Anda di halaman 1dari 13

JURNAL PRAKTIKUM BIOKIMIA

(PENENTUAN KADAR PROTEIN DENGAN METODE BIURET)

Disusun Oleh

Mareidha Nanda Dewi


KB2018
18030234036

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
A. Judul Percobaan : Penentuan Kadar Protein dengan Metode Biuret
B. Hari/tanggal Percobaan: Rabu 15 September 2021 (13.00)
C. Selesai Percobaan : Rabu 15 September 2021 (15.30)
D. Tujuan Percobaan : Menentukan kadar protein yang ada pada sampel
dengan menggunkan metode biuret
E. Dasar Teori
1. Protein
Protein meupakan salah satu zat organik yang mengandung karbon,
hidrogen, nitrogen, oksigen, sulfur, dan fosfor. Protein sangat dibutuhkan
oleh setiap organisme dan mikroorganisme dalam kelangsungan
hidupnya. Protein berguna untuk memperlancar metabolisme sel serta
pembentukan jaringan dan lain – lain. Kualitas protein tergantung dari
kelengkapan dan keseimbangan asam amino esesnsialnya. Protein pakan
yang dikonsumsi akan dioecah menjadi asam amino dan diserap oleh
tubuh untuk disusun menjadi protein jaringan dan telur. Dalam
penyusunan pakan, kandungan protein, dan asam amino esesnsial harus
cukup [ CITATION LaO15 \l 1057 ].
Kelebihan kadar protein dalam tubuh tidak dapat disimpan, melainkan
dikeluarkan lagi oleh tubuh bersamaan dengan fases dan urin namun ada
pula yang berpendapat bahwa kelebihan enzim dalam tubuh juga dapat
menyebabkan penambahan berat badan, kerusakan hati, kerusakan otak
serta kerusakan[ CITATION Ren17 \l 1057 ]. Akan tetapi bila tubuh
kekurangan protein maka akan sangat berbahaya. Kekurangan protein
yang dialami oleh manusia khususnya bayi dan anak anak menyebabkan
kwashiorkor, yaitu keadaan dimana tubuh kekurangan asupan gizi
(terutama kekurangan protein) yang ditandai dengan pertumbuhan dan
perkembangan yang terhambat, perubahan warna kulit dan rambut bahkan
gangguan fungsi hati dan anemia [ CITATION Ani17 \l 1057 ].
Zat protein dari suatu bahan dapat diubah menjadi senyawa sederhana
seperti polipeptida, asam amino dan nukleotida yang dapat larut melalui
teknik hidrolisis. Hasil hidrolisis zat protein dikenal dengan istilah
hidrolisat protein yang merupakan suatu campuran asam amino yang
diperoleh melalui degradasi hidrolitik protein dengan asam, basa atau
enzim proteolitik. Hidrolisat umumya mengandung peptida dengan bobot
molekul rendah terdiri atas 2 hingga 4 residu amino. Bila hidrolisis
dilakukan dengan sempurna maka akan diperoleh hidrolisat yang terdiri
dari campuran 18 hingga 20 macam asam amino [ CITATION Edy17 \l 1057 ].

Gambar 1. Dialisis
Protein dapat dipisahkan dari senyawa dengan berat molekul rendah yang
ada didalam ekstrak sel atau jaringan dengan proses dialisi seperti pada
gambar diatas. Molekul besar seperti protein ditahan didalam kantung
yang terbuat dari senyawa berpori amat halus, seperti selopan. Jadi jika
kantung yang mengandung ekstrak sel atau jaringan dimasukkan kedalam
air, molekul kecil didalam ekstrak jaringan, seperti garam,akan melalui
pori – pori, tetapi protein dengan berat molekul tinggi akan tertahan
didalam kantung.
Secara kolorimetri, kadar protein dapat ditetapkan dengan metode biuret.
Prinsipnya adalah bahwa ikatan peptida dapat membentuk senyawa
kompleks berwarna ungu dengan penambahan garam kupri dalam suasana
basa. Pereaksi biuret terdiri dari campuran protein dengan sodium
hidroksida (berupa larutan) dan tembaga sulfat. Hasil dari reaksi ini
adalah berwarna violet. Reaksi ini positif untuk 2 atau lebih ikatan
peptida. Spektrum absorbansi suatu larutan protein bervariasi tergantung
pH dan sesuai dengan susun residu asam amino. Kekurangan dari metode
ini yaitu hasil dari pembacaan tidak murni menunjukkan kadar protein
saja, melainkan bisa saja kadar senyawa lain seperti benzena, gugus fenol,
dan gugus sulfhidrin juga terbaca kadarnya. Selain itu, waktu
pelaksanaannya metode ini kurang efisien [ CITATION Ind20 \l 1057 ]

