Anda di halaman 1dari 20

LIMFOMA NON HODGKIN

A. DEFINISI
      Limfoma Non-Hodgkin adalah sekelompok keganasan (kanker) yang berasal dari sistem
kelenjar getah bening dan biasanya menyebar ke seluruh tubuh. Beberapa dari limfoma
ini berkembang sangat lambat (dalam beberapa tahun), sedangkan yang lainnya
menyebar dengan cepat (dalam beberapa bulan). Penyakit ini lebih sering terjadi
dibandingkan dengan penyakit Hodgkin.

Limfoma malignum non-Hodgkin atau Limfoma non-Hodgkin adalah suatu keganasan


kelenjar limfoid yang bersifat padat. Limfoma nonhodgkin hanya dikenal sebagai suatu
limfadenopati lokal atau generalisata yang tidak nyeri. Namun sekitar sepertiga dari kasus
yang berasal dari tempat lain yang mengandung jaringan limfoid ( misalnya daerah orofaring,
usus, sumsum tulang, dan kulit. Meskipun bervariasi semua bentuk limfoma mempunyai
potensi untuk menyebar dari asalnya  sebagai penyebaran dari satu kelenjar kekelenjar
lain  yang akhirnya menyebar ke limfa, hati, dan sumsum tulang.

B. ETIOLOGI
Etiologi belum jelas mungkin perubahan genetik karena bahan – bahan limfogenik seperti
virus EBV, bahan kimia, mutasi spontan, radiasi dan sebagainya. Terdapat beberapa fakkor
resiko terjadinya LNH, antara lain :
a) Imunodefisiensi : 25% kelainan heredier langka yang berhubungan dengan terjadinya
LNH antara lain adalah :severe combined immunodeficiency, hypogammaglobulinemia,
common variable immunodeficiency, Wiskott Aldrich syndrome dan ataxia-
telangiectasia. Limfoma yang berhubungan dengan kelainan-kelainan tersebut seringkali
dihubugkan pula dengan Epstein Barr Virus (EBV) dan jenisnya beragam.
b) Agen infeksius : EBV DNA ditemukan pada limfoma Burkit sporadic. Karena tidak pada
semua kasus limfoma Burkit ditemukan EBV, hubungan dan mekanisme EBV terhadap
terjadinya limfoma Burkit belum diketahui.
c) Paparan lingkungan dan pekerjaan : Beberapa pekerjaan yang sering dihubugkan dengan
resiko tinggi adalah peternak serta pekerja hutan dan pertanian. Hal ini disebabkan
adanya paparan herbisida dan pelarut organic.
d) Diet dan Paparan lsinya : Risiko LNH meningkat pada orang yang mengkonsumsi
makanan tinggi lemak hewani, merokok, dan yang terkena paparan UV4,5.

C. GEJALA KLINIS
Gejala umum penderita limfoma non-Hodgkin yaitu :
-   Pembesaran kelenjar getah bening tanpa adanya rasa sakit
-   Demam
-   Keringat malam
-   Rasa lelah yang dirasakan terus menerus
-   Gangguan pencernaan dan nyeri perut
-   Hilangnya nafsu makan
-   Nyeri tulang
-   Bengkak pada wajah dan leher dan daerah-daerah nodus limfe yang terkena.
-   Limphadenopaty

Gejala Penyebab Kemungkinan


timbulnya gejala
Gangguan Pembesaran kelenjar getah 20-30%
pernafasan  bening di dada
Pembengkakan
wajah
Hilang nafsu Pembesaran kelenjar getah 30-40%
makan  bening di perut
Sembelit berat 
Nyeri perut atau
perut kembung
Pembengkakan Penyumbatan pembuluh getah 10%
tungkai bening di selangkangan atau
perut
Penurunan berat Penyebaran limfoma ke usus 10%>
badan  halus
Diare 
Malabsorbsi
Pengumpulan Penyumbatan pembuluh getah 20-30%
cairan di sekitar bening di dalam dada
paru-paru 
(efusi pleura)
Daerah kehitaman Penyebaran limfoma ke kulit 10-20%
dan menebal di kulit
yang terasa gatal
Penurunan berat Penyebaran limfoma ke 50-60%
badan  seluruh tubuh
Demam 
Keringat di malam
hari
Anemia  Perdarahan ke dalam saluran 30%, pada akhirnya
(berkurangnya pencernaan  bisa mencapai
jumlah sel darah Penghancuran sel darah 100%
merah) merah oleh limpa yang
membesar & terlalu aktif 
Penghancuran sel darah
merah oleh antibodi abnormal
(anemia hemolitik) 
Penghancuran sumsum tulang
karena penyebaran limfoma 
Ketidakmampuan sumsum
tulang untuk menghasilkan
sejumlah sel darah merah
karena obat atau terapi
penyinaran
Mudah terinfeksi Penyebaran ke sumsum tulang 20-30%
oleh bakteri dan kelenjar getah bening,
menyebabkan berkurangnya
pembentukan antibodi

