Anda di halaman 1dari 25

Sistem

Drainase
ZERO RUN OFF
Kerangka Pemikiran

Latar Bekalang
Masalah Data Penunjang

Step 1 Step 2 Step 3 Step 4

Maksud & Tujuan Analisis


Latar Belakang
Tantangan pengembangan pendidikan tinggi dimasa mendatang semakin ketat sejalan
dengan pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi. Tuntutan terhadap kualitas sumberdaya
manusia menjadi lebih kompetitif mengharuskan tenaga yang dihasilkan oleh perguruan
tinggi menjadi lebih berkualitas. Hal ini berdampak pada kemampuan layanan drainase
kawasan dan sarana prasarana pengendali banjir untuk mengeringkan kawasan terbangun.
Sesuai fungsinya, drainase kawasan merupakan jaringan pembuangan yang digunakan untuk
mengeringkan suatu wilayah dari genangan air, baik dari hujan lokal maupun sungai yang
melintas di dalam kawasan
Permasalahan banjir dan genangan air di Kawasan Undana tidak terlepas dari permasalahan
buruknya sistem jaringan drainase. Pesatnya pertumbuhan lahan terbangun sering kali tidak
diimbangi dengan penyediaan drainase yang terencana dan terintegrasi dengan baik, sehingga tak
jarang pembangunan kampus di wilayah hulu menyebabkan banjir yang sebelumnya tidak pernah
terjadi di wilayah hilir.

Pertumbuhan kawasan terbangunpun belum sepenuhnya sesuai dengan tata ruang dan konsep
pembangunan yang berkelanjutan. Banyak kawasan cekungan yang semula berfungsi sebagai daerah
resapan dan penampungan air sementara telah berubah menjadi bangunan yang beralih fungsi
yang di musim hujan berpotensi mengalami banjir. Badan airpun tak luput dari perubahan
fungsi.
Di sisi lain, kekurang berpihakan terhadap konsep pembangunan berkelanjutan juga akan
berdampak terhadap penyediaan air bersih masyarakat. Pengambilan air tanah yang
meningkat dan menurunnya resapan air ke dalam tanah dapat menyebabkan

terjadinya bencana kekeringan di musim kemarau. Kondisi ini mulai dirasakan oleh masyarakat
di mana dari tahun ke tahun tinggi muka air tanah terus mengalami penurunan, dan
masyarakat kerap harus menggali sumurnya lebih dalam di musim kemarau.
Pengelola Kawasan Undana telah berkomitmen untuk menangani banjir sehingga ditargetkan
banjir di daerah hilir tertangani. Karena kompleksnya permasalahan, pencegahan dan
pengendalian banjir membutuhkan penanganan struktural dan non struktural yang
komprehensif dan terintegrasi dari hulu ke hilir. Harus dilakukan secara komprehensif dan
terintegrasi untuk melayani seluruh wilayah Kawasan dan terutama daerah-daerah rawan
genangan. Untuk menyediakan perencanaan yang komprehensif itulah perlunya Penyusunan
Kajian Masterplan Drainase Kawasan Undana.
Seperti juga Kawasan-Kawasan lain, penanganan banjir dan pencegahan kekeringan merupakan
permasalahan yang prioritas untuk diselesaikan oleh Pemda. Meskipun berangkat dari
kebutuhan untuk mengurangi permasalahan banjir di Kawasan Undana, penerapan konsep zero
run-off dalam penyusunan masterplan drainase ini diharapkan juga dapat menyumbang pada
ketahanan air Kawasan karena memberikan kesempatan bagi air untuk berinfiltrasi sebesar-
besarnya. Dengan demikian, masterplan yang dihasilkan tidak hanya dapat menyelesaikan
permasalahan banjir tetapi juga dapat mendukung upaya penyediaan air baku air minum di
Kawasan Undana.
MAKSUD