2. Spektrofotometer UV-Vis
Spektrum UV-Vis merupakana hasil interaksi antara radiasi
elektromagnetik dengan suatu molekul. Bentuk energi radiasi
elektromagnetik memilkik sifat gelombang dan partikel (foton) [ CITATION
Har06 \l 1057 ]. Besarnya tenaga foton berbanding lurus dengan frekuensi
dari radiasi elektromagnetik dinyatakan dengan rumus :
E=hv
Dimana :
E = Energi (joule.molekul-1)
h = Tetapan Planck = 6,63.10-34 joule.S.molekul-1
v = Frekuensi (S-1)
Pengukuran serapan dapat dilakukan pada panjang gelombang daerah
ultraviolet ( panjang gelombang 190 nm – 380 nm) atau pada daerah
cahaya tampak (panjang gelombang 380 nm – 780 nm).
Pengukuran serapan dari suatu sampel dapat dilakukan dengan
perhitungan Lambert-Beer sebagai berikut :
log Io
A= =ɛ . b . c
log It
Dimana :
A = serapan
a = daya serap
b = tebal lapisan zat yang menyerap sinar (kuvet) (cm)
c = kadar (g/L)
ɛ = absorbsivitas molekuler (mol.com.L-1)
Io = Intensitas sinar datang
It = Intensitas sinnar yang diteruskan
Senyawa atau zat yang dapat dianalisis menggunakan spektrofotometer
Uv - Vis adalah senyawa yang memiliki ikatan rangkap terkonjugasi yang
lebih dikenal dengan istilah kromofor. Senyawa yang mengandung gugus
kromofor akan mengabsorbsi radiasi sinar ultraviolet dan cahaya tampak
jika diikat oleh senyawa –senyawa bukan pengabsorbsi (auksokrom).
Gugus auksokrom yaitu gugus yang mempunyai elektron tidak berikatan
dan tidak menyerap radiasi UV jauh. Contohnya –OH, -NH2, - NO2, -X
[ CITATION Har06 \l 1057 ]

Gambar 2. Spektrofotometri UV - Vis

Spektrum serapan adalah hubungan antara serapan dengan panjang


gelombang dan digambarkan dalam bentuk grafik. Identifikasi suatu zat
pada daerah ultraviolet pada umumnya dilakukan dengan menggambarkan
spektrum serapan larutan zat dalam pelarut dan dengan kadar yang tertera
seperti pada monografi, untuk menetapkan serapan maksimum atau
minimum. Spektrum serapan dari zat yang diperiksa kadang-kadang perlu
dibandingkan dengan pembanding kimia yang sesuai. Pembanding kimia
tersebut dikerjakan dengan cara yang sama dan kondisi yang sama dengan
zat yag diperiksa. Blanko digunakan untuk koreksi serapan yang
disebabkan pelarut, pereaksi, sel ataupun pengaturan alat. Pengukuran
serapan biasanya dilakukan pada panjang gelombang serapan maksimum
atau yang tercantum dalam monografi [ CITATION Ind20 \l 1057 ]
Jenis spektrofotometer UV-Vis ada dua yaitu single beam dan double
beam. Pada single beam celah keluar sinar monokromatis hanya satu,
wadah kuvet yang dapat dilalui sinar hanya satu dan setiap perubahan
panjang gelombang alat harus dinolkan. Pada double beam celah keluar
sinar monokromais ada dua, wadah melalui dua kuvet sekaligus dan
cukup satu kali dinolkan dengan cara mengisi kedua kuvet dengan larutan
blanko dan sampel [ CITATION Ind20 \l 1057 ].