D.  PATOFISIOLOGI
Perubahan sel limfosit normal menjadi sel limfoma merupakan akibat terjadinya mutasi gen
pada salah satu gen pada salah satu sel dari sekelompok sel limfosit tua yang tengah berada
dalam proses transformasi menjadi imunoblas (terjadi akibat adanya rangsangan imunogen).
Beberapa perubahan yang terjadi pada limfosit tua antara lain:
1).ukurannya semakin besar,
2).Kromatin inti menjadi lebih halus,
3).nukleolinya terlihat,
4).protein permukaan sel mengalami perubahan.

Beberapa faktor resiko yang diperkirakan dapat menyebabkan terjadinya limfoma Hodgkin
dan non-Hodgkin seperti infeksi virus-virus seperti virus Epstein-Berg, Sitomegalovirus,
HIV, HHV-6, defisiensi imun, bahan kimia, mutasi spontan, radiasi awalnya menyerang sel
limfosit yang ada di kelenjar getah bening sehingga sel-sel limfosit tersebut membelah secara
abnormal atau terlalu cepat dan membentuk tumor/benjolan. Tumor dapat mulai di kelenjar
getah bening (nodal) atau diluar kelenjar getah bening (ekstra nodal). Proliferasi abnormal
tumor tersebut dapat memberi kerusakan penekanan atau penyumbatan organ tubuh yang
diserang. Apabila sel tersebut menyerang Kelenjar limfe maka akan terjadi
Limphadenophaty.

Dampak dari proliferasi sel darah putih yang tidak terkendali,  sel darah merah akan terdesak,
jumlah sel eritrosit menurun dibawah normal yang disebut anemia. Selain itu populasi
limfoblast yang sangat tinggi juga akan menekan jumlah sel trombosit dibawah normal yang
disebut trombositopenia. Bila kedua keadaan terjadi bersamaan, hal itu  akan disebut
bisitopenia yang menjadi salah satu tanda kanker darah.
Gejala awal yang dapat dikenali adalah pembesaran kelenjar getah bening di suatu tempat
(misalnya leher atau selangkangan)atau di seluruh tubuh. Kelenjar membesar secara perlahan
dan biasanya tidak menyebabkan nyeri. Kadang pembesaran kelenjar getah bening di tonsil
(amandel) menyebabkan gangguan menelan. Pembesaran kelenjar getah bening jauh di
dalam dada atau perut bisa menekan berbagai organ dan menyebabkan: gangguan pernafasan,
berkurangnya nafsu makan, sembelit berat, nyeri perut, pembengkakan tungkai.

Jika limfoma menyebar ke dalam darah bisa terjadi leukimia. Limfoma non hodgkin lebih
mungkin menyebar ke sumsum tulang, saluran pencernaan dan kulit. Pada anak – anak,
gejala awalnya adalah masuknya sel – sel limfoma ke dalam sumsum tulang, darah, kulit,
usus, otak, dan tulang belekang; bukan pembesaran kelenjar getah bening. Masuknya sel
limfoma ini menyebabkan anemia, ruam kulit dan gejala neurologis (misalnya delirium,
penurunan kesadaran).

Secara kasat mata penderita tampak pucat, badan seringkali hangat dan merasa lemah tidak
berdaya, selera makan hilang, berat badan menurun disertai pembengkakan seluruh kelenjar
getah bening : leher, ketiak, lipat paha, dll.

