Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN INDIVIDU

DEPARTEMEN: KEPERAWATAN GERONTIK

SATUAN ACARA PENYULUHAN BLADDER TRAINING

Oleh :

ALVIN FITRI HENDIKA (195070209111025

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2021
SATUAN PENYULUHAN

BLADER TRAINING

Pokok Bahasan           : Bladder Training

Sasaran : Lansia dengan inkontinensia urin

Hari/tanggal                : -

Waktu : 40 menit

Tempat : Rumah Klien

Pemberi Materi : Alvin Fitri Hendika

I. Tujuan Umum

Setelah dilakukan penyuluhan selama 40 menit diharapkan lansia dapat mengerti tentang

pentingnya melakukan bladder training.

II. Tujuan Khusus

Setelah mengikuti penyuluhan,diharapkan mampu :

1. Menjelaskan tentang pengertian bladder training menurut bahasa sendiri.

2. Menyebutkan 2 dari 4 tujuan blader training.

3. Menyebutkan 2 dari 4 waktu dilakukan bladder training.

4. Menjelaskan cara melakukan blader training menurut bahasa sendiri.

III. Materi

1. Pengertian Bladder Training

2. Tujuan Bladder Training


3. Waktu dilakukan Bladder Training

4. Cara melakukan Bladder Training

IV. Metode

1. Ceramah

2. Tanya jawab

V. Media

Leaflet

VI. Kegiatan Penyuluhan


Kegiatan
No Fasilitator Audience
Penyuluhan
- Memberi salam - Menjawab salam
Pembukaan - Memperkenalkan diri - Mendengarkan dan
1
( 5 menit ) - Menjelaskan tujuan memperhatikan
penyuluhan
Menjelaskan materi - Mendengarkan dan
- Pengertian bladder training memperhatikan
Penyampaian - Tujuan bladder training
2 materi - Waktu perlu dilakukan bladder
( 30 menit ) training
- Cara melakukan bladder
training
Menjelaskan tentang materi
penyuluhan ( evaluasi )
Penutup
3 - Menyimpulkan diskusi - Menjelaskan materi
( 5 menit )
- Memotivasi - Mendengarkan
- Mengucapkan salam - Menjawab salam

VII. Evaluasi

1. Menurut anda apa pengertian bladder training ?


2. Sebutkan 2 saja tujuan bladder training ?

3. Sebutkan 2 saja kapan waktu dilakukan bladder training ?

4. Bagaimana cara melakukan bladder training ?


Materi

1. DEFINISI BLADDER TRAINING

Bladder training adalah salah satu upaya untuk mengembalikan fungsi kandung kencing yang
mengalami gangguan ke keadaan normal atau ke fungsi optimal neurogenik (Potter dan Perry, 2005).
Bladder training digunakan untuk mencegah atau mengurangi buang air kecil yang sering atau mendesak
dan inkontinensia urin (tidak bisa menahan pengeluaran urin).

Bladder training adalah suatu terapi yang sering digunakan, terutama pada pasien yang baru saja
terlepas dari kateter urin, namun bisa juga dilakukan oleh semua orang untuk lebih melatih kekuatan
otot sfingter eksterna dalam menahan pengeluran urin. Bladder training merupakan terapi yang sangat
sederhana dan tidak memiliki efek samping. Latihan ini juga dapat dikombinasikan dengan terapi
pengobatan lain. Penelitian menunjukkan adanya peningakatan 50% pasien dengan inkontinensia urin
yang menggunakan bladder training.

Terdapat tiga macam metode bladder training, yaitu kegel exercises (latihan pengencangan atau
penguatan otot-otot dasar panggul), Delay urination (menunda berkemih), dan scheduled bathroom
trips (jadwal berkemih) Suhariyanto (2008). Latihan kegel (kegel exercises) merupakan aktifitas fisik yang
tersusun dalam suatu program yang dilakukan secara berulang-ulang guna meningkatkan kebugaran
tubuh. Latihan kegel dapat meningkatkan mobilitas kandung kemih dan bermanfaat dalam menurunkan
gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi urin. Latihan otot dasar panggul dapat membantu
memperkuat otot dasar panggul untuk memperkuat penutupan uretra dan secara refleks menghambat
kontraksi kandung kemih. (Kane, 1996 dalam Nursalam 2006).

