Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
konsep pendapatan dalam teori akuntansi.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah mengenai konsep pendapatan ini dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Kelompok 4A
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Akuntasi memang sangat dibutuhkan oleh setiap perusahaan karena dengan
Akuntansi kita bisa memantau kinerja perusahaan dan kondisi perusahaan yang kita jalani,
apakah memperoleh laba atau menderita kerugian.dengan akuntansi kitapun dapat
memperoleh informasi yang nantinya berguna untuk pemakainya,baik itu pihak ekstern
maupun intern.Dengan adanya informasi ini kita juga bisa membayar pajak kepada
pemerintah demi kesejahteraan sosial.Semua informasi dia tas terkait halnya dengan
sebareba banyak pendapatan yang kita peroleh dari kegiatan perusahaan kita, kerana
pendapatan adalah sesuatu yang sangat penting dalam setiap perusahaan.Tanpa ada
pendapatan mustahil akan didapat penghasilan atauearnings .Pendapatan adalah
penghasilan yang timbul dari aktivitas perusahaan yang biasa dikenal atau disebut
penjualan, penghasilan jasa(fees), bunga, dividen,royalti dan sewa.Menurut PSAK nomor 23
paragraf 6 adalah sebagai berikut: Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat
ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus
masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman
modal.
1.3. Tujuan
1. Mengetahui pengertian pendapatan
2. Mengetahui jenis-jenis dan sumber pendapatan
3. Mengetahui bagaimana proses pendapatan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pendapatan
Pada bab ini penulis akan membahas mengenai konsep pendapatan yang menguraikan
pengertian pendapatan, sumber-sumber pendapatan, proses-proses pendapatan, penilaian,
pengakuan, dan pengukuran pendapatan serta metode pengakuan pendapatan.
Pengertian tentang pendapatan itu sendiri ada beberapa macam, berikut ini ada
beberapa pandangan yang menegaskan arti konseptual dari pendapatan. Sebelum penulis
lebih lanjut menelaah mengenai pengertian pendapatan, maka terlebih dahulu perlu
diketahui mengenai konsep kesatuan usaha.
Konsep kesatuan usaha menurut Zaki Baridwan (1992 : 8 ) adalah sebagai berikut:
“Konsep ini menyatakan bahwa dalam akuntansi perusahaan dipandang sebagai suatu
kesatuan usaha atau badan usaha yangberdiri sendiri, bertindak atas namanya sendiri da
terpisah dari pemilik dan pihak lain yang menanamkan dana dalam perusahaan”.
Ikatan akuntan Indonesia dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK) No.
23 mendefinisikan pendapatan sebagai berikut: “Pendapatan adalah arus masuk
bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama
suatu periode bila arus masuk iti mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal
dari kontribusi penanam modal.”
Menurut Zaki Baridwan dalam Buku Intermediate Accounting merumuskan pengertian
pendapatan adalah: “Pendapatan adalah aliran masuk atau kenaikan lain aktiva suatu
badn usaha atau pelunasan utang (atau kombinasi dari keduanya) selama suatu
periode yang berasal dari penyerahan atau pembuatan barang, penyerahan jasa, atau
dari kegiatan lain yang merupakan kegiatan lain yang merupakan kegiatan utama
adan usaha”.
Menurut M. Munandar ( 1981 : 16 ) yang mengemukakan bahwa pendapatan adalah:
“Sutau pertambahan assets yang mengakibatkan bertambahnya Owner’s Equity,
tetapi bukan karena panambahan modal dari pemiliknya, dan bukan pula merupakan
pertambahan assets yang disebabkan karena betambahnya liabilities”.
Menurut Eldon S. Hendriksen ( 2000 : 374 ) dalam Teori Akuntansi menjelaskan bahwa
pendapatan adalah: “Pendapatan (revenue) dapat mendefinisikan secara umum
sebagai hasil dari suatu perusahaan. Hal itu biasanya diukur dalam satuan harga
pertukaran yang berlaku. Pendapatan diakui setelah kejadian penting atau setelah
proses penjualan pada dasarnya telah diselesaikan. Dalam praktek ini biasanya
pendapatan diakui pada saat penjualan”.
Definisi pendapatan dari C. Rollin Niswonger, Carl S. Warren dan Philip E. Fess
(1992:56-57): “Pendapatan merupakan kenaikan kotor atau garis dalam modal
pemilik yang dihasilkan dari penjualan barang dagangan, pelayanan jasa kepada
klien, penyewaan harta, peminjaman uang dan semua kegiatan yang bertujuan untuk
memperoleh penghasilan”.
Sofyan Syafri Harahap (2001:236) mengemukakan bahwa pendapatan adalah:
“Pendapatan adalah hasil penjualan barang dan jasa yang dibebankan kepada
langganan/mereka yang menerima”.
Eldon Hendriksen mengemukakan definisi mengenai pendapatan sebagai berikut:
“Konsep dasar pendapatan adalah pendapatan merupakan proses arus, yaitu
penciptaan barang dan jasa selama jarak waktu tertentu”.
Jumlah nilai nominal aktiva dapat bertambah melalui berbagai transaksi tetapi tidak
semua transaksi mencerminkan timbulnya pendapatan. Dalam penentuan laba adalah
membedakan kenaikan aktiva yang menunjukkan dan mengukur pendapatan kenaikan
jumlah nilai nominal aktiva dapat terjadi dari:
1. Transaksi modal atau endapatan yang mengakibatkan adanya tambahan dana yang
ditanamkan oleh pemegang saham.
2. Laba dari penjualan aktiva yang bukan berupa “barang dagangan” seperti aktiva tetap,
surat-surat berharga, atau penjualan anak atau cabang perusahaan.