E.  KLASIFIKASI
Ada 2 klasifikasi besar  penyakit ini yaitu:
1) Limfoma non Hodgkin agresif
Limfoma non Hodgkin agresif kadangkala dikenal sebagai limfoma non Hodgkin tumbuh
cepat atau level tinggi.karena sesuai dengan namanya, limfoma non Hodgkin agresif  ini
tumbuh dengan cepat. Meskipun nama ‘agresif’ kedengarannya sangat menakutkan,
limfoma ini sering memberikan respon sangat baik terhadap pengobatan. Meskipun
pasien yang penyakitnya tidak berespon baik terhadap standar pengobatan lini pertama,
sering berhasil baik dengan kemoterapi dan transplantasi sel induk. Pada kenyataannya,
limfoma non Hodgkin agresif lebih mungkin mengalami kesembuhan total daripada
limfoma non Hodgkin indolen.
2) Limfoma non Hodgkin  indolen
Limfoma non Hodgkin indolen kadang-kadang dikenal sebagai limfoma non Hodgkin
tumbuh lambat atau level rendah. Sesuai dengan namanya, limfoma non Hodgkin indolen
tumbuh hanya sangat lambat. Secara tipikal ia pada awalnya tidak menimbulkan gejala,
dan mereka sering tetap tidak terditeksi untuk beberapa saat. Tentunya, mereka sering
ditemukan secara kebetulan, seperti ketika pasien mengunjungi dokter untuk sebab
lainnya. Dalam hal ini, dokter mungkin menemukan pembesaran kelenjar getah bening
pada pemeriksaan fisik rutin. Kadangkala, suatu pemeriksaan, seperti pemeriksaan darah,
atau suatu sinar-X, dada, mungkin menunjukkan sesuatu yang abnormal, kemudian
diperiksa lebih lanjut dan ditemukan terjadi akibat limfoma non Hodgkin. Gejala yang
paling sering adalah pembesaran kelenjar getah bening, yang kelihatan sebagai benjolan,
biasanya di leher, ketiak dan lipat paha. Pada saat diagnosis pasien juga mungkin
mempunyai gejala lain dari limfoma non Hodgkin. Karena limfoma non Hodgkin indolen
tumbuh lambat dan sering tanpa menyebabkan stadium banyak diantaranya sudah dalam
stadium lanjut saat pertama terdiagnosis.

F.   PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a) Anamnesis dan pemeriksaan fisik : ada tumor sistem limfoid, febris keringat malam,
penurunan berat badan, limfadenopati dann hepatosplenomegali
b) Pemeriksaan laboratorium : Hb, leukosit, LED, hapusan darah, faal hepar, faal ginjal,
LDH.
c) Pemeriksaan Ideal
d) Limfografi, IVP, Arteriografi. Foto organ yang diserang, bone – scan, CT – scan, biopsi
sunsum tulang, biopsi hepar, USG, endoskopi

      Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinik dan pemeriksaan histopatologi. Untuk LH


memakai krioteria lukes dan butler (4 jenis). Untuk LNH memakai kriteria internasional
working formulation (IWF) menjadi derajat keganasan rendah, sedang dan tinggi

Penentuan tingkat/stadium penyakit (staging)Stadium ditentukan menurut kriteria Ann Arbor


(I, II, III, IV, A, B, E). Ada 2 macam stage : Clinical stage dan pathological stage
 G. PENATALAKSANAAN
a) Therapy Medik
b) Konsultasi dengan ahli onkology medik ( di RS type A dan B)
c) Limfoma non hodkin derajat keganasan rendah (IWF)
d) Tanpa keluhan : tidak perlu therapy
e) Bila ada keluhan dapat diberi obat tunggal siklofosfamide dengan dosis permulaan po
tiap hari atau 1000 mg/m 2 iv selang 3 – 4 minggu.
f) Bila resisten dapat diberi kombinasi obat COP, dengan cara pemberian seperti pada LH
diatas
g) Limfona non hodgkin derajat keganasan sedang (IWF)
         Untuk stadium I B, IIB, IIIA dan B, IIE A da B, terapi medik adalah sebagai terapy
utama
       Untuk stadium I A, IE, IIA diberi therapy medik sebagai therapy anjuran
Minimal : seperti therapy LH
           Ideal : Obat kombinasi cyclophospamide, hydrokso – epirubicin, oncovin, prednison
(CHOP)
h) Lymfoma non – hodgkin derajat keganasan tinggi (IWF)
    Stadium IA : kemotherapy diberikan sebagai therapy adjuvant
          Untuk stadium lain : kemotherapy diberikan sebagai therapy utama
         Minimal : kemotherapynya seperti pada LNH derajat keganasan sedang (CHOP)
          Ideal : diberi Pro MACE – MOPP atau MACOP – B
i) Therapy radiasi dan bedah
      Konsultasi dengan ahli radiotherapy dan ahli onkology bedah, selanjutnya melalui yim
onkology ( di RS type A dan B)