Bladder training dapat dilakukan dengan latihan menahan kencing (menunda untuk berkemih). Pada
pasien yang terpasang kateter, Bladder training dapat dilakukan dengan mengklem aliran urin ke urin
bag (Hariyati, 2000). Bladder training dilakukan sebelum kateterisasi diberhentikan. Tindakan ini dapat
dilakukan dengan menjepit kateter urin dengan klem kemudian jepitannya dilepas setiap beberapa jam
sekali. Kateter di klem selama 20 menit dan kemudian dilepas. Tindakan menjepit kateter ini
memungkinkan kandung kemih terisi urin dan otot destrusor berkontraksi sedangkan pelepasan klem
memungkinkan kandung kemih untuk mengosongkan isinya. (Smeltzer, 2001).
2. TUJUAN BLADDER TRAINING

Tujuan dari bladder training adalah untuk melatih kandung kemih dan mengembalikan pola normal
perkemihan dengan menghambat atau menstimulasi pengeluaran air kemih (potter&perry, 2005).
Terapi ini bertujuan memperpanjang interval berkemih yang normal dengan berbagai teknik distraksi
atau teknik relaksasi sehingga frekuensi berkemih dapat berkurang, hanya 6-7 kali per hari atau 3-4 jam
sekali. Melalui latihan, penderita diharapkan dapat menahan sensasi berkemih. Latihan ini dilakukan
pada pasien anak pasca bedah yang di pasang kateter (Suharyanto, 2008).

1. Mengembalikan fungsi kandung kencing yang mengalami gangguan ke keadaan normal atau ke
fungsi optimal neurogenik (Potter dan Perry, 2005).
2. Memperpanjang interval berkemih yang normal dengan berbagai teknik distraksi atau teknik
relaksasi.
3. Dapat menahan sensasi berkemih.
4. Untuk mengurangi gejala dari:
- Frekuensi urin: mengeluarkan urin lebih dari 6-7 kali per hari.
- Nokturia: sering kencing di malam hari.
- Inkontinensia urge.
5. Mengembalikan tonus otot dari kandung kemih yang sementara waktu tidak ada karena
pemasangan kateter.
6. Mempersiapkan klien sebelum pelepasan kateter yang terpasang lama
7. Melatih klien untuk melakukan BAK secara mandiri
8. Mempersiapkan pelepasan kateter yang sdah terpasang lama
9. Mengembalikan tonus otot dari kandung kemih yang sementara waktu tidak ada karena
pemasangan kateter
10. Klien dapat mengontrol berkemih
11. Klien dapat mengontrol buang air besar
12. Menghindari kelembapan dan iritasi pada kulit lansia
13. Menghindari isolasi social bagi klien

3. INDIKASI BLADDER TRAINING


1. Pasien yang mengalami retensi urin.
2. Pasien yang terpasang kateter dalam waktu yang lama sehingga fungsi sfingter kandung kemih
terganggu.
3. Pasien yang menderita inkontinensia urin (inkontinensia urin stres, inkontinensia urin urge, atau
kombinasi keduanya).
4. Klien post operasi pada daerah pelvik (Nababan, 2011).
5. Klien yang pemasangan kateter dengan cukup lama
6. Klien yang akan dilakukan pelepasan dower kateter
7. Klien yang mengalami inkontenesia urin
8. Klien post operasi
9. Orang yang mengalami masalah dalam hal perkemihan
10. Klien dengan kesulitan memulai atau menghentikan aliran urin.

