarna merah
muda atau hijau yang tumbuh di ketiak daun. Bunga gambir memiliki panjang
sekitar 5 cm dengan 5 helai mahkota bunga. Bunga gambir berbentuk bulat telur,
berwarna hitam memiliki panjang sekitar 1,5 cm dan dua ruang buah.

Gambar 5. Tanaman gambir (Rauf, A. dkk, 2015)

2.6.3 Kandungan Kimia dan Manfaat


Daun dan ranting merupakan bagian tanaman gambir yang memiliki nilai
ekonomi. Senyawa – senyawa yang terkandung pada ekstrak atau getah daun dan
ranting tanaman gambir memiliki potensi pemanfaatan yang beragam. Diantara
komponen tersebut adalah kandungan katekin (7-33%), asam catechutannat (20-
55%), pyrocatechol (20-30%). Gambir dapat diolah menjadi pewarna tekstil alami.
Gambir juga dapat diolah menjadi salep untuk mengobati luka bakar dan penyakit
kulit. Berdasarkan hasil penelitian rebusan gambir dapat menurunkan pembentukan
plak. Hal ini merupakan aktivitas dari senyawa katekin.8

11
2.5 Ekstraksi
Ekstraksi adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat
aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian
semua atau hampir semua pelarut diuapkan, dan massa atau serbuk yang tersisa
diperlakukan sedemikian rupa hingga memenuhi baku yang ditetapkan. Proses
ekstraksi bahan atau bahan obat alami dapat dilakukan berdasarkan teori tentang
penyarian , penyarian merupakan peristiwa pemindahan massa. Zat aktif yang
semula berada di dalam sel, ditarik oleh cairan penyari sehingga terjadi larutan zat
aktif dalam dalam cairan penyari tersebut. 24 Ekstraksi merupakan teknik pemisahan
suatu senyawa berdasarkan perbedaan distribusi zat terlarut diantara dua pelarut
yang saling bercampur. Zat terlarut yang diekstrak bersifat tidak larut atau larut
sedikit dalam suatu pelarut tetapi mudah larut dengan pelarut lain. Metode ekstraksi
yang tepat ditentukan oleh tekstur kandungan air bahan-bahan yang akan diekstrak
dan senyawa yang akan diisolasi.
Proses pemisahan senyawa, menggunakan pelarut tertentu sesuai dengan
sifat yang akan dipisahkan. Pemisahan pelarut berdasarkan kaidah ‘like dissolves
like’ artinya suatu senyawa polar akan larut dalam pelarut polar. Ekstraksi dapat
dilakukan dengan bermacam-macam metode, tergantung dari tujuan ekstraksi, jenis
pelarut yang digunakan dan senyawa yang diinginkan.
Metode ekstraksi yang paling sederhana adalah maserasi. Maserasi adalah
perendaman bahan alam yang dikeringkan (simplisia) dalam suatu pelarut. Metode
ini dapat menghasilkan ekstrak dalam jumlah banyak, serta terhindar dari
perubahan kimia senyawa-senyawa tertentu karena pemanasan.24

2.6 Pasta Gigi


Pasta dentrificiae (pasta gigi) adalah bahan semi aqueous yang digunakan
bersama – sama sikat gigi untuk membersihkan deposit dan memoles seluruh
permukaan gigi serta memberi rasa nyaman pada rongga mulut. Secara umum
kandungan dalam formula pasta gigi adalah :
a. Bahan abrasive, merupakan bahan utama pada pasta gigi. Bahan
abrasive berfungsi untuk membersihkan dan memoles permukaan gigi
tanpa merusak email, dan mencegah akumulasi stain. Bahan yang sering