3. Hadiah, sumbangan, atau penemuan.
4. Revaluasi aktiva.
5. Penyerahan produk perusahaan, yaitu aliran penjualan produk.
Dari kelima sumber tambahan aktiva diatas hanya butir kelima yang harus diakui sebagai
sumber pendapatan walaupun laba atau rugi mungkin timbul dalam hubungannya dengan
penjualan aktiva selain produk sebagaimana yang disebutkan dalam butir ke-dua.
3.1. Kesimpulan
Pendapatan adalah hasil dari penjualan faktor-faktor produksi yang dimilikinya kepada
sektor produksi. Ada juga pendapatan adalah hasil berupa uang atau materi lainnya yang
dapat dicapai dari pada penggunaan faktor-faktor produksi. Prinsip pengakuan pendapatan
menetapkan bahwa pendapatan diakui pada saat:
- Direalisasikan bila barang-barang dan jasa-jasa dipertukarkan dengan kas atau klaim
atas kas (piutang).
- Dapat direalisasikan bila aktiva yang diterima segera dapat dikonversikan pada jumlah
kas atau klaim atas kas yang diketahui. Dihasilkan, bila kesatuan itu sebagian besar
telah menyelesaikan apa yang seharusnya telah dilakukan agar berhak atas manfaat
yang diberikan pendapatan. Sebagian besar perusahaan didirikan dengan tujuan untuk
menghasilkan laba yang optimal sehingga kelangsungan hidup perusahaan dapat
tercapai. Laba diperoleh sebagai kelebihan pendapatan atas beban.
3.2. Penutup
Demikianlah yang dapat penulis sampaikan pada makalah teori akuntansi dalam
materi pendapatan, semoga bermanfaat bagi para pembaca yang membaca makalah yang
kami buat ini. Mohon maaf apabila ada salah kata yang disengaja maupun tidak disengaja.
Terimakasih
DAFTAR PUSTAKA
C. Rollin Niswonger, Carl S. Warren dan Philip E. Fess, (1992), Prinsip-prinsip Akuntansi
(terjemahan), Alih Bahasa : Alfonsus Sirait, Jilid I, Edisi 16, Penerbit Erlangga, Jakarta,
Hal. 56-57.
Dyckman, Dukes dan Davis (1999), Akuntansi Keuangan Menengah I (terjemahan), Jilid I,
Edisi 3, Alih Bahasa : Munir Ali, Jakarta: Erlangga.
Eldon S. Hendriksen,(1997), Teori Akuntansi, (terjemahan), Alih Bahasa : Wimliyono, Edisi 4.
Jakarta: Erlangga.
Harahap, Sofyan Syafri, (2001), Teori Akuntansi, Peneribit Raja Grafindo Persada. Jakarta
Ikatan Akuntan Indonesia, (2002), Standar Akuntansi Keuangan, Penerbit Salemba Empat,
Jakarta.
M. Munandar (1981), Pokok-pokok Intermediate Accounting, Penerbit Liberty, Yogyakarta.
Suwardjono, (1989), Teori Akuntansi, Penerbit BPFE Yogyakarta. Yogyakarta.
Soemarsono. SR, (2000) Akuntansi Suatu Pengantar, Jilid 2, Edisi 4, Jakarta PT. Rineka Cipta.
Tuanakotta, Theodorus M., (2000), Teori Akuntansi, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, Jakarta.
Zaki Baridwan, (1997) Intermediate Accounting, BPFE. Yogyakarta, Yogyakarta.
Michael F. Van Breda, (2000), Teori Akunting, (terjemahan) Buku I, Edisi Kelima, Penerbit
Interaksara, Jakarta, hal. 374.
TEORI AKUNTANSI "PENDAPATAN"
Definisi Pendapatan dapat didefinisi dari beberapa konsep, antara lain:
a. Konsep aliran musik, pendapatan merupakan aset
b. Konsep aliran keluar, pendapatan adalah penyerahan produk yang diukur atas dasar
penghargaaan produk tersebut.
c. Secara netral, pendapatan merupakan produk perusahaan sebagai hasil dari upaya
produktif. Pendapatan diukur dengan jumlah rupiah aset baru yang diterima dari
pelanggan.
Dari beberapa definisi di atas, dapat didaftar karakteristik – karakteristik yang
membentuk pengertian pendapatan dan untung. Yang membentuk pengertian pendapatan
adalah:
1. Aliran masuk atau kenaikan aset
2. Kegiatan yang merepresentasi operasi utama atau sentral yang menerus
3. Pelunasan, penurunan, atau pengurangan kewjiban
4. Suatu entitas
5. Produk perusahaan
6. Pertukaran produk
7. Menyandang beberapa nama atau mengambil beberapa bentuk
8. Mengakibatkan kenaikan ekuitas Kenaikan Aset
Untuk dapat mengatakan bahwa pendapatan ada atau timbul, harus terjadi transaksi
atau kejadian yang menaikkan aset atau menimbulkan aliran masuk aset. Tidak ada batasan
bahwa aset harus berupa kas atau alat likuid yang lain.
Paton dan litleton menyebutkan bahwa aset dapat bertambah karena berbagai
transaksi, kejadian, atau keadaan sebagai berikut:
1. Transaksi pendanaan yang berasal dari kreditor dan investor
2. Laba yang berasal dari kegiatan investasi
3. Hadiah, donasi, atau temuan
4. Revalusi aset yang telah ada
5. Penyediaan dan/atau penyerahan produk (barang dan jasa)
FSAB merinci lebih lanjut transaksi, kejadian, atau keadaan yang menimbulkan untung
menjadi empat sumber atau karakteristik yaitu :
a. periferal dan insidental
b. transfer nontimbal–balik
c. penahana aset
d. faktor lingkungan
PENGERTIAN
- Dalam SFAC No. 6, FASB mendefinis pendapatan dan untung sebagai berikut.