H.  PROGNOSIS
LNH dapat dibagi kedalam 2 kelompok prognostik: Indolent Lymphoma dan Agresif
Lymphoma. LNH memiliki prognosis yang relatif baik, dengan median survival 10 tahun,
tetapi biasanya tidak dapat disembuhkan pada stadium lanjut. Sebagian besar tipe Indolen
adalah noduler atau folikuler. Tipe limfoma agresif memiliki perjalanan alamiah yang lebih
pendek, namun lebih dapat disembuhkan secara signifikan dengan kemoterapi kombinasi
intensif. Resiko kambuh lebih tinggi pada pasien dengan gambaran histologik “divergen”
baik pada kelompok Indolen maupun Agresif. Derajat keganasan rendah: tidak dapat sembuh
namun dapat hidup lama. Derajat keganasan menengah: sebagian dapat disembuhkan.
Derajat keganasan tinggi: dapat disembuhkan, cepat meninggal apabila tidak diobati.

I.   KOMPLIKASI
Akibat langsung penyakitnya
-    Penekanan terhadap organ khususnya jalan nafas, usus dan saraf
-    Mudah terjadi infeksi, bisa fatal
Akibat efek samping pengobatan
-    Aplasia sumsum tulang
-    Gagal jantung oleh obat golongan antrasiklin
-    Gagal ginjal oleh obat sisplatinum
-    Neuritis oleh obat vinkristin6

J.   EPIDEMIOLOGI
Limfoma non-Hodgkin (NHL) merupakan penyakit yang terutama dijumpai pada usia agak
tinggi. Insidensi puncak terdapat di atas 40 tahun dan untuk berbagai subtipe bahkan di atas
60 tahun di seluruh dunia. Median umur penderita limfoma non-Hodgkin adalah 50 tahun.
Tetapi ada beberapa tipe, yaitu NHL derajat tinggi, yang juga (dan terutama) terdapat pada
umur anak dan remaja muda. Insidensinya adalah 6 per 100.000.