12
digunakan antara lain : natrium bikarbonat, kalsium karbonat dan
kalsium sulfat.
b. Bahan pelembab, berfungsi sebagai pencegah penguapan air dan
mempertahankan kelembaban pasta. Bahan yang sering digunakan
antara lain : gliserin, sorbitol dan air.
c. Bahan pengikat, berfungsi sebagai pengikat semua bahan dan membantu
memberi tekstur pada pasta gigi. Bahan yang sering digunakan antara
lain : karboksimetil selulosa, hidroksimetil selulosa dan karagenan.
d. Deterjen, berfungsi sebagai penurun tegangan permukaan dan
melonggarkan ikatan debrisdengan gigi yang akan membantu gerakan
pembersihan sikat gigi. Bahan yang sering digunakan antara lain :
natrium lauril sulfat dan natrium N-lauril sarcosinate.
e. Bahan pengawet, berfungsi sebagai pencegah kontaminasi bakteri.
f. Bahan pemberi rasa, berfungsi sebagai penutup rasa bahan – bahan lain
yang kurang enak, terutama SLS dan memenuhi selera pengguna. Bahan
yang sering digunakan adalah : peppermint, menthol, eucalyptus dan
sakarin.
g. Air, berfungsi sebagai pelarut dan mempertahankan konsistensi dari
pasta gigi.
h. Bahan terapeutik, merupakan bahan aktif yang memiliki fungsi terapi
bagi kesehatan gigi dan mulut.

13
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Sifat Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat eksperimental untuk
membuat sediaan pasta gigi kombinasi ekstrak sirih (Piper betle L.), pinang (Areca
catechu L.), kencur (Kaempferia galanga L.), cengkeh (Syzygium aromaticum L.)
dan gambir (Uncaria gambir (Hunt) Roxb) dan mengevaluasi sediaan yang
dihasilkan di laboratorium.

3.2. Waktu dan Tempat penelitian


Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Jurusan Biologi FMIPA
Unsyiah, Laboratorium Jurusan Farmasi FMIPA Unsyiah, Laboratorium FKH
Unsyiah, Laboratorium Kimia FKIP Unsyiah, Laboratorium Akfar Pemda dan
Laboratorium Farmasetika Poltekkes Kemenkes Aceh mulai bulan Mei –
September 2019.

3.3. Alat dan Bahan


3.3.1. Alat
Peralatan yang digunakan adalah bejana maserasi, blender, vacuum rotary
evaporator, alat destilasi, timbangan analitik, lumpang, stamfer, hot plate magnetic
stirrer, alat-alat gelas yang biasa digunakan di laboratorium.

3.3.2. Bahan
Bahan yang digunakan untuk membuat ekstrak adalah daun sirih (Piper
betle L.), biji pinang muda (Areca catechu L.), rimpang kencur (Kaempferia
galanga L.), bunga cengkeh (Syzygium aromaticum L.), getah gambir (Uncaria
gambir (Hunt) Roxb), etanol 70%. Bahan – bahan untuk membuat pasta gigi yaitu
CaCO3, propilenglikol, Na CMC, nipagin, Na lauril sulfat, dan aquadest.

14
3.4. Populasi dan Sampel
3.4.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah daun sirih (Piper betle L.), biji pinang
muda (Areca catechu L.), rimpang kencur (Kaempferia galanga L.), bunga
cengkeh (Syzygium aromaticum L.), buah gambir (Uncaria gambir (Hunt) Roxb)
yang terdapat di kota Banda Aceh.

3.4.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini diperoleh dari tanaman yang ditanam di kota
Banda Aceh, yaitu daun sirih (Piper betle L.) dengan ciri – ciri sebagai berikut :
daun tunggal berbentuk jantung dan berujung runcing. Biji pinang (Areca catechu
L.) memiliki ciri – ciri berwarna coklat kemerahan dan bentuknya berlekuk – lekuk.
Rimpang kencur (Kaempferia galanga L.) bercabang – cabang/bergerombol
dengan induk rimpang ditengah. Kulit ari berwarna coklat dan bagian dalam
berwarna putih, berair dengan aroma yang tajam. Sedangkan dari tanaman gambir
diambil getahnya.

3.5. Cara Kerja


3.5.1. Determinasi Tanaman
Sebelum penelitian, daun sirih (Piper betle L.), biji pinang (Areca catechu L.) dan
rimpang kencur (Kaempferia galanga L.) terlebih dahulu dideterminasi untuk
memastikan kebenaran simplisia. Determinasi dilakukan di Laboratorium Jurusan
Biologi FMIPA Unsyiah.

3.5.2 Penyiapan sampel


Daun sirih (Piper betle L.)
Tumbuhan sirih diambil daunnya sebanyak 2 kg.
a. Dipilih daun sirih dengan keadaan fisik yang paling baik dan dipisahkan dari
bagian tanaman lain yang tidak diperlukan.
b. Dicuci bersih dengan air mengalir.
c. Dikeringkan dibawah sinar matahari tidak langsung dengan ditutup kain
hitam.