Revenue are inflows or other enchasement of asset of an entity or settlements of its
liabilities (or combination of both) from delivering or producing goods, rendering
service, or other activities that constitute the entity’s ongoimg major or central
operatons. (prg. 78)
- Platton dan Litlleton mengkarakteristisasi pendapatan sebagai berikut.
Revenue is the product of the entreprise, measured by the amount of news assets
received of costumers;..stated in terms of assets the revenue of enterprise is
represented, finally of the fund from the customer or patrons is exchange for the
product of the business, either commodities or services. (hlm. 47)
KARAKTERISTIK PENDAPATAN
Aliran masuk atau Kenaikan aset. Paton dan litleton (1970, hlm. 47) menyebutkan bahwa
aset dapat bertambah karena berbagai transaksi, kejadian atau keadaan sebagai berikut.
a. Transaksi yang berasal dari kreditor dan investor
b. Laba yang berasal dari kegiatan investasi, misalnya penjualan aset tgetap, suart
berharga,segemen bisnis dan anak perusahaan.
c. Hadiah, donasi, atau temuan
d. Revaluasi aset yang telah ada
e. Penyedaiaan dan atau penyerahan produk (barang atau jasa).
Operasi utama berlanjut. Kegiatan utama atau sental yang menerus atau berlanjut
merupakan karakteristik yang membatasi kenaikan yang dapat disebut pendapatan.
Kenaikan aset harus berasal dari kegiatan operasi dan bukan berasal dari kegiatan
pendanaan dan investasi. Pengertian operasi utama disini lebih dikaitkan sebagai dengan
tujuan utama perusahaan yaitu menghasilkan produk dan jasa untuk mendatangkan laba
(profit-directed activities) dan bukan untuk membatasi jenis produk utama dan produk
samping.
Operasi dan Non-Operasi. Produk yang dihasilkan secara tidak rutin insidental sering
dianggap sebagai pos pendapatan “nonoperasi” dan dipisahkan penyajiannya. Pembedaan
memang perlu tetapi mengklasifikasinnya sebagai non-operasi dapat menyesatkan dalam
pengukuran kinerja atau daya melaba perusahaan.
Penurunan kewajiban. Pendapatan tidak hanya didefinisikan dengan kenaikan aset tetapi
juga dari penurunan atau pelunasan kewajiban. Hal ini terjadi bila suatu entitas telah
mengalami kenaikan aset sebelumnya misalnya menerima pembayaran dimuka dari
pelanggan.
Suatu Entitas. Hubungan perusahaan dengan pemilik adalah hutang-piutang, pada saat aset
naik sebagai pendapatan utang perusahaan kepada pemilik juga naik dengan jumlah yang
sama.
Produk Perusahaan. Produk merupakan capaian dari tiap kegiatan produktif. Dengan
pengertian ini, pendapatan terbentuk atau terhimpun bersamaan dengan atau selama
kegiatan produktif tanpa harus menunggu kejadian (event) atau saat penyerahan produk
kepada pelanggan. Disini pendapatan didefinisi secara fisis dan bukan secara moneter. Kam
merinci kedua aliran (Fisis dan Moneter) tersebut yaitu:
Aliran fisis berupa:
1. Kejadian memproduksi dan menjual produk (output)
2. Objek, yaitu produk fisis itu sendiri.
Menurut FASB karakteristik untung adalah sebagai berikut (SFAC No. 6, prg. 85):
a. Periferal dan insidental: misalnya penjualan investasi dalam surat berharga,
penjualan aset tetap, pelunasan utang obligasi sebelum jatuh tempo.
b. Transfer Non-Timbal balik dengan pihak lain : misalnya hadiah dan donasi (bagi
organisasi non-profit) dan penerimaan ganti rugi pemenangan perkara hukum.
c. Penahanan aset: misalnya kenaikan harga sekuritas investasi, kenaikan nilai-tukar
valuta asing dan kenaikan karena penahanan sediaan.
d. Faktor Lingkungan : misalnya ganti rugi asuransi musibah alam yang melebihi kos
aset yang rusak.
Pengakuan pendapatan. Pengakuan adalah pencatatan rupiah secara resmi ke dalam sistem
akuntansi sehingga jumlah tersebut terefleksi dalam statemen keuangan.
Pembentukan pendapatan. Pembentukan pendapatan adalah suatu konsep yang berkaitan
dengan masalah dan bagaimana sesungguhnya pendapatan itu timbul karena kegiatan
produktif atau karena kejadian tertentu (misalnya penjualan).
Realisasi pendapatan. Dengan konsep realisasi, pendapatan baru dapat dikatakan terjadi
atau terbentuk pada saat terjadi kesepakatan atau kontrak dengan pihak independen
(pembeli) untuk membayar produk baik produk telah selesai dan diserahkan ataupun belum
dibuat sama sekali. Konsep realisasi atau pendekatan transaksi lebih menekankan kejadian
(event) yang dapat menandai pengakuan pendapatan yaitu:
1. Kepastian perubahan produk menjadi potensi jasa lain melalui proses penjualan yang
sah atau semacamnya (misalnya kontrak penjualan)
2. Penguatan atau validasi transaksi penjualan tersebut dengan diperolehnya aset
lancar (kas, setara kas, atau piutang)
Kriteria pengakuan pendapatan. FASB mengajukan dua kriteria pengakuan pendapatan
(dan untung) yang keduanya harus dipenuhi yaitu (SFAC No. 5, prg. 83):
a. Terealisasi atau cukup pasti terealisasi.
b. Terbentuk atau terhak.