K. PENCEGAHAN
Tidak ada pedoman untuk mencegah limfoma Non Hodgkin karena penyebabnya tidak
diketahui. Super lutein merupakan herbal antikanker no 1 yang direkomendasikan oleh 6600
dokter di dunia. Kemampuannya sebagai herbal antikanker tidak dapat dipungkiri lagi.
Kandungan lycopene, beta caroten dan alpha carotene merupakan karotenoid yang berfungsi
sebagai antioksidan yang sangat baik untuk regenerasi sel-selyang telah mati dan
menghambat radikal bebas dalam tubuh. karotenoid tersebut juga mampu menghambat dan
membunuh mutasi sel-sel kanker ini.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1.   PENGKAJIAN
a) Kebutuhan dasar
b) Aktivitas/istirahat
Gejala: Kelelahan, kelemahan atau malaise umum. Kehilangan produktifitas dan
penurunan toleransi latihan.
Tanda: Penurunan kekuatan, jalan lamban dan tanda lain yang menunjukkan kelelahan.
c) Sirkulasi
Gejala: Palpitasi, angina/nyeri dada.
Tanda: Takikardia, disritmia, sianosis wajah dan leher (obstruksi drainase vena karena
pembesaran nodus limfa adalah kejadian yang jarang), ikterus sklera dan ikterik umum
sehubungan dengan kerusakan hati dan obtruksi duktus empedu dan pembesaran nodus
limfa (mungkin tanda lanjut), pucat (anemia), diaforesis, keringat malam.
d) Eliminasi
Gejala:
Perubahan karakteristik urine dan atau feses. Riwayat Obstruksi usus, contoh intususepsi,
atau sindrom malabsorbsi (infiltrasi dari nodus limfa retroperitoneal).
Tanda:
Penurunan haluaran urine, urine gelap/pekat, anuria (obstruksi uretal/ gagal ginjal).
Disfungsi usus dan kandung kemih (kompresi batang spinal terjadi lebih lanjut).
e) Makanan/cairan
Gejala: Anoreksia/kehilangna nafsu makan. Disfagia (tekanan pada easofagus).
Adanya penurunan berat badan yang tak dapat dijelaskan sama dengan 10% atau lebih dari
berat badan dalam 6 bulan sebelumnya dengan tanpa upaya diet.
Tanda: Pembengkakan pada wajah, leher, rahang atau tangan kanan (sekunder terhadap
kompresi venakava superior oleh pembesaran nodus limfa)
Ekstremitas : edema ekstremitas bawah sehubungan dengan obtruksi vena kava inferior
dari pembesaran nodus limfa intraabdominal (non-Hodgkin)
Asites (obstruksi vena kava inferior sehubungan dengan pembesaran nodus limfa
intraabdominal).
f) Nyeri/kenyamanan
Gejala: Tidak ada nyeri pada nodus limfa yang terkena.
g) Pernapasan
Gejala: Dispnea pada saat kerja atau istirahat.
Tanda: Dispnea, takikardia. Batuk kering non-produktif. Tanda distres pernapasan, contoh
peningkatan frekwensi pernapasan dan kedaalaman penggunaan otot bantu, stridor,
sianosis. Parau/paralisis laringeal (tekanan dari pembesaran nodus pada saraf laringeal).
h) Keamanan
Gejala: Riwayat sering/adanya infeksi (abnormalitas imunitas seluler pencetus untuk
infeksi virus herpes sistemik, TB, toksoplasmosis atau infeksi bakterial).
Riwayat monokleus (resiko tinggi penyakit Hodgkin pada pasien yang titer tinggi virus
Epstein-Barr). Riwayat ulkus/perforasi perdarahan gaster.
Pola sabit adalah peningkatan suhu malam hari terakhir sampai beberapa minggu (demam
pel Ebstein) diikuti oleh periode demam, keringat malam tanpa menggigil.
Kemerahan/pruritus umum.
Tanda: Demam menetap tak dapat dijelaskan dan lebih tinggi dari 38oC tanpa gejala
infeksi, nodus limfe simetris, tak nyeri, membengkak/membesar (nodus servikal paling
umum terkena, lebih pada sisi kiri daripada kanan, kemudian nodus aksila dan
mediastinal). Nodus terasa keras, diskret dan dapat digerakkan, pembesaran tosil, pruritus
umum. Sebagian area kehilangan pigmentasi melanin (vitiligo).

i) Seksualitas
Gejala: Masalah tentang fertilitas/kehamilan (sementara penyakit tidak mempengaruhi, tetapi
pengobatan mempengaruhi), penurunan libido.

2.   PEMERIKSAAN FISIK
a)   Keadaan umum
Kesadaran: tidak terjadi penurunan kesadaran (compos mentis).
b)   Pemeriksaan integument
Terdapat daerah kehitaman dan menebal di kulit yang terasa gatal akibat perluasan
limfoma ke kulit.
c)   Pemeriksaan kepala dan leher
Kepala: bentuk normocephalik.
Wajah: normal.
Leher: biasanya terjadi pembengkakan pada kelenjar getah bening di leher. Pembesaran
terkadang terjadi juga pada tonsil sehingga mengakibatkan gangguan menelan.
d)   Pemeriksaan dada
Apabila terjadi pembesaran kelenjar getah bening di dada, maka pasien akan merasakan
sesak nafas. Penyumbatan pembuluh getah bening di dada mengakibatkan penyumbatan
cairan di paru sehingga dapat mengakibatkan sesak nafas dan efusi pleura.
e)   Pemeriksaan abdomen.
Apabila terjadi pembesaran kelenjar getah bening di perut maka akan menimbulkan
hilang nafsu makan, sembelit berat, nyeri perut atau perut kembung.
f)   Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus.
Terkadang terdapat konstipasi akibat penekanan pada usus. Jika limfoma menyebar ke
usus halus maka akan terjadi penurunan berat badan Diare dan Malabsorbsi. Terdapat
pembengkakan pada skrotum.
g)   Pemeriksaan ekstremitas.
Jika terjadi penyumbatan pembuluh getah bening di selangkangan atau perut maka akan
terjadi pembengkakan tungkai. Dan apabila terdapat penyumbatan pembuluh getah
bening pada daerah aksila maka akan terjadi pembengkakan pada daerah aksila.