15
d. Daun sirih (Piper betle L.) kering ditimbang, kemudian diblender sampai
halus.

Biji pinang (Areca catechu L.)


Buah pinang dikupas kulitnya dan diambil bijinya sebanyak 1 kg.
a. Biji pinang disortasi basah kemudian dicuci dengan air bersih dan ditiriskan
b. Dilanjutkan dengan perajangan
c. Dikeringkan dalam oven dengan suhu 60ºC sampai memenuhi kekeringan
yang cukup untuk diserbuk.
d. Diserbuk dengan blender25

Rimpang kencur (Kaempferia galanga L.)


Rimpang kencur dibersihkan, dikupas sampai kulit dasar terpisah dan ditimbang
sebanyak 1 kg.
a. Dicuci bersih dengan air mengalir
b. Kencur yang telah dikupas diiris tipis – tipis
c. Dijemur irisan kencur dengan diangin – anginkan sampai warna coklat muda
d. Diserbuk dengan blender26

3.5.3 Pembuatan ekstrak


Daun sirih (Piper betle L.)
a. Ditimbang serbuk daun sirih (Piper betle L.) sebanyak 500 g lalu dimasukkan
kedalam bejana maserasi.
b. Direndam dengan etanol 70% sebanyak 3750 mL.
c. Ditutup bejana maserasi, biarkan dan disimpan selama 5 hari terlindung dari
cahaya matahari sambil sesekali diaduk.
d. Selanjutnya rendaman simplisia diserkai, kemudian dicuci ampasnya dengan
sisa etanol 70% sebanyak 1250 mL hingga diperoleh total larutan penyari
5000 mL.
e. Maserat dipindahkan ke bejana tertutup dan dibiarkan di tempat sejuk,
terlindung dari cahaya selama 2 hari.
f. Maserat dienaptuangkan, kemudian hasil ekstraksi diuapkan dengan vacum
rotary evaporator pada suhu 50ºC-60ºC, hingga diperoleh ekstrak kental.10

16
g. Ekstrak kental diperiksa organoleptis dan susut pengeringannya.

Biji pinang (Areca catechu L.)


a. Ditimbang serbuk biji pinang (Areca catechu L.) sebanyak 500 g lalu
dimasukkan kedalam bejana maserasi.
b. Direndam dengan etanol 70% sebanyak 3750 mL
c. Ditutup bejana maserasi, biarkan dan disimpan selama 5 hari terlindung dari
cahaya matahari sambil sesekali diaduk.
d. Selanjutnya rendaman simplisia diserkai, kemudian dicuci ampasnya dengan
sisa etanol 70% sebanyak 1250 mL hingga diperoleh total larutan penyari
5000 mL.
e. Maserat dipindahkan ke bejana tertutup dan dibiarkan di tempat sejuk,
terlindung dari cahaya selama 2 hari.
f. Maserat dienaptuangkan, kemudian hasil ekstraksi diuapkan dengan vacum
rotary evaporator pada suhu 50ºC-60ºC, hingga diperoleh ekstrak kental.27
g. Ekstrak kental diperiksa organoleptis dan susut pengeringannya.

Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.)


a. Ditimbang sebanyak 200 gram serbuk kencur dan tempatkan didalam bejana
maserasi
b. Direndam dengan n-heksan
c. Didiamkan selama 72 jam
d. Dipisahkan antara liquida dan residu dengan cara filtrasi
e. Disimpan liquida didalam lemari es sampai pelarut menguap dan diperoleh
kristal. Kristal dipisah dari liquida yang masih tersisa dengan cara filtrasi
kemudian dikeringkan.

Bunga Cengkeh (Syzygium aromaticum L.)


a. Bunga cengkeh yang sudah kering diblender halus, kemudian diayak sehingga
diperoleh bubuk cengkeh kering.

17
b. Bubuk cengkeh ditimbang sebanyak 100 g, ditempatkan dalam wadah
tertutup. Ditambahkan etanol sebanyak 400 ml, direfluks dan filtrat
dievaporasi sehingga diperoleh ekstrak murni.