3. Sampel Ikan Lele


Ikan lele adalah ikan yang hidup di perairan umum dan merupakan ikan
yang bernilai ekonomis, serta disukai oleh masyarakat. Ikan lele bersifat
nocturnal, yaitu aktif mencari makan pada malam hari. Ikan lele memiliki
berbagai kelebihan, diantaranya adalah pertumbuhannya cepat, memiliki
kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan yang tinggi, rasanya enak
dan kandungan gizinya cukup tinggi. Selain itu ikan lele mudah
dibudidayakan karena mampu hidup dalam kondisi air yang jelek dengan
kadar oksigen yang rendah dan mampu hidup dalam kepadatan yang
sangat tinggi. Klasifikasi ikan lele menurut Saanin (1984) adalah sebagai
berikut:

Gambar. 3 Ikan Lele

Kingdom :Animalia
Sub Kingdom :Metazoa
Filum :Chordata
Sub Filum :Vertebrata
Kelas :Pisces
Sub Kelas :Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Sub Ordo : Siluroidea
Famili :Clariidae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias gariepinus
Ikan lele memiliki kulit tubuh yang licin, berlendir, tidak bersisik dan
mempunyai organ arborescent, yaitu alat yang membuat lele dapat hidup
di lumpur atau air yang hanya mengandung sedikit oksigen. Ikan lele
berwarna kehitaman atau keabuan memiliki bentuk badan yang
memanjang pipih ke bawah (depressed), berkepala pipih dan memiliki
empat pasang kumis yang memanjang sebagai alat peraba.
Habitat atau lingkungan hidup ikan lele ialah semua perairan air tawar. Di
sungai yang airnya tidak terlalu deras, atau di perairan yang tenang seperti
danau, waduk, telaga, rawa serta genangan-genangan kecil seperti kolam,
merupakan lengkungan hidup ikan lele.
Ikan lele mempunyai organ insang tambahan yang memungkinkan ikan
ini mengambil oksigen pernapasannya dari udara di luar air. Karena itu
ikan lele tahan hidup di perairan yang airnya mengandung sedikit oksigen.
Ikan lele ini relatif tahan terhadap pencemaran bahan-bahan organik. Oleh
karena itu ikan lele tahan hidup di comberan yang airnya kotor. Ikan lele
hidup dengan baik di dataran rendah sampai daerah perbukitan yang tidak
terlalu tinggi. Apabila suhu tempat hidupnya terlalu dingin, misalnya 20o
C, pertumbuhannya agak lambat. Di daerah pegunungan dengan
ketinggian di atas 700 meter, pertumbuhan ikan lele kurang begitu baik.
Lele tidak pernah ditemukan hidup di air payau atau asin.

4. Reagen Biuret
Biuret merupakan reagen campuran antara NaOH dan CuSO4 yang
digunakan untuk menguji adanya kandungan protein. Bahan makanan
yang mengandung protein akan berubah warna menjadi ungu setelah
ditetesi biuret. Reaksi biuret adalah reaksi warna yang umum untuk gugus
peptida (-CO-NH-) dan protein. Rekasi positif ditandai dengan
terbentuknya warna ungu untuk zat yang mengandung dua atau lebih
ikatan peptida. Reaksi biuret adalah reaksi warna yang umum untuk
gugus peptida (-CO-NH-) dan protein. Rekasi positif ditandai dengan
terbentuknya warna ungu untuk zat yang mengandung dua atau lebih
ikatan peptida. Hal ini disebabkan karena reaksi antara Cu2+ dan N dari
molekul ikatan petida membentuk senyawa kompleks.

Gmbar 3. Reaksi biuret


Panjang pendeknya ikatan peptida mempengaruhi perubahan warna yang
terbentuk. Semakin panjang atau banyak asam amino yang terikat pada
ikatan peptida akan memunculkan warna ungu. Sebaliknya, semakin
pendek atau sedikit ikatan asam amino, maka akan memunculkan warna
merah muda.

Gambar 4. Reaksi ikatan peptida dengan biuret


Gambar di atas menunjukkan ikatan peptida antara dua molekul asam
amino, sehingga terbentuk molekul protein. Ikatan peptida tersebut akan
bereaksi dengan reagen biuret, sehingga menghasilkan perubahan warna
ungu.