4. KONTRA INDIKASI BLADDER TRAINING


1. Sistitis (infeksi kandung kemih yang paling sering disebabkan oleh menyebarnya infeksi dari
uretra) berat.
2. Pielonefritis (inflamasi pada pelvis ginjal dan parenkim ginjal yang disebabkan karena adanya
infeksi oleh bakteri).
3. Gangguan atau kelainan pada uretra.
4. Hidronefrosis (pembengkakan ginjal yang terjadi sebagai akibat akumulasi urin di saluran kemih
bagian atas).
5. Vesicourethral reflux.
6. Batu traktus urinarius (Maulida, 2011).
7. Gagal ginjal

5. PERAN PERAWAT DALAM BLADDER TRAINING


Peran Perawat (termasuk pengkajian yang dilakukan saat bladder training)
Saat melepas kateter urin, perawat mengobservasi mengkaji dengan teliti apakah ada tanda-
tanda infeksi atau cidera pada meatus uretra pasien. Perawat perlu melakukan pengkajian dan
pemantauan pola berkemih setelah selesai bladder training dan pelepasan kateter urin. Perawat
medikal bedah juga harus responsif terhadap keluhan yang mungkin timbul setelah kateter urin
dilepas. Pasien diminta untuk segera melaporkan pada perawat atau dokter jika ada keluhan yang
dirasakan pasien saat berkemih (Bayhakki. dkk, 2008).
Pengkajian yang dilakukan antara lain:
 Pola berkemih
Info ini memungkinkan perawat merencanakan sebuah program yang sering memakan waktu
2 minggu atau lebih untuk di pelajari
 Ada tidaknya ISK atau penyakit penyebab
Bila terdapat ISK atau penyakit yang lainnya maka harus diobati dalam waktu yang sama
(Bayyhaki, 2008).
 Kebutuhan klien akan baldder training
Pastikan bahwa pasien benar-benar membutuhkan bladder training

6. PROSEDUR BLADDER TRAINING

Prosedur kerja dalam melakukan bladder training, yaitu:

1. Mengucapkan salam.
2. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan.
3. Ciptakan lingkungan yang nyaman dengan menutup ruangan atau tirai ruangan (ciptakan privasi
bagi klien).
4. Pelaksanaan.
a. Klien masih menggunakan kateter.
Prosedur 1 jam:
- Cuci tangan.
- Klien diberi mium setiap 1 jam sebanyak 200 cc dari pukul 07.00-19.00. Setiap kali klien
diberi minum, kateter diklem.
- Kemudian, setiap jam kandung kemih dikosongkan mulai pukul 08.00-20.00 dengan cara
klem kateter dibuka.
- Pada malam hari (setelah pukul 20.00) buka klem kateter dan klien boleh minum tanpa
ketentuan seperti pada siang hari.
- Prosedur terus diulang sampai berhasil.

Prosedur 2 jam:

- Cuci tangan.
- Klien diberi minum setiap 2 jam sebanyak 200 cc dari pukul 07.00- 19.00. Setiap kali
diberi minum, kateter diklem.
- Kemudian, setiap jam kandung kemih dikosongkan mulai pukul 08.00-21.00 dengan cara
klem kateter dibuka.
- Pada malam hari (setelah pukul 21.00) buka klem kateter dan klien boleh minum tanpa
ketentuan seperti pada siang hari.
- Prosedur terus diulang sampai berhasil.
b. Pada klien yang tidak menggunakan kateter.
- Cuci tangan.
- Klien diberi minum setiap 1 jam sebanyak 200 cc dari pukul 07.00-19.00, lalu kandung
kemih dikosongkan.
- Kateter dilepas.
- Monitor pengeluaran urin klien setiap 8 jam selama 1-2 hari setelah pelepasan kateter.
- Atur posisi yang nyaman untuk klien, bantu klien untuk konsentrasi BAK, kemudian
lakukan penekanan pada area kandung kemih dan lakukan pengosongan kandung kemih
setiap 2 jam secara urinal.
- Berikan minum terakhir pukul 19.00, selanjutnya klien tidak boleh diberi minum sampai
pukul 07.00 pagi untuk menghindari klien berkemih pada malam hari.
- Beritahu klien bahwa pengosongan kandung kemih selanjutnya dijadwalkan setiap 2 jam
sekali, apabila ada rangsangan BAK sebelum 2 jam klien diharuskan untuk menahannya.
- Buatlah sebuah jadwal bagi pasien untuk mencoba mengosongkan kandung kemih
secara urinal.
- Anjurkan klien untuk menggunakan Kegel exercise dan teknik pengosongan kandung
kemih.
5. Alat-alat dibereskan.
6. Akhiri interaksi dengan mengucapkan salam.
7. Dokumentasi (http://www.anvita.info).