Maksud dari kegiatan ini adalah menyusun Masterplan Drainase Kawasan Undana yang
menyeluruh dan terintegrasi dalam satuan wilayah drainase sebagai acuan dalam pembangunan
jaringan drainase dan infrastruktur pengendali banjir yang berwawasan lingkungan di
wilayah Kawasan Undana, yang juga dapat berkontribusi terhadap pelestarian air baku air
minum kawasan
TUJUAN
Tujuan dari kegiatan ini adalah mengurangi terjadinya banjir dan genangan di Kawasan Undana
melalui penyediaan rencana induk yang dapat menjadi acuan dalam pembangunan dan penataan
jaringan drainase / pengendali banjir.
Sasaran
1. Tergambarnya kondisi dan permasalahan sistem drainase eksisting di Kawasan Undana yang mencakup sistem alamiah dan sistem buatan

2. Teridentifikasinya lokasi banjir dan wilayah rawan genangan di Kawasan Undana, prakiraan luas area genangan serta sistem drainase yang diperlukan untuk
penanggulangannya secara tuntas dan menyeluruh.

3. Tersedianya data dan informasi dari sistem drainase untuk menanggulangi genangan secara menyeluruh dan berkelanjutan.

4. Tersusunnya prioritas penanganan banjir/genangan;

5. Tersedianya rencana pengelolaan dan indikasi program kegiatan (fisik dan non fisik) penataan sistem drainase dan pengendali banjir yang berwawasan lingkungan,
serta pembagian peran pihak yang terkait;

6. Tersedianya telaahan prakiraan biaya investasi dan biaya operasional sistem drainase di Kawasan Undana.

7. Tersedianya telaahan rencana operasional sistem drainase yang dapat dijadikan Standard Operasional Procedure (SOP) pengelolaan drainase;

8. Tersedianya masterplan drainase yang menyeluruh berdasarkan kajian hidrologi dan hidrolika yang dapat dijadikan acuan dalam pembangunan sistem drainase
selanjutnya di Kawasan Undana
Data Penunjang
DATA DASAR STANDAR TEKNIS

1. Program Investasi Infrastruktur Jangka 1. Permen PU No. 12 tahun 2014 tentang


Memenengah Kota Kupang Tahun 2017-2021 Penyelenggaraan Sistem Drainase PerKawasanan;
2. Kota Kupang Dalam Angka 2021 2. SNI 03-3424-1994 tentang Perencanaan Drainase

3. Tipologi Wilayah Hasil Pendataan Potensi Desa Permukaan Jalan;

(Podes) Provinsi NTT 2014 3. SNI 02-2406-1991 tentang Tata Cara


Perencanaan Umum Drainase PerKawasanan;
4. Data Kemiskinan TNP2K Kawasan Undana
4. Permen LH No. 12 tahun 2009 tentang
5. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi
Pemanfaatan Air Hujan;
Permukiman 2014\
5. Standar/ketentuan teknis lainnya yang terkait
6. Data curah hujan
STUDI TERDAHULU HIROLOGI

1. Analisis Kebutuhan Air Bersih Kota Kupang (Jurnal Mkmi, Juni • Kota Kupang yang sering dijuluki Kota Karang, daerah yang kering, dan pada
musim kemarau (±April–Nopember) mengalami krisis air bersih.
2014);

2. Pemetaan Daerah Rawan Banjir Kupang (Jurnal Fisika Sains dan • Dilalui oleh beberapa aliran sungai yang pada musim hujan baru tampak aliran

Aplikasinya 2018); airnya.

3. Rencana Strategis Undana 2015-2019 (Kementrian Riset, • Potensi sumber air di Kota Kupang terdiri dari :
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Universitas Nusa Cendana o Tenau: Alak dan sekitarnya.
Kupang 2018);
o Tabun: Fatukoa, Sikumana dan Bello.

4. Sistem Drainase Zona V Rencana Induk Drainase Kota Kupang o Bakunase: Labat dan sekitarnya.
(Jurnal Teknik Sipil Vol. VI, No. 2, September 2017);
o Penfui: Bandara Eltari, Undana, Lapas, Liliba.

o Kelapa Lima: Balaikota, Kelapa Lima, Sasando & Oesapa.