3.5.4 Rancangan Formula pasta gigi kombinasi ekstrak sirih (Piper betle L.),
pinang (Areca catechu L.), kencur (Kaempferia galanga L.), cengkeh
(Syzygium aromaticum L.) dan gambir (Uncaria gambir (Hunt) Roxb)

Tabel 1. Rancangan Formula pasta gigi kombinasi ekstrak sirih (Piper betle L.),
pinang (Areca catechu L.), kencur (Kaempferia galanga L.), cengkeh
(Syzygium aromaticum L.) dan gambir (Uncaria gambir (Hunt) Roxb)

Bahan Konsentrasi (%)


Ekstrak sirih 0,2
Ekstrak pinang 0,1
Ekstrak kencur 0,3
Ekstrak cengkeh 0,02
Getah gambir 1
CaCO3 40
Propilenglikol 25
Na CMC 1,5
Nipagin 0,5
Na lauril sulfat 1
Aquadest ad 100

3.5.5 Pembuatan pasta gigi kombinasi ekstrak sirih (Piper betle L.), pinang
(Areca catechu L.), kencur (Kaempferia galanga L.), cengkeh (Syzygium
aromaticum L.) dan gambir (Uncaria gambir (Hunt) Roxb)28
Ditimbang semua bahan yang diperlukan.
a. Na CMC ditabur diatas air panas, didiamkan selama 15 menit agar terbentuk
massa yang homogen (M1).
b. Ekstrak daun sirih, ekstrak biji pinang, ekstrak kencur dan ekstrak cengkeh
dilarutkan dalam sebagian aquadest, aduk hingga larut dan homogen.
Ditambahkan nipagin dan aduk homogen (M2).
c. CaCO3 ditambahkan kedalam propilenglikol diaduk dengan kecepatan
konstan sampai homogen (M3).

18
d. Ditambahkan M1 kedalam M2, aduk homogen kemudian ditambah M3
dalam lumpang kemudian digerus hingga homogen.
e. Ditambahkan natrium lauril sulfat, aduk homogen sampai terbentuk massa
pasta. Sediaan dimasukkan kedalam wadah.

3.5.6 Evaluasi sediaan pasta gigi29


a. Uji organoleptis
Uji sifat fisik dilakukan dengan pengamatan secara visual terhadap sediaan
pasta gigi meliputi homogenitas, bentuk, warna dan aroma pasta gigi.
b. Uji pH
Stik pH meter dicelupkan kedalam sediaan pasta gigi, kemudian hasil
diamati.
c. Viskositas
Alat yang digunakan pada uji viskositas pasta gigi yaitu viskometer dengan
menggunakan spindel nomor 2. Spindel dipasangkan pada viskometer,
kemudian dicelupkan kedalam sediaan pasta gigi hingga sampel tercelup.
Dicatat viskositas sediaan yang terukur.
d. Pembentukan busa
Uji pembentukan busa dilakukan dengan mengambil 1 g pasta gigi dan
dimasukkan kedalam gelas ukur 50 ml, kemudian dilarutkan dengan
aquadest sebanyak 10 ml. Gelas ukur ditutup kemudian dikocok sebanyak 5
kali dan diamati tinggi busa yang terbentuk.

3.6 Analisis data


Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisa deskriptif.

3.7 Penyajian Data


Data hasil penelitian disajikan dalam bentuk tekstular, tabular dan gambar.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Formulasi sediaan pasta gigi dari ekstrak sirih (Piper betle L.), pinang
(Areca catechu L.), kencur (Kaempferia galanga L.), cengkeh (Syzygium

19
aromaticum L.) dan gambir (Uncaria gambir (Hunt) Roxb) dilakukan melalui
beberapa tahap penelitian meliputi identifikasi sampel, pembuatan simplisia,
pembuatan ekstrak, formulasi sediaan pasta gigi serta evaluasi sediaan yang
dihasilkan.