Saat pengakuan pendapatan. Berikut ini dibahas berbagai kaidah pengakuan (recognition
rule) dan masalah teoritisnya.
a. Pada saat kontrak penjualan. Dapat terjadi perusahaan telah menanda tangani
kontrak penjualan dan bahkan sudah menerima kas untuk seluruh nilai kontrak
ntetapi perusahaan belum memproduksi barang.
b. Selama proses produksi secara bertahap. Dalam industri tertentu, pembuatan
produk memerlukan waktu yang cukup lama. Hal ini dapat dilakukan dengan; Akresi,
apresiasi, dan penghematan kos.
c. Pada saat produk selesai.
d. Pada saat penjualan. Misalnya; kembalian dan potongan tunai, kos Purna-jual,
kerugian piutang, transaksi penjualan.
e. Pada saat kas terkumpul. Misalnya; jasa dikonsumsi dalam jangka pendek, jasa
dikonsumsi dalam jangka panjang, argumen pendukung, alasan penyanggah,
prosedur akuntansi dasar kas, biaya administrasi dan penjualan.
Saat Pengakuan Penjualan Jasa. AICPA memberikan kaidah pengkuan umum untuk
penjualan jasa sebagai berikut.
1. Kalau pemberian jasa (performance) terdiri atas pelaksanaan satu pekerjaan atau
tindakan (act), pendapatan harus di akui saat pekerjaan tersebut dilakukan.
2. Bertahap secara proporsional
3. Saat pekerjaan selesai.
4. Jika tidak dapat kepastian, pendapatan bisa diakui setelah kas terkumpul.
Pedoman Umum Pengakuan Pendapatan. FASB meringkas pedoman ini dalam SFAC No. 5,
prg. 84 sebagai berikut.
a. Kriteria terbentuk dan terealisasi biasanya dipenuhi pada saat produk atau barang
dagangan diserahkan kepada konsumer.
b. Kalau kontrak penjualan atau penerimaan kas mmendahului produksi dan
pengiriman, maka pendapatan dapat diakui setalah terhak dan pengiriman.
c. Kalau produk dikontrak sebelum diproduksi, pendapatan dapat diakui secara
bertahap.
d. Kalau jasa diberikan secara menerus dengan kontrak harga yang pasti, pendapatan
dapat diakui bersamaan dengan berjalannya waktu.
e. Kalau produk ditukarkan dengan aset nonmoneter yang tidak dapat segera
dikonversi menjadi kas, pandapatan dapat diakui pada saat mereka terhak.
f. Kalau ketertagihan aset yang diterima untuk produk meragukan, pendapatan dapat
diakui atas dasar kas yang terkumpul.
Prosedur pengakuan. Saat atau kaidah pengakuan pendapatan diatas merupakan ketentuan
pada level penetap standar.
Teori Akuntansi - Konsep Pendapatan
BAB II
PEMBAHASAN
PENGANTAR
Urutan yang logis setelah pembahasan aset dan kewajiban adalah ekuitas karena
ketiganya merupakan elemen neraca. Pendapatan dan biaya dibahas terlebih dahulu
sebelum ekuitas karena merupakan penyebab penting perubahan ekuitas yang berasal dari
kegiatan operasi perusahaan dan pembentuk statemen laba rugi yang menentukan laba
perusahaan. Konsep dasar upaya dan hasil menyatakan bahwa hasil dan capaian harus
diperoleh dengan upaya atau bukan sebaliknya capaian dulu baru capaian menanggung
biaya.jadi, tidak adda capaian tanpa upaya. Konsep dan hasil mempunyai implikasi bahwa
pendapatan dihasilkan oleh biaya. Artinya, hanya dengan biaya pendapatan dapat tercipta
dan bukan sebaliknya pendapatan menanggung biaya.
Walaupun demikian, secara teknis akuntansi, pendapatan biasanya diukur lebih
dahulu dan baru kemudian biaya yang diperkirakan menghasilkan pendapatan tersebut
diukur sehingga laba dapat ditentukan dengan tepat. Seperti aset dan kewajiban,
pembahasan pendapatan meliputi pengertian, pengukuran, pengakuan dan penilaian.
Masalah teoritis pendapatan dapat dilukiskan dalam gambar berikut.
Gains are increasea in equity (net assets) from peripheral or incedental transaction of
an entity and from all other transaction and other events and circumstances affecting
the entity except those that result from revenues or invesment by owners (prg 82).
Keuntungan adalah kenaikan ekuitas (aktiva bersih) dari transaksi perifer atau
insidental dari suatu entitas dan dari semua transaksi lain dan peristiwa lain dan
keadaan yang mempengaruhi entitas kecuali yang dihasilkan dari pendapatan atau
investasi oleh pemilik (prg 82).
Dalam Standar Akuntansi Keuangan (2002), IAI mengadopsi definisi pendapatan dari IASC
yang menempatkan pendapatan (revenue) sebagai unsur penghasilan (income) sebagai
berikut:
Income is increase in economic benefits during the accounting period in the form
inflows or enhancement of assets or decreases of liabilities that result in increase in
equity, other than those relating to equity participants (hlm. 17).
Penghasilan adalah kenaikan manfaat ekonomi selama periode akuntansi dalam
bentuk arus masuk atau perangkat tambahan aset atau penurunan kewajiban yang
mengakibatkan kenaikan ekuitas, selain yang berkaitan dengan peserta ekuitas (hlm.
17)
The definition of income acompasses both revenue and gains. Revenue arises on the
course of the ordinary activitiesof an enterprise and is referred to by a variety of
different names including sales, fees, interests, dividends, royalties, and rents (hlm. 18)
Definisi penghasilan ecompasses baik pendapatan dan keuntungan. Pendapatan
timbul dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan disebut dengan berbagai nama
yang berbeda termasuk penjualan, biaya, bunga, dividen, royalti, dan sewa (hlm.18)
Gains represent other items that meet the definition of income and may, or may not,
arise in the course of the ordinary activities of an enterprise. Gaints represent increase
in economic benefit and as such are no different in nature from revenues. Hense, they
are not regarded as constituting a separate element in this framework (hlm. 18).