F. Alat dan Bahan


Alat
- Tabung reaksi
- Spektrofotometri UV-VIS
- Rak tabung reaksi
- Mortar alu
- Gelas ukur 10 mL
- Pipet volume 10 mL
- Pro pipet
- Waterbath
- Neraca analitik
- Sentifuge
- Tabung sentrifuge
- Gelas kimia 250 mL
- Labu ukur 10 mL
- Spatula
- Kaca arloji
Bahan
- Larutan standart protein (albumin)
- Reagen biuret
- Aquades
- Sampel protein (sampel padat)
G. Alur Percobaan

Alur Percobaan
1. Persiapan sampel

1 gram sampel

Dihaluskan dengan mortal dan


Ditambahkan 10mL aquades
Dihomogenkan

Larutan sampel

Disentrifuge 3500 rpm ± 10menit


Didekantasi

Endapan Filtrat
2. Pembuatan Standar

1mL lar. 1mL lar. 1mL lar. 1mL lar. 1mL lar.
Sampel Sampel Sampel Sampel Sampel
protein protein protein kadar protein kadar protein kadar
kadar 1mg kadar 2mg 3mg 4mg 5mg

Ditambahkan 5mL reagen biuret


Dihomogenkan
Diinkubasi pada 37°C selama 10 menit

Larutan berwarna ungu


Reaksi : Diukur absorbannya pada panjang
- gelombang 540nm
Nilai absorbansi

CuSO4.5H2O(aq) + 2NaOH(aq) Cu(OH)2(aq) + Na2SO4(aq) . 5H2O(l)


O O O

H
COH C NH C CH NH C CH NH3 + Cu4+

R R R
- (aq)

O O O

H
COH C N C CH N C CH NH3

R R R

Cu2+

O O O

H
COH C N C CH N C CH NH3

(aq)
R R R

Senyawa kompleks peptida


Cu(OH)2(aq) berwarna ungu
Cu2+(aq) + 2OH- (aq)
-
3. Penetapan absorbansi larutan blanko

1mL Aquades
Dimasukkan kedalam tabung reaksi
Ditambahkan 5mL reagen biuret
Dihomogenkan
Diinkubasi pada 37°C selama 10menit
Larutan berwarna ungu

Diukur absorbansi dengan panjang


gelombang 540nm

Hasil absorbansi

4. Penetapan absorbansi larutan sampel


1mL sampel

Dimasukkan ke dalam tabung reaksi


Ditambahkan 5mL reagen biuret
Dihomogenkan
Diinkubasi pada 37°C selama 10menit

Larutan berwarna ungu

Diukur absorbansi dengan panjang


gelombang 540nm
Hasil absorbansi

H. Daftar Pustaka

Harmita. (2006). Analisis Kuantitatif Bahan Baku dan Sediaan Farmasi.


Departemen Farmasi FMIPA UI, Depok, 134-153.
Muhsafaat, L. O. (2015). Protein Quality and Amino Acid Composition of
Fermented Sago Pulp (FSP) by Aspergillus niger with Urea and Zeolit
Addition. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI), Vol. 20 (2): 124-130
DOI: 10.18343/jipi.20.2.124.
Novitasari, A. E. (2017). PENGARUH LAMA PENYIMPANAN PADA SUHU
3-4C TERHADAP KADAR PROTEIN PADA ASI (AIR SUSU IBU)
DENGAN METODE BIURET SECARA SPEKTROFOTOMETRI.
jurnal Sains Vol.7 No.13 .
Salim, R. (2017). ANALISIS KADAR PROTEIN TEMPE KEMASAN
PLASTIK DAN DAUN PISANG. JURNAL AKADEMI FARMASI
PRAYOGA, 2(1).
Sari, I. R. (2020). Laporan Praktikum Kimia Penentuan Kadar Protein Metode
Biuret. Universitas Negeri Yogyakarta.
Tim Dosen Biokimia.(2016).Petunjuk Praktikum Biokimia.Surabaya:Unesa
Yazid, E. A. (2017). KADAR PROTEIN TERLARUT PADA AMPAS
KEDELAI DARI HASIL PROSES PEMBUATAN TEMPE DENGAN
PENAMBAHAN EKSTRAK KASAR PAPAIN (CRUDE PAPAIN).
Journal of Ners Community, Volume 08, Nomor 01 Hal. 45-52.

Anda mungkin juga menyukai