Prosedur bladder training yang dapat dilakukan secara mandiri, yaitu :

1. Cobalah untuk buang air kecil pada waktu yang teratur. Mulailah dengan memilih interval waktu
(jumlah waktu), seperti satu jam.
2. Selama satu hari, pergilah ke kamar mandi setiap jam toileting yang telah dijadwalkan, terlepas
dari apakah toileting atau tidak. Hal ini untuk melatih kandung kemih mematuhi jadwal yang
telah dibuat. Jumlah urin yang dikeluarkan tidaklah penting.
3. Jika selama 4 hari metode per jam ini berhasil, maka tingkatkan interval toileting 15-30 menit
selama 4 hari berikutnya.
4. Jangan menambah interval waktu sampai interval waktu awal dipenuhi. Tingkatkan interval
waktu 15-30 menit sampai dapat menahan kencing selama 3-4 jam.
5. Buatlah jadwal khusus untuk toileting dan jangan melanggar jadwal tersebut.
6. Jika merasa ingin sekali toileting, maka cobalah tahan dan gunakan teknik relaksasi (napas
dalam). Jika terpaksa, maka diperbolehkan untuk toileting, namun tetap mengikuti jadwal
toileting yang dibuat sebelumnya (http://www.womensbladderhealth.com/).

Cara untuk mengurangi urgensi:

1. Lakukan Kegel exercise selama 10 detik dan ulangi selama beberapa kali.
2. Beberapa macam teknik Kegel exercise yang dapat dilakukan:
a. Elevator
Bayangkan bahwa panggul Anda adalah lift. Ketika otot-otot rileks, Anda berada di lantai
dasar. Perlahan-lahan tarik otot Anda sampai lantai kedua, kemudian berhenti. Kemudian
tarik sekuat mungkin untuk mencapai lantai tiga, berhenti. Kembali ke lantai dua, berhenti.
Kemudian rileks sepenuhnya dan kembali ke lantai dasar. Ambil napas dalam dan ulangi
selama beberapa kali.
b. Teknik Cepat
Kontraksikan dan relaksasikan otot-otot pelvik secepat mungkin 5 kali secara beraturan.
Relaksasi 10 detik, kemudian ulangi.
c. Long Haul
Kontraksikan otot-otot pelvik sekuat yang klien bisa. Lakukan teknik ini 1 kali/hari untuk
menghindari kelelahan otot.
3. Aktivitas mental juga dapat digunakan untuk menarik perhatian dari keinginan untuk buang air
kecil. Hal ini dapat digunakan sendiri atau bersama dengan latihan otot panggul. Sebagai
contoh, cobalah menghitung mundur dari seratus, melakukan latihan pernapasan dalam,
membaca puisi, atau menonton program televisi untuk mengalihkan perhatian diri dari
dorongan untuk berkemih (http://www.womensbladderhealth.com/).

Cara untuk Mengoptimalkan Kerja Bladder Training

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk membantu mengoptimalkan kerja dari
bladder training, yaitu:

1. Batasi konsumsi kafein (kopi, teh, soda, dan cokelat) karena kafein bersifat diuretik serta batasi
atau hindari konsumsi alkohol.
2. Batasi atau hindari konsumsi makanan yang mengandung pemanis buatan yang dapat membuat
penyakit pada kandung kemih bertambah parah.
3. Jagalah IMT dalam batas normal (http://kemh.health.wa.gov.au/).
4. Jangan mengurangi dengan drastis intake cairan untuk menghindari toileting, minimal intake
cairan adalah 5-6 gelas per hari.
5. Minum hanya volume moderat cairan. Anjurkan klien untuk intake cairan minimum (5-6
cangkir) non-kafein, non-karbonasi setiap hari. Pengurangi cairan setelah pukul 18:00 harus
dilakukan apabila klien bangun lebih dari sekali di malam hari untuk buang air kecil. Cara Jangan
minum dalam jumlah banyak sekaligus (lebih dari 8-10 gelas) karena dapat membanjiri kandung
kemih dan membuatnya lebih sulit untuk menahan urin.
6. Kosongkan kandung kemih sebelum tidur. Hal ini bisa dilakukan dengan tidak minum selama 2-3
jam sebelum tidur. Metode ini dilakukan untuk menghindari toileting pada malam hari. Hal ini
juga dapat membantu agar bisa toileting tepat waktu pada pagi hari.
7. Selalu kosongkan kandung kemih secara komplit. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
memberikan kontraksi ektra pada akhir setiap kali berkemih.
8. Kosongkan kandung kemih sebelum dan sesudah melakukan hubungan seksual.
9. Konsumsi jus apel, anggur, dan cranberry satu sampai dua gelas sehari untuk membantu
meningkatkan kerja kandung kemih.