Keuntungan merupakan item lainnya yang memenuhi definisi penghasilan dan
mungkin, atau tidak mungkin, timbul dalam perjalanan dari aktivitas normal
perusahaan. Keuntungan merupakan kenaikan manfaat ekonomi dan dengan
demikian tidak berbeda di alam dari pendapatan. Oleh karena itu, mereka tidak
dianggap sebagai merupakan elemen yang terpisah dalam kerangka kerja ini (hlm. 18)
Untung
IAI dan APB tidak membedakan untung dan pendapatan dan keduanya digabung dalam
konsep penghasilan. Kata kunci yang melekat pada untung adalah:
1. Kenaikan ekuitas (aset bersih) dan
2. Transaksi periferal atau insidental.
3. Selain yang berupa pendapatan atau investasi oleh pemilik.
Dari ketiga karakteristik di atas, yang paling membedakan dengan pendapatan adalah
karakteristik (2) sebagai lawan dari operasi utama. Karakteristik (akibat konsep kesatua
usaha). Tidak ada petunjuk bahwa kenaikan aset yang menyebabkan kenaikan ekuitas
(akibat konsep kesatuan usaha). Tidak ada petunjuk bahwa kenaikan aset yang
menyebabkan kenaikan ekuitas tersebut merupakan jumlah kotor atau bersih. Jadi, untung
dapat merupakan jumlah kotor atau jumlah bersih. Karakteristik (3) juga merupakan
karakteristik pendapatan karena untuk disebut pendapatan kenaikan aset harus bukan
berasal dari transaksi dengan pemilik (investasi oleh pemilik). Karena secara konseptual dan
essensial karakteristik pendapatan tidak berbeda dengan untung. IAI dan APB tidak
memandang untung sebagai elemen tersendiri dan didefinisi secara formal. APB
memandang untung semata-mata merupakan klasifikasi pendapatan dalam penyajian
statemen laba-rugi. Menurut APB, pendapatan dapat berasal dari penjualan aset selain
produk perusahaan.
FASB membedakan antara untung dan pendapatan karena adanya karakteristik sumber
yang dapat dibedakan dengan operasi utama. Karakteristik sumber dari untung itu sendiri
adalah:
a. Periferal dan insidental: misalnya penjualan investasi dalam surat-surat berharga,
penjualan aset tetap, pelunasan utang obligasi sebelum jatuh tempo.
b. Transfer nontimbal-balik (nonreciprocal transfer) dengan pihak lain : misalnya hadiah
dan donasi (bagi organisasi nonprofit) dan penerimaan ganti rugi pemenangan
tuntutan perkara hukum.
c. Penahanan aset (holding asset) : misalnya kenaikan harga sekuritas investasi,
kenaikan nilai tukar valuta asing, dan kenaikan karena penahanan sediaan (holding
gains)
d. Faktor lingkungan : misalnya ganti rugi asuransii musibah alam yang melebihi kos
aset yang rusak
FASB sendiri mengakui bahwa pembedaan tersebut sebenarnya lebih dimaksudkan
untuk kepentingan penyajian pendapatan atas dasar sumbernya daripada untuk
membedakan secara tegas karakteristik antara pendapatan dan untung.
(Sumber Suwardjono, 2005 : 351-362).
Walaupun kedua kriteria harus dipenuhi, bobot pentingnya untuk suatu kegiatan
tertentu dapat berbeda artinya dalam keadaan tertentu perhimpun menjadi lebih kritis
daripada realisasi dan sebaliknya. Terbentuknya pendapatan, tidak selalu harus
mendahului realisasi pendapatan, dapat terjadi pendapatan sebelum realisasi
terbentuk. Kam (1990) mengemukakan kriteria pengakuan secara teknis. Pendapatan
baru dapat diakui kalau dipenuhi syarat-syarat berikut:
1. Keterukuran nilai asset (measurability of asset value)
2. Adanya suatu transaksi (existence of a transaction)
3. Proses perhimpunan secara substansial telah selesai
Syarat (1) dan (2) telah dicakupi dalam kriteria dari FASB. Agar dapat dikatakan
terealisasi pendapatan memang harus diukur secara objektif dan hal tersebut pada
umunya dapat dicapai setelah adanya transaksi penjualan atau kontrak. Syarat (1)
berkaitan dengan masalah apakah aliran masuk asset harus bersifat likuid dan bila
pendapatan dalam bentuk piutang apakah ketertagihan (collectability) cukup pasti
sehingga jumlah rupiah pendapatn yang dicatat benar merefleksi jumalh rupiah yang
akhirnya diterima. Dengan demikian pengukkuran pendapatan sangat andal. Syarat (3)
tidak berbeda dengan kriteria b dari FASB. (Sumber Suwardjono, 2005 : 362-369)
Permasalahan teoritis yang kemudian dapat terjadi jika seluruh pendapatan diakui
dengan memakai metode kontrak selesai, akan terjadi kemungkinan terjadi
ketidakseimbangan volume pendapatan dan kegiatan produksi antar tahun. Masalah juga
timbul kalau perusahaan tidak memperlakukan tiap kontrak sebagai projek dan mengakui
pendapatan pada saat produk diserahkan tanpa mengakumulasi kos yang berkaitan dengan
produk sehingga penandingan yang tepat tidak tercapai.
Suatu alternatif untuk memecahkan masalah di atas adalah penggunaan projek atau
angkatan produksi sebagai wadah atau takaran penentuan dan pelaporan laba bukannya
periode waktu. Sebagai alternatif lain, perusahaan dapat mengakui pendapatan secara
bertahap dan tetap menggunakan periode sebagai takaran penghitung laba.