4.1 Pembuatan Sediaan Pasta Gigi kombinasi ekstrak sirih (Piper betle L.),
pinang (Areca catechu L.), kencur (Kaempferia galanga L.), cengkeh
(Syzygium aromaticum L.) dan gambir (Uncaria gambir (Hunt) Roxb)
4.1.1 Hasil Determinasi Sampel
Determinasi sampel dilakukan di Laboratorium Jurusan Biologi Fakultas
MIPA Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. Hasil determinasi membuktikan
bahwa sampel yang digunakan adalah benar daun sirih (Piper betle L.), biji pinang
(Areca catechu L.), rimpang kencur (Kaempferia galanga L.) dan bunga cengkeh
(Syzygium aromaticum L.). Hasil determinasi dapat dilihat pada Lampiran halaman
37 - 41.

4.1.2 Hasil Pembuatan Simplisia daun sirih (Piper betle L.), biji pinang (Areca
catechu L.), rimpang kencur (Kaempferia galanga L.) dan bunga cengkeh
(Syzygium aromaticum L.).
Sampel daun sirih, biji pinang, rimpang kencur, bunga cengkeh dan getah
kering gambir diperoleh dari daerah disekitar Banda Aceh. Ekstraksi daun sirih,
pinang dan kencur dilakukan dengan metode maserasi menggunakan penyari etanol
70%. Sedangkan ekstraksi bunga cengkeh dengan metode refluks. Ekstrak yang
diperoleh kemudian dilakukan uji skrining fitokimia (Lampiran halaman 34 -36).
Hasil uji fitokimia menunjukkan kandungan metabolit sekunder dari simplisia yang
digunakan sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.5, 7, 8, 12, 16
Formulasi sediaan pasta gigi ranub ini menggunakan eksipien CaCO3,
propilenglikol, Na CMC, nipagin, na lauril sulfat dan aquadest. CaCO 3 berfungsi
sebagai abrasif untuk membersihkan dan memoles permukaan gigi tanpa merusak
email dan mencegah akumulasi stain. Propilenglikol berfungsi sebagai bahan
pelembabyang mencegah penguapan air dan mempertahankan kelembaban pasta.
Na CMC berfungsi sebagai bahan pengikat yang akan mengikat semua komponen

20
dalam formula dan menentukan tekstur pasta gigi. Na lauril sulfat berfungsi sebagai
deterjen yang bekerja sebagai penurun tegangan permukaan dan melonggarkan
ikatan debris dengan gigi yang akan membantu gerakan pembersihan saat menyikat
gigi. Untuk mencegah kontaminasi bakteri terhadap sediaan serta mempertahankan
stabilitas produk digunakan nipagin sebagai bahan pengawet. Aquadest berfungsi
sebagai pelarut untuk bahan – bahan yang larut air dan untuk mempertahankan
konsistensi pasta gigi.29 Dalam formula ini peneliti tidak menambahkan bahan
pemberi rasa dan pewangi dengan pertimbangan untuk mempertahankan rasa dan
bau khas ranub.

1 2 3 4 5

Gambar 6. Ekstrak cengkeh (1), ekstrak pinang (2), ekstrak kencur (3), ekstrak daun
sirih (4) dan getah gambir (5)

Pasta gigi ranub dibuat dengan cara mengembangkan bahan pengikat


terlebih dahulu dengan air panas. Kemudian ekstrak sirih, pinang, kencur, cengkeh,
serbuk getah kering gambir dan bahan pengawet dilarutkan dengan aquadest sampai
menghasilkan larutan yang homogen. Bahan abrasif dan pelembab dicampur
bersama kemudian semuanya dicampurkan dan diaduk dalam larutan bahan
pengikat. Setelah homogen ditambahkan Na lauril sulfat yang berfungsi sebagai
surfaktan/deterjen. Sediaan pasta yang dihasilkan kemudian dievaluasi, meliputi :
uji organoleptis, uji homogenitas, uji pH, viskositas dan uji tinggi busa.
Pengamatan organoleptik dilakukan untuk menilai bentuk (konsistensi),
warna dan aroma yang diamati secara obyektif. 29 Hasil pengamatan secara
organoleptis menunjukkan sediaan pasta gigi yang dihasilkan berbentuk semisolid,
warna jingga muda dan aroma khas ekstrak. Warna sediaan dihasilkan dari ekstrak
pinang yang berwarna jingga tua. Sedangkan aroma sediaan yang dihasilkan sesuai