3.   PEMERIKSAAN PENUNJANG
1)      Pemeriksaan Darah Lengkap
a) SDP : bervariasi, dapat normal, menurun atau meningkat secara nyata.
Deferensial SDP : Neutrofilia, monosit, basofilia, dan eosinofilia mungkin ditemukan.
Limfopenia lengkap (gejala lanjut).
b) SDM dan Hb/Ht : menurun. Peneriksaan SDM dapat menunjukkan normositik ringan
sampai sedang, anemia normokromik (hiperplenisme).
c) LED : meningkat selama tahap aktif dan menunjukkan inflamasi atau penyakit
malignansi. Berguna untuk mengawasi pasien pada perbaikan dan untuk mendeteksi
bukti dini pada berulangnya penyakit.
d) Kerapuhan eritrosit osmotik : meningkat.
e) Trombosit : menurun (mungkin menurun berat, sumsum tulang digantikan oleh
limfoma dan oleh hipersplenisme)
f) Test Coomb : reaksi positif (anemia hemolitik) dapat terjadi namun, hasil negatif
biasanya terjadi pada penyakit lanjut.
g) Besi serum dan TIBC : menurun.
h) Alkalin fosfatase serum : meningkat terlihat pasda eksaserbasi.
i)  Kalsium serum : mungkin menigkat bila tulang terkena.
j) Asam urat serum : meningkat sehubungan dengan destruksi nukleoprotein dan
keterlibatan hati dan ginjal.
2)   Pemeriksaan THT untuk melihat keterlibatan cincin waldeyer terlibat dilanjutkan dengan
tindakan gstroskopy.
3)   BUN : mungkin meningkat bila ginjal terlibat. Kreatinin serum, bilirubin, ASL (SGOT),
klirens kreatinin dan sebagainya mungkin dilakukan untuk mendeteksi keterlibatan organ.
4)   Hipergamaglobulinemia umum: hipogama globulinemia dapat terjadi pada penyakit
lanjut.
5)   Foto dada: dapat menunjukkan adenopati mediastinal atau hilus, infiltrat, nodulus atau
efusi pleural.
6)   Foto torak, vertebra lumbar, ekstremitas proksimal, pelvis, atau area tulang nyeri tekan :
menentukan area yang terkena dan membantu dalam pentahapan.
7)   Tomografi paru secara keseluruhan atau skan CT dada : dilakukan bila adenopati hilus
terjadi. Menyatakan kemungkinan keterlibatan nodus limfa mediatinum.
8)   Scan CT abdomenial: mungkin dilakukan untuk mengesampingkan penyakit nodus pada
abdomen dan pelvis dan pada organ yang tak terlihat pada pemeriksaan fisik.
9)   Ultrasound abdominal: mengevaluasi luasnya keterlibatan nodus limfa retroperitoneal.
10)  Scan tulang: dilakukan untuk mendeteksi keterlibatan tulang. Skintigrafi Galliium-67:
berguna untuk membuktikan deteksi berulangnya penyakit nodul, khususnya diatas
diagfragma.
11)  Biopsi sumsum tulang: menentukan keterlibatan sumsum tulang. Invasi sumsum tulang
terlihat pada tahap luas.
12)  Biopsi nodus limfa: membuat diagnosa penyakit Hodgkin berdasarkan pada adanya sel
Reed-Sternberg.
13)  Mediastinoskopi: mungkin dilakukan untuk membuktikan keterlibatan nodus mediastinal.
14)  Laparatomi pentahapan: mungkin dilakukan untuk mengambil spesimen nodus
retroperitoneal, kedua lobus hati dan atau pengangkatan limfa (Splenektomi adalah
kontroversial karena ini dapat meningkatkan resiko infeksi dan kadang-kadang tidak
biasa dilakukan kecuali pasien mengalami manifestasi klinis penyakit tahap IV.
Laporoskopi kadang-kadang dilakukan sebagai pendekatan pilihan untuk mengambil
spesimen.