Persentase kemajuan fisis produk bukan merupakan proporsi yang tepat untuk dasar
pengukuran pendapatan yang harus diakui karena persentase tersebut belum tentu
menunujukkan persentase penyerapan kos kecuali kenyataannya memang demikian.
Demikian juga, jumlah rupiah kas yang telah diterima atas dasar termin pembayaran
kontrak tidak dapat dijadikan basis untuk menentukan pendapatan yang harus diakui.
Walaupun kontrak konstruksi menetapkan adanya harga yang pasti, hasil pekerjaan belum
pasti sehingga kos bagi perusahaan kontraktor juga tidak pasti. Karena hal inilah pengukuran
pendapatan dengan metode kontrak selesai lebih umum digunakan.
Masalah yang yang timbul dari pengakuan selama proses produksi ini adalah:
1. Akresi. Yaitu pertambahan nilai akibat pertumbuhan fisis atau prose alamiah lainnya.
Per definisi, akresi memenuhi pengertian pendapatan karena aset jelas telah
bertambah dan banyaknya tambahan fisis tersebut dapat ditentukan secara objektif.
Tapi yang terjadi sekarang adalah pendapatan sudah terbentuk tapi belum
terealisasi. Untuk merealisasikan pertambahan tersebut nilai tersebut, proses
produksi masih diperlukan dan masih diikuti dengan perubahan aset menjadi aset
lancar baru. Oleh karena itu, tidak selayaknya karesi dianggap sebagai pendapatan.
2. Apresiasi. Yaitu, selisih “nilai pasar wajar” aset perusahaan dengan kos (atau nilai
buku aset terdepresiasi). Dibandingkan akresi, apresiasi lebih kurang memenuhi
definisi pendapatan karena tidak berkaitan langsung dengan operasi perusahaan
tetapi lebih berkaitan dengan kondisi pasar.
3. Penghematan Kos. Penghematan kos sering dikenal dengan potongan pembelian.
Hal ini bukanlah suatu pendapatan, kalau pembelian dilakukan dengan cara
bijaksana, yang terjadi yang terjadi hanyalah bahwa kos akan menjadi lebih rendah
dibandingkan dengan pembelian biasa. Memang benar bahwa efisiensi dan
keberuntungan dalam pembelian akan mempunnyai pengaruh terhadap labayang
akhirnya diperoleh. Akan tetapi, diperolehnya laba tersebut masih menunggu
realisasi penjualan.
c. Pada saat produk selesai
Pengakuan semacam ini setara dengan pengakuan pendapatan metode kontrak
selesai. Pengakuan pendapatan atas dasar saat produk selesai diproduksi dapat
dianggap layak untuk industri ekstraktif (pertambangan) termasuk pertanian. Bahan
dasar hasil produksi biasanya memiliki harga yang sudah pasti. Kondisi ini
memungkinkan untuk menaksir dengan cukup tepat nilai jual yang dapat direalisasi
suatu sediaan barang jadi ada pada tanggal tertentu, sehingga kedua kriteria pengakuan
dianggap dapat terpenuhi.
Walaupun dasar pengakuan pendapatan atas dasar produk selesai mempunyai
alasan logis dan kuat untuk industri ekstraktif, namun penggunaannya secara umum
kurang dapat diterima. Kegiatan produksi yang tanpa ada penguatan dari penjualan
dengan harga yang disepakati tidak dapat selalu dijadikan penguji yang objektif dan
menentukan untuk dasar pencatatan dan pengakuan pendapatan. Statemen
keuangannya juga menuntut penjelasan (pengungkapan) yang jelas mengenai kondisi
yang melandasi penyimpangan dari standar umum (Penjualan).
Kalau sudah ada kontrak penjualan sebelumnya, tidak ada masalah dengan
pengakuan pendapatan pada saat produksi selesai karena pendapatan sudah terealisasi
dan pada saat produk selesai pendapatan secara subtansial sudah terbentuk.
Pengakuan ini setara dengan metoda kontrak-selesai Namun bila belum ada kontrak
penjualan sebelumnya hanya kriteria terbentuk yang terpenuhi. Dan hal seperti ini
keberatan untuk dikatan sebagai pendapatan.
d. Pada saat penjualan
Pengakuan ini merupakan dasar yang paling umum karena pada saat penjualan
kriteria penghimpunan dan realisasi telah terpenuhi. Kriteria terealisasi telah terpenuhi
karena telah ada kesepakatan pihak lain untuk membayar jumlah rupiah pendapatan
secara objektif. Dengan demikian, saat penjualan merupakan saat yang kritis dalam
operasi perusahaan. Transaksi penjualan mengakibatkan masuknya aset baru ke dalam
perusahaan (kas atau piutang) untuk:
- Menutup kos (potensi jasa) yang terserap untuk melaksanakan kegiatan produksi
yang berkulminasi dengan penyerahan produk.
- Menyediakan dana sebagai imbalan untuk pembayaran pajak kepada pemerintah,
bunga kepada kreditor, dan dividen kepada pemegang saham.
Kendati saat penjualan menjadi standar umum pengakuan pendapatan, terdapat
beberapa hal yang sering diajukan sebagai keberatan terhadap dasar tersebut. Hal
pertama yaitu berkaitan dengan kepastian pengukuran pendapatan akibat kos purna jual
dan masalah kedua adalah adanya kemungkinan retur barang. Akhirnya kemungkinan
akan ada piutang tak tertagih, sehingga piutang tidak dapat dijadikan bukti terealisasinya
pendapatan.
Prosedur Pengakuan
Kebijakan akuntansi perusahaan harus menetapkan kejadian atau kegiatan internal
apa yang dapat digunkan sebagai pemicu pencatatan ke dalam sistem akuntansi.