21
dengan aroma ranub dimana komponen yang paling menonjol memberikan aroma
adalah kencur dan sirih.
Uji homogenitas merupakan salah satu faktor penting dan tolok ukur
kualitas fisik dari pasta gigi karena komponen formula yang digunakan harus
terlarut dan terdistribusi secara merata dalam sediaan pasta gigi. Bahan aktif harus
terdispersi secara homogen dalam basis pasta agar dapat memberikan efek
farmakologis secara maksimal. Berdasarkan uji homogenitas yang dilakukan
diperoleh hasil sediaan yang homogen, tidak ada gelembung udara, tidak ada
partikel yang terpisah dan tidak terlihat adanya gumpalan (Lampiran halaman 44).
Hal ini sudah sesuai dengan salah satu syarat mutu pasta gigi (SNI 112-3524-
1995).30
Pengujian pH sediaan dilakukan untuk mengetahui tingkat keasaman atau
kebasaan dari suatu sediaan. Menurut SNI 112-3524-1995, syarat pH sediaan pasta
gigi adalah 4,5 -10,5.30 Pada rentang pH tersebut sediaan pasta gigi tidak merusak
mukosa mulut. Berdasarkan hasil uji pH yang telah dilakukan nilai rata - rata pH
sediaan adalah 8,25. Nilai ini telah memenuhi persyaratan pH yang ditetapkan
dalam SNI pasta gigi.
Uji viskositas sediaan bertujuan untuk mengukur kekentalan pasta gigi yang
dihasilkan. Viskositas merupakan ukuran yang menyatakan besarnya kekuatan
suatu cairan untuk mengalir. Makin tinggi viskositas maka makin besar
tahanannya.31 Dalam pembuatan pasta gigi, viskositas perlu diperhatikan karena
sediaan ini termasuk kelompok sediaan semisolid yang memiliki konsentrasi zat
padat yang tinggi. Bila viskositas pasta gigi sangat rendah maka konsistensinya
sangat lunak (cair) sehingga mengakibatkan sediaan pasta gigi tenggelam dalam
bulu sikat gigi. Namun bila viskositas pasta gigi sangat tinggi maka sediaan pasta
akan sulit keluar dari tube saat ditekan dan kurang terdispersi dalam rongga mulut.
Rentang nilai viskositas sediaan semisolid adalah 2000 – 50.000 cP. 31 Berdasarkan
pengujian viskositas yang dilakukan terhadap sediaan diperoleh nilai sebesar 244,1
cP. Nilai ini lebih rendah dari persyaratan sediaan semisolid. Dari hasil pengamatan
sediaan pasta pada H1 masih menunjukkan konsistensi semisolid yang baik. Namun
pada H3 terjadi perubahan dimana konsistensi sediaan turun dan terlihat lebih cair.

22
Hal ini mungkin disebabkan oleh konsentrasi Na CMC sebagai bahan pengikat
tergolong rendah.
Na CMC merupakan koloid hidrofilik dimana bahan ini harus
dikembangkan terlebih dahulu dalam aquadest. Dengan adanya air, koloid
hidrofilik akan membentuk suatu matriks dimana peningkatan viskositas akan
terjadi sebagai hasil dari entanglement atau perpanjangan rantai polimer yang
berdampingan. Proses pembentukan matriks tersebut berlangsung tanpa adanya
crosslinking sehingga matriks yang dihasilkan merupakan matriks dengan struktur
yang dinamis. Viskositas larutan akan meningkat seiring dengan meningkatnya
konsentrasi bahan pengikat. Hal ini terjadi karena semakin tinggi konsentrasi bahan
pengikat maka semakin banyak rantai yang terbentuk dalam ruang yang terbatas.
Dengan meningkatnya konsentrasi bahan pengikat maka akan semakin sukar untuk
memisahkan rantai polimer satu sama lain dengan adanya gaya geser.31 Terkait
sediaan pasta gigi yang dihasilkan, larutan ekstrak dan bahan – bahan lainnya
dalam air akan berdifusi masuk kedalam matriks yang dibentuk oleh Na CMC.
Namun konsentrasi Na CMC yang digunakan dalam formula terlalu rendah
sehingga matriks yang dihasilkan kurang rapat akibatnya dalam beberapa hari
konsistensi sediaan berobah menjadi cair.
Uji tinggi busa bertujuan untuk mengukur busa yang dihasilkan oleh pasta
gigi untuk mengangkat kotoran dan membersihkan mulut saat menyikat gigi.
Berdasarkan penelusuran literatur, tidak ada syarat khusus tinggi busa dari suatu
pasta gigi. Hal ini dikaitkan dengan nilai estetika produk yang disukai konsumen.
Busa yang dihasilkan oleh sediaan pasta gigi dipengaruhi oleh konsentrasi
surfaktan/deterjen yang digunakan. Pada penelitian ini digunakan Na lauril sulfat
sebagai surfaktan. Bahan ini termasuk kedalam kelompok surfaktan anionik yang
memiliki karakteristik sebagai pembentuk busa yang baik dan memiliki daya
pembersih yang tinggi.32 Berdasarkan uji tinggi busa yang dilakukan diperoleh
tinggi busa rata – rata sebesar 97,77%. Hal ini juga terkait dengan nilai viskositas
sediaan karena semakin rendah viskositas maka kemampuan surfaktan untuk
membentuk busa dengan bantuan air makin tinggi.