Schedule bathroom trips

1. Beritahu klien untuk memulai jadwal berkemih pada bangun tidur, setiap 2-3 jam sepanjang
siang dan sore hari sebelum tidur dan 4 jam sekali pada malam hari.
2. Beritahu klien minum yang banyak sekitar 30 menit sebelum waktu jadwal untuk berkemih
3. Beritahu klien untuk menahan berkemih dan memberitahu perawat jika rangsangan
berkemihnya tidak dapat ditahan
4. Klien di suruh menunggu atau menahan berkemih dalam rentang waktu yang telah ditentukan
2-3 jam sekali
5. 30 menit kemudian, tepat pada jadwal berkemih yang telah ditentukan, mintalah klien untuk
memulai berkemih dengan teknik latihan dasar panggul.

Kegel Exercise

1. Minta kllien untuk mengembil posisi duduk atau berdiri


2. Instruksikan klien untuk mengencangkan otot-otot di sekitar anus
3. Minta klien mengencangkan otot bagian posterior dan kemudian kontraksikan otot anterior
secara perlahan sampai hitungan ke empat
4. Kemudian minta klien untuk merelaksasikan otot secara keseluruhan
5. Ulangi latihan 4 jam sekali, saat bangun tidur sealam 3 bulan
6. Apabila memungkinkan, anjurkan Sit-Up yang dimodifikasi (lutut di tekuk) kepada klien

Delay Urination

1. Instruksikan klien untuk berkonsentrasi pada otot panggul


2. Minta klien berupaya menghentikan aliran urine selama berkemih kemudian memulainya
kembali
3. Praktikan setiap kali berkemih
DAFTAR PUSTAKA

Johnson, Kimball. 2012. Bladder Training. Incontinence & Overactive Bladder Health. Online
(http://www.webmd.com/urinary-incontinence-oab/bladder-training-techniques). Diakses
tanggal 26 Mei 2015.

Maulida, Ana. 2011. Bladder Training. Online(http://www.docstoc.com/docs/79963287/BLADDER-


TRAINING---DOC#). Diakses tanggal 26 Mei 2015.

Nababan, TJ. 2011. Pengaruh Bladder Retention Training terhadap Kemampuan Mandiri Berkemih pada
Anak di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Skripsi. Online
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24523/7/Cover.pdf). Diakses tanggal 26 Mei
2015.

Potter, Patricia A. dan Perry, Anne Griffin. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,
dan Praktik. Edisi 4. Jakarta: EGC.

Phisiotherapy Department. 2009. Bladder Training Information Sheet. Women and Newborn Health
Service. King Edward Memorial Hospital. Online
(http://kemh.health.wa.gov.au/brochures/consumers/wnhs0427.pdf). Diakses tanggal 26 Mei
2015 .

.2014. Bladder Training Protocol. Anvita Heatlh: Actionable Health


Inteligence. Online (http://www.anvita.info/wiki/Bladder_Retraining_Protocol). Diakses tanggal
05 Juni 2014.

http://www.womensbladderhealth.com/pdf/bladdertraining.pdf

Bayhakki, dkk. 2008. Jurnal Keperawatan Indonesia: BLADDER TRAINING MODIFIKASI CARA KOZIER
PADA PASIEN PASCABEDAH ORTOPEDI YANG TERPASANG KATETER URIN. Vol 12 No 1, Hal 7-
13.

Anda mungkin juga menyukai