Anda di halaman 1dari 7

Nama : Natasya Adelia Gultom

Nim : 7193141009

Prodi : Pendidikan Ekonomi

KONSEP DASAR-DASAR PAJAK

 Defenisi Pajak

Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H yang dikutip oleh Mohammad
Zaid “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan
undangundang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal
(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan dapat digunakan untuk
membayar pengeluaran umum.

Menurut Undang-Undang No.16 tahun 2009, pajak adalah konstribusi wajib


pajak kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Menurut Prof. Dr P.J,A. Andriani, “Pajak adalah iuran kepada negara yang
dapat dipaksakan yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut
peraturan perpajakan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang
langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara yang
menyelenggarakan Pemerintah,”
 Unsur-Unsur Pajak

Dengan mengacu pada definisi-definisi di atas, khususnya definisi dari


Rahmat Soemitro maka dapat diketahui unsur-unsur dari pajak, yaitu :

 Ada undang-undang yang mendasari; Pemungutan pajak harus


berdasar pada Undang-Undang, tidak bisa dengan peraturan
perundang-undangan yang lebih rendah tata urutannya .
 Ada penguasa pemungut pajak; Dalam pemungutan pajak harus ada
pemerintah yang akan memungut pajak, pemungutan pajak tidak
dilakukan oleh partikelir (swasta).
 Ada subjek pajak; Artinya harus ada subjek yang dapat berupa orang
pribadi atau badan yang dapat dibebani kewajiban untuk membayar
pajak.
 Ada objek pajak; Artinya harus ada sasaran apa yang akan dibebani
pajak, yang dapat berupa keadaa, perbuatan atau peristiwa.
 Ada masyarakat / kepentingan umum; Hasil dari pemungutan pajak
harus kembali pada masyarakat atau untuk kepentingan masyarakat.
 Ada Surat Ketetapan Pajak; Surat Ketetapan pajak ini tidak bersifat
mutlak tetapi fakultatif, artinya untuk jenis pajak tertentu kadang
tidak memerlukan Surat Ketetapan pajak.

 Fungsi Pajak

1. Fungsi Keuangan (Budgetair) :

Struktur penerimaan negara telah bergeser dalam beberapa dasawarsa


terakhir, yaitu dari penerimaan minyak dan gas ke penerimaan pajak.
Peningkatan peran dan fungsi penerimaan negara 35 dari sektor pajak
memperlihatkan kenaikan yang cukup berarti pada tiap tahun anggaran.
Peningkatan penerimaan pajak dipengaruhi oleh beberapa faktor, terutama
adalah pertumbuhan ekonomi nasional. Sementara intensifikasi dan
ekstensifikasi pemungutan pajak juga besar pengaruhnya dalam ikut
meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak. Intensifikasi dan
ekstensifikasi dalam pemungutan pajak akan bersifat kontraktif jika tanpa
adanya keberhasilan pembangunan secara keseluruhan (Nadir Sitorus, 2002 :
2). Uang masyarakat yang dibayarkan kepada pemerintah pusat dalam
bentuk pajak pusat dimasukkan ke dalam kas negara selanjutnya diolah
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan untuk pajak
daerah dimasukkan ke dalam kas daerah dan selanjutnya diolah dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk biaya rutin dan
pembangunan. Peran penerimaan dari sektor pajak ke dalam APBN atau
APBD tersebut untuk beberapa tahun ke depan akan makin berat, hal ini
disebabkan oleh krisis ekonomi yang masih dalam proses pemulihan
(recovery) dan stabilitas sosial politik yang masih akan mempengaruhi
terhadap perkembangan usaha dan investasi, kesempatan kerja, produksi
serta distribusi barang dan jasa yang mempengaruhi penghasilan dan daya
beli masyarakat secara keseluruhan.

2. Fungsi Mengatur (Regulerend) :

Pajak sebagai alat untuk mengatur kesejahteraan rakyat di bidang sosial,


ekonomi dan budaya. Fungsi mengatur dari pajak dapat diberikan contoh
sebagai berikut :

a. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap minuman keras dimaksudkan untuk


mengurangi konsumsi minuman keras.
b. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah dengan
maksud untuk mengurangi gaya hidup konsumtif.

c. Tarif pajak untuk ekspor adalah 0 % yang dimaksudkan untuk mendorong


ekspor produk Indonesia di pasaran dunia.

 Manfaat Pajak

Secara umum, manfaat pajak yaitu:

1. Membayar semua pengeluaran negara yang mampu memberikan


keuntungan (self liquiditing) kepada masyarakat dan negara seperti
proyek produksi barang ekspor.

2. Membayar semua pengeluaran umum seperti pembangunan fasilitas


umum yang dapat digunakan oleh masyarakat.

3. Membayar semua pengeluaran produktif seperti penyaluran bantuan


bagi nelayan, petani, dan pedagang kecil.