23
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 Kesimpulan
Kombinasi ekstrak sirih (Piper betle L.), pinang (Areca catechu L.), kencur
(Kaempferia galanga L.), cengkeh (Syzygium aromaticum L.) dan gambir (Uncaria
gambir (Hunt) Roxb) dapat diformulasi dalam bentuk sediaan pasta gigi. Hasil

24
evaluasi menunjukkan sediaan pasta gigi yang dihasilkan bersifat homogen dengan
pH rata – rata 8,2. Nilai ini sudah memenuhi syarat mutu pasta gigi (SNI 112-3524-
1995). Nilai viskositas 244,1 cP belum memenuhi persyaratan viskositas pasta gigi.
Sediaan pasta menghasilkan busa yang baik dengan tinggi busa rata – rata 97,77%.

5.2 Rekomendasi

Diharapkan penelitian ini dapat dilanjutkan dengan memperbaiki konsentrasi bahan


pengikat dalam formula sehingga viskositas sediaan dapat terpenuhi. Penelitian
juga dapat dilanjutkan dengan uji efektivitas sediaan dan uji stabilitas.

DAFTAR PUSTAKA

1
Setyantoro, A. Ranup pada Masyarakat Aceh, Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai
Tradisional Banda Aceh; 2009
2
Dalimartha, S. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 4. Jakarta, Puspa Swara; 2007

25
3
Armianty dan Indra Kirana Mattulada. Efektivitas antibakteri ekstrak daun sirih
(Piper betle Linn) terhadap bakteri Enterococcus faecalis. Dentofasial,
Vol.13 No.1 hal. 17-21; 2014
4
Chamima, A. Inhibisi Ekstrak Biji Pinang (Areca catechu L.) terhadap Pelepasan
Ion Fosfor pada Proses Demineralisasi Gigi yang Distimulasi Streptococcus
mutans. Skripsi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember ; 2012
5
Hasanah,A., Nazaruddin, F., Febrina, E., Zuhrotun, A. Analisis Kandungan
Minyak Atsiri dan Uji Aktivitas Antiinflamasi Ekstrak Rimpang Kencur
(Kaempferia galanga L.). Jurnal Matematika & Sains, Vol.16 Nomor 3;
Desember 2011
6
Andries, J.R., Gunawan, P.N., Supit, A. Uji Efek Antibakteri Ekstrak Bunga
Cengkeh terhadap Bakteri Streptococcus mutans secara In vitro. Jurnal e-
GiGi, Vol.2 Nomor 2; Juli – Desember 2014
7
Mittal, M., Gupta, N., Parashar, P., Mehra, V., Khatri, M. Phytochemical
Evaluation and Pharmacological Activity of Syzygium aromaticum : A
Comprehensive Review. Int.J.Pharm.Sci, Vol.6, Issue 8, 67-72; January
2014
8
Susilowati, A., Sumarawati, T. kajian Lama Kumur Air Rebusan Gambir (Uncaria
gambir) terhadap Pembentukan Plak Gigi. Jurnal Sains Medika, Vol.4
Nomor 1; Januari – Juni 2012
9
Radhiati. Kegunaan Daun Sirih (Ranup) dalam Tradisi dan Kehidupan Masyarakat
Aceh (Analisis Antropologi dan Kesehatan). Makalah Program
Pascasarjana UIN Ar-Raniry Banda Aceh ; 2014
10
Vandana Dwivedi dan Shalini Tripathi, Review Study on Potential Activity of
Piper betle. Journal of Pharmacognosy and Phytochemistry, vol.3(4);2014
11
Depkes RI. Materia Medika Indonesia, Jilid IV, cetakan pertama. Direktorat
Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta;1980
12
Hariana, A. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Penebar Swadaya Grup ; 2013
13
Hermawan, A., Hana, W., Wiwiek, T. Pengaruh Ekstrak Daun Sirih (Piper betle
L.) terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Escherichia coli
dengan Metode Diffusi Disk. Universitas Airlangga Surabaya; 2007.