REFERENSI HUKUM REFERENSI HUKUM

• UU No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah


• PermenPU No. 12 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Sistem

Drainase Per Kawasanan; • UU No. 17 tahun 2007 tentang Rencana Program Jangka Panjang (RPJP) tahun 2005-2025;

• UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;


• PermenLH No. 12 tahun 2009 tentang Pemanfaatan Air Hujan;
• UU No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;

• PermenPU Nomor 16 Tahun 2008 tentang Kebijakan • Peraturan Presiden No. 2 tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2015 -2019
dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air

Limbah Permukiman (KSNP-SPALP); • PermenPUPR No. 9 tahun 2015 tentang Penggunaan Sumber Daya Air;

• PermenPU Nomor 1 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan
• Dan peraturan lain yang terkait Umum dan Tata Ruang
Ruang Lingkup Pekerjaan
➢Melakukan review dan identifikasi terhadap sistem drainase eksisting dan survey
lapangan/penelitian serta kajian teknis terhadap sistem drainase alamiah dan buatan mencakup
karakteristik dan kondisi fisik lokasi dan sebagainya;

➢Mengumpulkan dan mereview studi terdahulu, peraturan peraturan dan kebijakan pemerintah
yang terkait;

➢Mengumpulkan data hidrologi (curah hujan) dan data hidrolik (muka air banjir, debit saluran, laju
sedimentasi, pengaruh air balik, dsb)

➢Melakukan identifikasi pemanfaatan lahan serta identifikasi, analisis dan evaluasi kondisi sosial
masyarakat;
Ruang Lingkup Pekerjaan
➢Mengidentifikasi dan mengkaji permasalahan banjir dan genangan dan
penyebabnya;

➢Melakukan survey :

• Topografi, dan hasil topografi digambarkan dengan garis kontur, potongan


memanjang dan melintang sesuai dengan keperluan;
• Survey hidrologi dan hidrolika serta kondisi struktur bangunan eksisting drainase;
• Survey lain yang diperlukan untuk membantu penyusunan masterplan drainase;
• Membuat jalur air dan luasan daerah tangkapan DAS yang melalui Kawasan Undana.
Ruang Lingkup Pekerjaan
➢Melakukan analisa hidrologi, hidrolika, dan kajian kelembagaan pengelola system drainase
di Kawasan Undana

➢Membuat siteplan dan garis besar rencana sistem drainase Kawasan Undana

➢Menyusun rencana program penanganan banjir dan genangan di Kawasan Undana dan
prioritas penanganan

➢Membuat masterplan drainase Kawasan Undana.


Pelaksanaan semua tahapan harus dikomunikasikan dengan tim teknis yang ditunjuk untuk
mendapatkan data, bertukar pikiran, menjelaskan dan memperoleh persetujuan.
Analisi Sementara
Zero Run Off