4. Membayar semua pengeluaran tidak produktif seperti pembelian


senjata perang untuk tentara.

 Tarif Pajak

Ada empat jenis tarif pajak berdasarkan sifatnya, yaitu:

1. Tarif Proporsional (Sama)

Proporsional artinya tarif pajak ini menggunakan persentase tetap sebagai


dasar pengenaan bagi setiap objek pajak.

2. Tarif Pajak Tetap (Konstan)


Artinya, dasar pengenaan atau jumlah pajak yang dibayarkan itu selalu sama
pada setiap objek pajak.

3. Tarif Pajak Degresif (Menurun)

Artinya, tarif pajak ini memakai persentase yang menurun pada setiap objek
pajaknya.

4. Tarif Pajak Progresif

Artinya, tarif pajak ini memakai persentase yang naik/meningkat pada setiap


objek pajak

 Tata Cara Pajak

Pengertian KUP (Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan) adalah


Hukum Formal yang berisikan peraturan-peraturan mengenai tata cara
pelaksanaan pemungutan pajak oleh Negara. Pelaksanaan pemungutan pajak
oleh negara meliputi tata cara Wajib Pajak memenuhi hak dan kewajiban
perpajakannya. Artikel tentang KUP (Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan) akan menjelaskan bagaimana tata cara Wajib Pajak dalam
memenuhi hak dan kewajiban perpajakan berdasarkan Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
dan peraturan pelaksanaannya. Hak dan Kewajiban Perpajakan yang diatur
dalam KUP (Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan) dimulai sebelum
Subyek Pajak menjadi Wajib Pajak sampai dengan Subyek Pajak tidak lagi
menjadi Wajib Pajak.

Peraturan perundang-undangan perpajakan yang mengatur tentang Ketentuan


umum dan Tata Cara Perpajakan adalah UU No.6 tahun 1983, sebagaimana
telah diubah dengan UU No.9 tahun 1994, dengan UU NO.16 tahun 2000,
terskhir dengan UU No,28 Tahun 2007. Undang-Undang tentang ketentuan
umum dan tata cara perpajakan dilandasi filsafah Pancasilan dan UUD a945.
UU No.28 Tahun 2007 pada dasarnya mengatur hak dan kewajiban pajak,
wewenang dan kewajiban aparat pemungut pajak serta sanksi perpajakan.

Sistem perpajakan yang dianut Indonesia adalah self assesment, yaitu wajib
pajak diberikan kepercayaan untuk mendaftarkan diri, menghitung pajak
yang terutang, menyetornya serta melaporkan perhitungan dan penyetoran
pajak tersebut. Sedangkan fungsi direktorat pajak adalah melakukan
pengawasan atas sistem self assesment, tersebut agar wajib pajak
melaksanakannya sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan.

 Hambatan Pemungutan Pajak

Meskipun pemungutan pajak secara teoritik maupun secara hukum memiliki


dasar yang kuat, namun dalam praktek pemungutannya ada banyak hambatan
yang mungkin terjadi. Ada setidaknya dua jenis hambatan dalam
pemungutan pajak. Hambatan pemungutan pajak yang pertama sering
disebut hambatan pemungutan yang timbul karena adanya perlawanan pasif.
Perlawanan pasif yang dilakukan bisa berupa keengganan wajib pajak
membayar pajak. Keengganan ini dipicu oleh beberapa alasan misalnya
perkembangan intelektual dan moral wajib pajak. Kurangnya edukasi terkait
pajak membuat masyarakat kurang menyadari arti pentingnya membayar
pajak, sehingga mereka enggan membayar pajak. Demikian pula pengelolaan
pajak, maraknya korupsi, penegakan hukum yang lemah memberikan
perkembangan kurang baik bagi pertumbuhan kesadaran masyarakat untuk
membayar pajak. Alasan lain keenganan membayar pajak adalah karena
sistem perpajakan yang cenderung sulit dan rumit, sehingga masyarakat
kurang dapat memahami tata laksanan perpajakan. Mereka akan berpendapat
mau bayar saja kok rumit. Alasan lainnya lagi adalah sistem kontrol yang
tidak jalan. Mereka yang tidak membayar pajak ternyata tidak mendapat
sangsi. Hal ini akan menimbulkan pemikiran untuk apa membayar pajak
kalau tidak ada sangsi bila tidak membayar. Hambatan pemungutan pajak
yang kedua adalah dalam bentuk perlawanan aktif. Perlawanan aktif ini
memiliki dua bentuk. Bentuk pertama disebut tax avoidance. Istilah untuk
menyebut upaya-upaya menghindari pajak tanpa melanggar hukum. Bentuk
yang kedua adalah tax evasion. Merupakan upaya menghindari pajak dengan
cara-cara melanggar hukum atau ilegal.(Hendra Poerwant

Anda mungkin juga menyukai