4.   DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pembesaran nodus limfa mediastinal dan
edema jalan nafas ditandai dengan sesak napas
2. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan gangguan transportasi oksigen
yang ditandai dengan warna kulit pucat
3. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan intake
makanan di tandai dengan penurunan berat badan
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan transpor oksigen ditandai dengan
kelemahan, sesak nafas saat melakukan aktivitas, adanya sianosis, klien tampak pucat.
5. Nyeri akut berhubungan dengan penekanan saraf nyeri yang ditandai dengan klien
tampak meringis

No Diagnosa NOC NIC Evaluasi


Keperawatan
1 Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan NIC : Respiratory
berhubungan dengan asuhan keperawatan monitoring
pembesaran nodus limfa selama …x24 jam1.   Monitor kecepatan,
mediastinal dan edema diharapkan pola irama, kedalaman, dan
jalan nafas ditandai napas efektif dengan usaha pernapasan
dengan sesak napas kriteria hasil : 2.   Catat pergerakan dada,
NOC : Respiratory serta lihat simetris dan
status : airway penggunaan otot bantu
patency napas
·     RR klien dalam 3.   Monitor sesak menurun
rentang normal (skala atau bertambah parah
5) 4.   Auskultasi suara paru-
·     Kedalaman inspirasi paru setelah pemberian
klien adekuat (skala terapi untuk
5) mengetahui hasilnya
·     Irama pernafasan
normal (skala 5)
2 Perubahan perfusi NOC : Tissue NIC : Hemodynamic
jaringan perifer tidak Perfusion Regulation
efektif berhubungan Peripheral ·     Auskultasi suara paru-
dengan gangguan Setelah dilakukan paru untuk mengetahui
transportasi oksigen asuhan keperawatan adanya keabnormalan
ditandai dengan warna selama …x24 jam·     Auskultasi suara
kulit pucat diharapkan perfusi jantung
jaringan perifer·     Monitor dan catat
adekuat dengan detak jantung, irama,
kriteria hasil : nadi
·   CRT < 2 detik (skala·     Monitor nadi perifer,
5) CRT, temperature, dan
·   Suhu ektremitas warna ektremitas
normal (skala 5 ) ·     Bila perlu tinggikan
·   Nadi ektremitas kepala klien dari tempat
normal (skala 5) tidur
·   Tekanan systolic dan·     Monitor adanya edema
diastolic normal perifer
(skala 5)

3 Kebutuhan nutrisi kurang Nutritional Status : Nutrition


dari kebutuhan tubuh ·     Nutritional Management
berhubungan dengan Status : food and         Kaji adanya alergi
penurunan intake Fluid Intake makanan
makanan di tandai ·     Nutritional         Kolaborasi dengan
dengan penurunan berat Status: nutrient ahli gizi untuk
badan Intake menentukan jumlah
         Weight control kalori dan nutrisi yang
Kriteria Hasil : dibutuhkan pasien.
·    Adanya        Anjurkan pasien
peningkatan berat untuk meningkatkan
badan sesuai intake Fe
dengan tujuan        Anjurkan pasien
·    Berat badan ideal untuk meningkatkan
sesuai dengan protein dan vitamin C
tinggi badan          Berikan substansi
·     Mampu gula
mengidentifikasi         Yakinkan diet yang
kebutuhan nutrisi dimakan mengandung
         Tidak ada tanda- tinggi serat untuk
tanda malnutrisi mencegah konstipasi
·    Menunjukkan        Berikan makanan
peningkatan yang terpilih (sudah
fungsi pengecapan dikonsultasikan
dan menelan dengan ahli gizi)
·    Tidak terjadi        Ajarkan pasien
penurunan berat bagaimana membuat
badan yang berarti catat makanan harian.
         Monitor jumlah
nutrisi dan kandungan
kalori
         Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
       Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan

Nutrition Monitoring
         BB pasien dalam
batas normal
         Monitor adanya
penurunan berat badan
         Monitor tipe dan
jumlah aktivitas yang
biasa dilakukan
       Monitor interaksi
anak atau orangtua
selama makan
4 Intoleransi aktifitas NOC NIC
berhubungan dengan         Energy Activity Therapy
penurunan transpor conservation      Kolaborasikan dengan
oksigen ditandai dengan        Activity tolerance tenaga rehabilitasi
kelemahan, sesak nafas         Self Care : ADLs medik dalam
saat melakukan merencanakan program
aktivitas, adanya Kriteria Hasil : terapi yang tepat
sianosis, klien tampak      Berpartisipasi dalam     Bantu klien untuk
pucat. aktivitas fisik tanpa mengidentifikasi
disertai peningkatan aktivitas yang mampu
tekanan darah, nadi dilakukan
dan RR      Bantu untuk memilih
     Mampu melakukan aktivitas konsisten yang
aktivitas sehari-hari sesuai dengan
(ADLs) secara kemampuan fisik,
mandiri psikologi dan social
     Tanda-tanda vital     Bantu untuk
normal mengidentifikasi dan
     Energy psikomotor mendapatkan sumber
     Level kelemahan yang diperlukan untuk
     Mampu berpindah: aktivitas yang
dengan atau tanpa diinginkan
bantuan alat      Bantu untuk
     Status mendapatkan alat
kardiopulmunari bantuan aktivitas
adekuat seperti kursi roda, krek
     Sirkulasi status baik      Bantu untuk
     Status respirasi : mengidentifikasi
pertukaran gas dan aktivitas yang disukai
ventilasi adekuat      Bantu klien untuk
membuat jadwal latihan
diwaktu luang
         Bantu
pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
         Sediakan penguatan
positif bagi yang aktif
beraktivitas
         Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
         Monitor respon fisik,
emosi, social dan
spiritual

5 Nyeri akut berhubungan NOC : Pain Control NIC : Pain


dengan penekanan saraf Setelah dilakukan Management
nyeri ditandai dengan asuhan keperawatan·     Lakukan pengkajian
klien tampak meringis …x24 jam nyeri:
diharapkan nyeri P: propokatif dan
klien dapat teratasi paliatif
dengan kriteria hasil : Q : quality
·   Pasien dapat R: region
mengenal nyeri yang S: severity
dialaminya (range 5) T: time
·   Pasien mengetahui·   Observasi adanya
faktor penyebab respon nonverbal
nyeri (skala 5) ketidaknyamanan
·   Pasien dapat·   Gunakan komunikasi
melaporkan ketika terapeutik agar pasien
tidak dapat mengatakan
mengontrol nyeri pengalaman nyeri
(skala 4) ·   Ajarkan pasien untuk
·  Pasien melaporkan mengurangi nyeri
perubahan gejala dengan terapi
nyeri (skala 4) nonfarmakologi (teknik
distraksi)
NOC : Pain Level ·    Anjurkan pasien untuk
     Klien melaporkan menggunakan
adanya rasa nyeri  pengobatan nyeri yang
yang ringan (skala 4) adekuat
     Klien tidak·    Kolaborasi dengan
mengerang atau tenaga medis lain
menangis terhadap dalam pemberian
rasa sakitnya (skala analgesic
5)
Klien tidak
menunjukkan rasa
sakit akibat nyerinya
(skala 5) NIC : Analgesic
Administration
    Ketahui lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri
sebelum memberikan
pasien medikasi
      Lakukan pengecekan
terhadap riwayat alergi
      Pilih analgesic yang
sesuai atau
kombinasikan analgesic
saat di resepkan
anagesik lebih dari
      Monitor tanda-tanda
vital sebelum dan
setelah  diberikan
analgesic dengan satu
kali dosis atau tanda
yang tidak biasa dicatat
perawat. Evaluasi
keefektian dari
analgesic

LAPORAN PENDAHULUAN
LIMFOMA NON HODGKIN
PUTRI MINAS SARI
1721312040

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(Ns. Dwi Novrianda, M.Kep) (Ns. Rahma Devita, M.Kep, Sp.Kep.An)

PRAKTEK MAGISTER KEPERAWATANANAK


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2018
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth.2002.Keperawatan Medikal-Bedah Vol.3.Jakarta:EGC


Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:  MediAction.
Soebandri dkk. 2001. Kuliah Hematologi dan Onkologi Medik. Lab. / SMF Ilmu Penyakit
Dalam. FK. UNAIR, RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
Soeparman, Sarwono W. 1990. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Penerbit Balai Penerbit FKUI,
Jakarta.
Swanson, Elizabeth. 2004. Nursing Outcome Classification. America: Mosby
Williams, Lipincott & Wilkins.2011.Nursing: Memahami Berbagai Macam
Penyakit.Jakarta:Indeks

Anda mungkin juga menyukai