26
14
Syamsuhidayat, S.S., Hutapea, J.R. Inventaris Tanaman Obat Indonesia,
Balitbang Departemen Kesehatan, Vol I: 64-65 ;1991
15
Depkes RI. Materia Medika Indonesia, Jilid V, hal: 55-58; 1989
16
Barthlomew, A. Kombucha Tea Therapy [online]. www. positivehealth.com.html.
Diakses tanggal 23 Februari 2017
17
Najib, Ahmad. 2009. Tanin. [serial on line]. http://www.nadjeeb.wordpress.com.
Diakses tanggal 23 Februari 2017
18
Linder, M.C. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme dengan Pemahaman secara
Klinis. Penerjemah : Parakkasi, A. Jakarta UI Press;1992
19
Ellis, D.R. and D.E. Salt. Plant,Selenium and Human Health. Current Opinion in
Plant Biology 6273-6279; 2003
20
Preetha, T.S, Hemanthakumar, A.S, Krishnan, P.N., A comprehensive review of
Kaempferia galanga L. (Zingiberaceae) : A High Sought Medicinal Plant in
Tropical Asia. J.Med.Plants.Stud. vol 4(3), 270 – 276; 2016
21
ITIS Standard Report Page. Syzygium aromaticum (L.) Merr. & L.M. Perry
https://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?
search_topic=TSN&search_value=506167#null. Diakses tanggal 3 April
2019
22
ITIS Standard Report Page. Uncaria gambir (Hunter) Roxb.
https://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?
search_topic=TSN&search_value=506057#null. Diakses tanggal 3 April
2019
23
Rauf, A., Rahmawaty, Siregar, A.Z. The Condition of Uncaria gambir Roxb. as
One of Important Medicinal Plants in North Sumatra Indonesia. Procedia
Chemistry. Vol.14, 3-10; 2015
24
Ningsih, Indah Yulia, dkk. Buku Petunjuk Praktikum Fitokimia. Fakultas Farmasi
Universitas Jember;2009
25
Rairisti, A. Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Biji Pinang (Areca catechu L.) terhadap
Penyembuhan Luka Sayat pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan
Galur Wistar. Skripsi Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Tanjungpura ; 2014

27
26
Hudha, M.I., Daryon, E.D., Muyassaroh. Minyak Kencur dari Rimpang Kencur
dengan Variabel Jumlah Pelarut dan Waktu Maserasi. Jurnal Teknik Kimia,
vol.8, No.1; September 2013
27
BPOM RI. Acuan Sediaan Herbal, Edisi I Volume IV. Jakarta, Badan Pengawas
Obat dan Makanan Republik Indonesia; 2011
28
Widarsih, E., Mahdalin, A., Harismah, K. Formulasi Pasta Gigi Daun sirih (Piper
betle L.) dengan Pemanis Alami Ekstrak Daun Stevia (Stevia rebaudiana).
The 6th University research Colloqium, Universitas Muhammadiyah
Magelang; 2017
29
Martin, MR., David, G. Pharmaceutical Dosage Forms : Disperse Systems.
Inflorma Healthcare Publication ; 423 - 447
30
Badan Standarisasi Nasional. SNI 12-3524-1995. Pasta Gigi. Jakarta
31
Lachman L., Lieberman, H. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Universitas
Indonesia Press ; 2008
32
Rowe, C.R, Sheskey, P.J and Owen, S.C. Handbook of Pharmaceutical
Excipients, 5th Edition, Pharmaceutical Press, London, UK ; 2005

28

Anda mungkin juga menyukai