Kegiatan Internal Sebagai Pemicu dan Bukti Pengakuan Pendapatan:
Kaidah Pengakuan Kegiatan Internal yang Terlibat Kegiatan Pemicu dan Bukti Pengakuan
1. Pada saat kontrak penjualan. Penandatanganan kontrak, penerimaan uang muka.
Pendapatan belum diakui. Surat kontrak dan penerimaan bukti setor bank sebagai
dasar pencatatan uang muka.
2. Selama proses produksi secara bertahap. Penggunaan BB, BTKL, dan BOP.
Pembayaran biaya Adm. Penagihan. Penyesuaian akhir tahun. Penyiapan dan
pengiriman surat penagihan. Penyesuaian akhir tahun atas dasar catatan akumulasi
kos.
3. Pada saat proses produksi selesai. Pemindahan barang jadi dari pabrik ke gudang.
Penyesuaian akhir tahun.
- Belum ada kontrak : (1) penyerahan barang ke gudang disertai nota
penerimaan, atau (2) penyesuaian akhir tahun.
- Sudah ada kontrak: Penyerahan barang ke bagian gudang disertai nota
penerimaan dan surat kontrak atau order pembelian.
4. Pada saat penjualan. Penerimaan order pembelian. Penerimaan uang muka.
Pengiriman barang. Pengiriman faktur penjualan. Penerimaan nota terima barang
dari pembeli.
- Pengiriman barang disertai pengiriman faktus sesuai syarat.
- Penerimaan nota terima barang didukung faktur dan order
pembelian/penjualan.
5. Pada saat kas terkumpul Pengiriman surat tagihan angsuran. Penerimaan kas atau
alat pembayaran lain. Penyesuaian akhir tahun. Penerimaan kas didukung nota
pembayaran atau bukti transfer. Penyesuaian akhir tahun atas dasar catatan kas
yang terkumpul sampai akhir periode.
Penyajian
Masalah penyajian berkaitan dengan penyajian pendapatan adalah memisahkan
antara pendapatan dan untung dan pemisahan berbagai sifat untung menjadi pos biasa
dan luar biasa dan cara menuangkannya dalam statemen laba rugi.
(Sumber Suwardjono, 2005 : 369-392)
1. Pendapatan (IAS18/PSAK23)
Pengertian Pendaptan (revenue) itu sendiri didefinisikan sebagi pendapatan yang
timbul dari aktivitas normal suatu entitas—baik perseorang atau badan usaha yang
melakukan aktivitas usaha—dalam berbagai varian, mungkin disebut:
1. Penjualan;
2. Fee;
3. Bunga;
4. Dividend;
5. Royalti
- Penghasilan (income) meliputi pendapatan (revenue) maupun keuntungan (gain).
- Pendapatan adalah penghasilan yang timbul selama dalam aktivitas normal entitas dan
dikenal dengan bermacam-macam sebutan yang berbeda seperti penjualan, penghasilan
jasa (fees), bunga, dividen dan royalti.
2. Ruang lingkup
(a) penjualan barang;
(b) penjualan jasa; dan
(c) penggunaan aset entitas oleh pihak lain yang menghasilkan bunga, royalti, dan
dividen.
3. Istilah penting/ definisi
- Nilai wajar adalah jumlah darimana suatu aset dapat dipertukarkan atau suatu liabilitas
yang diselesaikan antara pihak-pihak yang berpengetahuan, berkeinginan dalam
transaksi yang wajar.
- Pendapatan (revenue) adalah arus masuk kotor dari imbalan ekonomis selama periode
yang ditimbulkan dalam rangkaian aktivitas biasa dari suatu entitas apabila arus masuk
menimbulkan kenaikan dalam ekuitas selain dari kenaikan yang terkait dari iuran
peserta ekuitas.
4. Pengukuran pendapatan
Pendapatan diukur atas dasar jumlah nilai wajar yang diterima atau ditagihkan
dengan memperhitungkan jumlah potongan perdagangan dan volume rabat yang
diperbolehkan suatu entitas. Pendapatan diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima
atau dapat diterima.
5. Pengidentifikasian transaksi
Dalam kondisi yang umum, kriteria standar pengakuan diterapkan terhadap setiap
transaksi. Akan tetapi, dalam transaksi yang lebih kompleks, kriteria perlu diterapkan
kepada kompomem suatu transaksi. Pendapatan diukur dengan nilai wajar imbalan yang
diterima atau dapat diterima.
6. Pendapatan atas penjualan barang Pendapatan (revenue) dari penjualan barang
harus diakui hanya bilamana seluruh kondisi ini terpenuhi :
a. Risiko dan imbalan yang signifikan dari kepemilikan atas barang tersebut yang telah
ditransfer oleh entitas kepada pembeli.
b. Entitas tidak memiliki kendali yang efektif atas banrang sudah dijual atau tidak
memiliki keterlibatan menajerial yang berkelanjutan hingga suatu tingkatan yang
biasanya berhubungan denga kepemilikan.
c. Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal
d. kemungkinan besar imbalan secara ekonomi yang terkait dengan transaksi yang akan
mengalir kepada entitas tersebut; dan
e. biaya yang terjadi atau akan terjadi dalam kaitan dengan transaksi dapat diukur
dengan andal. Pendapatan dari penjualan barang diakui jika seluruh kondisi berikut
dipenuhi:
1) entitas telah memindahkan risiko dan manfaat kepemilikan barang secara
signifikan kepada pembeli;
2) entitas tidak lagi melanjutkan pengelolaan yang biasanya terkait dengan
kepemilikan atas barang ataupun melakukan pengendalian efektif atas barang
yang dijual;
3) jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal;
4) kemungkinan besar manfaat ekonomi yang terkait dengan transaksi tersebut
akan mengalir kepada entitas tersebut; dan
5) biaya yang terjadi atau akan terjadi sehubungan transaksi penjualan tersebut
dapat diukur dengan andal.