Meminimalkan buangan air hujan ke luar kawasan

• Pembuatan detention pond /swale

• Pembuatan resapan setempat

• Optimalisasi jaringan saluran drainase keliling


Konsep Pemikiran
Penelitian ini akan dilaksanakan di wilayah Kawasan Universitas Nusa Cendana, Kupang. Konsep
pemikiran metode yang akan di lakukan dengan menggabungkan ke tiga gagasan diatas yang
dapat di katakan deliniasi atau daerah tangkapan air (DTA), analisis peluang kejadian hujan,
analisis limpasan permukaan dan kapasitas saluran drainase, penentuan kapasitas infiltrasi,
dan perancangan ZROS.
Deliniasi DTA dilakukan berdasarkan peta topografi dan peta sistem drainase Kawasan
Universitas Nusa Cendana. Kondisi topografi diperoleh melalui surveying dengan menggunakan
alat Global Positioning System (GPS) dan Total Station. Data koordinat lokasi dan elevasi,
hasil pengukuran kemudian diolah dengan menggunakan program Surfer 10, sehingga diperoleh
peta kontur topografi. Peta sistem drainase diperoleh dengan melakukan pengamatan
langsung di lapangan, kemudian hasil pengamatan didigitasi pada peta dasar dengan
menggunakan program ArcGIS 10. Peta dasar yang digunakan adalah citra satelit Google
Earth. Peta topografi dan sistem drainase kemudian ditumpang tindihkan (overlay) dan
menjadi acuan dalam deliniasi DTA.
Suatu DTA adalah wilayah yang mengalirkan air limpasan ke satu atau lebih saluran drainase,
kemudian memiliki satu outlet sebagai tempat keluarnya air limpasan dari saluran drainase
tersebut. Batas DTA, sub-DTA, dan sub-sub DTA dideliniasi dan dihitung luasnya menggunakan
program ArcGIS 10 berdasarkan kondisi topografi dan sistem drainase.
Analisis peluang kejadian hujan dilakukan untuk mengetahui nilai curah hujan rencana. Hujan
rencana (R24) dihitung berdasarkan analisis peluang data sekunder curah hujan harian
maksimum Kawasan tahun 2010-2020. Analisis frekuensi berfungsi mengetahui hubungan
kejadian hidrologis ekstrim, seperti curah hujan tinggi yang mungkin terjadi dalam periode
ulang tertentu (Bhim et al. 2012). Analisis frekuensi yang dilakukan antara lain distribusi
Normal, Log Normal, Log Person III, dan Gumbel (Suripin 2014). Bhim et al. (2012)
menyatakan setiap jenis distribusi memiliki persyaratan parameter statistik yang harus
dipenuhi, yaitu koefisien kemencengan (Cs) dan koefisien kurtosis (Ck). Jenis disribusi yang
digunakan adalah distribusi yang memenuhi persyaratan nilai Cs dan Ck.
Asquith et al. (2011) menyatakan metode rasional biasa dapat digunakan untuk wilayah studi
dengan cakupan kecil, sehingga debit puncak limpasan (Qpeak) dihitung dengan menggunakan
metode rasional. Perhitungan Qpeak menggunakan metode rasional memperhitungkan faktor
koefisien limpasan (C), intensitas hujan (I), dan luas DTA (A). Menurut Rajil et al (2011)
koefisien limpasan merupakan perbandingan antara limpasan dan curah hujan. Nilai C
dihitung berdasarkan peta tata guna lahan. Nilai intensitas hujan (I) dihitung dengan
persamaan Mononobe (Suyono dan Takeda 1983) menggunakan nilai R24 dan waktu
konsentrasi (tc)
Hasil analisis debit puncak limpasan pada suatu DTA kemudian akan dibandingkan dengan
kapasitas debit saluran drainasenya (Qsaluran). Kapasitas debit saluran dihitung
menggunakan

persamaan Manning (Suripin 2014). Saluran yang memiliki kapasitas saluran di bawah debit
puncak limpasan menunjukkan saluran tersebut tidak dapat menanggulangi banjir ketika
kejadian hujan menyebabkan debit limpasan melampaui Qpeak. Evaluasi sistem drainase hanya
dilakukan pada lokasi kejadian banjir. Faktor kondisi inlet dan kemiringan lahan sebagai
penyebab banjir juga diamati secara langsung ketika hujan terjadi.
Pengukuran laju infiltrasi dilakukan di tiga lokasi, yaitu area Hulu, Hilir Kawasan dan area
dekat pemukiman. Pengukuran laju infiltrasi dilakukan menggunakan alat mini disc
infiltrometer. Pencatatan tinggi air dalam tabung dilakukan sampai air habis setiap 30 detik
untuk tanah lempung dan berpasir, sedangkan untuk tanah liat interval pencatatan adalah 15
menit. Hasil pengukuran adalah data infiltrasi kumulatif dan waktu. Laju infiltrasi kemudian
dianalisis dengan menggunakan model Philip.
Perancangan ZROS mencakup perhitungan dimensi dan spesifikasi water pocket. Campisano
et al. (2014) menyatakan bahwa ukuran suatu tampungan bangunan drainase sangat
mempengaruhi penurunan limpasan. Water pocket memiliki kemiripan dengan sumur resapan
konvensional, namun dilengkapi sistem pemanenan air hujan, sehingga air yang tersimpan
dapat digunakan untuk keperluan sehari-hari. dan Penentuan dimensi dan spesifikasi water
pocket mengacu pada SNI 03-2453-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan Air
Hujan untuk Lahan Pekarangan (BSN 2002) yang dimodifikasi dengan penambahan sistem
pemanenan air hujan. Luas area yang dijadikan dasar perhitungan volume andil banjir adalah
area yang mengalami genangan.

Anda mungkin juga menyukai