6. Pendapatan dari penyerahan jasa
Pendapatan (revenue) dari penyerahan jasa harus diakui melalui rujukan kepada
tahap penyelesaian dari transaksi pada akhir periode pelaporan bilamana:
a. Jumlah pendapatan (revenue) dapat diukur dengan andal.
b. Kemungkinan bahwa imbalan ekonomis yang terkait dengan trasaksi akan
mengalir ke dalam entitas.
c. Tahapan penyelesaian dari transaksi pada akhir periode pelaporan dapat diukur
dengan andal.
d. Biaya yang terjadi atas transaksi dan biaya untuk menyelesaikan transakasi dapat
diukur dengan andal (Penjualan jasa);
Jika hasil transaksi yang terkait dengan penjualan jasa dapat diestimasi dengan andal,
pendapatan sehubungan dengan transaksi tersebut harus diakui dengan acuan pada tingkat
penyelesaian dari transaksi pada tanggal neraca. Hasil transaksi dapat diestimasi dengan
andal jika seluruh kondisi berikut ini dipenuhi:
a. jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal;
b. kemungkinan besar manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut dapat
diperoleh entitas;
c. tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca dapat diukur dengan
andal; dan
d. biaya yang timbul untuk transaksi dan biaya menyelesaikan transaksi tersebut dapat
diukur dengan andal.
7. Bunga, royalti, dan dividen
Pendapatan (revenue) yang timbul dari penggunaan aset entitas oleh pihak ketiga
dan menghasilkan bunga, royalti dan deviden baru diakui bilamana :
a. Dimungkinkan bahwa imbalan ekonomis yang terkait dengan transaksi akan
mengalir kepada entitas.
b. Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal
Pendapatan (revenue) harus diakui atas dasar sebagai berikut:
a. Bunga harus diakui dengan menggunakan metode bunga efektif (IAS 39)
b. Royalti harus diakui atas dasar akrual sesuai dengan syarat perjanjian yang relevan
c. Dividen harus diakui bilamana pemegang saham berhak menerima pembayaran.
Pendapatan yang timbul dari penggunaan aset entitas oleh pihak lain yang menghasilkan
bunga, royalti, dan dividen diakui atas dasar yang dijelaskan dalam paragraf 30, jika:
a. Kemungkinan besar manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan
diperoleh entitas; dan
b. Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal.
Pendapatan diakui dengan dasar sebagai berikut:
a. Bunga diakui menggunakan metode suku bunga efektif seperti yang dijelaskan di
PSAK 55 (revisi 2006): Instrumen keuangan: pengakuan dan pengukuran paragraf 8
dan PA 17-20;
b. Royalti diakui atas dasar akrual sesuai dengan substansi perjanjian yang relevan; dan
c. Dividen diakui jika hak pemegang saham untuk menerima pembayaran ditetapkan.
8. Pengungkapan
Pengungkapan berikut harus dilakukan
a. Kebijakan akuntansi yang diadopsi untuk pengakuan pendapatan (revenue) termasuk
metode yang diadopsi untuk menentukan tahapan penyelesaian dan transaksi yang
terkait dengan penyerahan jasa.
b. Jumlah dari setiap kategori dari pendapatan yang signifikan yang diakui selama
periode berjalan , termasuk pendapatan(revenue) yang berasal dari:
- penjualan barang;
- penjualan jasa;
- bunga; royalti dan dividen.
c. Jumlah pendapatan yang berasal dari pertukaran barang atau jasa termasuk di dalam
setiap kategori pendapatan yang signifikan Entitas mengungkapkan:
a) Kebijakan akuntansi yang digunakan untuk pengakuan pendapatan, termasuk
metode yang digunakan untuk menentukan tingkat penyelesaian transaksi yang
melibatkan pemberian jasa;
b) Jumlah setiap kategori signifikan dari pendapatan yang diakui selama periode
tersebut, termasuk pendapatan yang berasal dari:
- penjualan barang;
- penjualan jasa;
- bunga;
- royalti;
- dividen;
c) Jumlah pendapatan yang berasal dari pertukaran barang atau jasa yang tercakup
dalam setiap kategori signifikan dari pendapatan.
KESIMPULAN
Dari pemaparan-pemaparan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pendapatan
adalah keseluruhan penerimaan dari suatu unit usaha selama satu periode tertentu setelah
dikurangi dengan penjualan retur dan potongan-potongan. Maksud penjualan retur adalah
pengembalian barang oleh pelanggan karena barang tertentu yang dikirim rusak atau tidak
sesuai pesanan. Sedangkan potongan penjualan adalah potongan yang diberikan kepada
pelanggan karena pelanggan membayar lebih cepat sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan untuk mendapat potongan.
Maka dengan demikian pendapatan dapat diakui ketika pada saat penjualan
merupakan titik yang menentukan untuk dapat menimbulkan pendapatan yang memenuhi
pengertian atau persyaratan dari pendapatan itu sendiri. Saat penjualan dapat dijadikan
saat pengakuan karena proses realisasi pendapatan telah terjadi.
Penjualan baru dapat dikatakan terjadi bilamana telah terjadi peralihan hak milik
atas suatu barang, akan tetapi peralihan hak milik merupakan masalah yang sangat teknis
dan untuk dasar penentuan saat pengakuan dalam prosedur pembukuan pendapatan
disarankan untuk tidak terlalu menekankan pada aspek yuridis formal karena kegiatan
penjualan itu sendiri terdiri atas rangkaian kegiatan yaitu berupa penjualan yang sifatnya
kontinyu.